Senin, 31 Januari 2022

CATATAN MEDAN PEMBATJA

 CATATAN MEDAN PEMBATJA 

Minggu 30 Januari 2022 

foto: amd/merjosari



Kali ini kita memang tidak terlalu formal. Diskusi langsung saja dibuka tanpa ada salam, sebab salam masih memberi batas antara beragama atau tidak, ya walaupun kita tetap ingin hidup bertahan untuk ber-Tuhan. Begitulah kita secara fleksibel bincang buku dimulai. Seperti biasa musim hujan selalu menjadi kejutan, tiba-tiba hujan turun dan diskusi masih terus kita lakukan. Begitulah mungkin untuk tetap menjalani diskusi. 


Moderator: Tidak ada 

Pengulas buku: Cak Pendek, Sam Putih, Mutmainah Qolbi, Mas Aan, dan Akhmad Mustaqim 

foto: amd/merjosari

Seperti biasa diskusi akan dimulai awal pembuka yaitu kepala suku Cak Pendek: 


Judul buku: Involusi Pertanian 

Penulis: Clifford Geertz 

Pengulas: Cak Pendek 


Buku ini bicara kemunduran pertanian atau berjalan di tempat yang ada di Nusantara pada zaman Belanda/saat Belanda menjajah ada kaitannya dengan hasil tanaman Pribumi di Indonesia. Paling penting buku tersebut bicara tentang sistem pertanian. Pada saat itu, tanaman tebu menjadi tanaman komoditas di Pulau Jawa. Melalui Culturstelsel, Belanda bekerja sama dengan kepala desa/bupati untuk menanam tebu. Hal ini ditandai dengan munculnya pabrik pengolahan tebu seperti di Solo, Kediri, dan kota-kota lainnya. 


Masyarakat pada saat itu dipaksa untuk menyerahkan sebagian tanahnya untuk ditanami tebu. Hal ini menyebabkan ketidak seimbangan akan kebutuhan pangan keluarga dengan semakinenyempitnya lahan yang digarap. Untuk itu petani memanipulasi lahannya yg sempit untuk ditanami berbagai tanaman pangan lainnya. Tanah yang semestinya hanya untuk padi harus bersanding dengan tanaman lain, seperti kacang-kacangan, ketimun, lombok, dan lain sebagainya. Sehingga lahan yang semestinya subur ternyata tidak. Hal ini dikarenakan unsur hara pada tanah terganggu. 


Untuk mempercepat kesuburan tanah agar bisa ditanami kembali, petani melakukan pembakaran lahan. Seperti yang terjadi di Kalimantan, yang dilakukan oleh salah satu suku di pulau tersebut. Tetapi, apa yang dilakukan itu tidak bagus. Cara paling baik dalam pengelolaan tanah agar subur kembali, yaitu dibiarkan atau di istirahatkan untuk pemulihan. 


Apa yang diteliti oleh penulis dalam buku tersebut, Clifford Geertz, terjadi di masa kolonial, dan masih dilakukan sampai hari ini. Di sinilah fokus buku tersebut. 


Dan lebih menarik lagi, di buku tersebut menyinggung sedikit tentang hasil pertanian dengan berubahnya kepercayaan petani Jawa. Seperti kita ketahui, bahwa di Jawa adanya kepercayaan terhadap Dewi Sri, dewi kesuburan di bidang pertanian. Sedikit demi sesikit kepercayaan itu pudar. Hal ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan di lahan pertanian.


Sistem pertanian yang ternyata ada kaitannya dengan masa kolonial ini masih berlaku hingga sekarang. Sistem pertanian yang tidak baik masih dilakukan sampai hari ini. Seperti menanam di lahan yang sama, yang biasanya kita sebut tumpang sari. Petani tidak mengikuti sistem pertanian lama. Hal ini juga disebabkan oleh semakin menyempitnya lahan pertanian dan masifnya pembangunan.


Clifford Geertz juga membedakan dua wilayah antara Sumatera dan Jawa. Sumatera tidak mengenal cultuurstelsel dan lebih kapitalis karena beberapa masyarakatnya masih menguasai lahan pertanian. Mereka lebih mengenal perdagangan. Sementara di Jawa perdagangan dikuasi oleh pemodal Belanda yang bekerja sama dengan kepala daerah seperti kepala Residen atau Bupati dan rakyatnya yang mengerjakan. 


Di akhir buku, penulis membandingkan petani Indonesia dan Jepang. Di saat Indonesia mengalami cultuurstelsel, di Jepang petani dipaksa membayar pajak yang tinggi. Mereka merasakan penderitaan yang sama pada jamannya. Namun setelah kemerdekaan Indonesia dan Jepang kalah dalam Perang Dunia II, perbedaan di lahan pertanian sangat berbeda. Jepang mulai fokus pada kesejahteraan petani. Jepang secara bertahap menciptakan teknologi-teknologi pertanian. Sementara Indonenesia masih sibuk dengan konflik-konflik internal pada pemerintahan. Hal tersebut membuat pemerintah "lupa" akan kesejahteraan petani, yang sampai hari ini pun masih "dilupakan". Inilah yang membuat semakin hari lahan pertanian banyak beralih fungsi.



Judul buku: Sastra dan Pendidikan 

Penulis: Sapardi Djoko Damono 

Pengulas: Mas Aan 


Buku ini sebenarnya sebelum meninggal akan diterbitkan tapi nasib tidak berpihak, dia meninggal terdahulu. Sehingga buku ini dijahit-jahit oleh teman-temannya, salah duanya Joko Pinurbo dan Dorothea Rosa dkk. Sehingga buku terbit setelah meninggalnya Alm. Sapardi Djoko Damono. 


Dalam buku ini mengaitkan pendidikan di dalam sastra yaitu kenal saat TK. Sastra dikenal sebagai dongeng serta permainan yang menghibur. Sehingga karya sastra sastra tidak begitu rumit dan ad hominem. Pentingnya sastra yaitu apresiasi yaitu membaca itulah apresiasi. Sehingga tidak rumit sastra itu. 


Dalam buku ini juga menjelaskan peran pendidikan dalam sastra seorang pendidik Bahasa Indonesia jangan memvonis pancaran di ruang akademik. Siswa kalau membaca terus didukung, tanpa perlu membaca buku yang dikhususkan, tapi sifatnya untuk diapresiasi, yakni membaca. 


Dalam buku ini kanonisasi sastra beliau setuju akan hal tersebut, asalkan patokan-patokan yang perlu didikotoni. Seperti halnya Sekolah Dasar (SD), butuh bacaan apa yang perlu diberikan, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ditentukan untuk bacaan sastra kondisi apa yang akan diberikannya. Sehingga kanonisasi sastra itu akan berlaku di dunia pendidikan. Sehingga menentukan bacaan yang sesuai dengan apa yang diharapkan siswa sesuai awal dan pantas baiknya bacaanya. 


Dalam buku juga menjadi seorang sastrawan diapresiasi, di luar guru sangat dihormati. Dalam dunia sastra disejajarkan dengan sastrawan. Tingkat sosial ini akan jadi tolok ukur yang berada di dalam pandangan masyarakat yang berbeda di Indonesia. Sehingga sejajar guru dan sastrawan kalau di luar negeri sangat terasa dan penting. 


Dalam buku ini sastra mendidik dan sastra tidak mendidik mendidik. Buku yang dibaca yaitu mendidik. Buku sastra itu semestinya semua mendidik, semua karya sastra punya nilai pendidik sehingga karya sastra itu memiliki nilai dedikasi. Sapardi tidak ingin membedakan karya suatu kelompok yang tidak baik dan buruk, semua karya sastra mendidik. 


Buku ini juga bicara tentang sastra dan pendidikan. Zaman Plato, sastra tidak penting dalam pendidikan. Karena dalam sastra hanya bicara ide yang tidak dikaitkan dalam pandangannya Plato. Sehingga pada saat itu sastra punya peran penting karena mempermudah kalau bahasa indah diberikan ke orang-orang disana, mengenal pengetahuan dengan mudah. 



Topik: Absudutars 

Pembicara: Mas Putih 


Karena tidak membaca buku akhir-akhir ini, ia hanya melemparkan ide mengenai dunia absurditas.Sehingga ada kejanggalan dan sangat banyak terjadi kehidupan masa pandemi ini dunia absurd (kosong). Diantaranya: Absurditas di Indonesia mengenai epidemi. Absurditas yang dilakukan oleh seorang siswa Kondisi pandemi yaitu masa pandemi mengenakan masker.  Absurditas menggunakan komunitas yang sering digunakan oleh orang.  Panggilan gaes, untuk laki-laki. 


Pernyataan di ata sebenarnya  merupakan hal-hal yang absurd dan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam logika. Namun ini dapat dikatakan analitik, selalu mengaitkan hidup kalau semua bisa dianalisis dan bisa direflektifkan. Sehingga akhir-akhir ini banyak di sekitar kita berperilaku absurd. 


Absurditas adalah kehidupan, tidak bisa kita tolok, namun tetap manusia bisa menjalani kekosongan itu dengan bahagia. Seperti apa yang dilakukan Sisifus, dalam gubahan Albert Camus.  


Buku : Kata dan pengalaman 

Penulis: Gunawan Muhammad 

Pengulas : Akhmad Mustaqim 


Buku kecil ini bentuk esai cerita seorang tokoh penyair Indonesia, yang memang tidak suka disebut seorang penyair karena semasa hidupnya, ia lebih banyak hidup di dunia pendidikan yaitu Sapardi Djoko Damono. Senang lebih disebut seorang akademis daripada sastrawan. Pengalaman ini ditulis oleh Gunawan Muhammad dengan esai panjang yang terdiri dari dua esai; 1) Kata dan Pengalaman, 2) Nyanyi Sunyi Kedua. Terangkum dalam buku yang diterbitkan oleh penerbit Circa. 


Secara garis besar buku bicara tentang Interteks teks dan interteks. Pengalaman latar belakang Alm. Sapardi merupakan akademisi. Sapardi lebih senang dibilang sebagai pendidik karena sebagai pengabdian bahasa, Sastra dan kebudayaan.  Yang mengalir dalam Sapardi adalah pengabdian atau seorang pendidik yang hidup lebih banyak dari dunia pendidikan. 


Buku berupa esai panjang, mengulas karya-karya Sapardi di tahun 1960-1970. Sapardi berkata jangan sampai meninggalkan sastra. Gunawan Muhammad. Sapardi lebih menonjol kan puisi liris salah satu puisi yang dianalisis adalah 'pada suatu malam' bentuk reflektif bisa dikatakan puisi kamar. Bunyi puisi nya 'barangkali…’


Puisi puisi renungan 

Bentuk2 sapardi didalam angkatan menggunakan aligori jika puisi menghandirlam puisi yang liris Secara tidak langsung GM mengamankan puisi sapardi. GM membedakan puisi sapardi puisi liris.  Puisinya mirip dengan kafka harus merefleksikan metamorfosa pun dengan puisinya sapardi. Kehidupan di dalam puisi Sapardi dalam merajut puisi. 


Sapardi menulis 1945 surat gelanggang. Sapardi menggunakan kuatrin yaitu berisi 4 baris. Sehingga itu tetap konsisten dengan bentuk itu, walaupun secara substansi isi puisi tetap berbeda semangatnya bukan hanya bicara cinta dan hidup. Namun juga perjuangan. 


Membuat pola untuk minta/ Orang yang konsisten dalam bentuk adalah Sapardi. Sapardi berkontribusi dalam dunia puisi perjuangan. Contoh puisi nya Marsinah dengan gaya puitis dan mengiris. Dan itu muncul dengan gaya berbeda dan sudutnya. 


Secara pribadi GM sapardi dianggap sebagai orang yang berpengaruh dalam dunia sastra. Karyanya sapardi diakui secara akademik dan non akademik. Sapardi pandai melebur. Sehingga sangat banyak orang merasa kalau hidup bisa memposisikan dirinya sebagai pendidik dan sastrawan.


Judul buku: Life and Divorce 

Penulis: Virly. K.A  

Pengulas: Mutmainah Qolbi 


Buku yang ditulis seorang single parent, berkisah tentang buku ini bercerita tentang kehidupan  sebelum menikah. Kehidupan seorang ketika untuk menikah mempersiapkan untuk pernikahan. Lebih tepatnya juga berfokus dengan seorang perempuan yang mendapat perlakuan tidak adil dalam rumah tangga. 


Kesepakatan  kedua belah pihak dalam berkeluarga. Maka yang dilakukan oleh seorang dalam berkeluarga bisa dilakukan oleh seorang perempuan dan laki-laki. Sehingga kesepakatan tersebut. Seorang bisa melakukan hubungan harmoni ketika merasakan hidup lebih menarik dan kesepakatan bersama: istri dan seuami. 


Perempuan yang sering mendapatkan kekerasan fisik dalam berkeluarga. Sehingga buku ini ingin memberikan solusi dalam kehidupan berkeluarga. Bagaimana seorang berdampak itu ke kehidupan dalam keluarga di dalam itu, yaitu anak dan lingkungan. 


Buku ini juga bicara sebelum menikah menyelesaikan utang dan piutang sebelum menikah perlu diselesaikan. Sehingga itu akan menyebabkan pernikahan berantakan. Hal ini memang sangat penting karena kalau belum ada transparansi akan berdampak ke pernikahan. 


Buku ini bicara tentang perempuan yang pendapat kekerasan di keluarga, sehingga memberi solusi dari penulis. Penulis mencantumkan nomor yang ada di Indonesia di setiap wilayah. Maka buku ini dapat dikatakan untuk panduan dalam berkeluarga agar tidak terjadi kekerasan keluarganya.  Jadi, buku ini juga bicara tentang kehidupan rumah tangga untuk tetap menjalin harmonis. Hidup yang punya kehidupan di dalamnya. Sehingga dalam kehidupan kekeluargaan memiliki dampak terhadap hidupnya, yaitu anak akan jadi korbannya. 


Pengalaman interaksi ini terjadi di lingkungan kita sehari-hari. Anak akan memiliki interaksi baik karena lingkungan akan mempengaruhi hidup si anak. Seorang anak punya psikologis yang akan punya interaksi di kehidupan sehari-hari, sehingga sikap individu muncul jika seorang pandai sosial karena karena faktor keluarga yang memang punya masalah dan menimpa kepada si anak.


Buku ini memang secara luas membicarakan tentang hidup seorang perempuan yang memberikan dedikasi kepada semua orang ketika ingin berkeluarga. Pasangan seorang untuk bisa menjalin hidup lebih stambil, menariknya lagi ternyata menyediakan nomor-nomor yang dapat dihubungi ketika seorang perempuan mendapatkan kekerasaan di setiap wilayah. 

 


Minggu, 23 Januari 2022

BATAS DAN KATA

Batas sebuah cara manusia menemukan dirinya sendiri siapa, yang sebenarnya. Batas adalah cara manusia untuk menemukan makna akan sebuah perjalanan hidupnya. Begitulah kerja  ‘batas’ secara makna untuk menjalin serta bisa menemukan arti jika dikaitkan seorang disetiap pertemanan. Sedangkan memahami ‘batas’ makna, fungsi, dan nilai–akan membuat manusia untuk lebih bisa berpikir jernih. Sebab hanya kejernihan tersebut, mampu membukakan hati menjadi jalan baik hidup, dan berkembang.


Batas secara ilmu bahasa memiliki unsur paling berpengaruh di dalam sebuah frasa, kalimat, dan bahkan paragraph. Kita bisa menemukan makna secara signifikan karena ada batas. Contoh kata “rumah” dan “cinta” hanya menjadi makan leksikal secara strukturalis akan punya arti/makna berbeda saat berpisah, begitupun ketika sudah digabungkan akan menghadirkan makna baru. Secara tidak langsung batas memiliki pengaruh besar dalam bahasa. Jika kaitkan dengan unsur suprasegmental dan segmental, akan punya pengaruh besar dalam makan.


Jika suprasegmental berkaitan dengan intonasi nada, sedang segmental dengan tanda baca. Semua di atas memiliki makna serta fungsi berbeda-beda. Sedangkan dalam kerja bahasa batas dan kata akan memiliki unsur pembeda untuk mencipta makna baru. Pembeda dari keduanya akan dipengaruhi siapa yang berbicara serta siapa yang berbahasa. Hal tersebut selalu menjadi pilihan ideal manusia memanfaat bahasa. Dan itu menjadi hal baik dalam hidup manusia untuk bisa memakai bahasa.


Batas, merupakan pembatas untuk menentukan hasil bacaan dalam buku. Kalau batas berada di letak geografi akan berpengaruh garis masuknya negara ke satu negara lainnya. Sehingga sampai batas wilayah Malaysia dan Indonesia. Hal tersebut membutuhkan batas. Karena tanpa pembatas manusia tidak akan memiliki makna yang secara general mampu diterima oleh kita.  Jika hal tersebut dikaitkan dengan bahasa. secara umum memang batas dalam bahasa akan mempengaruhi hukum-hukum semantik, semantik, dan bahkan pragmatik.


Begitulah mungkin sebuah kerja manusia akan memberikan batas secar simbolis, maupun secara praktis. Jika seorang membatasi serta mengambil batas, sehingga batas sangat penting dalam kerja bahasa. Batas dalam konsep lain akan melahirkan suatu nilai paling baik khusus dalam pertemanan. Memberi batas antara teman akrab perlu. Karena seorang kenal akrab harus perlunya memiliki batas. Di antara seorang ketika menjalin pertemanan, tidak mungkin seorang akan selalu ada serta bisa saja sewaktu-waktu—menggantungkan kepada seorang teman dekat. Bukan tidak boleh, akan tetapi lebih condong sangat kecil untuk berkembang, sebab batas tidak berfungsi di antaranya—yang menjamin keindahan.


Sedangkan “Kata” telah memiliki validitas individu secara kultur serta budaya. Sehingga dalam sejarah dalam aliran post-strukturalis. Jacques Derrida menuliskan dekonstruksi bahasa yang sangat baik untuk menemukan fenomena makna ditentukan secara individu. Boleh  atau sah saja menggunakan bahasa sesuai dengan apa yang diharapkan sendiri “sak karepe dewe…” secara makna akan memiliki cara sendiri menemukan. Sehingga tidak akan konvensi paling saklek untuk menentukan makna. Atau  dikenal dengan arbiter tidak berlaku di dalam konteks ini. Hal ini dapat dikatakan merupakan kegagalan Ferdinand D Saussure.


Namun, dalam interdisipliner linguistik, kita sering kali menemukan kajian ilmu pragmatik. Bahwa  setiap unsur bahasa yang disampaikan oleh manusia lain memiliki interpretasi serta makna berbeda jika secara kondisi serta semangat tentang apa yang terjadi. Maka sering kali bahasa merupakan sebuah fenomenologi paling rumit jika dipandang secara logis.


Dalam pandangan para tokoh linguistik yang diakui pemikirannya, tidak akan kita pungkiri kalau hidup sangat dekat dengan namanya simbolik. Sehingga manusia sebagai makhluk simbolik akan diamini. Karena kehidupan  sehari-hari sangat kental ketiak melakukan pembacaan serta pemahaman mengenai simbol.


Sehingga seorang bisa saja menemukan makna lain  dari simbol yang secara general dipahami, tapi akan menjadi individualis menemukan. Yang menarik dalam fenomenologi bahasa yaitu kejadian manusia yang begitu dengan bahasa. Secara manusia akan memiliki batas untuk menemukan makna secara khusus. Terkhusus dalam karya tulis secara kreatif memiliki pola serta cara tersendiri. Kenapa seseorang bisa menggunakan bahasa Indonesia pada saat dihadapkan dengan dosen atau orang lebih tua. Bahasa yang tidak memiliki jenis kelamin biasa sering dirasakan oleh kaum perempuan tidak mendapatkan pengakuan. Sehingga merasa kalau pengakuan seorang perempuan muncul sebab hubungan paling baik antara laki-laki dan perempuan.


Jika kita cermati, bahasa tidak memiliki jenis kelamin. Akan tetapi, bahasa memiliki hubungan antara dua belah pihak antara pembicara dan antar pendengar. Sehingga bagaimana mungkin seorang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saat konteks memahami makna dan arti secara leksikal. Sehingga, bisa saja bahasa yang tidak memiliki batas akan menimbulkan ke­-chaose karena seorang masih berfokus pada prinsip; bahasa Indonesia perlu memiliki batas paling kenal di kehidupan sehari-hari; bahasa seorang ibu-ibu di pasar walaupun menggunakan bahasa Indonesia tentu lebih menggunakan bahasa secara heterogen. Berbeda dengan bahasa Indonesia di ruang akademik, lebih formal sifatnya yaitu homogen: bahasa dan pembahasannya. Mungkin.

Selasa, 18 Januari 2022

PERTEMUAN DEDIKASI BUKAN SEKEDAR NGOPI

 "Tim bukan sekedar ngopi ke XII" 

Foto/Gartherhous.co 



Aktivis 1960 an pernah menuliskan dalam puisinya. /Akhir-akhir ini saya merasa capek, menuliskan merasa capek, atau kadang kehilangan inspirasi./ Kadang juga membutuhkan teman bicara akhir-akhir, atau sekedar bicara atau ribut./Ira memang ada di sini menjadi asisten dosen Sejarah di UI, tapi aku ringkuh untuk bicara./ Banyak di antara teman kita meninggalkan sastra, bahkan dosen mengajar kurang dedikasi dalam mengajarnya./ Soe Hok Gie. 


Puisi di atas menunjukkan kalau manusia kadang butuh sendiri dan bahkan butuh teman untuk ngobrol, bukan untuk diberikan  solusi tapi sekedar bicara untuk meluapkan segala kekacauan dalam diri. Kurang lebih tim "Bukan Sekedar Ngopi"--ini juga demikian, di antara kita pasti ada yang merasa nyaman dan juga tidak. Ya, bagiku itulah bagian dari seriusnya kita bertahan untuk berteman. Terpenting tidak menjadi seorang Narcissus dalam pengantar buku Paulo Coelho penulis Brazil, yang menganggap kalau hidup yang berharga tak hanya ada di dalam diri namun juga perlu keluar dari dalam dirinya, itu tersampaikan dalam tokoh Santiago dalam novel Sang Alkemis. 


Begitupun, seorang penulis. Tidak hanya menjadi seorang penulis mengasah diksi jadi puisi, namun penderita juga bisa bercinta atas segala hal duka dengan cinta menjadi dasar dalam semuanya. Serta seorang penulis tidak hanya berdiri sendiri bahkan berada di menara gading dan tahu tentang banyak hal. Namun tidak merasakan. Penulis dan pembaca representasi dari kehidupan yang rill, penulis bisa merasakan derita, begitupun pembaca bisa menemukan  obat derita dari membaca (sebagai bentuk referensi). 


"Mas saya menulis puisi ini!" Dengan wajah sumringah dan suara keras, ia berkata. 

"Iya kah?, puisi apa. Pasti tentang nostalgia...! Sambil terbata-bata, menjawab dengan Indonesia yang baik. 

"Hehe iya tapi tentang kebutuhan dalam hidup, mas...!" Dengan semangat menjawab lagi, lalu ia duduk menunjukkan puisinya. Sambil tersenyum kurang senang, tetap harus ditemani dan dipuji dengan rasa dikomentari. Sambil tersenyum bersama kita tertawa, ya walaupun sambil bersuara terbata-bata terus saja berbicara. 


Mula-mula kita duduk bersama. Kini kita memang sering berkumpul "Bukan Sekedar Ngopi" ada yang terpaksa ada pula yang dengan tertawa ikut serta, lalu menganggap berkumpul merupakan kebutuhan. Begitulah hemat saya secara sederhana, sambil menganalisis persahabatan kita. 


Namun, akhir-akhir ini jarang menghasilkan tulisan di setiap pertemuan "Bukan Sekedar Ngopi". Banyak waktu tapi banyak fokus, sehingga harus belajar memecah fokus. Selain itu, memang akhir-akhir ini saya kadang capek untuk menulis, kadang juga kehilangan inspirasi, bahkan jarang diskusi tentang penulisan dengan teman-teman yang sama-sama suka belajar menulis. Dan kondisi seperti ini butuh teman ngbrol, bukan hanya tugas kuliah jadi topik pembahasan yang tidak begitu menarik, kecuali memang betul-betul serius menggarap di perpustakaan dengan buku yang sudah tak lawas, dan relevan. Atau sekedar ngobrol. 


Namanya Deri, Umi, Arif, Liya, dan Ayu. Di antara mereka punya cara sendiri menghibur diri atau mau menjadi produktif versinya. Ada yang dengan sendiri bisa melakukan namun ada juga yang ramai juga bisa. Mungkin itu cara lain diantara kita yang unik. Kita memang tidak pernah berharap lebih dari hidup yang aneh-aneh atau bahkan ingin maju seperti orang banyak dambakan, kecuali mereka yang punya kelebihan. Pasti prosesnya berbeda. 


Sedangkan Deri, Umi, dan Liya. Awal tahun ini jadi awal tahu produktif baginya. Karena mereka punya karya yang akan diterbitkan di bulan Januari 2022. Awal yang baik untuk memproduktifkan dirinya dengan menulis. Sedangkan yang lain masih dalam proses menemukan dirinya. Dengan seperti itu hidup akan punya cara sendiri dan ideal versinya. Bagiku Arif dan Ayu bukan tidak bisa menulis, tapi mereka ambil jalan lain. Kurang lebih begitulah indah dengan cara sendiri, serta berbeda. Mungkin lengkap ada yang pembaca ada yang menulis, begitulah hidup diagonalistik, kelihatannya rapi tapi perlu dikoreksi lagi. 


Jika pertemuan lalu membekas. Saat itu ku menuliskannya. Kurang lebih pertemuan sebentar dengan salah satu seorang teman itu begini pertanyaannya. 

"Bagaimana mas bisa menulis?" 

Pertanyaan tersebut membuat pendengar sangat geli dan gemetar mau menjawab. Sebab menulis bukan tugas manusia. Manusia hanya ditugaskan untuk "iqro" yang terdapat dalam surat Al-alaq. Dengan terbata-bata menjawab "saya hanya belajar, sisanya saya perlu banyak baca dulu, menulis hanya bonus dari apa yang dibaca!" Begitulah kurang lebih rumus menjawab pertanyaan tersebut. Ya, dari setiap perjalanan persoalan selalu saja bisa kita alihkan ke dalam suasana lain, dengan menulis bagi yang suka, bagi yang tidak ya cara lain, prestone, dengan musik sendirian, pergi ke pasar, dan atau sekedar ngopi duduk sambil lalu bercerita. Namun yang penting dari semua bisa membaca semua hal. Selaras dengan ayat pertama di surat Al-alaq berbunyi "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu." Kurang lebih begitu untuk membuat kita sadar kalau ada hal penting bisa kita reduksi dari menulis dan membaca, untuk mengarah pada hal kebaikan. 


Dalam konteks di atas, membaca bukan  sekedar membaca teks. Tapi juga dapat membaca banyak hal dari dinamika hidup. Terpenting bisa mengarah kebaikan. Cara tersebut saya mengapresiasi keberadaan Tuhan dengan pesan-pesannya yang estetik dan antik, karena sangat bijaksana. 


Pertemuan penulis dan pembaca. Pada akhirnya akan kembali pada tujuan serta arah tulisannya akan ke mana melaju. Ke arah lebih baik atau lebih buruk. Sesederhana tulisan akan punya nilai lebih serta perlu diapresiasi. Begitupun pembaca bisa mengambil intisari lalu bisa mengaplikasikan sekecil apapun, dan kesangsian hidup terus berbanding baik agar berbiak. Mungkin.


Kamis, 13 Januari 2022

TEMAN DAN KISAH-KISAH LAINNYA YANG BELUM SELESAI

Pertemuan bukan sekedar ngopi ke X, tahun 2022. Awal tahun tak perlu muluk-muluk, terpenting ada niatan lebih baik, cukup. Plan awal tahun seperti tinta masih basah, jika disentuh berantakan. Minimal tahun ini sudah tidak habis waktu kita di jalan, mengisi kemacetan jalan.

 

Sebuah adagium kuno mengatakan “jika kita ingin berkembang, maka harus keluar dari zona nyaman, keluar dari teman-teman—yang begini-begini saja dan bangun relasi sesuai dengan keinginan…”

Mula-mula kita tidak akan pernah menyadari pentingnya pertemanan satu sama lain. Bahkan ada yang sangat mudah kenal dengan orang-orang baru, lantaran komunikasi tidak mudah seperti manusia menyadari  zoon politicon kata seorang filsuf Yunani Aristoteles. Begitulah kita yang tidak begitu sadar akan hal pentingnya persahabatan, dan  nikmat bukan tentang nilai atau manfaat, tapi tentang keindahan merajut kebersamaan.

Adalah kita, katanya “Tim bukan sekedar ngopi” pertemuan ke XI, kita beri nama. Di dalamnya terdiri dari; Umi, Ayu, Liyya, Deri, dan Arif, serta saya. Tidak pernah berkonsepkan perkenalan kita bisa sejauh ini. Ya, walaupun baik buruk di antara kita sudah tampak jelas satu sama lain, di antara kita ini. Namun tidak akan mengurangi rasa kita untuk tetap bersyukur atas segala cita-cita sederhana kita. Menyelesaikan tugas-tugas kampus serta tugas hidup—yang mengganjal di antara kita—tanpa disadari tersampaikan di setiap pertemuan secara lisan maupun tulisan. Perkumpulan paling indah tidak muluk-muluk kita semua dalam keadaan sehat bisa tertawa serta bisa berbagi kisah-kisah secara bersama saling berbagi satu sama lain, sudah lebih dari cukup.

Dalam pertemanan kita ini sebenarnya mengingatkan saya dengan novel berjudul “Lima Menara” karangan A.Fuadi. Karya sastra tersebut berkisah tentang tokoh-tokoh yang sangat unik. Mereka memiliki perbedaan secara kultur serta keinginan, khususnya dalam menggapai cita-cita. Secara latar belakang mereka hidup di pesantren. Perbedaan signifikan dari kita sama-sama semangat belajar. Serta paling menonjol yaitu, mereka di dalam tokoh novel tersebut tidak ada perempuannya, sedangkan kita malah ada tiga perempuan, yang juga tidak tahu mereka akan memiliki keinginan kemana setelah lulus.

Adapun, beberapa hari lalu, saya ditanyakan oleh Ayu  “setelah lulus akan tetap di Malang apa pulang?” ujarnya. Jawabku dengan sederhana “saya masih berusaha mencari rejeki di Malang, ya walaupun tidak ada di Malang, perlu keluar dari Malang-hijrah dari kota dingin—tuk mencari pelabuhan baru serta bisa terus belajar!” dengan bahasa Indonesia yang mencoba baik, saya jawab.

Jika melihat dari setiap proses berbeda-beda, hematku. Teman baiku “bukan sekedar ngopi” memiliki tujuan setelah kuliah bisa lebih berkembang. Mendengar cerita seorang ((tidak dapat saya sebutkan)) mereka punya harapan besar untuk membina cinta serta bersama keluarganya. Entah itu bersama calon suaminya serta pacarnya. Sebagai teman—yang selalu berharap setiap kebaikan—dapat menyertai.

Arif namanya, ia sangat gopoh ketika dibuat (dicuekin/pura-pura marah), di antara teman-temannya. Saat itu mereka punya keinginan keluar—untuk makan bakso, yang dari siang janji untuk makan bersama. Tanpa berpikir lapar atau tidak, ia, iyakan!. Saya yang tidak ingin ikut lantaran banyak hal yang perlu diselesaikan di sekolah maupun di luar sekolah mengenai pekerjaan, dan hal lain dipikiran mengganjal belum berdamai. Belum bisa bergabung. Namun saat itu Arief, yang keluar ikut mengantarkan saya lalu berhenti makan di ankringan, sambil menunggu keberangkatan yang lain. Ternyata lama dan saat itu kita makan berdua. Setelah makan dan kenyang, mereka datang. Dengan wajah tidak enak dipandang, karena perkataan tidak akan ikut “saya sudah makan, kenyang nak…” langsung dengan wajah Liya dan Umi tidak dipandang langsung gas motornya berangkat ke lokasi. Bakso enak. Kata Ayu yang sudah di lokasi.

Saat itu, hematku memandang. Jika pertemanan seperti ini unik dan sedikit aneh. Uniknya kita saling menjalin pertemanan yang positif arahnya. Anehnya, mengapa masih saja ada rasa tidak enak. Padahal kita ingin sekali tidak ingin memiliki batas, kecuali batas saling memiliki dengan rasa cinta. Karena urusan hati mereka punya cara dalam mencintai dan untuk saling memiliki. Terpenting persahabatan kita tetap utuh dan bisa membuka diri lebih baik serta selalu berbiak.

Sebenarnya secara subjektif proses pertemanan yang baik dan buruk. Seorang teman itu, perlu mengetahui keburukan serta kebaikannya. Setelah tahu dapat mengmbil sikap; bertahan untuk membenahi atau membiarkan menikmati apa yang ada dalam diri teman, atau meninggalkan tanpa berkompromi dengan siapa. Kecuali dengan cinta!. Karena sudah tahu baik buruknya. Paling buruk menyebarkan aib kepada  orang sekitarnya.

 Menggali karakter teman dengan serius serta mendalami mengenali sosok teman. Wajib. Jika sudah mengetahui baik dan buruknya; baik karena pada saat susah dan tidak baik pada saat senang. Saat itu pula bosan dan benci pada satu sisi, tapi disisi lain tidak bisa. Malah ingin bertahan serta ingin memperbaiki itu lebih baiknya.

Dalam pertemanan kita perlu mengenal dengan asas; asah, asih, dan asuh. Berangkat dari seorang teman yang sepertinya akan merasakan demam akan tidak enak saat janji jalan bersama dan makan bersama. Padahal ia sudah makan dan  sudah kenyang. Sehingga saat diajak makan lagi tidak bisa mengikuti, akan tetapi pikirannya tak henti-henti, tidak enak kepada teman-temannya,  maka perlu menyusulnya. Ya, walaupun tidak semestinya makan secara bersama. Terpenting bisa ikut bersama.

Bicara makanan, bicara tentang kenyamanan dan kasih sayang. Banyak  di antara kita. Khususnya di lingkungan kita, seorang yang memberi makanan sering kali, ia tulus. Karena seperti halnya seorang ibu  menyediakan makanan, tanpa ada rasa ngeluh selalu berikan makanan kepada kita. Kasih seorang ibu dapat dinilai dari cara masak. Senada dengan apa yang ada dalam puisi Joko Pinurbo dalam buku berjudul "Buku Latihan Tidur" (2014), kutipan puisi berjudul "Kamus Kecil" ibu yang tak pernah kehilangan rasa iba/untuk menjadi bintang harus tahan banting.

Seorang teman akan selalu memahami kebutuhannya. Jika memandang apa yang perlu dilakukan seorang teman, bisa saja perlu berlaku adil serta bisa memahami apa yang perlu dipahami. Sehingga bisa memahami apa yang  menjadi tidak pernah dilakukan oleh seorang teman. Pada intinya dalam pertemanan kita bisa menjga apa yang perlu dijaga.

Pertemuan  yang ke X bukan sekedar ngopi tidak hanya bicara tentang tugas.  Namun konsep yang baik dalam pertemuan; kalau ingin berkembang harus keluar dari zona nyaman. Paling sederhana bisa keluar dari teman orang yang sering bersama. Sehingga kita akan merasakan cara terbaik dari seorang teman peduli kepada kita. Dan meyakini kasih sayang dalam pertemanan jika sudah mencapai ketulusan melebihi saudara sendiri.

Apa yang  akan dirasakan oleh seorang teman tentu akan merasakan tentang banyak hal. Jadi pertemanan bukan hanya melakukan penerapan dalam hidup sesuai harapan. Namun juga bisa memberikan penjelasan  yang baik dan benar untuk saling mengarahkan. Begitulah jika seorang teman yang baik dapat berjalan sesuai harapan bukan menjerumuskannya. Mungkin.

 


Kamis, 06 Januari 2022

PERTEMUAN, PERMAINAN, DAN HAL-HAL LAIN

Awal tahun 2022 bukan sekedar ngopi pertemuan ke IX.


foto:arif/om-kopi


Jika ada pertanyaan. Pertemuan apa yang paling senang, saat bertemu dengan seorang—yang jauh lama tidak bertemu dengan kondisi sehat—serta ibu yang lama tak bertemu tanpa disengaja dan sudah lama mendengarkan kata “ibu” darinya, kecuali “tak kenal mukanya” tapi ketemu di jalan raya atau sepi, tanpa menyapa tapi petuahnya ditemukan, itulah pertemuan paling sakral dalam hidup. Yang sebenarnya ada rindu yang menggigil meronta-ronta, sesekali terjadi dan kaki melangkah pergi menemui. Bicara rindu, puncak paling tinggi untuk mengobati yaitu mendoakan dan melihat pagar rumahnya, sambil lalu memantau baju apa yang dikenakan—tanpa diketahui—itulah rindu yang tak akan menjadikan abu, bahkan tak sia-sia mati mudanya, sebab ada rindu yang dijunjung tinggi untuk memuliakan.


Sudah sekian lama memang, jarang kita berkumpul bersama dengan formasi lengkap ada; Der, Arif, Umi, Liyya, dan Ayu. Di awal tahun 2022 ini kita pertama kali bertemu. Semoga saja ini jadi jalan baik kita semua di awal bulan serta tahun baik ini menghasilkan akhir baik pula, serta mampu melalui baik dan buruk kehidupan kita yang menimpa kita semua, dapat teratasi. Lalu kita bisa menikmati seperti halnya kita mendengarkan Dian Sastrowardoyo mengalih wahana ke musikali puisi, dinyanyikan di hadapan Rangga dalam film Ada Apa dengan Cinta 1. Atau seperti seorang menikmati musik—tuk menjadi tenang.


Sudah sekian lama, kita tidak bertemu, lntaran ada faktor banyak hal menghalangi kita semua. Bukan hanya mengenai kesibukan pribadi, mungkin memang ada yang sengaja menghindari. Namun itulah pertemanan yang sesekali tak ingin menemukan kesangsiang akan hal persoalan, terpenting tetap menjaga komunikasi dengan baik serta mengambil nilai-nilai terkandung di dalam setiap pertemuan-tuk menemukan perbedaan—yang sekiranya manusia bisa lebih baik dari segi: pertemanan, kesuksesaan  dalam berproses, serta menggapai harapan yang general berjalan secara maksimal  tanpa beban. Sederhananya begitu.


“Bukan Sekedar Ngopi” sebuah adagium yang ingin disampaikan secara tersirat-jika ngopi jangan saja ngopi, tapi harus bisa mengembangkan inspirasi, serta bisa menghasilkan apa yang dicari, bukan tentang hal yang mencaci, mendengki, dan merasani-namun, kita ingin sekali bisa mengambil hikmah dari setiap pertemuan kecil, mampu dikembangkan jadi pertemuan memiliki nilai pengetahuan. Kurang lebih demikian. Dan kita hari ini sudah lengkap formasinya, kata tagline teman  yang buat story di akun instagramnya “is back time #bukan  sekedar ngopi,”  hal itu merepresentasikan reaksi senang dalam simbol pertemuan perlu diabadikan dengan berdoa foto. Banyak cara membuat momenta baik dilakukan seorang. Jika saya  dengan cara menuliskan dengan cara paling sederhana, namun ingin sekali punya rasa yang abadi hati dalam kehidupan.


Saya dan Arif duduk bermalas-malasan di warung kopi bernama Om Kopi di paling pojok luar, lebih tepatnya tempat yang tidak biasa kita duduk saat bertemu. Kita duduk sambil bermalas-malasan sambil menunggu teman-teman seperjuangan yang lama tidak kumpul bareng lantaran di antara kita ada yang sakit. Kini puji syukur sudah sembuh semua dan kita bisa bersua kembali dengan keadaan sehat. Dengan senyum dan tawa sambil bicara banyak hal, tanpa mengurangi rasa syukur atas sehat yang telah diberikan kepada kita semua. Dan paling bersyukur daripada teman-teman yang belum berkesempatan  kumpul belajar, kita masih masih bisa belajar bersama dengan banyak hal dilakukannya, ya, walaupun hanya sekedar kumpul untuk menyelesaikan tugas, tapi tetap saja hal lain dibicarakan dengan paling sederhana tapi tetap penuh makna. Begitulah sederhana kita rasakan. Selain itu bersyukur ada Liyya, yang baru pulang dari rumahnya membawa buah naga untuk kita, ya minimal makanan buah bergizi, bertambah, itulah nilai pertemanan perlu dikenang dan diapresiasi.


Saat bertemu, kita tidak hanya bertemu dan bicara banyak hal tugas atau hal-hal lain. Akan tetapi juga bicara tentang humor dan permainan. Seperti bermain Tik tok serta saling berhumor dengan joks humor masuk akal maupun tidak. Dalam pelajaran bahasa Indonesia ada humor dan anekdot. Dalam anekdot selalu menawarkan humor tersirat disampaikan dengan cara melakukan sindiran dengan bahasa tersirat, sedangkan kalau humor hanya menghasilkan tawa yang nilainya hanya bahagia.


Adapun yang dilakukan oleh seorang teman dengan canda tawa berupa humor. Bicara tentang guyonan serta hal-hal membuat tertawa, bisa juga mereka menghasilkan tawa contoh sederhana “buah ini besar…!” ujarnya, sambil tertawa senang mereka tertawa. Begitupun Umi dan Liyya candanya—yang sedikit aneh tapi kadang menghibur. Sedangkan Arif—yang seperti mengajarkan pola pikir aneh-aneh saat bicara hal-hal lucu tapi menggiring ke unsur-unsur tabu, begitulah kurang lebihnya. Sedangkan Ayu dan saya hanya tersenyum sambil menyimak canda tawa, kita semua. Sedangkan saya untuk menjadi lucu perlu latihan lagi. Secara pribadi belajar dari youtube menonton lawak “Lapor Pak” yang akhir-akhir ini lucu dan saya suka dengan lelucon; rayuan lucu, joks aneh lucu, dan permainan bahasa Indonesia digunakan menjadi lucu.


Pertemuan tersebut ditutup dengan cara paling sederhana. Makan buah naga sambil tertawa. Bahkan ada yang hingga terpikal-pikal, mungkin disitu letak pertemuan dan pertemanan punya nilai. Sedangkan awalnya mungkin murung dan lama tidak berkumpul. Ya, walaupun Deri masih belum ikut saat itu, tapi dia pasti punya alasan yang kuat dengan apa yang dilakukan dalam prosesnya—yang lebih baik, dia akhir-akhir ini punya kesibukan buat konten video di youtube. Ininya awal tahun ini kita melakukan pertemuan dengan harapan paling baik untuk kedepannya. Begitulah mungkin yang pantas untuk dibicarakan sebelum bicara tentang plan 2022 ini.


                ***


Setelah itu, saya yang memang sudah memiliki janji dengan teman-teman main futsal, harus meninggalkan teman-teman bukan sekedar ngopi lebih awal. Namun Arif yang pandai menggunakan bahasa persuasif semua malah ikutan ke tempat permainan futsal, tanpa memikirkan ada yang baru sembuh dari sakit ikutan, tanpa berpikir dampak baik buruknya. Mereka ikut ke lapangan futsal.


Dalam permainan futsal ataupun sepak bola. Saya ingat dengan esai-esai yang sering dibaca di medium Zen Rs, dan kalau di Kumparan sering membaca esai Mahfud Ikhwan novelis Indonesia yang terkenal dengan buku berjudul “Dawuk”. Dalam pembacaan saya mengenai permainan sepak dalam esainya beliau, jika ditanya mengenai posisi paling ideal saat bermain futsal atau sepak bola akan memiliki menjadi sayap kanan. Jika Mahfud Ikhwan senang sebagai bek, karena harus menjaga gawang sebelum pertahanan terakhir kiper.


Hal itu sederhana bagi  kita semua dalam memilih posisi. Tidak harus memilih pasangan atau memilih posisi di lapangan untuk bermain. Saat itu ada peran paling baik selain pemain di dalam lapangan untuk bisa menikmati permainan sambil lalu berpikir untuk mencetak gol untuk mencapai tujuan akhir yaitu kemenangan. Begitulah rumus sederhana kita dalam mencapai serta melakukan permainan. Selain itu, bukan hanya bicara tentang menang, tapi juga tentang jiwa dan raga agar sehat.


Namun, dalam sejarah permainan sepak bola. Selain pemain memiliki peran ternyata ada juga yang berperan penting juga yaitu penonton. Pada saat itu ada Liyya, Umi, Ayu, dan Arif. Ikut ke lapangan menonton sepak futsal. Tidak terlalu dihiraukan kalau saya pribadi, karena mereka ikutan hanya kena provokasi serta bahasa persuasif Arif. Dampak baik dan buruk sebenarnya tidak tahu menahu saya hanya bermain untuk sehat. Dan sebagai pribadi berterima kasih karena teman-teman sudah ikutan, walaupun mereka tidak tahu ngapain ikut dengan tujuannya, mungkin saja mereka ingin mencari hiburan. Kalau bahasa sekarang healing baru akan membantu menghilangkan pusing.


Kagetnya saat diberitahukan kalau di antara mereka tidak kuat dingin dan harus segera pulang duluan. Saya sebagai orang yang bermain tidak terlalu peduli awalnya mereka ikuti, saya merasa bersalah dan tentu hanya maaf terlontar dan doa baik kepadanya dilontarkan. Sehingga berharap untuk ke depan tidak usah ikut-ikutan kalau dampaknya membuat fatal. Ini sebagai pelajaran dari kita sebagai teman semoga kita semua dalam lindungannya dan sehat selalu, serta panjang umur untuk hal-hal baik.


Semoga di awal tahun 2022 ini menjadi awal baik bagi kita semua. Serta kita tidak pernah berpikir kalau masa akan datang hal-hal tidak terduga datang, sehingga kita semestinya menyadari sehingga mempersiapkan diri di awal bulan dan tahun dengan plan baik. Sehingga adagium “start awal baik menjanjikan finish yang baik pula…” begitulah mungkin hal sederhana dalam doa bentuk tulisan dapat dipanjatkan semoga tidak mengurangi nilai baik kita semua.


Senin, 03 Januari 2022

TUA, DEWASA, ITU PILIHAN: HIDUP ABSURD KATA ALBERT CAMUS

 Kebebasanku hanya ada dalam pikiran

Kebebasan bertindak untuk hak

Dan semua butuh pertanggungjawaban  

 2021


Bukan sekedar ngopi 28 Desember 2021. Kini merekam pertemuan yang diambil dari pembahasan akhir tahun 2021—yang sangat jarang kita melakukan pertemuan secara intensif. Karena dari teman-teman ada—yang sakit. Doa baik bagi kita semua haturkan kepadanya, semoga hal baik menyertai. Begitulah sepertinya dirasakan kita yang masih diberi nikmat sehat doa baik ke Deri sudah sembuh serta Ayu, dan Liya sakit.

…”kita memang bersyukur sudah pernah sakit tapi sembuh!”

“iya syukurlah mas, sudah pernah sakit dan sembuh juga…”

Percakapan siang menjelang sore karena sudah lama tidak bertemu denganya, dan Umi baru pulang dari rumahnya, sedangkan Deri baru sembuh dari sakitnya. Dan Arif, ternyata masih selalu sehat, walaupun sakit sembuhnya cepat, sedangkan saya alhamdulillah sudah menikmati sembuh. Sedangkan Liya dan Ayu—yang masih belum sembuh total. Sebagai teman ya, tetap berharap terbaik.

Bukan sekedar ngopi 28, Desember 2021 Om Kopi pertemuan membincangkan hal-hal lain dari ruang akademik dan juga hal-hal tua dan dewasa itu, pilihan!

Akhir-akhir ini  memang kita jarang berkumpul secara lengkap. Sebab masih banyak batas  yang akan kita lewati setiap individu, mulai dari kesibukan yang memang  tidak pernah selesai yaitu mengatur waktu bersama serta bisa meluangkan waktu untuk ngumpul sambil ‘ngopi.’ Hal itu seperti terjadi kepada kita semua kini di bulan ini. Mungkin saja karena di antara kita sudah ada yang merasakan kenyamanan bertaman dan kebosanan. Tidak tahu, karena begitulah dalam  pertemanan yang memang beragam dari latar belakang.

Namun, ada yang paling terasa saat seperti ini ketika ada di antara kita yang sedang sakit. Hal tersebut sangat merasa simpati serta empati.  Karena kita sadar sama-sama perantau yang tujuannya sama menimba ilmu—tujuan tidak lain dan tidak bukan yaitu belajar—sehingga, kita semua seringkali melakukan sesuatu secara bersama mengerjakan tugas kuliah, dan ini salah dua sebagai bentuk rasa syukur dalam pertemanan.

Dalam hal ini dampak yang signifikan kita yaitu saat melakukan melakukan kerja tugas kuliah. Di antara kita lagi-lagi memiliki masalah berbeda-beda. Selain memang waktunya di kuliah sangat padat dengan melakukan  aktivitas di kampus selalu merasa waktu yang ada sangat kurang. Adapun yang memang banyak waktu namun saat itu mungkin belum ada uang—sehingga tak bisa berkumpul—itulah sering kali ditemukan di antara kita semua, dengan latar hidup berbeda-beda.

Akan tetapi, saat kita merasakan kesibukan positif—yang sering dilakukan secara bersama—tapi kita masih memiliki tanggung jawab lain selain ‘ngopi’. Adapun itu, tidak mengurangi rasa kebersamaan yang diatur sedemikian rupa untuk saling merasa bahagia secara bersama tanpa melupakan tujuan utama. Waktu memang menjadi masalah kita selain juga finansial untuk tidak terlalu boros untuk diatur. Apalagi perlu adanya tabungan di masa akan datang.

Kita semua punya tujuan berbeda-beda,  selain tujuan study ini. Kalau study sudah jelas  kita ingin selesai secara baik serta tepat waktu. Tepat waktu yang perlu dilakukan yaitu melakukan tugas mahasiswa sebagaimana mestinya:  tugas, ujian, dan mengabdi. Lalu mampu mengembangkan  apa yang telah dipelajari agar menjadi manfaat dalam hidup.

Mungkin di antara kita tidak pernah berpikir jauh  kedepan setelah selesai kuliah ini,  akan kemana dan akan mengerjakan apa. Pertanyaan  tersebut sepertinya menjadi refleksi bagi kita sendiri-sendiri. Tentu teman-teman punya cara serta punya langkah lebih jauh lebih serius ada dalam hatinya. Walaupun terkadang kita tidak akan merasakan bahkan akan kemana, nanti untuk niat baik akan sesuai atau tidak, itu sudah pasti ada. Ya, pada intinya kita berharap kita semua bisa sukses dalam jalan baik kita dengan cara sendiri-sendiri sesuai dengan harapan dan kebutuhan.

“…Bagaimana nanti kalau memang sudah jauh, apakah kita akan tetap produktif?” ujar salah satu teman yang mungkin sudah merasa dan memikirkan masa depan akan dijalani nanti.

“Bagiku kita tetap jaga komunikasi dengan baik, serta saling menjaga apa yang perlu kita jaga!”

Begitulah pembicaran waktu sore yang bisu serta suasana senja berwarna merah keemasan, di situ seperti saja dewasa membuka seketika. Walaupun secara tidak langsung dewasa sudah dibentuk dari dulu, tanpa kita sadari, saat bicara tentang apa yang telah dipilih dan bisa mempertanggungjawabkan, kurang lebih itulah dewasa.

Hal tersebut sesuai dengan yang kita ambil hari ini, yaitu memutuskan untuk melanjutkan studi yang mungkin sudah tidak pernah kita bayangkan kalau bekerja serta bersama dengan teman-teman sepantaran S1 dulu sudah mapan dan berkeluarga. Bahkan  beruntungnya sudah punya keturunan. Namun hidup bukan perlombaan tuk dipersamakan, bisa saja kita lebih beruntung di mata mereka. Ad hominem pravelace individual human.

Namun,  hal ini seperti punya cara serta dasar berbeda-beda di  antara kita. Mungkin saja seseorang melanjutkan studi ini untuk melakukan pelarian diri sebagai bentuk merasa masih gagal dulu belajar. Adapun juga ada yang bisa ditemukan dengan jalan tersebut kita bisa lebih nyaman belajar serta akan menjadi langkah baik lagi untuk kedepannya. Ada pula, mungkin akan melakukan study ini karena masih saja senang belajar serta bisa mengembangkan apa yang telah diberikan kesempatan oleh orang tua untuk belajar, lalu mengembangkan ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini semua akan punya dasar sendiri-sendiri dalam memilih tujuan akhirnya. Tidak mungkin akan sama, bahkan bisa kita tirukan apa yang telah diambil serta menjadi pilihannya. Setidaknya dari apa yang dilakukan oleh teman seperjuangan semangat mengenai menggapai apa yang menjadi pilihan dapat ditiru atau dijadikan referensi.

Tua dan dewasa itu pilihan. Banyak di antara kita tidak akan memahami tentang apa yang akan diambil bahkan kita masih merasakan hal paling rumit dalam hidup. Akan tetapi, kita menyadari kalau segala pilihan dari hidup kita itu, merupakan absurd atau kosong. Hal ini dilakukan oleh pandangan Albert Camus, yang tergambar jelas dalam esai Mythe Sisyphus, bagaimana seorang tokoh metafora dikutuk untuk mendorong batu ketika jatuh ke bawah didorong lagi ke atas secara berulang-ulang begitu. Namun manusia lain yang sibuk memberikan komentar  atas hidupnya, padahal ia menganggap hidup seperti itu bukan sia-sia. 


Minggu, 02 Januari 2022

CATATAN MEDAN PEMBATJA 2022

Foto buku yang dibincangkan,oleh Amd/kalisuko 

Awal tahun 2022, Minggu tanggal 2, Januari 2022 Malang, tempat Kali Joyosuko

Pengulas buku: Cak Pendek, Akhmad Mustaqim, Mutaminnah, Ika, dan Ravi

Ravi, Mumut, Ika, akhmad, cak Pendek. 


Mula-mula kita saling menunggu satu sama lain, padahal sudah ditentukan waktu yang disepakati. Pukul 13.00 Wib. Tapi, tidak bisa dipungkiri masalah selalu saja datang dengan sediri tanpa diprediksi. Begitulah rumus perjalanan hidup seorang—yang berkaitan dengan waktu—yang jarang tepat. Ini adalah beberapa contoh dari kegiatan kecil kita, formal maupun tidak terkadang mesti saja terjadi. Namun keterlambatan bukan kesalahan, melainkan hanya membentuk kebiasaan. Kalau ditanya pasti semua punya alasan kebenaran; baik atau buruk alasan perlu diterima.

Sebagai moderator yang akan memimpin diskusi siang ini… saya sekaligus akan menuliskan  beberapa catatan untuk buku yang diulas. Kebetulan ada partner serta teman baru—yang sangat baru karena baru ikut nimbrung, ada Ika dan Ravi. Pengulas buku berarti ada lima; Cak Pendek, Mutmainnah, Akhmad Mustaqim, Ika, dan Ravi. Seperti  biasa dibuka dengan paling sederhana menyodorkan kopi ke semua  yang mau meminumnya, lalu dimulai dengan sederhana dan dimulainya.

Seperti biasa ada kepala suku Mendan Membaca yaitu Cak Pendek, mengawali ulasan buku yang sudah dibaca, sebagai berikut ulasannya secara bergantian akan berjalan sesuai waktu yang telah disepakati. Jika ada yang ada didiskusikan akan diberi kesempatan, dipersilahkan:

 

Judul buku: Amba

Penulis: Laksmi Pamuncak

Pengulas: Cak Pendek

Genre: Novel

Buku ini berlatar sejarah yang tokohnya bernama Bisma, dokter lulusan Lipzig, Jerman Timur. Di Tahun 1965 secara tahun latar belakang tempat membahas mengenai sejarah. Kisah cinta antara Amba dan Bisma. Di akhir tahun 1965, bersama mahasiswa CGMI, Bisma dan Amba menghadiri acara yang di adakan di kampus URECA (Universitas Res Publika). Ketika acara berlangsung, tiba-tiba terdengar tembakan dan segerombolan orang masuk membubarkan acara tersebut. Di tengah kepanikan tersebut Amba telah kehilangan Bisma. Keesokan harinya, Amba mencari informasi tentang keberadaan Bisma. Selang beberapa bulan, Amba mendapatkan informasi kalau Bisma di asingkan ke Pulau Buru. Di tahun 2006, Amba yang masih mencintai Bisma memulai pencariannya ke Pulau Buru. Bersama kenalannya sekaligus tour guide, Amba mulai mengumpulkan informasi tentang keberadaan Bisma. Semasa di Pulau Buru, Bisma sering menulis surat untuk Amba. Tetapi surat ini tak pernah dikirim oleh Bisma. Penyebabnya, surat menyurat yang dikirim oleh Tapol mendapatkan screening terlebih dahulu oleh penjaga. Hal ini dilakukan agar keburukan-keburukan yang dialami Tapol selama pembuangan tidak diketahui oleh pihak luar. Oleh Bisma, surat-suratnya ia sembunyikan dalam gundukan tanah yang ia beri tanda dengan sebuah pohon. Bisma yang memiliki keahlian dokter banyak menyembuhkan orang-orang asli pulau itu. Sehingga masyarakat pulau tersebut menganggap Bisma mempunyai kelebihan menyembuhkan orang dan mereka menyebut Bisma sebagai Resi dari Waeapo atau Guru dari Waeapo. Di sinilah Amba sangat kesulitan mencari Bisma dikarenakan masyarakat, juga Kepala Suku setempat telah mengganti nama Bisma dengan sebutan lain. Di Pulau Buru Bisma dibantu seorang anak kecil untuk merawat alat-alat kedokteran dan membersihkan ruangan. Anak kecil ini berasal dari Wates. Sewaktu di Pulau Buru anak ia masih berumur 17 tahun. Ceritanya, anak ini mencari bapaknya yang di tahan entah di mana. Ketika ketemu, anak ini tidak mau berpisah dengan bapaknya. Karena rasa kemanusiaan, sipir mengizinkan tinggal. Ia ditempatkan di sebuah gudang. Si sipir memanfaatkannya utk membantu mengantar minuman/makanan dll. Karena kesalahan yang tak seberapa, bapaknya dibebaskan. Namun tidak dengan anaknya. Penyebabnya, ketika pergantian sipir, sipir yang baru tidak mengetahui asal-usul anak ini. Sehingga ia harus tetap di tahan sebelum ada kejelasan. Setelah itu anak ini ikut dipindahkan seperti halnya dengan tahanan lain ke Pulau Buru. Di akhir kisah, di Pulau Buru anak ini akhirnya meninggal dengan penyakit yang belum diketahui. Bisma mendampingi sampai nafas terakhir. Akhir riwayat hidup Bisma di habiskan di hutan yang menurut masyarakat sekitar ia punya kebiasaan pergi ke hutan kalau tidak ada kerjaan di kehidupan pulau Buru. Namun tidak kembalinya Bisma setelah pembebasan Tapol Pulau Buru masih menyisakan misteri. Di luar novel, Pram pernah menyebut dalam buku "Nyanyian Seorang Bisu" kalau masyarakat Pulau Buru itu masih jauh tertinggal. Hutannya masih perawan. Ketika para Tapol mulai di tempatkan di sana, pembangunan mulai di adakan. Hari ini sangat kontras kalau membandingkan dengan bangunan yang dulu pernah di kerjakan oleh para tapol dengan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Mulai dari irigasi, jalanan yang tertata rapi, begitu pula dengan rumah-rumah yang berdiri. Hingga sekarang kehidupan seorang mantri sangat dihormati. Secara tidak langsung strata sosial dihormati. Bisma membawa cara pengobatan secara ilmiah daripada orang sana mulanya hanya percaya kepada dukun, pengobatan-pengobatan yang ada. Pandangan secara ilmiah maupun non-ilmiah untuk cara hidup baik. Latar belakang di Pulau Buruh bukan orang sembarang atau bisa dikatakan seorang intelektual, memang banyak orang pintar kasarnya. Di luar novel membicarakan tentang pembuangan pertama dan selanjutnya itu berbeda. Ada masyarakat biasa dan juga masyarakat intelektual. Namun, itu semua dibuang karena partisipan PKI atau di PKI-kan. Apa ada alasan yang tersendiri mengapa dipilih Pulau Buru. Pertanyaan dilontarkan oleh Ika, apa tidak ada pulau lain. Jawabannya Orde Baru saat itu memilih tempat itu karena masih sangat kecil kehidupan masyarakat sana. Tempat tersebut jauh dari suhu politik serta masih hutan alami. Juga menghindari isu nasional maupun internasional bila ternyata di Pulau Buru banyak terjadi kekerasan kemanusiaan yang dilakukan oleh penguasa.

 

Judul buku: Pada Sebuah Kapal

Penulis: NH. Dini

Pengulas: Ika

Genre: Novel (Fiksi)

Novel Pada Sebuah Kapal berkisah tentang kehidupan. Tokoh bernama Sri, latar belakang di Semarang, ia merupakan anak ke 5 dari 5 saudara. Sri kecil dekat dengan ayahnya karena ayahnya sangat mendukungnya dalam menari, namun  sayang ayahnya mmeninggal ketika ia berusia 10 tahun. Ketika Sri umur 24 tahun ibunya meninggal.

Ketika di Semarang Sri bekerja sebagai penyiar radio lalu ketika ibunya telah tiada ia mencoba beradu nasib di Ibu Kota. Sri mencoba melamar sebagai Pramugari. Ditempat selesai ia bertemu dengan temannya Narti. Hasil seleksi mengumumkan bahwa Sri tidak lolos karena menurut hasil tes kesehatan ia mengidap penyakit paru-paru basah. Kemudian ia melamar sebagai penyiaran radio disalah satu stasiun radio terbesar di Jakarta selain itu juga ia melanjutkan hobinya menari. Setelah beberapa waktu ia diajak Narti untuk bertemu, disana Narti mengajak beberapa temannya salah satunya adalah Saputro, yang merupakan salah satu Pilot di salah satu maskapai, hubungan mereka lambat laun menjadi dekat, bahkan keluarga mereka ikut menyukai Saputro, sampai suatu hari Sri dilamar oleh Saprutro dan mereka memutuskan untuk menikah namun Saputro mendapat tugas keluar negeri selama 6 bulan. Sedang Sri mencoba mempersiapkan pernikahannya. Ketika 6 bulan berlalu kabar tidak mengenakan jatuh di telinga Sri, Saputro meninggal dalam kecelakaan.

Sri sakit hati karena Saputro meninggal dan mereka gagal menikah. Sri mencoba menenangkan diri di Bandung, namun ia merasa harus segera bangkit dan kembali ke kota untuk menari meneruskan hobinya menari, ia diberi kesempatan menari di Kedubes Jakarta, di sana ia bertemu dengan seorang diplomat Prancis bernama Vincent. Ia melihat Vincent seorang yang baik dan kalem akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

Pernikahannya dengan  Vincent sebenarnya ditentang oleh keluarga Sri, namun Sri tetap kekeh meski harus mengorbankan kewarganegaraannya. Naasnya pernikahan bahagia yang dibayangkan Sri tidak terjadi, Vincent berubah menjadi orang yang egois, pemarah, dan suka menyuruh-nyuruh Sri. Bahkan ketika ia menganggap bahwa kehadiran anak dapat menghadirkan kebahagiaan dan perubahan pada rumah tangga mereka, nyatanya tidak. Sampai suatu ketika mereka akan berlibur dari Jepang (Kobe) ke Paris namun Vincent hanya membeli tiket pesawat untuk dirinya sendiri sedang Sri dan anaknya harus menggunakan transportasi kapal.

Dalam kapal itulah cerita baru Sri dimulai, ia bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara, dan juga ia bertemu seorang kapten bernama Michel, awalnya mereka saling menatap tanda mereka saling tertarik. Sampai suatu ketika Sri meminjam buku pada Michel dan karena alasan itu mereka bertemu dan selingkuh. Tentu mereka saling memberitahu bagaimana pasangan mereka yang sama-sama berubah dan membuat mereka tidak bahagia. Dan karena mereka saling jatuh cinta namun mereka sangat kesusahan untuk bercerai (karena ditentang dalam budaya dan agama), mereka tetap memutuskan untuk berhubungan walau masih terikat dengan pasangan masing-masing. Di Paris Sri akan selalu menemui Michel di dermaga.

Penulis menyampaikan seorang nilai kehidupan yang sangat kental dari kehidupan dekat. Kehidupan perselingkuhan  seorang. Nilai yang akan disampaikan oleh penulis "perempuan harus setia.." sampai ending cerita yaitu tetap berselingkuh. Padahal ingin berpisah karena terikat perceraian tidak boleh karena di Gereja. 

Sosok perempuan yang punya pendirian mengambil keputusan. Penulis menyampaikan bahwa perubahan sikap seorang saat berkeluarga, perubahan sikap. Sehingga kalau memang terjadi perubahan kehidupan seseorang mengenai kelalaian perselingkuhan. Padahal kehidupan  yang memang terjadi eksistensi manusia.

Novel ini sepertinya memiliki unsur dedikasi perselingkuhan yang memiliki dasar kuat. Ingin menyampaikan kalau perselingkuhan itu punya dasar yang tidak tabu untuk kehidupan dunia perselingkuhan punya dasar. Perselingkuhan memiliki dasar kebahagiaan mencari kebahagian yang ada.

 Selain itu juga NH Dini ingin mendobrak beberapa narasi lama seperti "kehadiran anak dapat menghadirkan kebahagiaan" / "pernikahan dapat menghadirkan kebahagiaan" dari sini NH Dini ingin menjelaskan bahwa kehidupan ini sangat absurd dan tidak pasti, tidak selalu narasi-narasi yang tumbuh subur di kultur budaya ini terjadi pada setiap perempuan.

 

Judul buku: Filosofi Teras

Penulis: Henry Manampiring

Genre: Filsafat

Pengulas: Mutmainah Qolbi

 

Buku filsafat ini bicara tentang kebahagian seorang.  Filsafat Stoa mengenai seni hidup seorang yang masih sangat relate dengan kehidupan saat ini. Pembahasan mengenai kehidupan manusia untuk mengontrol diri.

Dikotomi kendali adalah hal yang berada dibawah kendali kita dan hal yang bukan dibawah kendali kita. Namun buku ini mengajarkan dan memberikan peta pemikiran mengenai cara-cara sederhana dilakukan oleh manusia untuk hidup tenang. Sehingga dapat menjadi manusia memiliki pandangan luas tanpa memvonisnya, seorang salah dengan hanya satu pandangan subjektif. 

“Filosofi Teras” ini, Tentang pertimbangan mengenai hidup seorang  contoh dari dikotomi kendali yang tidak dibawah kendali, seperti Kekayaan, ketenaran, pendapat orang lain, tentang semesta alam itu tidak masuk ke dalam kendali kita. yang bisa berada di bawah kendali kita seperti opini, tujuan, cara bertindak dan apapun yang terjadi dalam diri.

Stoisme mengajarkan keadaan. Selalu ada bagian dalam diri kita yaitu kemerdekaan tentang berpikir. Namun tetap memberikan tanggung jawab atas hidup. Tentang apa yang menjadi pilihannya, itulah yang dilakukan oleh para kaum stoisisme. Ajaran untuk memiliki prinsip hidup sederhana tanpa merugikan orang lain, sesuai dengan pilihannya. 

Persiapan diri apa yang akan dilakukan seorang diri. Contoh dalam kehidupan saat ini seorang mahasiswa menghadapi dosen, yaitu dengan mempersiapkan diri, memahami materi, tujuan, metode dengan jelas agar apa yang disampaikan menjadi baik dan itu termasuk dalam hal yang bisa dikendalikan sebagai manusia, tentang keadaan yang akan terjadi nanti bukanlah hal dibawah kendali manusia. Hidup yang bicara tentang hal perlu dilakukan.

Bagaimana presensi hidup yang harus dibangun secara positif. Interpretasi dan persepsi kita. menghadapi orang lain untuk bisa melakukan kehidupan. Cara berpikir sebelum bertindak untuk bisa memberikan penilaian kepada orang lain. Persepsi dan interpretasi mengenai apa yang terjadi situasi mengetahui alasannya.

Kehidupan stoisme juga tentang memaklumi apa yang telah dilakukan oleh orang lain, menyadari bahwa hidup juga mengenai pilihan, menikmati/memaki. tentang bagaimana mengalihkan energi negatif ke positif.

Rumpun pemikiran yang sinisme, pandangan mengenai kehidupan seorang Diogenes seorang yang memilih jalan hidupnya sendiri tanpa terkontaminasi orang lain di masa Raja Alexander Agung. kehidupan Yunani, satu hidup dengan Alexander Agung. Dunia tidak apa-apa tapi tidak berlebihan. Diogenes dikenal seorang filsuf yang tidak terlalu ambisi dengan hidup mewah yang menjauhkan dari dirinya sendiri, maka salah satu kisah paling menarik dalam pelajaran hidup manusia. Pada saat ditawari oleh seorang raja mengenai kehidupan mewah, tawarannya berupa; harta, tahta, dan wanita. Asalkan raja tersebut diajarkan ilmu pengetahuan. Namun jawaban Diogenes menjawab “awas raja kamu hanya menghalangi sinar matahari…” begitulah asal muasal hidup yang diambil dalam serpihan kisah di dalam filosofi teras. 

 

Judul buku: Kecerdasan Semiotika

Penulis: Yasraf Amir Piliang

Pengulas: Ravi

Genre: Esai Filsafat

 

Buku ini bicara filsafat kecerdasan, dikatakan Cassirer bahwa manusia adalah makhluk simbolik (animal symbolicum) atau makhluk yang terjerat oleh tanda yang dibuatnya, dengan demikian sejatinya kecerdasan manusia adalah kecerdasan dalam memahami tanda, bagaimana kelemahan manusia jika menggunakan statistika dalam pendefinisian kecerdasan (IQ). Namun, pemahaman terkait pembentukan pola pikir kita terkait kecerdasan didasarkan pada rata-rata semenjak Qullet mengatakan bahwa seluruh masalah humaniora dapat diselesaikan dengan statistika. Statistika solusi utama yang metodenya menggunakan rata-rata. Semua hal yang harus sama dengan rata-rata yang ada.

Dalam suatu kelas tidak suka dan bisa tidak bisa matematika dan satu anak tidak bisa yaitu tidak bisa maka dianggap "bodoh" oleh kecerdasan rata-rata itu, karena pola pikir statistik yang positivistik. Sehingga menimbulkan pandangan umum bahwa hal yang tidak biasa/berbeda dengan rata-rata akan dianggap tidak baik.

Kecerdasan seseorang bukan karena menjadi unggul di suatu budaya. Namun kecerdasan manusia adalah ketika ia menciptakan budaya. -Nassim Nicholas Thalib

Ken Kwan Soetanto yang datang ke Jepang itu belajar, tapi dia mengajar. Rata-rata yang datang ke sana tidak semestinya mengajar tapi dia malah bisa mengajar. Ini bukti bahwa Soetanto melawan rata-rata yang ada.

Jika manusia keluar dari rata-rata itulah sejatinya kecerdasan.

A True Sign Of Intelligence Is Not Knowledge but Creativity -Albert Einstein.

Dalam kesadaran kita, hak tak umum akan dibasmi oleh rata-rata. Kesadaran yang kosong itu ditulis oleh budaya dengan alat berupa bahasa.

Manusia menularkan bahasa melalui tanda yang pada bentukannya menjadi gagasan yang disebut meme oleh Dawkins, yaitu virus akal budi. Seorang yang menolak rata-rata disebut Liyan (other), dengan pola melawan meme yang disediakan.

Adapun kehidupan yang kini dirasakan dalam pandangan Yasraf, penuh dengan rata-rata yang dianggap ideal dan itu merupakan kritikan oleh Yasraf dalam buku ini. Bahkan contoh-contoh mengenai rata-rata tidak valid sudah berhasil. Salah satunya Pak Sukanto seorang Indonesia belajar di Jepang tapi dia juga menjadi seorang pengajar di Jepang. Jika semua orang menganggap itu tidak bisa ternyata masih bisa dibuktikan. Bahwa bukan rata-rata itu menjadi pilihan paling baik, melainkan menciptakan budaya baru dengan keahlian diri tersebut berupa kecerdasan. 


Judul : Realisme Magis Dan Filsafat

Penulis : Jorge Louis Borges

Pengulas : Akhmad

Genre : Kumpulan Esai 

Mula-mula berangkat dari kegelisahan sendiri membeli buku ini, karena buku ini menjadi kebutuhan saya untuk kedepan ini menggarap tugas akhir kuliah. Secara,didasari oleh realisme magis sebagai penelitian, dikecewakan karena tak sesuai ekspektasi. Buku berbicara soal esai pendek, filsafat realisme magis, penulis merupakan sosok pelopor realisme magis argentina, buku ini merupakan refleksi atas beberapa karya, berkaitan dengan filsafat milik Martin Heidegger. Sastra dapat memadukan filsafat, kehidupan real dapat menjadi magis, saat kita hidup pasti ada pertunjukan, pertunjukan itu juga merupakan bentuk realisme magis.

Di Indonesia realisme magis berbicara soal ritual yang sangat kental, seperti sesajen, genderuwo. Kajian buku ini menggunakan metode tekstual, karena ada bentuk-bentuk ontologi, bagaimana kita menganggap realisme magis itu ada di dalam kehidupan sehari-hari, contoh kasusnya adalah novel cantik itu luka karangan eka kurniawan. Borges memiliki pengaruh besar dalam realisme magis dunia, bukunya ini membahas hal berat dengan kemasan yang ringan.

Buku mungil yang sangat memberikan pandangan luas mengenai dunia realisme magis—yang dipelopori oleh Jorge Luis Borges mengenai realisme magis, dan filsafat. Buku ditulis oleh Wawan Kurniawan cuplikan bacaan mengenai pandangan  secara subjektif. Secara substansi berisi mengenai esai sederhana namun memiliki rasa kuat mengenai dunia sastra dan silsilah bacaan sastra dan filsafat.

Buku ini tidak termasuk tematik, tapi buku ini tidak muluk-muluk murni pandangan Borges, tapi buku kumpulan esai ini kaya dengan beragam topik—yang diangkat dari banyak kondisi tapi dasarnya sastra. Walaupun buku ini ada kesan hanya tulisan ringan  namun buku ini juga memberikan satu pandangan kompleks mengenai sastra di luar Indonesia.

Bacaan yang mendalam mengenai buku ini berfokus dengan topik realisme magis serta absurditas. Salah satunya penulis memberi pandangan dalam tulisan esai di buku ini, mengambil salah satu penulis luar negeri yaitu Franz Kafka, di mana di dalam teksnya tersebut mengulas; mengiris-iris pandangan Kafka dari yang sederhana tapi kunci pemahaman mengenai teks serta tawaran informasi dan pengetahuan muncul di dalamnya. Begitulah sekilas sederhana salah satu esai dalam buku ini.

Selain itu, ada juga mengenai silsilah secara meluas mengenai pandangan Borges. Secara, ia  ternyata karya-karya mengandung unsur-unsur filsafat. Kalau didekati dengan pendekatan struktural. Setelah itu, ternyata para penikmat atau pegiat sastra memberikan tesis atas karya-karya Borges. Kalau karya-karya Borges sangat kental dalam kehidupan sehari-hari penuh dengan unsur-unsur filosofis.

Dalam ulasan kali ini berfokus ke dalam judul yang lebih dominan di cover tulisa “Jorge Luis Borges Realisme Magis, dan Filsafat” penerbit Basa Basi (2021). Realisme magis di Indonesia dengan luar negeri khususnya ke Amerika Latin, atau golongan pembawa nuansa ‘realisme magis’ dalam karya sastra memiliki semangat berbeda-beda. Kalau di Indonesia juga sudah jelas di paragraf awal perbedaannya dengan yang ada di luar Indonesia.  Realisme magis akan berfokus pada hal-hal riil dan magis.

Seorang penulis realisme magis sangat punya keterampilan mengenai analisis. Dari data analisis ditemukan melakukan argumentasi atau melakukan refleksi terhadap objeknya. Jika saya pribadi lebih berfokus dengan sebuah analisis sebuah objek novel “Seratus Tahun Kesunyian” karya Gabriel Garcia Marquez, penulis asal Kolombia. Sedangkan kalau di Indonesia mengambil karangannya Ayu Utama dengan judul “Simple Miracles”—yang secara lebih detail menampilkan realisme magis  bernuansa Indonesia. Sehingga semangatnya apakah memiliki perbedaan, serta tujuan dalam sebuah cerita punya nilai tersendiri.

Buku ini, buku pertama kali dibaca awal tahun ini 2022. Tidak sengaja membeli, tertarik dengan judul buku yang terpampang di cover. Selain itu, kebutuhan penelitian tugas akhir—yang secara juga membahas realisme magis. Karena saya membaca belum selesai, semoga ketika melanjutkan tidak kecewa atas asumsi baik mengenai cover dan judul dan sesuai kebutuhan bacaan, ini. Mungkin.

 

Selamat berjumpa kembali di Medan Pembatja 2022