Sabtu, 29 Desember 2018

Debur Ombak di Tepi Jalan

Ombak akan selau menawarkan kabar suka dan duka masyaraat yang ada di pinggir laut tepatnya pesisir yang hanya bisa menyisir rambutnya sendiri lebih rapi dan merapikan diri dari tanpa simpati laparnya Sari yang berada di pinggir jalan. 

Kapal yang melaju akan selalu menjadi acuan manusia lain. Bisa saja kampul itu akan menjadi kapal paling pelan namun pasti, ada yang cepat tidak memperhatikan kepastian dalam melaju.Menuju adalah cara terbaik manusia melalui samudera luas dengan desir ombak yang ditemukan, namun bagaimana kita bersikap tenang dan menjadikan kegentingan menghadapi ombak.

Ombak yang dihadapi dengan sendirinya akan lebih keras sebab kapal harus berayung tenang agar seimbang, serta bagaimana bisa menatap arah ke dapan. Melalui sebuah persoalan baru ketika arif dalam menyikapi persoalan maka akan melahirkan sebuah pengalaman, dan sebuah penderitaan akan menjadi pengetahuan, kita berbahasa bercerita membawa manusia berharga dengan caranya pemikiran sebagaimana bisa menyikapi ombak. 

"Debur Ombak di Tepi Jalan" 

Tepi jalan menjadi amalan terakhir 
Rasa akan menjadi persoalan baru 
Menyikapi menjadi cara penyelesaian 

Ketenangan menghadapi ombak sumber pengetahuan 
Di tepi jalan sebagaimana bisa merasa 
Bahasa sebagai cara manusia memberikan pengetahuannya 
Yang menerima cerita akan membenturkan pengalamannya

Angin sebagai arah penentu kapal, bukan ombak yang akan menentukan arah kapal, dayung akan membantu arah kapal akan dibawa ke mana, mencerna kecemasan begitu besar akan lebih tenang ketika akan banyak ikan-ikan di sekeliling kita sangat banyak. Bertahan dengan yang bisa dilihat atau melaju dengan hal yang tidak kita lihat oleh pancaindera. Banyak yang berharga tidak berbentuk, ikan-ikan di bawah kapal hanya bagian dari salah satu bergoyanngnya kapal.

Kapal hanya menjadi kendaran, bagaimana melalui samudera, sendiri pada dasarnya tidak sendiri, ada dalam diri paling berarti dalam melakukan keputusan, keberanian adalah teman terbaik, tanpa keberanian apa arti dari sebuah cita-cita, tiada harga paling luar biasa kecuali rasa itu sendiri. Membawa adalah cara terbaik manusia dalam melantunkan kata dan bernostalgia dengan langkah jauh. Apakah laut akan tetap seperti halnya dalam kudrotnya luas bersamaa dengan ombak dibantu angin yang menjadikan angan menjadi kenang. 

Ketenangan adalah cara bahagia, bergoyangnya kapal dengan ombak menjadikan persoalan dalam jiwa manusia. Cinta menjadi dasar kekuatan dalam berkarya, besama sendiri dan memposisikan diri pada paragraf teramat panjang sebagai penunjang manusia berjaya dengan caranya dan menikmati dengan kebersamaan dengan ikan-ikan di laut dan desir angin kapal yang menjadi tunggangan kita akan menikmati bahagia kita dalam pancaindera manusia. 

"Kapal tua akan selalu berusaha dengan cara melalui ombak berbahaya saat mbak, namun kepercayaan pada ombak yang sangat dalam akan menjadikan pengalaman"

Berjalan dengan iman akan selalu merasa aman. Persoalan hanya menjadi perkembangan kebaruan kapal yang ditunggangi. Tidak masalah dengan kapal yang ditunggangi, hingga ombak menjadi keindahan dalam menunggu senja. Di Telaga samudera berjaya dengan warna warni begitu indah, dinikmati oleh banyak orang ketika mampu melui desir ombak di tepi jalan, jalan hanya menjadi jalan sunyi dengan pengetahuan baru terharu dengan banyaknya buku dibawa yang dapat dipersembahkan nanti menjadi hal yang antik baginya. 

Melebur dalam debur ombak adalah cara terbaik manusia dalam memperjtajam perasaan dalam menjadikan manusia lebih manusia (humanis) dengan cara dan tindakan melahirkan sebuah nilai estetika bagi manusia: yang mengerti cinta, dan tidak mengerti cinta bahkan hanya memahami rasa dari cara-cara sebagaimana manusia menyatu dengan alam yang dianggap paling kejam, namun senja menjadikan kekejaman alam menjadi obatnya.

Jumat, 28 Desember 2018

Natal Tahun 2018

Puisi Kerinduanku Padamu M

Terlalu ramai manusia mengharamkan dan menghalkan
Kata Selamat Natal menjadi kata menyeramkan dan menyenangkan
Perbedaan manusia hanya dibedakan dengan kata 
Manusia pandai menghakimi, tapi mengapa tak pelak meng-lhami

Gus Mus, Kh. Aqil Sirot, dan Cak Nun tak pernah mempermasalahkan mengenai kata "Selamat"
Bahwa selamat akan menjadi kata paling keramat bagi yang amat mengimani kelahiran Isa Almasi 
Dual Lima sebagai tanggal didamba, berharap akan ada makna bagi yang mengimaninya
Seperti saya hanya menerima dan meberi dan menyikapi sebagai rasa paling dalam membawa kita sebagaimana selamat natal sebagai cakrawala seperitualitasku. 

Saya rindu Muhammad dan pada hari lalu sepertinya masa muda tak terlalu banyak tahu tentang tanggal 12 sebagai kelahrannya.
Kesaktian itu menjadikan aku lebih Iba atas diri sendiri mengapa hal itu lebih menjadikan aku tidak begitu banyak tahu dan kehebohan hanya oknum yang tahu tentang lahirnya Kau yang sepurna disempurnakan Tuhan dikita sebagai manusia. Aku hanya mengatakan kalimat selamat pada suatu haru dan hari ini menjadi kalimat sempurna paling sakral dalam jiwa dengan kata "Selamat hari lahir Nabi Muhammad Saw. 




Diskusi Kesusastraan "Objek Kreativitas Novel Tiba Sebelum Berangkat"

Ada waktu di mana kita diasumsikan luar biasa; hal itu menjadikan manusia menjauhkan dari kata sempurna. Lahir hal-hal baru dalam diri manusia yang jumawa. Jumawa atas dirinya dan terfatal merasakan dirinya lebih sempurna dari yang lain. Rasa-rasa semuanya pada memikirkan bagaimana hal itu bisa tercipta dengan cara apa kita menjelajahi, dalam keberadaan kosong, kerus teronta tanpa haus pengetahun, itu permasalahan manusia paling fatal. 

Diskusi kali ini membahas tentang sastra. Untuk menggap bahwa karya sastra perlu dijadikan sebuah objek kajian sebagaimana manusia bisa belajar dari orang-orang besar. Bedah buku yang dijadikan objek sebagai sumber buku dari salah satu penulis muda dari Makasar dengan judul buku "Tiba Sebelum Berangkat". Buku yang dikategorikan sebuah karya sastra yang berbasis sejarah.

Dalam buku tersebut menceritakan tentang budaya di Bugis Makasar, di Makasar memiliki sebuah keunikan dalam gender dalam kehidupan manusia, bisa melihat dari tokoh seorang Bisu ialah seorang yang memiliki kepribdian ganda. Kesukaan atau ketertarikannya bukan hanya kepada seorang lawan jenis namun ke semasa jenisnya. Namun orang tersebut di Makasar menjadi tokoh atau ditokohkan. Seorang yang berbeda dengan manusia lain bisa dikatakan sebagai karunia Tuhan. Perspektif novel tersebut lahir dari interpretasi secara individu sebagai hakim karya sastra yang tercipta dalam bentuk sains sastra. Maka pada tahun 1950 para DII/TII merasa bahwa bagaimana mungkin manusia bisa hidup yang tidak selaras dengan budaya serta ada penyimpangan yang dilarang oleh agama yaitu Islam, sehingga DII/TII merasa akan menjadi orang paling benar sehingga harus bisa memberantas orang-orang seperti Bisu yang dianggap akan menjadi biang malapetaka. Sehingga pengajakan untuk masuk agama Islam dipaksa untuk membaca sahadat, dan jika menolaknya akan diasingkan ke hutan berbulan-bulan untuk bisa meninggalkan budaya tersebut, dengan tujuan budaya itu harus dibinasakan, karena hidup tersebut menjadi larangan keras terhadap menyukai sesama jenis. Itu gambaran sekilas dalam buku "Tiba Sebelum Berangkat karya Faisal Oddang". 

Salah satu peserta mengatakan dengan tegas walau tidak pernah baca tersebut. Ia mengatakan "Buku yang dibahas kali ini bisa dikatakan karya sastra yang kontemporer, sebuah proses penulisan di mana penulis hidup dimasa sekarang namun tetap mengangkat hal yang ada di masa lalu, tidak menutup kemungkinan memberikan kontribusi di masa akan datang". Mahasiswa tersebut masih semester satuu, namun dalam menggiati sastra selalu ingin tau dan merasa terus lema perlu belajar, nama mahasiswa tersebut Dani. 

Tatkala detik demi detik telah berlandas dan tanpa terasa tidak sadar perbincangan tentang sastra menarik. Dibuka dengan sebuah pemahaman itu, akan membuka cakrawala manusia dalam hidup sebagaimana keragaman hidup di Indonesia sangat beragam, yang menjadikan kita sebagai warga negara Indonesia bersyukur memiliki keberagaman dari budaya, gaya hidup dan bahkan cara memanusiakan manusia. Sastra akan membuka manusia ketika senantiasa membaca hasil karya-karya sastra, khususnya dalam sasatra yang berbasis sejarah. 

Kegelisahan seorang arkiolog akan menjadi dilema, ketika menulis karya sastra bukan hanya bertujuan untuk berjaya dan merdeka dengan karyanya, namun bagaimana budaya dan sejarah akan menjadi nilai edukasi yang dapat disampaikan dengan cara sederhana. Bahkan sastra sebagai dasar manusia berjaya dengan dirinya berdasarkan dengan perjalanan manusia mempu membenturkan dengan dirinya, menciptakan khasanah baru dalam kesusastraan.

Dalam Diskusi tersbut, membahas dengan luas adanya problematika kesusastraan di Indonesia. Khususnya dalam karya-karya sastra yang sudah tidak menjadi kegemaran para generasi bangsa, bisa dilihat dari hobi gemaran generasi bangsa Indonesia. Hoby bermain tersebut bisa dikatakan sebuah hobi terakhir, tanpa disadari dampak postif dan negativnya. Sehingga karya sastra hanya menjadi sebuah kajian yang dirasakan sesama pegiat sastra. Keberhasilan dalam memahami sastra bukan hanya pada taraf manusia memahami dunia fiktif namun bisa menjadi fakta dalam membangun realitas membuka cakrawala baru ketika kata, bahasa, dan cita-cita kesusastraan menjadi cita-cita besar dalam membangun cita rasa manusia berharga atas dirinya tercipta dari nalurinya. 

Pemberontakan manusia dalam mebangun fakta menjadi fiktif sebuah kreatifitas luar biasa dalam berkarya, sebab realita manusia akan menjadi hal luar biasa namun akan menjadi lebih berharga ketika sebuah realita menjadi rasa berharga ketika sastra menjadi sandaran manusia dalam berkarya. Cita-cita akan menjadikan kata bermakna atas segala rasa cita-cita penulis dalam kesusastraan menjadi lapangan atau panggung dalam memahami dunia dan penciptanya. Serta manusia bisa memahami fungsi dan posisi manusia.


Minggu, 23 Desember 2018

Kado Kepada Dosen



"Berkarya adalah cara kita dalam jurusan bahasa dan sastra Indonesia, karena bahasa adalah alat kita dalam bercerita dan sastra sebagai wadah kita dalam berkarya, jika ada seorang dosen dengan teori dan  cara dipaparkan dan dirinya belum bisa memberikan bukti: dosen tersebut akan memberikan sebuah dedikasi klise tanpa disadari"

Ada dosen selalu menjabarkan kepada saya sebagai mahasiswa dan menyuruh mahasiswa dalam berkarya, sedangkan dirinya masih berada dalam taraf pengalaman bukan pengenalan dalam karya dalam bentuk cetak (menjadi buku). Semua serasa menjadi cara terbaik ketika menyuruh ke mahasiswanya. Sedangkan psikologis mahasiswa pandai dalam berpikir mereka akan berkarya ketika seorang dosen tersebut memiliki karya juga, dorongan psikologis mahasiswa tidak perlu diucapkan kepada mahasiswa tanpa disadari mahasiswa yang serius dalam berkuliah akan menemukan dorongan tanpa disuruhnya, dengan melihat hasil kerja dan bukti auntentik seorang dosen dalam berkarya.

Seorang dosen tidak akan dilawan intruksinya oleh mahasiswa karena masih menganggap kalau dirinya masih muridnya sebagai abdi kepada seorang gurunya. Karena masih mengharap barokah kepadanya, sebab guru yang bisa memberikan dan menjabarkan sebauah pemahaman agar muridnya bisa mengetahuai apa yang belum dipahami, guru jasa paing besar dalam pengetahuan kita. Pada saat berada di perantauan seorang guru mewakili orang tua kita sebagai mahasiswa. Apalagi dosen crewet kepada mahasiswa bukti dosen tersebut peduli kepada kita, serius dalam mendidik. 

Beberapa hari lalu pada saat semester II kuliah saya melakukan diskusi dengan beberapa mahasiswa. Khususnya mahasiswa yang satu jurusan yaitu jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Ada salah satu mahasiswa bertanya: "ketika kita diajar oleh seorang dosen yang sudah memilki karya, bagaimana perasaan kita sebagai mahasiswa?", dengan cengengesan salah satu teman namanya Rahmat menjawab "tidak ada pengaruhnya hehe". Namun salah satu teman mahasiswa yang anaknya sangat pintar dalam kelas namun motivasi belajarnya kurang, serta dukungan dari lingkungan tidak ada, larinya menjadi orang yang jarang masuk dan menghitung jatah masuk dalam perteuan dalam setiap mata kuliah yang ditempuhnya. Ia menjawab dengan baik "Saya lebih senang diajar oleh seorang dosen yang telah memiliki buku (karya sendiri), lantaran dengans seperti itu meyakinkan dan memantapkan kita dalam belajar dalam kelas, tanpa ada bahasa untuk memberikan intruksi saya akan ternspirasu dengan pembelajarannya, karena sudah yakn dosen tersebut berkompetn!" ujarnya mahasiswa tersebut. 

Saya sebagai mahasiswa yang selalu ingin tahu, lantaran memang tidak tau apa-apa mengenai hal bahasa dan sastra Indonesia. Ada benarnya apa yang dikatakan mahasiswa yang kedua tersebut, ketika saya membaca buku dalam hati ketika menemukan hal yang berarti dan pengetahuan baru dalam harti berkata mengapa sangat bagus si penulis buku ini. Jawaban itu setelah saya membaca buku salah satu karya dari dosen fakultas hukum, saya selalu baca karyanya di kooran-koran sangat tidak diragukan kopentensi dosen tersebut, menurut saya ia telah memberikan dedikasi tanpa disadari kepada mahasiswa lantaran karya-karyanya. 

Namun semua itu bertolak belakang dengan apa yang ada jurusan saya. Dosen semuanya memberikan pelajaran teori dan praktik namun mengapa tidak pernah ada sebuah bukti karya yang ditemukan dalam perpustakaan pusat dan perpustakaan setiap fakultas, khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikn (FKIP), padahal seorang dosen dan mahasiswa seharusnya produkttif dalam berkarya, mengapa belum ditemukan buku-bukunya. Kalau dilihat dari mata kuliah kita kita belajar bahasa dan kesustraan di mana kita mampu menuliskan dan dituntut berkarya sebagai mahasiwa disetiap tahun satu karya dalam kelompok atau individu, sebagai bukti dan cara mengarsipkan sebuah aset negara dan mencatat setiap kebudayaan setiap wilayah. 

"Karena dengan karya manusia bisa berjaya, jika tidak hari ini maka hari akan datang, hal tersebut menjadi bukti bahwa sastra dan bahasa bukan sebagai jurusan yang mampu mendidik (menjadi guru), namun akan menjadi seorang pendidik melalui dunia literasi yaitu berkarya: mengapa berkarya bisa dikatakan pendidik karena sebuah karya akan memberikan pelajaran kepada pembaca secara berevolusi, akan membentuk manusia dari dalam secara bertahap". 

Saya beberapa hari lalu melakukan observasi ke beberapa dosen, yang suka menulis dan berkaraya, banyak yang telah memiliki buku dalam proses dan buku nonfiksi tepatnya dan memang tidak terlalu dipahami oleh mahasiswa dan tidak terlalu digemarinya. Saya hanya fokuskan pada karya sastra (fiksi), yang suka menulis puisi dan cerpen dan mereka menulis hanya ada dalam Sosemed-nya saja dari itu dalam hati terketuk sebagai abdi kalau saya harus mengumpulkan karya-karya dosen tersebut sebagai bukti dan bagaimana saya bissa belajar kepada karyanya. Dengan sengaja dan tanpa sepengetahuan dosen tersebut, saya menuliskan karya-karyanya yang ada di facebooknya. Saya jadikan jadikan antologi puisi.

Dalam benak saya akan menghadap ketika nanti sudah rampung kumplan puisi tersebut. Karena kegelisahan saya atas dasar apa yang pernah dirasakan oleh mahasiswa yang nercerita ke saya pada saat semester II, setelah saya analisis ada benarnya secara defakto mahasiswa akan lebih terdorong dengan sorang dosen yang memiliki sebuah karya. Apalagi dalam memberikan atau menyampaikan pada saat belajar akan berbeda ketika memnggunakan buku orang lain. 

"Kartini tidak mengajarkan apa-apa secara langsung, namun dengan pemikirannya yang ditunaikan dalam sebuah karya ia menjadi seorang perempuan hebat dan pemikirannya menjadi acauan para perempuan di Indonesia, maka Soekarno menjadikan ia sebagai tokoh dan pahlawan di Indonesia lantaran sebuah pemikirannya yang hebat" 


Pikiran lebih mahal daripada sebuah tindakan, namun pemikiran dan tindakan akan lebih muliah tatkala kedua bisa dirasakan manusia.
sebuah pikiran akan mempengaruhi manusia lain ketika sudah dalam bentuk karya,sehingga tindakan akan menjadi pilihan manusia dalam menyesuaikan apa yang terjadi dalam zaman dan waktunya, jika pemikiran akan dibenturkan dengan sebuah keadaan manusia lain apa yang terjadi pada dirnya sebaimana manusia bisa membuka dengan cara-caranya sendiri dan pemikiran orang lain sebagai refrensi. 

Kabar Buruk

Dalam hidup manusia hanya ingin memiliki takdir yang baik. Semua kehidupan selalu memiliki konsep bagaimana manusia bisa mencipta apa yang dapat ia terima dalam dirinya, yang mampu berdamai dengan keadaan di mana ia bisa menjadikan dirinya lebih berarti dari yang dicari. Bukan hanya sekedar mencari namun bagaimana dirinaya bisa merasakan apa yang bisa dinikmati oleh manusia lainnya.

Lapu-lampu kota gemerlap terlihat terang. Di sini masih saja dalam keadaan yang tenang, menerima serta masih saja seperti manusia biasa, keluarga yang seharusnya bahagia dengan cara-cara perjuanganku, sudah tiga tahun ini aku masih dalam keadaan yang teramat sepi, tanpa arti baginya, Matahari tetap memberikan sebuah fungsi namun diri ini masih saja dalam keadaan yang masih jauh kata berarti, dari diri ini dan orang lain.

Kabar itu membuat hari semakin redup
Senin tak terasa
Selasa tak memiliki masa
Rabu hanya mebuat kita semakin rindu
Kamis hanya mengemis cintanya
Jumaat hanya seasaat mengungat
Sabtu hanya menunggu kapan ibu iba
Minggu hanya tempat mengadu tatkala libur sekolah kepada bapak

Tetangga itu mengirimkan salam kepadaku dan kepada adek-adekku, kalau ada kabar dari Bandung tentang seorang Ibu kalau ibumu sudah tiada, reaksiku bukan ada dalam mataku yang harus mengalirrkan air mata namun pukulan hati paling dalam. Diam merenungkan apa yang telah menjadikan misi saya dalam menulis serta membanggakan dengan caraku tambah semangat.

Menulis tentang semua apa yang pernah dijalani sebagai cara bagaimana, nanti akan menjadi cerita dalam mengenang sejarah. Sejarah yang mampu membuka segala hal belum diketahui mengenai setiap langkah ketika arah tidak menemukan arahnya, serta cara mampu dibenturkan dengan cara-cara sendiri sebagai refrensi dirinya dalam memperjuangkan, mengapai kemerdekaan dengan mendasari sebuah kedekatan speritual sebagai tujuan akhir manusia yang nantinya bisa menjadi manusia berharga atas dirinya dan orang lain.

Kabar buruk "Ketika kematian seorang yang dirindukan belum pernah ditemukan dalam hidupnya dan hanya hidup rasa paling dalam, akan menjadi kesengsaraan dalam kenangan, akan bahagia dalam doa yang paling klise".




Kamis, 20 Desember 2018

Serasa Semua Asing tapi Mengagumkan

Tatkala hari ini tiada paling berarti dalam langkah, semua serasa asing keadaan kadang menjerumuskan saya pada sebuah cara tidak selaras dengan jiwa. Keadaan yang ingin selalu berdamai dengan keadaan sepertinya saya harus melawan semua itu untuk bisa berkata dan menuliskan tentang itu semua. Berkata bukan untuk mengggurui atau sekedar bercara semua serasa asing dan bisa saja dalam setiap bahasa itu belum bernah terjadi pada dalam diri sehingga hanya menjadi bahasa dan kata yang muskil dalam diri, menulispun seperti itu terkadang kehilangan inspirasi serta tidak menemukan alur bagaimana menulis dan apa yang harus saya tulis, menulis kehidupan dan mencatat setiap hari-hariku tidak menarik, terlalu indah hidup Hellen Killer dalam kesehariannya penuh dengan ketidak selarasan dengan keadaan namun ia tidak pernah berdamai dengan diirnya: andai itu bisa menjadikan hidup yang dituliskan akan menjadi hal menarik. 

Hari ini tepatnya saya dan teman-teman kelas VB di jurusan saya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), melakukan aktivitas mata kuliah pratik drama teater, tepatnya hari ini sangat melelahkan lantaran sudah dua hari ada di dalam kampus untuk mempersiapkan pementasan drama teater. Saya mahasiswa yang bisa dikatakan numpang, saya bergabung dengannya karena mata kuliah tersebut sesungguhnya sudah saya tempuh berhubung dengan keadaan pada semester lalu saya melakukan sejarah paling saya kenang dalam kehidupan selama perjungan di dunia pendidikan. Saya harus cuti kuliah, lantaran keputusan ini menjadi keputusan terberat ketika saya harus menjalani dengan tanpa beban dengan rasa senyum bisa dikatakan bisa meringankan. 

Teman-teman pada banyak meninggalkan sastra, mulai dari diskusi di dalam kampus semangat merekan teaah diragukan: seharusnya dedikasi dalam kesusastaraan terus berkembang dan menjadikan kesusastraan dalam menemukan jati diri ketika ettika manusia masih dalam berada dalam tanda tanya. Saya tidak tau teman-teman kaliah banyak pada awal kuliah menggemari menulis karya sastra sebagai kompetensi dalam berkarya katanya setelah ini sudah tidak aktif' maka perlu dobrakan varu membuat nyaman dan mampu membuka dirinya lebih giat dalam langkah hidupnya.

Ketika saya harus menuliskan sebuah puisi dalam sekala malam alam menjamin tidak akan ada rasa paling dalam kecuali lahir setelah melakukan, 
Hidup ketika dipikirkan akan membosankan
Sebab pikiran hanya bagian dari mimpi 
Menulis puisi dalantaran ada kekosongan jiwa selalu menemukan diksi dalam menyusun puisi
Lahir dari makna yang ditukil dalam gemari para nabi dan bidadari.
Puisi yang jadi akan dibacakan tatkala ingin menemukan estetika sebuah karya sastra. 

Rabu, 19 Desember 2018

Melawan Kreativitas yang Berdamai Dengan Keadaan

Akhir-akhir ini saya selalu berpikir bahwa sebuah penulisan dalam apa yang saya jalani ini tidak hanya menjadi hal yang menarik. Semua itu lahir dari sebuah kritikan atas tulisan-tulisanku mulai dari tulisan opini yang dimuat di Times Indonesia dan tulisan di Majalah, semua itu membuat saya berpikir tentang bagaimana arah dan langkah saya dalam menulis, terkadang saya harus berhenti menulis untuk lebih memperbanyak baca, kadang pula harus berpuasa dalam mengiisi jurnal hasian saya karan ada salah satu teman namanya Mas Fajar, berhentilah dulu dalam mengisi catatan hariannya, untuk bisa menjadikan struktur tulisannya lebih baik lag. Salah satu dosen juga menyarankan dan memberikan tulisan-tulisan saya, hal tersebut terasa membuat bangga lantaran masih saja yang ingin memberikan masukan, agar saya bisa memiliki rasa pintar dalam setiap belajar. 

Semua setelah saya lakukan, mencoba mengisi kekosongan dengan hal positif dan melatih berpikir struktur yang baik, belajar menulis dan membaca lebih giat. Sebuah proses kreatifitas dalam diri masih saja belum terbukti, saya bealajar menulis puisi ada yang panjang ada pula yang pendek, semua masih dalam kategori roman yang dipuisikan. Mata mulai sadar, keadaan sangat mengungkung untuk bercadar untuk bisa membawa bukan hanya sekedar, namun bisa sadar dengan semua bacaanku, menghantui setiap gerakku, semua sserasa mencoba mendewasakan semua itu dengan kata-kata dan bahasa, dilahirkan dari sebuah proses berpikir serta membentuk kreatifitas diri. 

Kekerasan dalam keinginan terkadang memiliki kelemahan ketika harus mengorbankan kepentingan primer, sedangkan sekunder menjadi hal utama, semua membuat saya lebih tidak bisa apa-apa, apa karena saya terlalu serius atau memang ada kesalahan dalam proses belajar, namun semua saya mencoba memaksimalkan itu semua, menuliskan sebuah karya orang lain dan akhir-akhir ini saya menggarap puisi dosen saya, ketika ditanya mengapa harus dikerjakan puisinya, sempat berpikir dan apakah itu akan menjadi penghambat dalam proses belajar. Semua dilakukan tanpa melakukab berpikir panjang, saya lakukan dengan caraku dan bagaimana hal tersebut memberikan dampak baik dalam diri saya dan orang lain. 

Setelah saya  lakukan itu semua, serasa masih penuh renungan panjang dan langkah apa lagi harus dilakukan, menulis adalah cara bagaimana menemukan hal baru dan bisa menjadikan saya senang, semua itu lahir ketika awal kuliah, kalau bisa diakatakan latar belakang menulis tidak ada semua lahir karena dengan sendirinya tanpa disadari namun menyadari. Semua perlu proses panjang saya harus banyak belajar baca serta bisa meminta masukan ke teman-teman kampus teman diskusi di PPMI Kota Malang, semua serasa cepat namun belum bisa apa-apa atas proses itu ecara signifikan dirasa dan mampu mencipta secara sempurna. 

Beberapa hari ini batin dihadiri rasa dilema menulis serasa kehilangan gairah apa yang harus saya tuliskan. Semua keadaan tidak ada yang menarik, saya juga menulis keadaan sebagai cara bagaimana saya bisa menemukan hal yang baru dan mampu membuka cara, mungkin saja dengan sedikit aktivitas kerja saya lakukan untuk bisa mengembangkan segala hal untuk bisa lakukan dengan menulis, dengan proses menulis saya melakukan membca banyak buku, mulai dari Ernest Hemingway, Iwan Simatupang, Usman Arrumy, Faisal Oddang. serta buku sastra lainya sebagai bentuk kebutuhanku dalam kesearian yang menjadi pilihan dan banyak lagi belum banyak pula saya selelsaikan dengan tuntas. 

Teman-temanku pada menanyakan tentang buku-buku yang saya tulis, menggap saya sudah pintar, saya hanya menjawab menulis bukan karena pintar namun karena memang saya tidak tau apa-apa makanya menulis dengan seperti itu ketika menulis saya selalu mencoba mencari tau yang bisa saya lakkan dan menemukan refrensi dalam kepnulisan sehingga bisa menjadi pengethaun yang bisa membawa pada saya untuk bisa lebih baik dalam memiliki pengetuan yang memberikan nilai estetika pada kehidupan agama, negara serta kepada apa yang menjadi kebutuhan manusia. 

Akhir-akhir ini saya berpikir kemana arah tulisan ini saya berikan, mau fokus disastra atau mau fokus pada ilmiah seperti opini dan menulis puisi. Akhir-akhir ini saya menulis puisi dan mencoba menulis opini namun semua yang saya tulis akan menjadi hal pertanyaan apakah saya terlalu menggap hidup menjadi hal keharusan dalam mimpi sehingga apa yang saya tuliskan ini menjadi hal menarik namun jauh dalam realita harus dalam melakukan tindakan. Jika dipikirkan saya sangat jauh namun semua hari ini melakukan sesuai sesuai saya lakukan. 


Sabtu, 08 Desember 2018

Tiba Sebelum Berangkat

Hamba yang menghamba pada masa: dimana ia akan senantiasa memuja dirinya
Aku di sini masih saja dengan pagi bertanya tentang mankna memuja
Suasana kita berbeda: ada yang menjauh dari kata dan bahasa 
Apa yang paling dekat dari kata dan bahasa yaitu rasa

Teman-temanku hari ini mengajakku meminum kopi; memakan, makanan yang tak pernah aku rasakan selama hidup, sedangkang ada di Somalia dan Papua merasakan rasa manis yang beda dari kita: bukannya tidak ingin berkata dan berjuang namun makhluk kecil akan senantiasa membaca dan mecari berguna dalam guna bila doa akan ditunaikan padanya.

Mereka yang bersua dengan asupan makan pikirannya kesetaraan serta Marx, Pram, dan Tirto selalu menjadi pesan terakhir dalam perbincangan: sehingga persoalan hanya menjadi pembahasan kompleks namun sebagai kaum muda hanya bisa berencana tanpa memaksa dalam lapar mampu bertahan, jika bertahan mungkin saja akan takut mati dalam laparnya. 

Aku mencoba menghatamkan sebuah buku "Tiba Sebelum Berangkat" Karya Faisal Oddang, buku tersebut menceritakan tentang budaya Makasar ditulis dengan kemasan novel bisa dikatakan sebuah karya fiksi namun tidak menetup kemungkinan melakukans sebuah riset dari beberapa buku dan literature: menceritakan tetang pebantaian DII/TII di Makasar, serta menceritakan bahwa di sana ada seorang yang memiliki kepribadian ganda bukan pria ataupun bukan wanita, dan di sana itu menjadi orang dihormati karena termasuk manusia pilihan. Yang paling berkesan bahwa di Makasar sebelum berangkat menjadi sebuah ritual setiap melakukan sebuah perjalanan. 

Semua yang menjadikan bisa bukan karena sudah kodrot manusia namun apa yang menjadi kebiasaan, serta bagaimana kita mampu meneladani serta memanfaatkan waktu mampu mempersembahkan, dunia bukan hanya sekedar berada dalam mimpi memberi sebuah nilai estetika. Manusia akan senantiasa berkata bahwa segala yang berharga memberikan cara manusia pada apa yang ada di dalam mimpinya. 

"Tiba Sebelum Berangkat"

Jumat, 07 Desember 2018

Belajarlah Pada Anak Panah

Jangan kau pernah hidup dalam karangan yang merangkai fas bunga denga estetika
Dunia sebuah pertarungan antara keberanian dan kesadaran akan segala hal
Pelajaran yang sebenarnya tidak pernah ada di dalam ruangan: bahwa kehidupan paling nyata dalam perasaan manusia dalam perjuangan hidup, di dalam bangku-bangku kuliah dan dalam ruang-ruang ber-ac mereka hanya menyontek dari hasil tulisan seorang yang besar dengan sebuah karyanya.
Sedaangkan di dalam kehidupan manusia berharga ketika manusia sudah mampu menemukan hal baru dalam kehidupannya serta mampu meluaskan pola pikirnya dalam sebuah tindakan tanpa ada sebuah ikatan dengan sebuah sistem.

Ketika saya pernah melakukan sebuah tindakan yang sangat besar dengan cara harus ke luar dari kota Malang, di mana tempat saya belajar banyak hal mulai dari kelas dan di luar menemukan hal-hal yang belum saya temukan dalam pelajaran yang paling berharga mampu menyelesaikan di dalam dirinya. Saya harus mengambil keputusan sangat besar dan berat lantaran harus cuti kuliah.
"Anak panah lebih melesat kencang lantaran ditarik kebelakang"

Dalam pabrik di situ saya belekerja di PT. Siantar Top daerah Sidoarjo tepatnya di Geddangan. Bekerja di bagian posisi yang menurut saya sangat beruntung karena posisi ini sangat diharapkan banyak rang. Posisi sebagai penghitung barang finis good setiap hari menghitungnya, ketika berjalannya waktu saya menemukan banyak hal dari kehidupan saya yang berada di dalam kelas: teman-teman kerja banyak bertanya tentang pendidikan saya tidak pernah bilang kalau saya lagi berkuliah, dan hari ini kerja bikan untuk bertujuan sementara, secara maksimal saya mencoba memaksimalkan dengan baik.

Kamis, 06 Desember 2018

Pikiran Lebih Mulia Daripada Tindakan

Pikiran lebih mulia daripada tindakan namun ketika pikiran itu mampu diterima dan diamalkan oleh orang banyak. 

Desember 2018 tidak terasa sudah beberapa saya di Malang ini. 
Musim yang tetap dengan hujan setiap bulan desember: entah apa bedanya dengan tahun-tahun sebelumnya, mungkin langit-langit dan awan tetap berada di atas kita. Namun semua akan berbeda dengan sebuah suasananya. Bulan ini sangat banyak hal dalam keadaan sosial yang menjadikan saya untuk berpikir mengenai segala terlahir dengan sebuah pengetahuan. Walau kadang diriku tidak tau bagaimana menyelesaikan adanya perpolitikan di negeri ini, bukan apatis dengan itu semua, namun diri ini belum selesai dengan diri ini, namun perpolitikan semuanya tidak memiliki nalar baik semuanya membela dengan dasar fanatik bukan sebuah prinsip. 

Desember ini hujan semakin deras, kalangan mahasiswa yang seharusnya menjadi kalangan yang berssih dalam perpolitikan yang tidak sehat, kadang hal itu masuk pada ranah-ranah kampus, sebab dasar membangun sesuatu bukan sebuah proses berda di dalam kampus. Ada beberapa yang bisa menetrallisir semua itu, kadang akademisi nalarnya mempertahankan dirinya untuk mencapai apa yang menjadi mimpinya. 

Teman-teman Pers Mahasiswa menurutku masih berada dalam koridornya menjaga idealismenya namun  terkadang masih belum memberikan sebuah dampak yang positif dalam mengubah, namun dalam inisiatif semuanya saya masih nyaman dengan mereka. Namun yang sayangkan bagaimana nanti Pers Mahasiswa menjadi wadah edukasi yang bisa di komsumsi masyarakat bukan hanya pers kampus saja. Jalan yang baik dalam sebuah arah luas dan mampu mendedukasi. 

Semakin banyak yang bisa dilakukan hari ini semakin sempat dalam memperluas segala tujuan, terkadang segala hal akan memberikan sebuah tawaran baru, entah kapan bisa memaksimalkan semua itu tidak akan pernah terjadi ketika semua mausia hanya bisa merencanakan, ketika saya mencoba menuliskan namun kadang berpikir kapan saya akan bisa mengimplemintasikan apa yang telah menjadi konsep. Rencana itu lebih mulia daripada tidak memiliki cita-cita, namun cita-cita lebih berharga tindakan; bisalah kita belajar pada Kartini ia tidak pernah melakukan perang melawan Belanda namun sebuah pemikirannya yang sangat pas dengan masyarakat dan masyarakat mampu meerima apa yang ia pikirkan sehingga dapat diamalkan olehnya. 

Rabu, 05 Desember 2018

Sebuah Pemikiran Harus diasah agar Terarah


Hari ini ada yang menawarkan kepada saya dan menanyakan mengenai demokrasi yang cacat di kampus: mahasiswa yang adek tingkat dari saya itu, baagaimana kak dengan demokrasi di kampus kita tidak sesuai dengan azas-azas demokrasi kita. Dia menceritakan kronologi dengan apa yang pernah dialami dalam dirinya, pada awal maba dan pada semester dua ia tidak tau mengenai sebuah organisasi, namun lambat laun ditawari dengan seorang teman perempuan, yang mengajaknya untuk beroraganisasi, kebetulan organisasi itu adalah OMEK (Organisasi Ektra). Tawaran tersebut membuatnya untuk mencobanya masuk ke Omek tersebut, berjalannya waktu semuanya terjawab dengan sendirinya dengan baik dan buruknya. Setelah semua bisa dijawab dengan sendirnya dihadapi sebuah pilihan di mana diri ini harus memilih, setelah memilih memutuskan untuk tidak ikut serta dengan Omek yang dikikutinya. Karena sadar dengan jurusan Bahasa dan Sastra seharusnya suci dari berpolitik, kalau bisa dalam jurusan sastra lebih mengkritisi perpolittikan bukan malah-malah ikut-ikutan. 

Dalam sebuah permasalahan itu mengambil kesimpulan mengapa kampus yang seharusnya menjalani sitem demokrasi suci, kita seharusnya lebih bijak bukan lebih memperkeruh kebajikan sistem di kampus. Kampus selalu memberikan ruang baik dalam mendedikasi, bukan malah mendedikasi namun hanya memberi polusi tidak baik, mengenai sistem dalam tata kampus, sehingga dalam pemilihan  presiden mahasiswa (PRESMA) tidak murni, lantaran tatanan di kampus senada dan seirama dalam latar belakang bendera. Sehingga lahirlah sebuah asumsi negativ. 

Ketimpangan dalam sebuah sistem menjadikan kita semua memiliki asumsi negativ, sehingga akan terjadi sebuah distras ke birokrasi kampus dan berkata "Mendingan jangan diberikan sebuah pemilihan jika masih saja didominasi oleh pasukan bendera", demokrasi menjadi hal yang mudah basi ketika tidak terjadi hal yang mendominasi. Akal sehat tidak disehatkan bahkan tidak dilibatkan dalam praktik-prakti yang hanya menjadi perbinjangan oleh segelintir orang-orang yang membicarakan kepentingan tanpa memperhatikan hatinya.


Selasa, 04 Desember 2018

Catatan Masa Sulit yang Tiba Setelah Berangkat

Sudah beberapa hari, akhir-akhir ini saya tidak mengisi  tulisan di blg ini: buukan karena malas atau bagaimana saya menulisnya, namun terlalu banyakhal yang harus saya tuliskan namun semua itu tidak bisa saya temukan dalam waktu yang tepat. Karena dalam keseharian saya merasakan waktu 24 jam itu kurang, entah mangapa saya merasa seperti itu, apa lantaran kesibukan terlalu menyita dalam menulis, saya masih bertanya-tanya tentang hidup ini, bagaimana saya bisa memanfaatkan waktu dengan sebuah rasa cinta yang paling dalam tanpa ada sebuah waktu yang buang sia-sia. 

Kesibukan dalam akhir-akhir sangat hingga lupa kadang baca buu, walau dalam tas selalu ada tawaran baca buku ada tiga dan empat yang bisa saya bawa dalam setiap saat, namaun kadanga tidak sampai selesai harus saya akhiri. Menulis adalah cara paling tepat dalam mengisi kekosongan, apalagi dalam menuliskan sebuah puisi, walau terkadang hanya menjadi sebuah uraian kata membentuk sebuah prosa. Menulis hanya butuh waktu paling sedikit dalam menuaikan segala apa yang ditangkap oleh naluri. 

Terkadang yang menjadi probllematika tidak selesai-selesai adalah masalah tentang diri: bagaimana bisa semua bisa dilakukan maksimal serta bisa membagi setiap waktu menemukan kreatifitas diri yang menjadi potensi diri sehingga yang kita lakukan lahir dari jiwa yang aling dalam menemukan semua hari ini hanya menjadi cara bagaimana melakukan aktivitas tidak berpacu pada tekanan, walau pada akhir-akhir ini banyak yang dilakuakn secara tekanan tidak lahir dari diri. 

Namun semua yang terjadi bukanlah hal yang amat sulit dan rumit, sebuah perjalanan adalah langkah yang pada akhrnya akan tiba suatu masa di mana semua ini akan tiba. Masa-masa paling berharga akan selalu menyelimutiku dalam nostalgia yang berharga, membahagaiakan apa yang direncakan dengan sebuah pengetahuan yang didapat bukan hanya sekedar bisa namun mampu membuka ruang baru dalam memberikan sebuah sublim-sublim mengenai hidup. 

Ada banyak hal yang saya temukan dalam masa-masa yang amat beruntung, melihat teman-teman saya yang semuanya sudah fokus pada satu kehidupannya saya disini masih diberi kesempatan bisa melang-lang buana dalam suana paling damai. Walau kadang rumit tidak dapat saya terjemahkan dalam sebuah tulisan namun semua itu dapat saya rasakan dalam nikmatnya cinta daam melakukan sebuah proses di dunia pendidikan. Teman-teman sudah pada merasakan nikmatnya hidup bersama dengan dunianya, di sini masih saja berjuang dalam sebuah keadaan yang paling dalam walau kadang kejam namun semua teratasi lantran masih saja ada suasan yang damai dalam jiwa, keos dalam keadaan. 

Terkadang ada banyak hal yang membuat kita dewasa, pernah keluar dari sebuah persoalan namun menemukan sebuah permaslahan baru; tidak akan menjadi dewasa ketika manusia hanya bisa membawa namun tidak dapat mencerna.Ada yang besar dari sebuah keadaan, ada  yang kecil dari sebuah keadaan namun semua itu terbentuk dari segala apa yang akan mampu menyikapi, semua memiliki masalah namun semua orang tidak akan mengetahui masalah yang mana akan melahirkan sebuah pengtehuan baru dalam hidup manusia.

Yang lahir dengan  keadaan kosong akan merongrong dalam kesetiaan manusia melakukan sesuatu seharusnya cara tidak baik memiliki implikasi dalam menjadikan diri pada suatu yang baru dalam menemukan hal yang menjadi berkesan dalam hidup; ilmu sebagai dasar buku dan kitab sebagai landasan dalam mendapatkan sumber pengetahuan semua akan bisa membawa pada paragraf paling sederhana dan bisa mencerna apa yang diterima dalam bentuk lakon dan laku sebagai objek akhir.

"Masa sulit tiba setelah berangkat hal yang sudah biasa dan wajar dalam hidup"

Kamis, 29 November 2018

Proses dalam Membuat Majalah LPM Fenomena

Saya mendapat jadwal kerja dari pukul 15:00-23:00 hari Kamis, hari itu kebetulan saya hanya kulia dua mata kuliah, yang keduanya terdiri dari SKS yang lumayan banyak yaitu enam SKS. Kebetulan hari itu mata kuliah ini semuanya praktik agak kewalahan dalam waktunya, apalagi mata kuliah yang mata kuliahnya itu dosennya tidak pernah masuk, sebenarnya kuliahnya hari jumat namun mengatur sendiri meminta hari kamis untuk melakukan perkuliahan, namun saya tidak akan menjelaskan nama dosen tersebut. 

Tenma-teman LPM Fenomena pada sibuk ingin bahas dan majalah ingin segera terbit. Mengapa saya ikut serta dalam kegiatan tersebut, tidak menutup kemungkinan karena saya pernah belajar di sana. Sehingga saya dianggap paling tua diangkatan 2016, sedangkan saya sendiri kuliahnya 2015 masuk kuliah. Teman-teman pada sibuk akan mengadakan rapat karena akan segera harus terbit majalah tersebut, tempat kumpulnya bertempatan di tempat saya bekerja, namanya Kedai Elle tempat jualan Kopi dan makanan. 

Diskusi dengan teman tadi malam meluas tanpa kemana mengenai ilmu yang tidak akan ada habisnya jika dibahas. Keluasan dalam khasanah ilmu terbentuk dari sebuah perbedaan  sebuah persepsi mengenai pandangan mengenai dunia, di mana ada teman yang namanya Iqbal mengatakan dunia adalah cara belajar tentang kegelisahan dengan bisa menciptaan sebuah karya yang mana setiap karya tulis darinya akan menimbulkan sebuah aroma kegelisahan sangat pada pembaca. Hal tersebut selalu menjadikan dirinya terkontaminasi dengan sebuah keadaannya yang membawa dirinya pada suatu moment setiap menulis mengingatkan dirinya pada ayahnya yang telah tiada. 

Ada lagi yang sangat menjadikan dirinya pada suatu hari di mana setiap dunia akan memiliki sebuah pandangan mengenai dunia. Sehingga dalam sebuah karyanya akan selalu menghadirkan sebua h pandangan baru dan mengingat dengan sebuah kehidupan baru, sehingga akan menawarkan pada setiap karyanya bisa membawa pembaca pada paragraf utama kehidupannya. 
Sehingga yang bisa menghidupi dirinya adalah karya tulisannya, karena dari tulisannya sangat percaya akan semua itu bukan hanya sekedar bisa menulis namun dari tulisannya bisa menghidupi dieinya. 

Saya sendiri sederhana dalam memandang dunia, sebab terlalu sempurna dunia yang telah Allah persembahan pada diri saya, dalam apa yang bisa saya lakukan pada dunia akan selalu memberikan sebuah penawaran baru dengan apa yang menjadi seorang tetap hidup dengan caranya sendiri, namun saya memberikan sebuah pendangan baru dengan menyelaraskan kehidupannya dengan sebuah pandangan yang bisa tuliskan, dan bisa dibaca olehnya serta bisa dicerna olehnya. Dunia adalah cara saya menemukan hal baru yang sekiranya setiap karya tercipta bukan karena sebuah keadaan yang melahirkan namun sebuah keadaan dilahirkan dari sebuah cinta dari dirinya.

Namun sebeum itu kami ber-enam membahas mengenai majalah. di mana itu bisa dikatakan rapat pengumpulan tulisan dari teman-teman dalam melakukan sebuah liputan dari beberapa hasil anggota LPM Fenomena. Sudah banyak anggota baru menuliskan sebuah gagasan yang dijadikan sebuah tulisan berharap dalam benaknya bisa diterbitkan di dalam majalah LPM Fenomena yang direnacakan nanti pada akhir Desember bisa terbit, sesuai tema majalah yang akan diangkat yaitu "Kriminilisasi Pendidikan", tema itu dijadikan tiga aspek pembahasan dari ketiga sisi yang dibahas yaitu:
1. Kriminilisasi pendidikan
Akan menjadi sorotan pembaca dalam majalah LPM Fenomena tahun ini, jika tahun lalu majalah tidak terbit dengan eksemplar yang banyak, namun tetap dalam melakukan sebuah praktik-praktik jurnalistik di dalam menghasilkan sebuah karya jurnalistik. 
2. Mengenai kebudayaan 
Budaya adalah salah satu pembahasan sangat luas pula bisa saja dikaitkan pada tema besar kita, bagaimna budaya menjadi sarana manusia bisa hidup dalam suatu wilayah akan tetap bisa membawa budaya yang menjadi ciri khas, akan tetapi akan tetap hidup dalam koridor yang bisa diterima dalam kehidupan tersebut, sehingga budaya itu penting salah satu kebiasaan yang mendidik akan karakter sebuah bangsa.
3. Kecintaa Bahasa Indonesia 
Bahasa adalah salah satu fungsi kehidupan dalam berinteraksi: dalam penggunaan bahasa yang baik yakin manusia akan hidup baik pula (selalu diterima dalam setiap bagian). Bahasa salah satu dari hal yang penting dalam dunia pendidikan motor dari segala ilmu adalah bahasa, ketika manusia bisa mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar maka ia akan hidup lebih capat dalam sebuah wilayah tersebut. Maka perlu bahasa kita bahas dalam mencintai bahasa sehingga bahasa itu akan menjadi salah satu bentuk tertinggi, untuk bisa menguasai. Apalagi hari ini bahasa Indonesia menjadi bahasa yang banyak diminati oleh negara-negara lain di eropa, bahkan di salah satu Negara  Australia, bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib untuk dipelejari, sehingga banyak pula di setiap kampus khususnya di Unisma yang dari Uzbekistan belajar bahasa Indonesia dengan tujuan belajar bahasa Indonesia. 

Pembahasan sangat meluas, sehingga pembahasan sebuah kumpulan cerpen dimana cerpen nanti itu: bisa menjadi Antologi dan menjadi hal baru dalam LPM Fenomena bisa menerbitkan sebuah cerepen selain majalah. Sebenarnya tidak perlu gelisah jika anak sastra Indonesia ketika membicaarakan cerpen, kita pasti punyas setelah didata ternyata sudah banyak yang memiliki cerpen, salah satunya Atiya, Iqbal, Riska, dan Anin. Saya sendiri masih akan mencarinya kumpulan cerpen yang mungkin saja menjadi salah satu yang masuk ke antologi tersebut dan bisa menerbitkan secara bersama dalam bentuk antologi cerpen.

Ketika yang perempuan sudah pulang, karena waktu sudah menunjukan pukul 22:00 Wib, mereka harus pulang untuk, karenawajar perempuan punya jam malam (ke atas pukul 21:00 dikunci). Saya dan teman-teman ketiga anak masih bertahan, kembali pada paragraf pertama dan ketiga memmbahas hal yang paling jauh namun paling dekat dengan diri kita, bahasa mengenai karya yang tidak akan ada habisnya ketika kita mau menulisnya dalam sebuah bentuk karya tulis. 

"Tidak ada yang paling berarti dalam hidup manusia ketika ia tidak berpaling dari kenyataannya, sehingga tidak hanya menjadi manusia yang hanya menerima apa adanya"

Rabu, 28 November 2018

Catatan Mahasiswa; Membagi Cara Literasi Kesehatan FKUB


Saat hujan menyapa dengan sebuah tanya, tanpa maksud apa-apa pada saat itu  sebagai manusiabertannya pada diirinya “apa hari ini sebuah cita-cita masa depanku?”. Sebuah perjalanan akan menyisakan kesan pada setiap peralanan, alam selalu mempersembahkan  apa yang telah dititakan ketika memaksakan untuk mengikuti perputaran alam. Suasana pertemuan dalam sebuah perjemuan pada sebuah ilmu pengetahuan sangat banyak jalan untuk menempuh.
            Pada saat kuliah aktiv sebagai mahasiswa akan mengemban beberapa banyak tanggung jawab “katanya”, ketika kita yang lain sibuk dengan tugas tanggungjawab laporan, yang akan diserahakan kepihak sekolah, suasana kos sudah tidak kondusif. Banyak dari antara buku dalam rak hanya menjadi instalasi pemandangan yang menuai estetika pencitraan ketika mengmbil buku hanya berdebu dalam rak buku yang telah terkumulkan. Rasa-rasanya kemaraian itu menunda kegelisahan serta menguji bahwa literasi sebagai pondasi sudah tidak dihiraukan kembali, dengan  keadaan manusia dalam menciptakan sebuah karya ketika sudah menjadikan kita untuk lebih bermakna dalam membaca. Ketika Unisco melakukan penelitian pada 2014 mengenai tingkat literasi di Indonesia dikategorikan rendah dan lemah, karena hasil dari data bahwa rata-rata dari 1.000 orang Indonesia yang suka pada literasi hanya 1 orang. Proses penelitian itu dilakukan dengan peringkat baca; Koran, majalah, dan buku sangat rendah dalam hasil dan pembelian atau koleksi buku orang Indondesia.
            Sifat malas adalah kudrot dalam diri manusia, jika nyaman dengan sebuah keadaan bersiaplah untuk digilas oleh peradapan. Peradapan  lebih kejam dari kejahatan para kriminalisasi ketika perjalanan tidak pernah memberikan sebuah marwah terhadap kisah tuk masa akan datang. Dengan proses membacalah manusia bisa Berjaya serta bisa berkarya, berbuuat baik manusia akan bisa dicipta namun sebuah cara terbaik yang mampu memberikan hak cipta pada kehidupan manusia. Kemalasan itu hanya bisa dilawan dengan sebuah keinginan, dengan seperti itu maka akan meruntuhkan sebuah kemalasan.
            Pada suatu hari yang lalu saya mendapatkan pesan watshap, berbunyi permintaan untuk menjadi pemateri 19, September 2018 di Fakultas Kedokteran Unversitas Brawijaya (FK-UB), kala itu saya sangat kaget karena merasa belum siap, dikarenakan  saya sendiri masih semester VII, karena itu adalah pilihan untuk bisa belajar dengan apa yang berkan kepada saya mungkin saja itu amanah. Dan saya rasa itu sebuah titahan dari Allah Swt diberikan agar saya bisa belajar lebih giat mengenai teori serta tetantang kehidupan. Setelah itu saya putuskan untuk menerima apa yang sudah menjadi pilihan yang penting niatkan untuk belajar.
            Banyak hikmah yang dapat saya ambil dari apa yang dapat saya bagikan nantinya. Langkah awal saya mengambil data-data peringkat literasi yang ada di Indonesia, karena materi yang diminta yaitu mengenai literasi “Budaya baca, Diskusi dan Menulis”, sebuah keresasahan dan kebahagian lantaran ini menjadi tantanangan kepada kompetensi pada diri sendiri serta bagaimana mental bisa memberikan pandangan pada mahasiswa FKUB yang dalam klasifikasi disiplin ilmu tergolong pada disiplin ilmu eksaskta. Sehingga tugas saya sebagai orang yang nantinya bisa memberikan stimulus dan peserta bisa merespon apa yang bisa saya sampaikan, harus lebih siap dengan persiapan mateng. Setelah mencari serta mendapatkan data dari apa yang ditemukan sangat memiriskan karena peringkat negara palinng rendah Negara Indonesia berada diposisi paling bawah nomor 2 di atasnya Bostwana. Ini permasalahan sangat memilukan dari tahun ketahun 63 tahun yang lalu kata Taufik Ismail negara kita.
            Paling menarik dalam literatur menemukan data mengenai pentingnya literasi. Tulisan itu ada di dalam risetnya media tirto.id bahwa Francis Bacon sorang filsuf Inggris mengatakan bahwa “Pengetahuan adalah kekuatan, siapapun pelakukanya”. Kalau kita mennjau lebih dalam mengenai sejarah, pada saat berjayanya seorang Fir’un Berjaya bukan semata-mata dengan kekuatan militernya, Fir’un memiliki perpustakaan sendiri yang mengoleksi buku 20.0000 buku. Hal itu menjadi refleksi dalam kehidupan dalam pentingnya literasi baca. Membaca adalah kekuatan manusia ketika mampu menguasai apa yang telah dibaca. Dengan seperti itu pula saya bisa sadar atau kritis atas pentingnya membaca bukan hanya memberikan dampak pada diri sendiri namun akan memberikan dampak pada kehidupan kemaslahatan ummat serta membantu atas kemajuan perkembangan sains sebagai sumbangsih mengenai pentingnya perkembangan zaman, dengan pengetahuan yang dimiiki akan memberikan dampak terhadap fungsi orang lain serta punya nilai estetik.
            Setelah mendapatkan di sini saya mempersiapkan diri mengenai teknis bagaiamana nanti bisa menyampaiakan mengenai budaya literasi, dengan keadaan yang jarang istirahat secara teratur. Ketika sudah sudah siang pergi ke Perpustakaan Pascasarjana untuk baca-baca literatur yang berkaitan dengan kesehatan literasi, setalah menemukan sangat menarik, karena kesehatan literasi sangat penting pada kehidupan dalam membangun kognitifitas serta psikomotorik dalam perkembangan hidunya. Otak akan selalu sehat ketika keterampilan membaca, diskusi, serta diskusi (dunia literasi) diintensifkan dengan serius. Ketika masyarakat cerdas bersiaplah negara akan berkelas.
           

Minggu, 25 November 2018

Catatan 26, November 2018


Sebuah keadaan akan membawa saya pada sesuatu  yang akan menjanjikan sebuah kegagalan dalam tindakan.Hari ini menjadi hari paing membosangkan, karena sangat membuat malas. Didukung sebuah yang membuat tambah malas dalam melakukan sebuah kegiatan rutinan saya setiap hari senin pergi ke salah satu SMK ANNUR Bulululawang di Malang, setiap kala tawaran yang diberikan ke saya waktu saya terima, walaupun saya sendiri telah melakukan beberapa aktivitas sama mengelesi di SMA NURUL ULUM di Malang juga. 
Memuat hari ini semakin malas adanya hujan yang akan menjadi sebuah penghalangku. Saya kira hal itu ada yang menganggap sebuah anugerah ada pula hal itu sebuah penghalang bagi saya, namun hal tersebut memang menjadi kendala dalam langkah saya untuk pergi ke tempat saya mengelesin. Delima dalam setiap langkah pemuda bukan hanya sebuah keadaan namun sebuah jiwa yang masih dalam peperangan dalam batin. Perjalanan yang seharusnya menjadi sebuah kebanggan saya, seharusnya bersyukur dengan tulisan ini saya mencoba merekan dan ketika nanti dibaca bisa mengetahui apa yang seharusnya saya benahi dari kehidupan yang sagat penuh persoalan mendewasakan. 
Pada saat ada teman kos saya memperhatikan sebuah langit yang menedung, mungkin akan turun hujan walau dalam ucapan yang saya katakkan "Saya tidak akan mendahului Allah tapi dengan tanda mendung seperti ini akan terjadi hujan nanti", dengan bahasa yang paling sederhana karena untuk melampiaskan kemalasan dalam sebuah aktivitas. 
Saya mengambil sebuah buku dan dibaca, setelah itu saya mencoba memualai menuliskan tentang itu semua dalam sebuah keadaan yang selalu ingn berdamai dengan sebuah persoalan. Saya sudah lama menemukan hal tersebut dan saya sering mendiskusikan dengan hati, apakah ini sebuah kelemahan saya, sehingga akan menjadi hal yang kuat dalam jiwa, cara-cara apa yang akan saya lakukan terkadang sangat membingungkan serta membosankan. Hingga pada akhirnya ketika semua terasa asing serta sangat membosankan, banyak hal yang saya coba ingat.
Yang sering saya ingat sebauah rutinitas dan keadaan diri ni, dengan sebuah rutinitas terkadang menyita waktu dalam melakukan sebuah kreativitas dalamn belajar. Bahkan rutinitas mengalahkan sebuah kreatfitas yang betul-betul lahir dari hati kita sendiri tanpa kita sadari. 
Setelah hujan tiba saya merasa bersyukur dan menyesal, ketika hujan senang karena tidak berangkat dari sisi lain saya merasa menyesal ada waktu yang sangat sia-sia hari ini, ada waktu yang tdak maksimal dengan sebuah baikan (Kurang faedah bahasa sekarang). 

Mengenai persoalan dengan diri belum selesai, tidak pernah sibuk mencintai. 

Setelah saya buka hp ada yang mendiskusikan sebuah kegiatan di hari rabu tgl 28, mengenai kegiatan Frol (Frum yang bergerak dalam dunia literasi). Ada yang mengirimkan pesan bahwa: 
"Mas Rabu besok ini akan mau diisi dengan materi apa?" 
"Isi saja sastra atau e-jurnal atau bedah buku"
Karena sudah beberapa waktu lalu berjalan dengan sebuah kegiatan literasi dengan bedah opini. Saya sendiri yang mengisi di kegiatan tersebut, semua akan menjadi tantangan dalam mencintai literasi dan membangunkan gairah dunia literasi sebab hal ini menjadikan kita sebuah tantangan diri sendiri dan menjadi tantangan orang banyak, dengan kegiatan saya bangun dengan salah satu teman namanya Febi semester VII satu angkatan dengan saya. Serta ada banyak tim yang ada di dalamnya saya kenali yaitu Atiyah, Iqbal dan teman-teman baru yaitu Apria dan Anggun nama-nama baru saya kenal itu yang kemarin ikut kelas opini. 
 Berbicara lieterasi kita tau, semua orang tidak akan banyak yang suka dengan dunia ini. Padahal sangat paham dengan fungsi dan manfaat dari kegiatan tersebut. Banyak dari sekian banyak orang suka baca namun tidak akan suka dengan menulis, begitu sebaliknya. Namun penulis sudah tentu membaca.

Setelah membuka hp kedua saya mendapatkan mahasiswi mengirimkan pesan ke saya mengajak bertemu, mahasiswi tersebut sering mengajak ke saya untuk mendiskusikan tulisan, beberapa hari lalu mahasiswi yang itu mengirimkan tulisan ke email saya.selain itu juga ia sering memperhatikan saya beberapa lalu rambut saya panjang dan ia dengan kode menyarankan tempat potong rambut namun saya dengan kesibukan aktivitas lupa akan semua itu. Dalam benak saya pertemuan sekarang itu ia mengajak saya bertemu mungkin akan membahas sebuah tulisan. 

"Yang berharga adalah waktu, yang tersial adalah laku yang tak memiliki sesuatu menyayangkan waktu"

Hari Guru 25 November 2018

Hari ini ada yang mengikuti latihan drama teater. Semua serasa menjadi kewajiban ketika semua hal itu dilakukan secara bersama, tidak akan menemukan sebuah alur yang lahir dari dirinya, sehingga rutinitas akan menjadi kegiatan utama dalam kehidupan, kreatifitas akan hanya menjadi hambatan.
Pada dasarnya semua harus mengikuti sebuah kreativitas lahir sebuah kebutuhan batin serta menjadikan rutinitas sebagai arah kedua lantaran segala perjalanan  perlu sebuah kenyamana.

Hari ini saya mencoba melakukan hal tersebut, walau pada dasarnya saya harus melakukan sebuah kebohongan kepada teman-teman sejawat serta seperjuangan dalam mensukseskan dalam tugas akhir dalam mata kulia praktik drama teater. Perjalanan sudah beberapa bulan, sudah tidak terasa sudah sampai pada hari yang hampir tiba dalam pementasan. Semua disibukkan dengan sebuah tujuan yang menyita kreativitas kebebasan diri manusia.

Setelah hujan turun manusia akan selalu memikirkan kenangan, terlalu milankoli dengan derasnya hujan ketika semua menjadi kenangan, kenangan akan menjadikan kita hidup apa akan hanya menjadikan kita redup, kenangan bukan hal utama dalam hidup, sebuah pelajaran akan menjadi berharga ketika manusia mampu membela akan dirinya dalam mencapai merdeka.

Tanggal 25, November 2018 ada banyak dari teman-teman mengatakan kalau hari ini hari guru nasional. Yang paling berharga memang guru yang paling berjasa adalah guru, masih mengingat pesan-pesan guru:
Aku masih ingat pesan salah satu guru SMA dulu
Untuk menjadi berkelas harus keras 
Untuk menjadi berkualitas harus totalitas
Untuk menjadi sufi harus menepi dan mencintai sunyi
Untuk menjadi gagah harus gigih
Untuk menjadi kuat harus tahan banting
Untuk menjadi berani harus latihan 
Untuk menjadi kaya harus hemat
Untuk menjadi camat harus menjabat
Untuk menjadi kiayi harus mengaji

Buku adalah sumber pengetahuan 
Alam adalah sumber pengalaman
Keadaan adalah sumber melangkah
Persoalan adalah sumber menemukan
Puisi adalah sumber cinta dalam berkarya 
Bahasa adalah sumber dalam bercerita 
Sastra adalah sumber berkarya
Karya adalah sumber meminta doa

Semua yang terjadi hari ini bukan hanya menjadikan kita menjadi kata-kata berharga. Seorang guru memiliki tujuan tentang apa yang harus ditiru, untuk menjadi seorang guru perlu keluasan hati agar tidak selalu mengelu. Guru sebagai orang yang ditiru sebelum ditiru harus meniru. Jika ingin menjadi guru yang baik jadilah seorang yang bijak.

Cara menjadi guru, belajar dari murid jika kita masih menjadi guru selalu menjadikan dirinya sebagai penyambung dan pengirim ilmu maka berhentilah, jadilah guru yang bisa diterima oleh murid karena ilmu ketika diterima menjadikan murid arif, ketika menjadi arif ilmu jadi dasar urip.

Sabtu, 24 November 2018

Menanyakan sebuah Toleransi di Kampus NU

Pada Hari Jumat pukul 14:00 Wib, Kampus Universitas Islam Malang (UNISMA) mengadakan sebuah sosialisasi mengenai empat pilar MPR RI di Gedung Abd. Rohman Wahid Pascasarjana. Saya sudah mendaftarkan diri karena gratis. Namun sebelum itu saya juga pergi ke Perpustakaan Pascasarjana bertemu dengan adek tingkat yang ingin membangun Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di fakultasnya, diskusi berlangsung selama satu jam sambil seminar dimualai saya membicarakan cara bagaimana membentuk LPM. Sekilas saya memberikan konsep tentang membuat sebuah oraganisasi dalam kampus. Konsep yang ditawarkan ada dua cara, dalam membangun sebuah oraganasasi pertama yang harus ditata adalah niat: sebab dengan niat yang baik akan menghasilkan sebuah finis yang baik insyaallah.

Diskusi terus berlanjut dua konsep itu saya tuliskaan bahwa dalam membangun dalam sebuah lembaga itu harus memiliki strategi, bukan hanya mempersiapkan adanya PSDM yang militan, walaupun ada PSDM namun tidak bisa bergerak maka akan sulit dalam mengembangkan dalam sebuah perjalanan sebuah organisasi tersebut. Maka perlu pengguatan dari internal, jangan sampai hanya semangat di depan, jika ingin memualai dirinya harus kuatkan serta tekadkan lalu berangkatlah sebagai tujuan sebagai wadah belajar di dalamnya.

Konsep tersebut ada dua yaitu: Instan dan Proses 
Konsep dalam sebuah LMP dalam segi karya jurnalistik akan sama, namun strategi dalam melegalkan dalam organisasi yang pertama lakukan konsolidasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), "kamu harus memetakan strategi mendapatkan legalitas, serta memaparkan ke pihak BEM bahwa pemaparan konsep rancangan kerja yang kamu buat akan membuat ia akan percaya dengan sebuah proses dari pembentukan LPM, bahwa program yang diusulkan akan melakukan praktik jurnalistik dan mempersembahkan karya jurnalistik dalam bentuk Majalah, Buletin, Koran tempel dan Wabsite, ketika menyampaikan hal tersebut lambat laun SDM itu bentuk dengan memberikan pengetaguan mengenai jurnalistik sehigga semangat itu akan didasari dengan komitmen kita dalam melakukan sebuah praktik jurnalistik untuk menghasilkan karya jurnalistik sesuai dengan koridor poksi LPM". Hal tersebut tidak lepas dari sebuah kebijakan BEM alangkah baiknya menjadi BSO Bandan Semi Otonom di BEM-F langkah pertama sebagai pilihan yang instan dalam menentukan serta membangun. Langkah kedua yaitu kita menawarkan sebuah produk karya jurnalistik samahalnya dengan langkah pertama, yang membedakan nanti disebuah proses legalitas untuk memperlihatkan sebuah eksistensi sebagai pers kampus dengan melakukan praktik-praktik jurnalistik tanpa dibawah naungan BEM. Berdikari dengan menonjolkan prooduk dan akan dikenal tanpa memperkenalkan diri sebagai pers, namun hal itu menjadi hal yang paling berat butuh ekstra dalam melakukannya.

Setelah perbncangan sudah selesai saya langsung bergegas ke Seminar serta Sosialisasi MPR RI. Untuk menghadiri harus mendaftarkan dari jauh-jauh hari, maka perlu administrasi dulu ke panitia. Pada saat bersllangsung pula setelah masuk pada acara tersebut, saya duduk dipaling belakang dalam acara tersebut, namun buku yang didapatkan dikeluarkan sebagaimana bisa mencatat dan mengambil sedikita banyak dari apa yang disamapaikan oleh pemateri yang dari MPR RI. Pada sambungan dan pembukaan diacara tersebut, Prof. Dr. Maskuri, M.si,. membuka dengan nada yang bisa kita dengar, heroik penyampaiannya sebagai orator bahwa pengenalan  sebagai yang tepat yang paling aswaja bahkan dengan terang-terang menjelaskan bahwa UNISMA anti radikalisme dan ada di dalamnya mulai dari kariyawan serta setaf dan dosen akan dipantau terus dalam pengawasan mahasiswa yang menggukan.

Dalam hati saya tidak setuju karena kampus mederat akan selalu multikultural tidak memberikan ruang khusus dalam dunia belajar-mengangajar, ketika ada hal tersebut akan lebih kecil dalam melakukan kebajikan di Unisma dalam belajar bukan malah disudutkan dengan dallih islam radikal. Yang paling menjaggal pula mengapa hanya orang yang nyata muslim bercadar diberikan sebuah aturan sedangan yang lebih fulgar non-muslim ada mengapa tidak diterapkan aturan tersebut, ada ketimpangan dalam sistem kampus kita.

Jika memang ingin menanggulangi hal tersebut alangkah baiknya ada bimbingan khusus pada mereka yang senantiasa memakai cadar, serta menanyakan latar belakag dan tujuan dalam menggukan cadar, sebagai tradisi bukan kewajiban bagi kaum muslim menggukannya. Untuk menjaga rasa kemananusian bimbingan khusus bagi yang mengenakan cadar tersebut, bukan malah memperlakukan dengan dalih memberantas tentakan hak orang lain, terjadi memarjinalkan seorang.

Kebiakan tersebut mengacu kapada sebuah toleran, namun dalam praktik tidak toleran mengapa demikian lebih kwatir (ketakutan) daripada berani tapi mempelajari dari mereka yang bisa masuk ke dalam melalui mahasiswa yang dengan seperti itu mahasiswa yang dibimbing akan menjadi mahasiswa yang diitemewakan namun juga harus dipantau setiap gerak, maka dari itulah kita perlu mawas diri dari lingkungan ikita sendiri bukan melegalkan mengharamkan orang yang belajar nantinya. SK diturunkan dengan dalih menjaga tradisi NU. mari bersama beristifar dan merenungkan dengan baik ketika melakukan sebuah batasan yang berkaitan dengan agama.
"Saya menangis  dalam hati dengan sebuah keputusan, bukan mendukung tapi lebih mencegah dengan adanya hal tersebut ancaman maka kampus lebih memperhatikan dengan cara memberikan sebuah bimbingan"


Resuman Kelas Opini Frol Unisma



Pemateri oleh Akhmad PBSI Semester VII

Istilah opini mungkin tak asing untuk kita dengar. Istilah opini ini sering kita jumpai pada majalah, koran maupun media cetak lainya. Lalu menelisik banyaknya media yang menggunakan istilah ini apakah kita sudah faham apa itu opini ? bagaimana struktur yang ada didalam kepenulisan opini ? dan juga apa tujuan dari kepenulisan opini?. Pertanyaan- pertanyaan ini sering kali mengiisi ruang pemikiran kita, terutama bagi kita yang masih awam mengenai dunia literasi oleh karena itu dalam kesempatan kali ini komunitas FROL memberikan wadah untuk teman-teman yang ingin belajar lebih mengenai kepenulisan dan bedah opini yang dilaksanakan pada Rabu, 21 November 2018 bertempat di Perpustakaan Pusat Universitas Islam Malang Lantai 2 dalam kesempatan ini komunitas FROL mengundang pemateri yang tak lain adalah teman kita sendiri yaitu kak Ahmad dari jurusan PBSI Semester 7, pemateri yang kita hadirkan merupakan sosok  yang sudah menekuni dunia literasi beberapaka karya beliau sudah beberapa kali terbit di media cetak maupun media online yang ternama seperti jawa pos, times indonesia serta kompas.
Istilah opini dapat kita artikan sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan. Opini juga dapat diartikan sebagai pendapat atau pandagan terhadapa suatu persolan. Seiring dengan berkembangnya era moderen juga meningkatkan padangan seseorang mengenai dunia kepenulisan atau yang kita kenal dengan literasi. Saat ini pandangan orang mengenai kepenulisan lebih mengarah kepada materialistik dalam hal ini yang memiliki arti mengenai dampak materialistik apa yang dapat kita peroleh dengan suatu penulisan karya baik non fiksi maupun fiksi.
 Kita ketahui bahwa karya non fiksi yang sangat berkembang saat ini adalah esai dimana esai memberikan dampak material yang dapat kita rasakan kedepanya seperti esai merupakan prasyarat beasiswa dan berbagai perlombaan banyak didilakukan baik di sekala regional, nasional bahkan internasional mengenai kepenulisan esai dengan berbagai tema yang menarik. Yang menjadi persolah dalam kepenulisan opini yaitu apakah opini juga memberkaan dampak material kepada para penulis ??. Pardigma- paradigma yang terbagun seperti inilah yang membuat menurunya kemampuan kita untuk mengeksplorasi ide pemikiran kita menjadi terbatas, oleh karena itu paradigma negatif ini harus mampu kita kurangi. Opini merupakan karya yang digolongkan menjadi karya semi ilmiah. Dimana dengan kepenulisan opini memiliki segi keuntungan sendiri dibandingan segi material, fungsi dari penulisan opini yaitu kita dapat memperluas pengetahuan dan memberikan dampak kepada para pembaca mengenai sudut padang serta solusi yang kita miliki. Dampak pemikiran kita terhadap pembaca inilah yang nantinya akan menjadi dampak yang nyata apabila solusi   yang kita tawarkan mampu diimplempentasikan dalam masyarakat. Seperti yang dikemukaan oleh teman kita Ilham dalam forum diskusi FROL bahwa opini merupakan kepenulisan yang “disik i kerso” dalam bahasa jawa yang berarti opini memberikan dampak pemikiran untuk masa depan. Dalam kepenulisan opini yang harus kita perhatikan yaitu kita harus menemukan jati diri atau karakter dari diri kita sendiri dalam menuangkan sudut padang kita terhadap sutu persoalan yang kita bahas, meskipun kita menguanakan referensi sebagai bahan penguat tulisan kita, sehingga ide serta kebebasan berfikir mampu melahirkan tulisan dengan kuliatas baik dan original .
Bagaimana kita bisa menulis opini ?? inilah pertanyaan yang sering kita ajukan sebagai pemula. Opini secara struktural terdiri dari latar belakang yang mengambarkan persolan yang ingin kita tuliskan. Isi mengenai ide atau gagasan yang ingin kita ulas dalam suatu opini, kemudian diparagraf terakir dapat kita menulis ringkasan. Dalam menulis opini alangkah baiknya bila opini kita memiliki referensi yang akan memperkuat ide kita. Penulisan referensi atau kutipan dapat kita lakukan dengan sistem A B A B atau sesuai gaya kepenulisan kita. Yang dimaksud sitem A B A B yaitu penulis mengungkapkan ide atau sudu pandang penulis mengenai persolan kemudian diselingi referensi untuk memperkuat ide atau sudut pandang penulis, penulis juga dapat meletakan referensi di awal pargraf kemudian mengungkapkan ide atau sudut padang penulis diparangraf lain secara rinci, dalam segi kepenulisan ini merupakan kebebasan penulis untuk mengungkapkan idenya.
Bagaimana agar penulisan opini kita dapat dipahami oleh para pembaca?? Kita kesulitan dalam meluis ?. Sering kali kita menulis namun kurang dipahami atau kita justru mengalami kesulitan untuk menuliskan ide yang sudah ada dibenak kita. Oleh karena itu pemateri memberikan gambaran dalam menulis kita harus memiliki kerangka berfikir dari kerangka inilah kita kembangkan untuk menjadi sutu karya yang tak hanya baik tetapi juga dapat dipahami oleh pembaca selain itu diharapkan tulisan kita mampu memerikan dampak positif bagi pembaca. Salah satu contoh kerangka yang diberkan oleh materi yaitu opini mengenai “kriminalisasi pendididikan”. Diaman diparagraf pertama pemeteri memberikan gambaran dari permasalahan pendidikan yang menjadi latar belakang masalah, kemudian pembateri juga memberikan rumusan masalah dari rumusan masalah inilah kita dapat mengembangkan isi tulisan dapat berupa apa penyebab suatu persoalan, potensi apa yang dapat kita kembangakan serta solusi apa yang dapat kita tawarkan yang menjadi pokok bahasan  dalam kepenulisan. Bermula dari kerangka berfikir inilah kita mampu menuliskan karya.
Dalam bedah opini teman kita Apria menyajikan opini yang diperoleh dari majalah komunikasi dengan judul “ Buatkan saja film Gemar Membaca ‘’ opini penulis yaitu mengenai ketidak setujuan penulis dalam pembuatan film G30SPKI versi terbaru yang mempunyai berbagai persolan didalamya. Sehingga penulis berpendapat bahwa lebih baik membuat film gemar membaca untuk meningkatkan mintak baca di berbagai kalangan terutama saat ini Indonesia masih dalam urutan 60 dari negara dengan minta baca yang rendah. Ide penulis mengenai film gemar membaca diadopsi dari cara negara Jepang menumbuhkan minat sepak bola para pemudanya melalui animasi kapten tsubasa. Dari anime ini jepang sukses dalam mengembangkan minat para pemuda untuk meningkatkan minat sepak bola. Dari cara ini penulis memeberikan gamabaran dengan adadanya film gemar membaca tengan tokoh utama suka membaca dan beritelektual tinggi akan mampu menjadi stimulus bagi seluruh kalangan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan minat baca yang memberikan dampak positif. Tentu dari ide ini terdapat beberapa ide hasil diskusi salah satunya yaitu ide dari pemateri mengenai penyediaan buku baca wajib di setiap rumah sehingga mampu meningkatkan minat baca yang mencakup seluruh daerah di Indonesia.
 Dalam diskusi teman kita Amin menanyakan mengenai peran opini dalam menemukan fakta ?. Dalam menuliskan suatu opini kita harus memiliki referensi untuk memperkuat gagasan kita, referensi dapat kita peroleh melalui riset atau observasi yang dimaksud observasi dalam hal ini dapat berupa studi pustaka yaitu dengan memperbanyak bacaan kita sehingga mampu menyakijian fakta-fakta yang aktual dan up date, selain itu juga dapat kita melalui tulisan orang lain yang memiliki sumber yang jelas.

“ Dunia Ini Tidak Dapat Kita Ubah Secara Revolusioner Melalui Literasi, Tetapi Literasi Mampu Merubah Dunia Secara Evolusioner “
Rabu, 21 November 2018

             Tim Redaksi FROL



Senin, 19 November 2018

Elegi dan Sublim

Kesunyian paling suci
Memahami sublim tentang diri
Elegi menjadikan sebuah arti

Pencarian tentang arti dan makna
Membawaku pada satu paragraf lekuk cahaya:
yang bernama cinta

Kabar berita yang derita
Dari cinta kepada manusia
Bernostalgia dengan sukma tanda tanya

Raut wajahmu mengngatkan aku pada puisi
Yang aku rangkai: dari saduran kelopak matanya yang tak pasti
Bahwa memahamimu ialah cara istimewa
Sebab dirimu mengalahkan keinginan dengan Tuan

Minggu, 18 November 2018

Menulis Puisi Sunyi

Aku menulis puisi saat sepi
Agar aku tau bahwa yang berisi saat menepi, saat kegelisahan bertabrakan

Saat ramai kau mati dan tiada lagi diri ini
Puisiku bukan tentang keadaan
Puisiku tentang cara mentittahkanmu

Pada dalamnya hati
Agar selalu dikaji dalam bentuk doa

Jika aku menulsikan puisi tentang Ibu
Aku tak bisa merangkai huruf menjadi kata untuk memiliki makna
Aku gali setiap sifatnya, aku temukan dalam tabiatnya: agarku tak membenci

Puisiku akan terus berjalan
Saat bukuku masih di tangan peminjam

Dari sepi aku bisa belajar
Dari sepi aku bisa bersyukur
Dari sepi aku bisa berpikir
Tentang sepi itu hati mampu menjadikan sunyi bisa lari menulis puisi
Lari menjabarkan gelap menjadi sebab, bahwa yang mencintai sepi mengangkap memori hari ini menjadi histori, yang nanti dirindukan kembali oleh pencinta sunyi bersama puisi 

Selasa, 30 Oktober 2018

Terompet R Sarumpaet: “Kebajikan Media”


Kopi yang pahit tak sepahit rasa yang keluar dari terompet Ratna Sarumpaet,yang tidak merasa bahwa itu adalah terompet manusia harus dijaga; terompet manusia lebih berbahaya daripada terompet Malaikat Irofil yang ditiupkan pada saat hari akhir. Rasa-rasanya hari ini terlalu banyak manusia mempermainkn terompet yang telah dikudrotkan oleh-Nya, seharusnya dijaga dan ditiup pada saat dibutuhkan saja; bahkan peniupannya juga perlu aturan, karena terompet menjadi media manusia berkomunikasi.
Malaikat Isrofil ialah malaikat yang memiliki tugas untuk meniupkan terompet: pada saat hari akhir nanti atau kiamat nanti. Peniupan terompet tersebut disebut dengan peniupan terompet sangkakala. Ketika terompet itu telahh dibunyikan manusia akan mengalami kegaduhan penyesalan tentang dosa serta penyesalan yang telah dilakukan pada masa lalunya, namun semua itu sudah terlambat dalam proses pengampunan dan pengakuan atas dosanya, di dalam pelajaran Islam masa kecil masih ingat: pada hari akhir ketika sudah tiba tidak ada pengampunan baginya.
Akhir-akhir ini sudah banyak dari manusia senantiasa sudah melakukan peniupan terompet dirinya, yang seharusnya dijaga. Jika akhir-akhir ini terjadi di negeri ini kegaduhan dengan permainan terompet manusia, dalam istilah peribahasa yang sangat  familiyar “Mulutmu adalah harimaumu” peribahasa tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu sangat berbahaya, jika tidak perlu dikatakan alangkah baiknya diam, jika diam memberikan ketenangan alangkah baiknya diam, daripada berbicara memberikan kegaduhan, manusia dianjurkan diam: maka terompet kita perlu menjaganya.
“Diam itu emas, ketika bicara itu berharga maka berbahasalah selagi itu memberi makna”
Pada saat tanggl 03/10/2018 tidak asing di telinga kita mengenai isu tersebut: media semua memberitakan, hal terkait dengan pembohongan publik lumayan menghebohkan dan masyrakat Indonesia, terjadi karena Terompet1 Ratna Sarumpaet bahwa telah mengaku telah dipukuli oleh oknum pro kecebong (Pendukung Pak Jokowi Capres), hal tersebut mendapat respon luar biasa oleh masyarakat khususnya oleh pihak pro kampret (pendukung Pak Prabowo Capres).
Hal tersebut menjadi perseteruan antara dua belah pihak, kita semua mengetahui bahwa tahun 2018 ini adalah dikenal dengan tahun politik, tapi mari jangan menciderai kepercayaan masyarakat, khususnya para figur. Kejadian tersebut menjadi sorotan publik bahwa di antara kedua belah pihak saling melontarkan argumen bahkan ada yang tidak terima dan melaporkan kepihak berwajib.
Kronologi kasus tersebut bermula dari apa yang dilakukan oleh Ratna Saumpaet (RS), selaku tim kampanye salah satu Capres 2019, wanita yang ingin membenahi atau melakukan perawatan wajahnya: nasib baik tidak berpihak sehingga terjadi ketidak sesuaian dari harapan dan berdampak lembab pada pipi kirinya. Setelah lembab anak dari RS tersebut menanyakan mengenai lembab, dan RS mempermainkan terompet dirinya dan mengaku dipukuli orang yang tidak dikenal. Dengan permainan terompet tersebut membuat petaka seharusnya tidak meniupkan terompetnya tanpa kontek karena sangat rentan sangat berbahaya, seharusnya dijaga apalagi orang yang memiliki power figur.
“Bahasa dan kata-katanya akan dipertanggung jawabkan: apalagi kebijakan dan tindakannya”
Hal tersebut menjadi refleksi diri kita semua. Namun hal tersebut tidak perlu mempemasalahan dan membahas terlalu dalam, biarkan kita semua dan masyarakat menghakimi kejadian ini lebih arif dan bijak. Yang menjadi persoalan hari ini ada sisi lain dari apa yang harus diketahui.
Sebagai rasa kemanusia yang sangat dalam, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), saudara kita di Palu-Donggala butuh perhatian pemerintahan kita mengalami bencana, yang kedua adanya pertemuan International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) di Bali yang telah dilakukan pada Senin tanggal 08/10/2018), dengan pertemuan tersebut seharus kita semua paham dan mendoakan dengana harapan tidak ada hal yang tidak diharapkan yang terjadi pada Negara Indonesia.
Kita semua seharusnya perlu merenungkan permasalahan yang dihadapi oleh negera kita, yang akhir-akhir ini menjadi kegundahan bersama pemerintah perlu dukungan lepas dari kepentingan  kelompok, individu untuk mengatasi ketiga permasalan tersebut yang lagi menimpa. Kita perlu mendukung dari beberapa elemen masyrakat yang cinta terhadap tanah air (nasionalis): jika orang kecil (rakyat) ikut serta mendoakan, jika orang besar (pemangku kebijakan) yang memiliki wewenang harus lebih memperhatikan dampak serta menyelamatkan negara kita, jangan mendahului politik, apalagi politik tidak mendidik.
Sehingga peran media hari ini harus menjadi kontol yang serius untuk memberikan nilai edukasi serta informasi sebagai asas dasar dalam praktik jurnalistik, sehingga karya dari jurnalis (berita yang ditulis) akan memberikan nilai edukasi pada masyrakat untuk bisa lebih mengetahui secara verifikasi tentang keadaan negara kita. Daripada  memberi edukasi politik tentang keadaan negara yang memiliki kecenderungan tidak memberi dampak positif. Dalam bukunya Prof. Franz Magnis Suseno berjudul pemikiran Karl Marx hal:73-73 mengatakan bahwa edukasi sosial lebih penting daripada edukasi politik. Penulis memberi asumsi pada tulisan di atas; negara kita tidak perlu memberikan pendidikan politik secara gamblang, karena politik tanpa dipelajari masyarakat dengan sendirinya kan tahu, yang paling penting pendidikan sosial: pendidikan sosial tersebut mengenai permasalahan yang mengacu pada degradasi sains, litarasi, kejadian fonomena alam bahkan yang paling penting ialah dunia pendidikan, yang menjadi cekokan pada masyarakat, sehingga pola pikir manusia akan lebih arif dengan sendirinya.
Peran tersebut bukan hanya menjadi peran salah satu pilar demokrasi nomor empat (pers), namun perlu seluruh elemen bersinergi, pemerintah serta media ikut ada di dalamnya, untuk memberikan nilai yang abadi memberikan edukasi kepada masyarakat. Sehingga yang menjadi tekanan bagi kita semua negara tetap memberikan asas keterbukaan terhadap apa yang terjadi pada negara sehingga masyarakat ikut andil setidaknya memberi dukungan doa.
Namun semua itu tidak lepas dari sistem kerja pilar ke-emapat domokrasi kita yaitu: Media daring, Koran, Telivisi dll. Dengan seperti itulah membantu masyarakat untuk memberi nilai-nilai edukasi, bertujuan mencerdaskan masyarakat serta generasi bangsa.
Peran media memberi bahkan terus menjaga kepercayaan masyarakat, ketika ada hal yang masih menjadi pertanyaan mengenai kepentingan publik. Permasalahan Ratna Sarumpaet tidak perlu diperpanjang lebarkan oleh awak media, sebab masyarakat tidak hanya perlu informasi itu saja, walaupun hal itu menjadi kebutuhan publik. Tapi masyarakat juga perlu tujuan serta hasil dari pertemuan IMF dan World Bank dan benacana yang menimpa pada saudara-saudara kita di Palu.
Semoga NKRI seantiasa ada dalam lindungan Allah SWT.