|
gambar Katalis mutualisme |
BANGUN JIWA PEMIMPIN ASAH, ASIH, ASUH
Asah, Asih, Asuh,miliki jiwa yang tidak hanya
menuntut, namun juga dapat memberi, namun juga dapat menerima, ketika telunjuk
tangan terkepal menuding, adakalanya telapak tangan di atas, dan telapak tangan
di bawah.Undang-Undang Dunia yang tidak
pernah lepas.
Bicara
keadilan mudah untuk diucapkan, bicara keadalian hanya indah untuk di dengar,
tidaklah mudah keadilan ketika memandang kenyataan yang ada dikasat mata, semua
keadilan yang kita dengar masih abstrak. Kenyataan implemintasi yang ada di
dalam lingkungan yang kita amati semua metafisik karena dapat dirasakan namun
tidak melihat bentuknya. Kadang yang merasakan itu semua adalah orang-orang
yang sudah mendapatkan keadilan, maka mereka sudah mengatakan kalau negara kita
ini sudah adil, namun sebaliknya ketika orang yang tidak mencicipi rasa
keadilan mereka hanya diam berkatapun tidak akan berani, karena otomatis yang
tidak mendapatkan keadilan orang kecil. Pada dasarnya mereka yang mendapatkan keadalian mereka merasakan
nyata adil, bagaimana untuk merasakanberkatapun masih membutuhkan perhitungan,
pembicaraan orang kecil tidak akan sampai kepadanya.
Ketika berteriak dari jarak jauh,
itu hanya memperindah saat mereka mendengarkannya, saat merasa kalau mereka
dibutuhkan tidak merasa dengan tanggungjawabnya. Jauh berbeda dengan anaknya pejabat kalau marah,
jika marahnya anaknya pejabat membuat susah rakyat, kalau kebutuhan pribadi,
dibawa ke dalam kekepentingan orang banyak ediologi dalam dirinya akan rusak
fatal, komitmen hanya menjadi kebanggaan warna indah sesat. Apateriakan keras itu berhasil
membuat mereka memahami apa yang dirasakan,belum tentu saudara-saudaraku,
melihat dari kenyataan pada apa yang terjadi kepada sejarah kita yang lampau,
karena sejarah tidak akan membohongi kita, sebab dan akibatItu pelajaran dan
pekerjaan pejabat, yang paling harus diperhatikan dalam sejarah Indonesia sebab
dan akibat sebuah kejadian yang telahterjadi, tidak semerta-merta mempunyai
kepentingan pribadi yang kecil ingin lepas itu sebab akibat yang besar dan
sangat sakit hati dengan kebijakan suatu negara.
Pada masyrakat di sana sehigga
terjadi hal yang tidak diharapkan sebelumnya perjuangan untuk mempersatukan
Indonesia bukanlah hal yang mudah utuk para pejuang yang telah mendahului kita.
Harus di garis bawai jika sebuah tindakan tersebut sangat merugikan apalagi
untuk merugikan suatu negara, haruslah kita berkaca pada sejarah tersebut,
jangalah sampai sejarah terulang kembali sehingga tidak ada lagi sebuah negara
yang ingin lepas dari NKRI. Sebagai pemerintah yang berhak untuk mengayomi dan
berusaha memenuhi apa yang rakyat kecil harapkan itu menjadi pekerjaan rumah,
ketika merenung bagi pejabat yang memiliki tanggungjawab, jangan sampai hanya
keluarga dan kepentingan pribadi ketulusan menjadi pudar, namun perhatikanlah
sebagai tugasnya sebagaimana pemimpin sudah terjun dalam kalangan yang
mempunyai tanggungjawab besar.
Berani mengambil keputusan dan
memberikan tindakan,mempunyai mimpi harus bersama dengan aksi (tindakan), misi
tanpa aksi akan menjauhkan dari kenyataan yang pasti, hanya menjadi mimpi dalam
dunia yang tidur, tidak bermimpi dalam dunia yang nyata,usaha pemimpin hanya
mampu berusaha untuk menjadi adil, karena tidak ada manusia yang sempura setiap
kekurang itu semua hanya milik manusia, sebagaimana sudah menjadi kudrotnya.
Usaha seorang pemimpin sudah ingin menjadikan peminpin adil namun kadang itu masih
dalam mimpi belaka, sehingga banyak hal yang terjadi mengaku adil tetapi itu
hanya menjadi perkataan yang hanya indah didengar (janji sorang pemimpin).
Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan seorang pemimpin harus mampu melihat masyarakatnya agar mengetahui
keadaan masyarakat yang sejahtera, sehinnga benar-benar merasakan keadilan,
tugas itu berat bagi seorang pemimpin namun tidak ada yang tidak mungkin,
ketika sudah niat ditata dan merasa bahwa masyarakat adalah tanggungjawabnya.Implemintasi
dalam naluri akan membuka jalan hidupnya dalam haknya, tidak merasa benar pada
saat memimpin lebih pandailah intropeksi, ada kalanya seringterjun ke tempat
mencari apa yang sekiranya kurang yang membuat masyarakat tidak merasakankeadilan
dan kemakmuran, maka usaha seperti itu Tuhan akan membukakan hati rakyat akan
merasa bangga mempunyai pemimpin yang bijaksana dan tidak mementingkan
kepentingan pribadi, tidak perlu bicara maka akan dibicarakan oleh Negara.
Adakalanya seorang pemimpin merasa bingung,
adakalanya seorang pemimpin merasa bosan, adakalanya soerang pemimping
terbelinger dan tidak menemukan jalan revolusi, maka dari itulah kita kembalikan
kepada penderitaan rakyat yang konkrit, maka disitulah kita menemukan rillnya
revolusi, dan insyaalloh Tuhan akan menolong. (Ir. Soekarno).
Kutipan pidato yang mengelegar ini
yang mengingatkan kepada kita semua seorang pemimpin mampu membangun memiliki
cita-cita tinggi agar keadilan yang nyata dapat di nikmati oleh rakyat,
sehingga ketikasudah bingung melangkah saat melangkah di atas pimpinan dan
bagaimana sudah merasa bingung dengan jalannya struktur revolusi ini, maka kembalikanlah
semua itu kepada penderitaan rakyat, di rakyatlah akan menemukan lurus rilnya
revolusi.Maka setiap apa yang menjadi kewajiban pemimpin, jalani sesuai dengan
kemampuannya maka Tuhan akan menolong memberikan apa yang akan dicita-citakan sebagaimana
tujuan ingin membuatkeadilan kepada rakyat.
Kalau ingin menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang
mampu meluluhkan hati rakyat, dekatilah rakyat dengan sentuh dan embanlah
rakyat, karena rakyatlah yang akan mengembanmu dalam mencapai cita-citamu(HOS. Cokroaminoto).
Kata-kata ini yang parnah dikatakan
kepada Soekarno murid kesayanganya,dan mungkin juga kepada semua anak penerus
bangsa, perkataan ini seperti menyarankan bahwa seorang pemimpin itu harus mampu
menarik hati rakyat maka akan gampang untuk mengerahkannya mencapai sebuah
cita-cita, dengan mengimplemintasikanaksi
(tindakan) dan passi (diterima), oleh
masyrakat sehinggaapa yang menjadi kebutuhan mereka, sehingga membantu melancarkan
jalannya cita-cita revolusi yang menjadi visi dan misinya. Sehingga dapat
diterima oleh masyarakat, tugas berat dan tanggung jawabbesar butuh proses
untuk mencapai sebuah cita-cita seluruh anak bangsa Indonesia.
Banyak hal yang menjadi problermatika
untuk menyentuh keadilan yang kongkrit. Menerima apa yang menjadi sarapan
setiap pagi berat bagi para pemimpinuntuk mendapatkan kritikan, berupa apapun
kritikan harus membungkusnya (menerima). Tidak ada yang harus dibela
mati-matian, hanya saja bagaimana berusaha seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang asah, asih, asuh,ketiga
hal ini menjadi poin pokok dalam kehidupan sosial membentuk rakyat Indonesia
yang lebih baik dalam melangkah lebih jauh dengan rakyat yang lebih baik dalam
menjadi sosok didepan, pemimpin belajar kepada komandan bebek ketika digiring
masuk ke dalam kandangnya, ketika melihat orang yang giring bebek, itulah jiwa
pemimpin yang patut diterapkan, mengarahkan rakyatnya tersebut dari belakang,
seorang pemimpin yang dibelakang untuk mimpin memantau rakyatnya, sehingga akan
nyata ketika melihat apa yang ada di depan, ketika posisi dari belakang akan
tahu beberapa yang mengalami rasa sakit dengan keadaan pemimpin ini, maka jelas
penderitaan rakyat yang konkrit.
Hal ini pemimpin tidak hanya mengomandani
bicara di depan tanpa memandang masyrakat dari belakang, kesalahan yang fatal
saat pemimpin tidak membaca naluri rakyat, maka masyarakat akan menilai
keadalilan yang hanya indah didengar tanpa dirasakan. Semua itu kembalikan
kepada rakyat karena merekalah yang merasakan apa yang terjadi di masyarakat,
sehingga sebuah cita-cita dan impiannya akan menjadi mimpi yang nyata.(*)