Senin, 29 Juli 2019

Tak Pernah Berharap Ada



Penjaga perpus di Kota Malang

Sebuah kebaikan dan cinta tidak akan pernah lepas dari kehidupan. Kedua hal itu akan menjadi dasar hidup manusia. Tidak dapat dipisahkan tapi dapat juga di jauhkan lantaran pemikiran kita dan gerak hati yang berbeda.

Tulisan ini akan bentuk rekaman peristiwaku. Ketika waktu tempo hari itu menjaga buku (ngelapak buku). Jaga buku bagian dari hobiku karena dihari sebelumnya sudah sering melakukan hal itu, setiap Senin di Kampus membuka lapak baca Buku Gratis. Tidak pernah merasa tidak nyaman atau jenuh dengan keadaan paling jenuh, ada yang mengatakan bahwa bukan hobi yang dibanggakan kerja seperti ini. Bahkan ada yang mencemooh bagaimana melakukan sesuatu itu tidak memiliki nilai guna dan makna. Sering perkataan itu datang menghampiri telingaku namun itu bukan suatu masalah bagiku, karena diriku memiliki prinsip apa yang dilakukanku ini ketika bicara tentang tindakan, terpenting Apa yang lakukan hari ini tidak merugikan orang lain akan terus dilakukan tanpa memperhatikan bicara orang lain, apalagi sampai memasukkan perkataan orang lain masukkan dalam hati.

Di Perpustakaan Kota, tepatnya di Perpus pusat Kota Malang. Menjaga buku dari kegiatan Patjar Merah, walau sebenarnya itu bukan kaitannya tapi ini sebagai rentetan kegiatan sebelum pembukaan bazar buku keliling dan festival literasi. Mas Deni memintaku untuk menjaga buku karena ia sendiri sibuk panitia acara Patjar Merah yang akan beberapa hari dibuka. Saya sendiri kebetulan tidak mendapatkan tugas pas hari berlangsungnya kegaitan Patjar Merah itu.

Hari pertama saya melakukan lapak buku ditemeni salah satu teman. Namanya Iqbal ia sering di tempat kerja dan kebetulan tidak memiliki kesibukan. Ketika saya bicara akan membuka lapak buku di Perpus Kota Iqbal ingin ikut karena hobi baca dia kalau hobi jaga bisa sebenarnya tidak. Hari pertama Ketika bertemu dengan bagian kariyawan Puskot namanya Pak Santoso dia meminta kegiatan bazar buku ini selama tiga hari. Karena saya tahu dengan kondisi daerah Malang tidak terlalu suka membeli buku tapi ada juga suka membaca. Dan saya menolaknya karena saya harus bantu diacara pembukaan di acara inti Patjar Merah. Tentunya akan hanya sampai hari Sabtu. Pertama hanya laku satu dan itu seperti memiliki cerita sendiri bagiku.

Cerita itu bagiku memiliki kekuatan tersendiri di mana semalaman diriku tidak tidur dan langsung berangkat jaga buku. Teman yang menemaniku seperti juga tidak istirahat semalaman. Pada awal berangkat ia berkata "Nanti tidur kita gantian Mas" "boleh, siap".
Mata sudah seperti remot tidak ada batreinya hanya ada bentuknya rasanya tidak ada. Terang seperti gelap di kelopak mata, terang menjadi sayu, air minum sudah habis belum tahu kalau ada cran lansung minum.

Awan semakin terang keputihan terlihat jelas. Wajah baru dari dimensi tanpa disadari ada nilai dan etika menimbulkan estetika manusia. Penjaga Perpus yang begitu nyaman bersama dengan kawannya. Ketika duduk memberikan nilai kepadanya, ia memperhatikanku dalam menjual buku, dalam perjalanan waktu didatangi olehnya diriku menanyakan.
 "Apakah sudah makan". Pertanyaan itu dilemparkan oleh perempuan itu.
Dengan rasa malu menjawab " Iya sudah".

Menjaga buku bagian dari latihan kesabaran. Menunggu rasa mencipta, membuka raga menepis jiwa yang kosong menyongsong keangkuhan jiwa agar lebih halus.

Akhmad 2019

Kamis, 25 Juli 2019

Pesan Kepada Pembaca Puisi

gambar: lakon.id

Pesan Kepada Pembaca Puisi

Pada saat tengah malam ada salah satu mahasiswi mengirimkan rekaman pembacaan puisi. Dikira meminta masukan. Awalnya saya mendengarkan dengan begitu jeli, serius kurang lebih 5mnt ku perhatikan, suara yang bagus dan pertama kali mendengarkan pembacaan puisi dari perempuan yang dikirim dikhususkan. Pujianku, padanya terlontar. Saya tidak pernah melakukan kritikan padanya selagi itu masih berusaha membuka kesempatan kepadanya. Dalam bacaan itu hanya memperhatikan kata-kata yang dirangkainya dan mencoba mengapresiasinya. Walau pada dasarnya diriku harus menilaiannya.
Menilai bacaan puisi merupakan aktivitas paling sulit dan rumit.

Mendengarkan dengan baik dan teliti modal awal dan menjadi salah satu  melatih keseriusan. Menerima bunyi bukan hanya ada pada makna tapi irama yang mampu membuka cakrawala. Keistimewaan kita berada di hubungan antara peristiwa lingual dan indera telinga. Yang memaknai serta menilainya naluri. Bagaimana bisa memberi penilaian. Pada saat bersamaan menentukan esensi dari estetika nada.

Pujian datang sebab rangkaian kata. Puisi yang bagus dibacakan oleh pembaca yang baik akan jadi sempurna. Namun apa dalam karya puisi kualitas Puisi dilihat dari pembacaannya. Atau sebaliknya keindahan puisi dilihat dari sususnnya. Teks puisi akan dirasa kala tidak berpatokan pada makna yang utama melainkan pada bunyi itu sendiri sebab bunyi akan memberi isyarat nada akan menjadi arti kekita semua bisa diajak bercerita dari sebuah puisi itu.

Karya puisi bukan karya sebuah informasi yang seperti teks dikoran. Teks puisi bentuk representasi dari bunyi yang terlahir dari susunan kata atau susunan kalimat bahkan hanya tanda baca. Tiada paragraf dalam puisi kecuali pembaca itu membuat batasannya dalam menentukan keindahan, jika tujuan paragraf akan ada pada diri pengarang. Pengarang ada karena puisi, puisi ada karena adanya kata, adanya kata karena adanya pembaca. Peristiwa yang ada dari itu semua bentuk kejadian paling sublim dicipta para penyair. Penyiar hanya bagian dari menginformasikan berita dan bahwa ada sebuah pengetahuan pula. Keadaan itu tercipta karena adanya pengetahuan manusia dari sebelumnya ada dalam dijiwa.

Dalam jiwa kita mengenal naluri dari puncak hidup itu manusia memiliki peristiwa. Peristiwa yang dibenturakn atau membetur karena semua itu bisa direncanakan ada pula yang tidak. Contoh pada saat berbicara tentang membeturkan sebagai penulis akan senantiasa membawa dirinya pada sebuah kejadian disengaja pergi ke tempat paling sunyi, bermalam dengan sepi menggali apa yang ada dalam diri bahkan yang menjadikan kita sebagai manusia Ilahi datang tidak hanya dengan memecamkan mata tapi lalu dalam gelap berbentuk cahaya kecil dan percaya bahwa itu adalah yang mengabadikan kita atau menjadikan Kita manusia. Ketika dibenturkan kita hanya merasa sebuah peristiwa tanpa dierencanakan pada saat menulis tentunya kita memulai dengan ritual paling sakral yang berbeda. Ketika bicara mengenai peristiwa ini dadakan karena adanya peristiwa sedih maka jadilaglah puisi curhatan. Walau tidak dipungkiri sebuah mesteri dalam hidup kadang yang tidak dipikirkan akan menjadi paling diperhitungkan. "Kedang yang terbaik datanh secara tiba-tiba" begitu pun karya, namun kita dalam berkarya tidak hanya percaya pada keadaan karena semua keadaan bukan datang dari Allah Swt. Melainkan kadang dari sendiri.

Kepada pembaca puisiku yang baik. Dalam rekaman itu saya merindukan, kadang, karena bunyinya mengisyaratkan kalau ada sesuatu yang bertengger dalam dirinya. Tidak hanya bisa tapi sudah bisa menjiwainya. Waktu tangah malam lalu sadar bahwa puisiku masih belum menjadi kata gelap yang berkeringat melainkan hanya kata-kata indah datang karena semangat.

Kepada pembaca puisi yang lain membacalah puisi sesuai dengan isi hati bukan isi teks dalam puisi, jiwai setiap kata Bersua dengan suara-suara jiwanya. Jika ingin memaksa paksalah membaca, membaca kembali atau memahami kembali sebagai bentuk penghayatan. Bagiku diri dalam diri kita manusia memiliki transenden yang paling sublim.

Keadaan ada peristiwa paling sederhana karena bisa sempurna kala bisa membawa pada satu paragraf. Kita masih bisa membaca, menulis, dan mendengar, dan berbicara. Bagaimana mungkin ke empat itu tiada, apa yang akan paling sederhana dari manusia yaitu kesadaran akan syukur bisa mencipta sebuah karya puisi yang akan menjadi abadi dalam diri para pengabdi Puisi. Kepada pembaca puisi kau akan selalu mendoakan penulis puisi dan dirinya mendapatkan makna dari doa itu tanpa dirasa.

"Aku tak bisa membawa sehari ini peristiwa hanya bertengger dalam jiwa ingin menulis puisi dari rona-rona peristiwa luka dan tawa belum terkemas sempurna; masih bingung ini sebab apa ini akibat; sepertinya ingin terus mengasah angan dalam bentuk jalan, walau kaki perumpuan dan laki-laki masih tidak sejalan bahkan yang perempuan pincang tlah hilang; apakah yang melahirkan lebih leluasa meninggalkan yang dilahirkan leluasa ditinggalkan, aku pergi ke alam luas lalu alam menjelma berkata kau lebih bisa karena kau tidak ada dalam keadaan minum nira, jiwa yang kosong masih begitu ramai, jalan Kota Malang masih bergelap walau kadang redup nyaris gelap, tapi kaki tanpa mata masih bisa memaksa"


Akhmad 2019
Ditulis di Perpus Kota Malang pada saat ngelapak buku.

Selasa, 23 Juli 2019

Aku Bukan Penulis Tapi Ingin Jadi Penggaris

gambar; diambil di
Griya Pelangi Sastra
Malang (akhmad)


Dalam sebuah peristiwa aku renungkan dalam gelapnya malam dan pada saat pagi bersama dengan matahari terbit. Setelah itu aku sudah tidak membicarakan tentang hari kemarin. Bagiku hari ini sesuatu hal paling pasti yang patut di gerogoti sampai nanti keadaan dan nadi memahami diri. 

Ia memang sudah tidak pernah menanyakan tentang kenyataan. Saya hanya menuliskan. Ketika berbicara tentang aku pada saat gelap bercerita, diriku pada saat ramai dengan keadaan paling sepi menuliskan beberapa sajak puisi. Bukan sekedar mengabadikan sebuah peristiwa namun nimbulkan cahaya baru dalam gelapnya peristiwa tersebut, jika memang masih menjadikan peristiwa hal paling istimewa. Menulis cara paling sunyi mengabdikan setiap kesepian pada kata yang dirangkai pada satu frase, klausa, kalimat, dan bahkan menjadi sebuah paragraf. Pada sebuah paragraf tidak berhenti terkadang masih terus mengabdi dan menjadi satu pembahasan luas, menjadi narasi aktif atau pasif semua bentuk dari tugasku merangkai menemukan peristiwa baru sebagai fiktif atau fakta dalam tulisan itu persembahkan. Untuk mencapai itu semua sebuah kerja keras bagiku karena merangkai kata tidak hanya perlu penguaasa huruf bahasa Indonesia yang terdiri dari 26 huruf. Membaca buku bukan hanya baca buku teori namun non teori yang diperlukan juga. Kalau bicarakan dari disiplin ilmunya bukan hanya dua yang harus menjadi dasar melainkan dari Sejarah, Filsafat, Sastra, dan bahkan ilmu alam dan saintek harus sedikit banyak tahu hal. 

Kehidupan bukan hanya hanya bisa ditangkap dengan disengaja atau bahkan tidak disengaja. Semua ada dalam naluri bukan ada pada logika. Logika ada kerana sebuah peristiwa materil dikesat mata. Memaksaku kadang berpikir panjang bagaimana sebuah peristiwa tejadi secara kesat mata ingin dicari pembuktiannya. Bagiku asumsi sederhana untuk bisa diterima dan menerima hal tersebut, hanya bagaimana manusia memaksa dan menggali dengan pisau galian itu sendiri. Sains akan tercipta dengan sebuah fakta lalu tercipta teorinya. Yang tidak lain dan tidak bukan harus di bukitan secara esperimen. 

Humaniora akan menjadi disiplin ilmu yang dapat kita klarifikasi dengan sebuah statis dan relativ. Realisme magis akan terjadi dari sebuah kehidupan yang tidak kita sengaja dan kadang hadir dengan sebuah peristiwa sederhana. Meminum susu tumpah dan tumpahnya itu memberikan sebab terjadinya peristiwa besar bagi kehidupan kita, semut yang pada musim kemarau sulit mendapatkan makanan simpanan sudah tidak ada maka dengan tumpahnya susu Itu seperti ada banjir hikamah Tuhan dilimpahkan tanpa disiasati. Peristiwa kedua kadang manusia jatuh gara-gara tumpahan susu itu, seorang bayi yang melintas tanpa sadar membuat ia terjatuh dan menjadi anak yang gagar otak, walaupun normal kwatir tidak sempurna dalam berpikir karena terjadi benturan. 

Bagiku hari ini hanya menjadi hari paling berarti bagi yang memaknai sunyi itu dengan sebuah tindakan keramaian. Memanjakan rasa dengan begitu sempurna menggali sebuah rasa untuk dijadikan puisi dan jika itu akan menjadi penghalusan diri mengenai pengabdian pada keabadian mungkin pikiran paling dangkal berbicara makna dan arti dari mana datangnya semua jika keabadian tidak memberi estetika pada masa. Terlalu muskil memberikan sebuah sublimasi yang menjadi transenden. Semua ada dalam jiwa dan laut, alam, dan langit. Tidak akan bisa kehabisan dalam satu peristiwa masih menyimpan banyak kearifan yang dapat dipersembahkan. 

Apa yang terjadi menjadi sebuah persembahan. Pada yang utama, kedua, dan ketiga. Semua itu ada pada cara bagaimana kita membawa dan mempersembahkan sebagai peluasan Imajinasi, inspirasi, dan Ilahi. Semua akan ada dalam sebuah peristiwa paling bahagia cita-cita dari cerita dalam lakon hidup yang tidak hanya ada dalam dinamika namun akan ada dalam kehidupan jiwa manusia.

Akhmad 2019

Aroma Matamu

gambar: huawei

Di aroma matamu ada ritual paling sakral menatap tajam sepanjang daun yang hijau hingga kering dan jatuh pelan-pelan tanpa rasa bumi menerima. Memeras mata yang hilang kedipannya.

Aku tak ingin melapaskan bulu pori-porimu melambai sia-sia lalu angan mengubur daun yang kering. Bumi mencintai benda kering di atasnya, menenggelamkan pada kolam sidang matamu: tenggelam dengan yang ku gengam. Tanganku keseleo dan kram tidak kuat menggam tatapan matanya kuat isyarat mayat yang ku bayangkan ada daratan mengerikan dan mataku harus memejamkan tuk merahasiakan air mata tuk tidak menampak pada pipi yang siap menerima aliran air asin itu.

Namanya Mas Alif ia kuliah di Universitas Brawijaya tepatnya di Fakultas Pertanian. Ia memiliki wajah yang seram tapi hatinya berdamai. Sekarang sudah lulus walau lulus bukan normal, normal itu tepat waktu lulusnya. Tapi ia lulus XII semester, beberapa hari lalu ketika baca Facebooknya dengan status unggah foto bersamaan setelah Mas Alif wisuda, dalam narasi ditulisnya itu seperti tidak ada kekecewaan kepada anaknya walau sudah wisudanya telat.

Asumsiku lulus tepat waktu akan menjadi ritual perarayaan sementara sendiri. Dan untuk lulus dengan tujuan memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa semua akan bisa dijejaki, namun beda Mas Alif yang memiliki kelebihan membaca dan menulis menjadi kelebihannya bagi saya luar biasa. Pernah suatu saat kita ngobrol dan bicarakan tentang buku ternyata banyak yang Belum diketahui saya direkomendasikan untuk baca buku. Animal Faram, Ladu, Raden Mandasia Pencuri Daging Sapi, dan paling diingat membicarakan tentang Sejarah Islam di Pulau Jawa karya Kuntowijoyo. Buku itu Sudah saya miliki berkahnya juga memahami fiksi sejarah.

Pada suatu hari ia bercerita tentang buku paling disenangi, dan yang paling disukai. Buku itu ada di tasnya, setelah diberitahukan kepadaku ternyata buku Itu berjudul Ladu dan Raden Mandasia Pencuri daging Sapi. Ia menawarkan dan suruh pinjam buku itu untuk dibacanya. Setelah tawaran itu terlontar tanpa ada pikir panjang langsung mengambil buku tersebut.

Dalam carita buku itu mungkin belum bisa di pahami apa yang menjadikan kita tahu, jika Itu belum dikethui apa saja
Singkat cerita hasil dari bacaan itu. Saya mencoba memahami kedua buku tersebut tapi memang belum selesai membaca karena tidak bisa memanfaatkan waktu. Dari mana datangnya pemahaman hanya separu cerita sedikit dipahami. Buku berjudul "Ladu cerita perjalanan ke gunung-gunung, Kalenden, Liangan, Plataran Dieng, Kelud, Rinjani, Tambora, dan Lore Lindu. Ladu memperkenalkan indahnya gunung-gunung, hutan dan nikmatnya kopi Indonesia. Ia juga bercerita tentang daya tahan manusia beradaptasi, menyesuaikan diri dengan bencana vulkanis yang kerap terjadi. Letusan gunung kadang sanggup mengubur peradapan. Tapi, di hari-hari biasa, ia adalah berkah yang membuat petani betah menghuni lereng-lerengnya.
"Ada yang hilang ada tumbuh bersama gunung tak ada yang abadi"
Sedangkan buku yang kedua berjudul "Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi". Buku ini masuk pada katigori fiksi. Buku yang dipinjam ini juga tidak saya selesaikan dengan permasalahan yang tidak jauh dengan yang di atas. Novel ini berisi tentang Pencuri Sapi yang tidak semata-semata mencuri;
Sengu Lembu menjalani hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan penyelamatan Kerajaan Gelingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai Manggis di Kelapa. Sangu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia memiliki kegemaran ganjil mencuri daging Sapi adalah pembuka jalan bagi rencananya. Maka. Ia pun menyanggupi ketika Raden MD. Mengajaknya menempuh perjalanan menuju Krajaan Gerbang Agung.
Keduanya belum selesai namun dalam singkat cerita. Saya harus bisa mengambil sedikit nilai kebaikan. Dan hal ini tidak lain tidak bukan korelasi relasi literasi masih jauh dari intensif pada komentar sederhana.

***

Ketika sudah tiba waktunya. Kala Bulan tak memeluk gelap. Ia merasa sudah waktunya hijrah dan tidak mengandalkan orang yang dewasa di atasnya, orang tua sudah diasingkan karena malu ditanamkan. Ia harus merantau meninggalkan Malang.
Pada sore kemarin ia berkata dan bercerita tentang keindahan Jogja dan ingin sekali merasakan suasana sana, langkah keluar Malang dulu salah satu pilihannya. Beberapa hari lalu bilang kalau melamar jadi wartawan. Bahkan sudah pernah melakukan interviu di salah satu media sebut saja medianya Koran Surya. Karena Koran Itu kurang srek lantaran ada kejanggalan proses penggarapan berita yang bisa dikatakan "Clitbaet jauh sehingga harus tidak mengambil tawaran tersebut dan memilih ke Jogaja.

Pada hari selanjutnya ia WA dan menanyakan buku yang dua buku yang dipinjamkan. Kalau sebelum berangkat buku kedua yang disayangi itu mau dibawa ke Jogja. Inginku hanya dapat kenang-kenangan darinya. Karena pasti akan lama bertemu lagi. Mau nangis sepertinya tidak pantas Nanti dikira terlalu dramatis, padahal sangat berkesan ketika saya ingat apa yang Mas Alif ajarkan. Pada awalnya diajak ngecamp di Bedengan bertiga dengan Roni, kita bertiga berangkat. Sangat berkesan ketika ingat itu.  Setelah datang ke tempat kerja ia membawa buku dua dan katanya buat disumbangkan ke Toreh Maos wahana baca Gratis yang saya lakukan setiap Senin. Paling menarik buku itu salah satu buku saya cari. Buku berjudul "Panggil Aku Kartini" karya Paramodya At. Dan satunya bukunya Jorge Luis Borges berjudul "Sejarah Aib". Semoga saja buku terbut menjadi buku yang bisa memberi nilai estetika pada diriku dan kehidupan.
Terima kasih Mas Alif



Akhmad
Malang 23, Juli 2019 Kedai Elele
Untuk Mas Alif.

Rabu, 17 Juli 2019

Esensi Aksi Mahasiswa



Bergeraklah mahasiswa maknai aksi dengan paling sederhana membaca sebagai bentuk lain dari memperhalus menjadi penguasa; penguasa yang berjasa tidak akan ditolak oleh hukum alam dan manusia.

"Jika ingin memaksimalkan hidup bergeraklah mengikuti siklus tanpa terjerumus arus"

Mahasiswa banyak berbicara tentang aksi yang diartikan sangat sempit. Pertama diartikan setiap aksi merupakan gerakan yang akan dibawa oleh Mahasiswa ke jalan. Hal tersebut ada dua kemungkinan bagi masyarakat yang paham akan sebuah perjuangan dan tentang fenomena alam, tentunya tidak akan menyalahkan gerakan turun ke jalan. Dalam arti lain paling sederhana sebelum melakukan aksi turun ke jalan lakukanlah hal sederhana mengenai aksi terhadap dirinya sendiri sebagai dasar tri dharma perguruan tinggi yang ke-tiga berbunyi pengabdian kepada masyarakat.

Ketika berbicara tentang Tri Dharma perguruan tinggi tentunya tidak perlu di perluas karena pada awal masuk kuliah kita sudah dikenalkan hal itu. Yang menjadi pekerjaan kau mahasiswa seperti kita hari ini, hanya satu sebuah perjuangan yang signifikan yaitu bentuk perubahan paling sederhana berupa aksi itu sendiri. Agar tidak sempit dalam memaknai sebuah aksi bukan hanya terletak sebuah turun ke jalan.
Mohtar Lubis dalam bukunya berjudul Senja di Jakarta menulis bahwa sebuah revolusi terletak di dua denyut nadi; denyut nadi mahasiswa dan denyut nadi rakyat kedua elemen itu harus berkolaborasi. Organisasi apapun yang ektra atau intra tidak akan pernah memberikan konribusi tindakan signifikan ketika tidak ada rasa bersama pada dirinya, Karena hanya kedua elemen tersebut akan menemukan alur perubahan.

Aksi secara harfiah merupakan tindakan, tindakan yang insidental atau secara sruktural. Hal itu menjadi kebiasaan yang lahir dari esensial. Kebiasaan berpikir akan melahirkan yang ada dalam bawah sadar manusia bahwa tindakan merupakan representasi dari pikiran.

Apa yang ada dalam pikiran mahasiswa bergerak untuk menyelam apa bergerak untuk berkorban. Mengingat dengam salah satu Puisi Saut Sitomurang berbunyi.
"Aku ingin seperti kerikil yang tenggelam di dasar lautan lalu ku tak bisa mendengar atau merasakan desir angin di atas dasar sana",

"Hingga burung-burung ku rindukan kicauannya" ini puisi tambahan dari penulis. Hal itu menunjukkan bahwa manusia butuh kesunyian untuk menemukan siapa dirinya, sampai mana aksi dirinya berbentuk eksistensi yang lahir dari esensinya dan melahirkan peradapan baru pada tradisi di dalam dirinya.

Mahasiswa ialah manusia yang senantiasa memiliki ruang bebas dalam menunaikan pemikirannya, ruang tersebut ada dalam wadah-wadah tersedia di dalam ruangan atau non-ruang. Memaksa jiwa merasa bisa memiliki memanafaatkan apa yang ada, contoh ruang bacaan serta buku bacaan sebagai refrensi. Apa yang ada dalam mereka itulah kita hidup dalamnya.  Pada tahun 1928 mahasiswa memiliki peran sangat sentral karena kaum intelektual diminta untuk bisa menjadi bagian perumusan mengenai ke Indonesiaan yang resmi.

Bergeraklah mahasiswa sebagai bentuk pemerubah dengan kesadaran paling sederhana berdamai dengan apa yang menjadi cinta yaitu; menebarkan jiwa Literasi sebagai bentuk revolusi yang manusiawi. Sifat humanis bantuk material manusia berjabat yang berharkat, bermartabat pada manusia itu sendiri.

Akhmad 2019

Selasa, 16 Juli 2019

Literasi dan Revolusi

Foto: pada saat diskusi pagi
 toreh maos sambil menikmati kopi
(Gambar: akhmad)


Tadi ada teman menanyakan dan sekaligus seperti bahasa menyalahkan.  "Mengapa kamu lakukan hal seperti ini membuka baca gratis, yang kurang bermanfaat setiap senin. Tidak capek atau seperti apa kok seperti tidak pernah peduli dengan dirinya."

Saya hanya menjawab pertanyaanmu membuatku tambah menemukan arti cinta dalam literasi; bagiku ini caraku memperhalus perjuangan. Bukan sekedar membawa dan mendapatkan upah, atau ingin dipuji, bagiku belum ada yang memuji seperti pertanyaan dan ungkapan salah satu mahasiswa mengenai apa yang saya lakukan. Bagiku hal ini bentuk kesengan pembeda dari pekerjaan lainya."
"Kamu malukan hal yang kurang bermanfaat setiap senin membuka wahana Baca Gratis. Tidak capek atau seperti apa kok seperti tidak pernah peduli dengan dirinya."
Saya tidak akan mengulang menjawab pertanyaan itu lagi. Bagiku hanya dengan seperti ini bisa berkumpul dan setidaknya ada dedikasi dalam diskusi tanpa disengaja di meja tanpa arti bagi ia yang selalu menanyakan manfaat materil.

M. Aan Mansur penyair dan penulis dari Makasar. Dalam esainya bahwa literasi itu kerjaan manusia yang memanusiakan manusia (humanis), maka untuk berbicara mengenai revolusi kita harus simpan terlebih dulu ketika kita sudah bisa membuka kata literasi. Literasi dan revolusi dua kegiatan Imajinasi dan aksi.

Dari mana akan memulai hal ini mengenai kedua ranah tersebut tidak lain tidak bukan ini salah satu bentuk kodrot yang ada dalam diri manusia sadar akan intelektual sebagaimana bisa membawa pada ranah-ranah paling sublim ketika bisa menulis. Walau ada yang mengatakan kalau karya bentuk sampah dari hasil pemikiran yang kadang menjadi pembohong dari sebuah pemikiran paling luas dan mulia. Paling penting yaitu membuka ruang baru dari apa yang dicari ditemukan dalam tindakan paling nyata bukan hanya hadir dalam sebuah karya terkadang lebih mulia daripada sebuah realita.

Membaca bentuk tugas bagi manusia menemukan segala peristiwa, jika membaca Kitab Suci akan memperdalam aqidah akhlak, keyakin terhadap Tuhan, dan menjadi manusia yang rahmatallilalamin. Karena dalam surat Al-alak memberi tugas kepada untuk membaca, dan ketika tarik lebih dalam interpretasi dari surat perintah itu. Membaca tidak ada kejelasan apa yang harus dibaca, namun anjuran ummat untuk baca. Ketika berbicara mengenai kata 'baca' tentunya banyak ketika ingin pahami. Bagi yang kaum nyinyir mengenai baca semua yang ditangkap oleh mata itu proses membaca juga katanya. Paling menjenggelkan katanya baca status WA bagian dari Ikrok. Secara harfiah mungkin ia benar, tapi secara esensi tarik lebih dalam bukan hanya terletak pada baca tapi lebih pada hasil dari baca dan menemukan tindakan signifikan dalam positivistik diranah sosial, paling sederhana dalam diri untuk lebih mulia akan kemanusian, ke-Tuhanan, dan Isi alam lainnya.

Karena tugas manusia hanya baca jadi untuk menulis tidak menjadi bagian kewajiban kita. Menulis hanya bonus dari membaca dan untuk bisa membuka kebaruan melebur ke dunia tulis itu akan menjadi peradapan baru baginya. Sebab proses ini bukan sekedar memahami tapi mendalami apa yang terjadi dan menggugah kesadaran serta kekuatan memperhalus perasaan. Ketika logika sederhana ketika kita mencoba masuk pada apa yang kita tulis disitulah ada nilai yang tidak akan ditemukan oleh para kreatifitas lainnya. Menyadarkan diri sendiri dengan menulis jalan paling baik bukan menjadi followers mashab kebaikan, dalam taraf sederhana tidak masalah hal itu kita diamalkan, namun pada taraf selanjutnya mungkin bukan hanya terletak serta stagnan di sana membuat sempurna mengikuti namun menemukan sebuah transenden yang sublim.

***
Katika berbicara mengenai literasi bukan hanya mengacu apa yang dicari bahkan dalam tulisan Aan Mansur mengetakan bahwa dalam proses ini manusia melakukan kekerasan bukan untuk merebahkan kehidupan yang enak, atau sebuah kebahagian. Bicara literasi kata revolusi disingkirkan lebih dulu agar tidak mengganggu apa yang menjadi kerja hati.

Dari mana revolusi terjadi dari bacaan yang telah hidup dalam kebiasaan. Membuka buku memahami segala teks yang dipersembahkan penulis pada setiap pembaca, bahkan pembaca kadang membedakan mana yang moralitas dan kreatifitas mengenai isi buku. Rovolusi terjadi Karena tingkat Literasi manusia kuat. Revolusi tanpa literasi seperti merebahkan badan di halaman luas yang panas. Bahkan paling berbahaya seperti mata pisau tanpa pelindung tutupannya berada di punggung sebagai (sekeb) dalam bahasa madura, yang memiliki arti bahasa Indonesia pisau sebagai lapisan keberanian diri ketika berjalan sendiri. Soekarno, Hatta, Syahir, dan bahkan Tan Malaka. Mereka membuka hati mencipta revolusi terjadi sebelumnya para pendiri bangsa tidak meninggalkan budaya kedua itu yang disebut dengan "Literasi". Retorika mereka bukan belajar berbicara ketika mendengar mereka bicara namun mendakatkan jiwanya pada proses serta praktik-praktik literasi, khususnya pada baca. Menjadi kewajiban.

Membaca bukan sebuah kebanggaan bagi bagian orang bahkan menggap akan menjauhkan dari peradapan. Jika hal itu memang bisa dirasakan dan bahkan menjadikan kita yang biasa orang asingkan atau mengasingkan untuk menyelesaikan buku bacaan. Peradapan besar karena para penduduknya akan senentiasa membaca mengembara pada setiap teks yang berkisah tentang sejarah, ilmu pengetahuan, dan tentang nilai keagamaan. Sehingga membaca membuka ruang apa yang menjadi kebutuhan diri. Untuk memakan tidak semua harus dimakan kecuali makanan itu jamu dan membuat kita sehat. Buku pun seperti itu baca kala hal itu membuat kita lebih bijaksama.

Semoga bukan hanya berhenti ditulisan dengan kata-kata estetik namun kramat menjadi antik dalam laku bagi calon penulis bahkan yang masih belajar menulis dan mencoba mencintai baca.

Akhmad
Gasebo Unisma pada saat di toreh maos tanggal 15, Juli 2019 tentunya pada saat UAS Unisma baru pertama kali.

Kamis, 11 Juli 2019

Bincang Buku The Sea Close By

gambar:Pelangi Sastra

Diskusi bincang buku karya Albert Camus bersama Lingkar Study Filsafat Descrusce Malang, berjudul The Sea Close By.

Beberapa hari lalu saya dan teman seperjuangan di ruang literasi yang diberikan nama 'mengaji kata' melakukan diskusi. Diskusi tersebut merupakan kegiatan rutinan setiap Senin. Buku yang didiskusikan karya Albert Camus The Sea Close By. Hasil dari apa yang dibaca bacaan secara bergilir untuk bisa memaknai teks. Pada pembahasan buku tersebut tidak lain, tidak bukan akan masuk pada interpretasi teks dengan dasar pembedah filsafat karena tidak mungkin tidak menemukan nilai filosofis didalam karya Albert Camus. Mengaji buku Albert Camus maka harus ditarik ke belakang kalau latar belakang Ia bukan hanya mencipta karya fiksi namun non-fiksi bahkan karya filsafat. Dan ia juga dikenal sebagian karyanya bernilai absurdisme.

Pada Selasa tgl 9 2019. Komunitas Pelangi Sastra Malang melakukan bincang buku yang berjudul The Sea Close By, berkolaborasi dengan Lingkar Studi Filsafat Discourse (LSFD) Bersama mereka berdiskusi tentang filsafat dan arah pemikiran Albert Camus. Dari mana datangnya Absurdisme: bahwa tidak ada yang paling sistematis kecuali kekosongan itu sendiri mengabadikan melalui, semakin mencari tentang makna hidup maka akan semakin tidak memiliki apa-apa atau menemukan apa-apa.

Ketika ingin mengenal Albert Camus esay Sisifus ditulisnya. Bahwa dalam mitologi Yunani dikenal bahwa anak raja bernama Sisifus dihukun oleh dewa dikutuk untuk melakukan pengabdian terhadap kutukan itu. Bahwa ia dikutut untuk mendorong batu dari bawah ke atas bukit tinggi lalu ia turun lagi ke bawah untuk melakukan itu bertahan bertahun-tahun dilakukan secara terus menerus tanpa ada kelelahan. Absurdisme bentuk pengabdian yang melakukan sesuatu tanpa tujuan apa-apa hanya bentuk pengabdian aja pada dewa, tanpa menanyakan dari apa manfaat atau berpikir tentang sistematis.

Kutipan dalam buku The Sea Close By.
"Apakah hidup seperti ini, dalam kesediahan yang nikmat, dalam kedekatan yang sangat dekat dengan bahaya yang namanya tidak diketahui ini, adalah sama dengan bergegas menuju kehancuran? sekali lagi, tanpa istirahat, mari kita pergi".

"Aku selalu merasakan bahwa aku tinggal di dalam ombak yang tinggi, tempat di mana ancaman, pada inti sebuah kebahagiaan yang transenden".

Bahwa arti absurdisme dalam bajasa latin terdiri dari kata Ab-surd berarti tuli, atau bodoh. Di eropa tokoh sebelum Albert Camus ini kita kenal namanya Nietzsche juga. Garis pemikiran ini mungkin menjadi salah satu untuk menemukan arti dalam teks yang merupakan karya termasuk fiksi auto biografi Penerjemah mengatakannya.

***
Mungkin hari ini akan masuk pada pembahasan tentang karya dari Perspektif dua pertama dari arah pemikiran filsafat ke dua dari segi sastra. Dalam bincang buku pemateri bernama Dyah Monica dan Nafiatul Khusnah mereka dari Lingkar Studi Filsafat Descrusce (LFSD).

Mereka berpendapat dalam hasil bacaannya bahwa buku ini menyimpan banyak interpretasi. Dari segi metafor maka pendekatan paling sederhana dengan persembahan estetika sastra seperti hidup.
Dyah Monica sebagai pembaca The Sea Close By. menggunakan pendekatan Onomatopia dalam bahasa Yunani adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Jadi memaknai dari apa yang ada dalam pemahaman tersebut hanya mencoba untuk memahami dari segi bunyi atau teks didalamnya. Sehingga artinya adalah "perbuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya".

Nafiatul hanya menjawab apa yang disanggah oleh salah temannya satu komunitas Lingkar Studi Filsafat Descrusce. Bahwa bincang buku ini sangat berani kata Atoinul sebagai peserta diskusi. Bahwa di Prancis dan Inggris literatur ini tidak pernah jadi pembahasan, ketika ini menjadi pembahasan sangat berani. Ia juga menjelaskan bahwa karya Albert Camus ini merupakan karya yang terakhir diakhir hidupnya. Jika ditarik dari Genalogis tidak menutup kemungkinan bahwa Albert Camus walau lahir di Aljazair tapi ia hidup di Paris dan peranh didekat dengan Jean Paul Sartre yang dikenal dengan pemikiran Eksistensialis dari Prancis dan ia pernah sewaktu bersama dalam satu meja berdiskusi dengan Sartre. Hal itu menjadi rujukan dalam pikiran Camus akan berkaitan dengan silsilah turunan atau kekerabatannya. Hal ini dipinjam dari istilahnya Aforisme Nietzsche. Hal itu menjadi sebuah hasil tidak begitu absurdisme juga dalam pembahasan. Pertanyaan; apa yang menjadi makna sederhana dari diksi " Laut" sebuah metafor yang merupakan karya dari Camus itu banyak membawa kata laut.

"Dalam kata laut sebuah bentuk representasi dari Camus bahwa dalam diri manusia bentuk laut, ketika kita mampu menyelami yang absurdisme dalam diri maka ketika keluar akan tiba makna baru yang transenden". Dan untuk memaknai teks dalam karya sastra banyak cara pendekatannya jika merasakan sesuatu paling beda dalam tidak ada masalah. Rolan Baryes dalam esai interteks karya Sapardi Dkoko Damono mengatakan, bahwa pada tahun 1956 ia mendeklarasikan bahwa penulis dan makna berbeda.dan bahkan dipisahkan dari karyanya, dalam kesimpulan makna ada pada diri pembaca". Tambahan dari moderator.

Clossing ditutup dengan pembacaan bab I "Apakah hidup seperti ini, dalam kesedihan yang nikmat, dalam kedekatan yang singkat dekat dengan bahaya yang namanya tidak ditahui ini, adalah sama dengan bergegas menuju kehancuran? Sekali lagi, tanpa istirahat, mari kita pergi.

Akhmad 2019
Bincang Buku The Sea Close By karya Albert Camus di Beans Cofe bersama dengan Kominitas Lingkar Studi Filsafat Descrusce. Dyah Monica dan Nafiatul Husnah.

Selasa, 09 Juli 2019

Lokalitas Karya Raudal Tanjung Banua


gambar:Antonsusanto/Kompas

Cerpen Terbaik Kompas 2019 Raudal Tanjung Benua berjudul Aroma Doa Bilal Jawad

Cerpen ini merupakan karya yang dapat anugerah terpilih cerpen terbaik versi Kompas. Pengumuman yang beberapa hari lalu telah ditetapkan. Raudal Tanjung menyabet penghargaan pemenang versi Kompas nomor satu dan diposisi dua ada Penulis asal Makasar Faisal Oddang.

Kajian ini akan mendalam cerpen karya penulis yang juga aktiv menuliskan karya di media massa. Apakah akan ada pembeda karya yang di media dengan yang tidak. "Tentu beda", sebab yang paling sederhana pembeda dari kata yang dibatasi oleh redaksi, tentunya akan diberi batasan dalam mengesplorasi cerita.

Dalam dunia cerpenis atau Kesusastraan di Indonesia karya mereka tidak asing bagi kita, di media atau di luar media. Karya yang memiliki kelebihan dan kekurangan,  dengan perspektif penilaian tersendiri. Namun pada pembahasan kajian rutinan setiap Senin di 'mengaji kata' kali ini kita membahas karya Raudal Tanjung Benua terlebih dulu, bukan pilih kasih dan membedakan karya terbaik dan yang tidak, tentunya hanya ingin mengawal kali ini dengan karya tersebut, dan untuk selanjutnya akan bahasa punya Faisal Oddang.

Karya yang berjudul 'Aroma Doa Bilal Jawad' hasil pembacaan ini, merupakan karya paling kesekian banyak karya Raudal, walau tidak begitu banyak saya baca salah satunya pernah baca 'Carita Kecil tentang Jalan Masa Kecilku' dalam Kumcer terbaik Tempo 2017. Sebenarnya tidak asing ketika seorang Raudal menulis tentang lokalitas.

Karya dibuka dengan sebuah narasi yang begitu memukau di paragraf awal berbunyi: "Apakah doa punya aroma? Setiap kali pertanyaan ini datang menggoda, aku akan teringat seorang tukang doa yang setia di masa kecilku. Entah mengapa, tiap kali mengingatnya, lafaz doa serasa bangkit bersama aroma yang membubung dari hidung ke dalam batin".

Paragraf kedua bercerita tentang sosok tokoh, yang dijelaskan dengan tokoh memiliki peran aktiv di masyarakat sebagai seorang pendoa. Dan memiliki  kedudukan posisi paling sentral dalam menghidupkan penceritaan dalam cerpen Ini. Dan sekaligus bisa menjadi seorang penggerak cerita, meminjam bahasanya Mario Vargas Ilosa paling sentral narator yang menghidupkan narasi dan sebagai penjaga cerita.

Cerita yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari diangkat dalam cerpen Ini, tidak lain tidak bukan mengenai seorang tokoh masyarakat yang menjadi seorang pendoa. Cerita ini menjadi aroma baru bagi yang hidup di kota, bagi yang hidup di pedesaan tidak akan menjadi hal baru karena hal tersebut sangat dekat khususnya bagi kuam yang suka membakar kemenyan setiap malam jumat, dan mempercayai dengan makhluk yang sudah meninggal masih ada di dalam kehidupan kita walau tidak kesat mata.

Namanya 'arebbe' dalam Bahasa Indonesia sesaji yang dikhususkan pada arwah yang sudah meninggal, namun tidak hanya menyajikan tapi juga diiringi dengan doa-doa yang begitu baik, bagi islam yang merokok dan sholat shubuh gunakan kunut, bagi yang tidak mungkin hal tersebut menjadi asing. Cerita yang ada di masyarakat sangat kental ini tidak hanya ada dalam suatu daerah tertentu, bukan hanya ada di Madura, Jawa, Makasar, Kalimantan, dll. Digambarkan oleh Raudal tidak hanya pada sebuah wilayah tertentu namun ini menjadi hal lama tapi sekarang seperti baru bagi kehidupan sekarang, bagi yang mengenal namanya 'Rebbe'. Namun rebbe berbeda dengan sesaji yang biasanya diletakkan di tempat-tempat angker yang dipercayai oleh masyarakat tempat ada penunggu di sebuah pohon besar, rumah kosong, dan bahkan laut selatan terkenal dengan penunggunya.

'Rebbe', akan disandingkan dengan doa tujuan yang mulia bedampak kebajikan, tidak ada keburukan. Nilai kebaikan akan terpancar melalui doa sebagai dasar manusia berbicara dengan sebuah nilai akan materialnya. Esensi darinya ada pada metafisika lokalitas pengangkatan tentang doa seorang Jawad dititahkan oleh masyarakat diakui, bukan mengakui.

Tokoh seorang jawad bentuk representasi dari kehidupan tokoh masyarakat yang senantiasa mengabdikan diri pada rakyat yang mengambri doanya. Hal ini dibuktikan pada paragraf ke-2, dalam teksnya berbunyi "Iya setia mendatangi kami pada hari baik bulan baik". Kepercayaan itu dijaga olehnya sehingga ia diberi kepercayaan titah sebagai pendoa di kampung.

***

Kritik dari kehidupan sekarang ketika mencoba dalami titimangsa dari cerita ini, merupakan kritik terhadap hal sepele yang akhir-akhir ini tidak digunakan lagi di lingkungan kita. Realitas menjadi kekuatan di era sekarang sehingga logika menjadi penentu hakim paling bijaksana, hal itu tidak akan ada dalam cerita ini secara gamblang menemukan meterialnya kecuali praktik kemanusian atas pemberian kepada Bilal Jawad bentuk hidangan kepada orang yang berdoa. Jika menelisik lebih dalam bentuk paling segnifikan hanya terletak pada silaturohmi mengenai kedekatan masyarakat dengan para kiyai yang tidak memiliki sekat begitu tinggi stratanya.

Kiritikan yang kedua Raudal Tanjung Banua ada pada era modernisasi, mengenai kiayi-kiyai yang baru dibuat bahkan ditokohkan oleh banyak orang mengenai kemampuan menguasai hadist dan popular. Namu tidak melihat apa yang menjadika dirinya seorang kiyai atas titah rakyat atau dari Youtube yang banyak mengikuti atau pemutaran ceramahnya begitu banyak yang menonton, hal itu menjadi hal kebajikan dalam konteks paling sederhana, dalam konteks mahiran dan orang-orang dulu mengutakan tirakat begitu serius sehingga bukan hanya kemampuan berdakwah dengan menebarkan kebaikan, namun juga dengan spritualitas tingkatan beragama menjadi baromiter ada dalam jiwa besar yang bijaksana. Memahami agama islam bukan hanya terletak pada syariat yang bisa dikatakan bentuk dasar agama Islam. Namun kita kenal yang namanya empat tingkatan: 1. Syariat, 2. Tarikat, 3. Hakikat, dan 4. Ma'rifat. Sehingga dalam praktik beragama memiliki kelihaian menjadikan setiap moment bukan gerak dirinya. Hal ini dibuktikan dengan seorang Bilal Jawad selalu membawa keminyan karena dalam narinya mengatakan selalu mengantisipasi ketika tuan rumah lupa akan membakar pewangian ia membakarnya sendiri apa yang dibawa itu (kemenyan). Bagi saya itu bentuk dari seorang tokoh Bilal Jawad.


Akhmad 2019
Gasebo FKIP Unisma diskusi rutinan 'mengaji kata' setiap Senin. Mari diskusikan karena ini bukan menjadi pemahaman utama yang dibenarkan.

Sabtu, 06 Juli 2019

Kausalitas Raymond Carver Meninggal

foto:Kpg

Novela berjudul 'Raymond Carver Terkubur Mie Instan' menceritakan sebuah sejarah yang dikaitan dengan Mie. Yang beperan didalamnya  sebagai penghidup narasi ialah  tokoh 'kamu', yang serbatahu. Raymond ialah seorang cerpenis dari Amerika.

Dalam kutipan buku yang ada di belakang cover.

'Raymond Carver ditemukan meninggal dalam keadaan telanjang. Dia terkudmbur Mi instan di salah satu kamar Iowa Hose di Iowa City. Tiga puluh tahun setelah kejadian itu, Ray-seperti kebanyakan orang memanggilnya-diberitakan meninggal karena kanker paru-paru, tepatnya pada hari kedua bulan Agustus tahun 1988, namun Itu palsu.'

Novela yang ditulis Faisal Oddang memiliki ciri, bahwa narasi serta kesederhanaan tentang banyak hal pada saat di Iowa direkam dengan sederhana. Namun memiliki nilai estetika pencerita. Dan salah satu pembaca berpendapat pada saat diskusi, ia berpendapat "Membaca buku Raymond... Ini, seperti dipaksa untuk mengikuti pertanyaan yang jawabnya ada di belakang cerita." hal itu bisa dikatakan sebuah penerapan suspensi serta hukum kausualitas dalam penulisannya.

Bukunya yang dibuka dengan quotes "Kehidupan dan Kenyataan Sebuah Omong Kosong". Hal itu memberi sebuah gambaran bahwa kehidupan bukan hanya tentang kenyataan atau kehidupan, namun sebuah perjuangan yang ada dalam realita.
Bagaimana kehidupan ada yang sedih ada pula senang hal sebuah dinamika

A. Teeuw (2003: 151-285) menjelaskan bahwa sastra itu dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi bahasa dan segi seni. Sebagai seni bahasa, sastra dapat didekati melalui aspek kebahasaan dan pertentangannya dengan pemakaian bahasa dalam bentuk lain, sedangkan sebagai suatu karya seni, Sastra dapat didekati dengan aspek keseniyannya.
Dalam sastra ada dua unsur utama, yaitu; 'isi' dan kedua 'bentuk'.

Isi, yaitu sesuatu yang merupakan gagasan/pikiran, perasaan, pengalaman, ide, semangat, dan tanggapan terhadap lingkungan kehidupan sosial yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca.

Bentuk, yaitu media ekspresi yang berbentuk seni sastra, yang pada umumnya bermediumkan bahasa unsur yang mendukung totalitas makna yang terkandung di dalamnya.

foto: akhmad

Dari pemahaman pembacaan Novela ini hal yang menarik ada pada ketangkasan seorang penulis mengahadirkan cerita memukau dari fiksi autobiografi Raymond Carver Terkubur Mie Instan di Iowa. Diakaitkan dengan Mie hal ini bisa diinterpretasikan bahwa kesederhanaan dari makanan yang paling berada di tengah yaitu Mi. Mulai dari orang kaya hingga miskin pasti akan pernah mememakan Mi, khsusnya bagi orang di Indonesia.

Raymond Carver yang mati di Iowa Faisal Oddang mampu mengait dengan sebab kematiannya dengan Mi, bahwa ia meninggal dalam keadaan paling sederhana. Terkubur dalam Mie Instan, meninggal dalam keadaan paling sederhana jika difsirkan 'terkubur dengan mie' jika metafor Itu dimaknai.

Interpretasi di atas hanya bentuk paling sederhana yang saya mencoba melakukan menemukan makna sebagai pembaca, masih belum memiliki dasar teori lengkap. Pisau analisis yang digunakan hanya pada keterangan teks, serta dapat dari cerita langsung penulisnya Faisal Oddang, hasil Bacaan Shopia Mega, dan Wawan Eko Yuliayanto sebagai penerjemah. Tulisan ini hanya usalasan sederhana dari hasil diskusi bersama.


foto: wifipidia
Raymond Carver (1938-1988) adalah dewa cerpen Amerika yang terus dipuja hingga setelah kematiannya. ... What We Talk About When We Talk About Love ini berisi kumpulan cerita pendek dari penulis yang disebut-sebut sebagai dewa cerpen Amerika.

#Pengulas; Akhmad 2019

Tempat Di Kalimetro bincang Raymond Carver Terkubur dengan Mie Instan dengan Penulisnya Faisal Oddang, Buktuber Malang Shopia Mega, dan Penerjemah dan Penulis Wawan Eko Yuliyanto.

Kamis, 04 Juli 2019

Musim Panas di Aljazaer The Sea Close By

foto:huawei


Cinta yang kami bagi dengan sebuah kota adalah selalu tentang cinta yang rasahasia. Kota-kota tua seperti  Paris, Praha dan bahkan Florence, tertutup pada diri mereka sendiri dan karenanya membatasi dunia. Yang hanya milik mereka. Tetapi orang Aljazair (bersama dengan tempat-tempat istemewa lainnya seperti kota dekat laut). Terbuka kearah langit seperti sebuah muara atau luka yang menganga. Di Aljazair salah satu tempat yang begitu dicintai adalah: laut di ujung setiap jalan, cahaya dari sinar matahari pada jam-am tertentu keindahan berbagai ras. Dan seperti biasa, adalah pelbagai aroma rahasia yang ditawarkan. Di Paris akan sangat mungkin kita merindukan ruang dan suara kepakan sayap dari burung yang menghindar. Di sini, paling tidak, manusia bersukacita dalam setiap keinginan dan, tentu saja keinginannya, akhirnya bisa menilai apa yang menjadi miliknya.  


Pada bab ini, ketika membaca paragraf awal, lalu melihat judul. Dalam benak, mungkin langsung berpikir, tidak lain tidak bukan, interpretasi teks Albert Camus menceritakan tanah kelahirannya. Kota kelahiran yang dicintai akan selalu ada dalam ingatannya. Hal itu dibuktikan dengan narasinya.  Cinta yang kami bagi dengan sebuah kota adalah selalu tentang cinta yang rahasia. Kota-kota tua seperti Paris, Praha, dan Florense, tertutup pada diri mereka sendiri dan karena membatasi dunia yang hanya milik mereka. Narasi tersebut akan menjadi bukti bahwa rasa kerinduan terhadap kota kelahirannya tersebut memperjelas bahwa, dua tempat atau lebih olehnya di tempati, tempat tersebut sama-sama menjadi tempat paling dikenang, namun tetap kota kelahiran menjadi cinta utama.


Pada jdul "Aljasaer Musim Panas". Bahwa Negara tersebut merupakan kota kelahiran. Memiliki cerita begitu mengerikan dan mengesankan baginya. Karya Fiksi autobiografi Albert Camus yang begitu memukau, sangat membuka kerangka berpikir. Kita yang berkumpul ini merupakan pemula mengenali karyanya, yang absurdisme menjadi ciri pada karyanya. Teks yang begitu kaya dengan metafor akan membuka ruang interpretasi yang bagitu kaya, dengan cara-cara sederhana untuk menemukan makna.


Sikap nasonalisme Albert Camus dalam bab ini sangat begitu  jelas. Yang menjungjung tinggi terhadap negara kelahirannya. Walaupun merasakan hidup yang tidak beitu beruntung dan kekecewaan terhadap hidupnya dan beranggaan negara tidak memberi dampak pada kehidupannya. Tulisan ini merupakan represntasi darinya. Dalam tulisannya ia mengnganggap bahwa negara ini tidak memiliki pelajaran untuk diajarkan. Hal itu bentuk kekecewaan terhadap negara kelahirannya sendiri.

Dalam perjalanan panjangnya ia tetap memiliki rasa cinta atas kehidupan.  Hidup yang begitu memilukan. Merasakan hanya untuk menunjukkan bahwa hidup butuh perjalanan panjang. Mengubah untuk memutuskan hijrah sebagai cara paling baik baginya. Ingat dengan salah satu puisi Soe Hok Gie pada salah satu sajaknya yang berbunyi.
"Nasib terbaik tidak pernah dilahirkan walau dilahirkan mati muda yang tersial berumur tua", walau ini salah satu kutipan tulisan dari salah satu Filsuf Yunani, oleh Soe dikaitkan dengan puisinya.

'Cinta tanah kelahiran harus'. Ia yang merasakan kehidupan yang sangat kejam seburuk apapun. Ia menjelaskan tanah kelahiran yang keras dan ia seorang yang sangat detail dalam menarasikan cerita. Tanah kelahiran yang begitu keras ketika ia menjalani hidup. Katika menelusuri latar belakang yang di tempati. Albert Camus menjadi yatim piatu ketika ayahnya meninggal pada saat berumur 1 tahun.

Kondiris Negara Aljazaer pada masa itu, dalam kondisi yang belum maju atau optimal. Masih pada paragraf awal dikalimat kedua yang berbunyi: tetapi orang-orang Aljazaer (bersama dengan tempat-tempat istimewa lainnya kota dekat laut) terbuka ke arah langit sebuah mauara atau luka yang menganga. Ketika teks Itu diinterpretasikan secara subjektif. Hidup di tanah kelahiran yang dekat dengan laut menjadi tempat pulang paling istimewa.

Lokalitas dalam karya ini representasi dari seorang yang merindukan kota kelahirannya. Ketika kerinduan dari seorang yang keluar dari wilayah sendiri akan dirasakan oleh banyak orang. Terkadang akan terbawa pada sebuah karyanya. Contoh sederhananya Albert Camus seperti selalu membawa secara tersirat ataupun tersurat menarasikan setiap karya yang senantiasa membawa latar belakang hidupnya. Sehingga yang terjadi di masa lalu akan menjadi sejarah baru untuk untuk hari ini. Menceritakan yang sangat detail menganai Kota Aljazair.

***

Karya fiksi autobiografi akan menjadi hal yang menarik. Menceritakan dengan cara paling sederhana dibungkus dengan sastra. Mampu memberi nilai-nilai edukasi pada para pembaca.Hal paling memukau ia bukan hanya menceritakan tentang dirinya, namun ketika membaca akan membuka dunia baru dari pembaca. kelihaian itu yang dipersembahkan seorang Albert Camus.

Katika mendalami hasil karya sastranya. Albert Camus seorang penulis bisa dikenal dengan karya yang absurdisme. Dalam memahami maka perlu mendalami teks yang ditulis dan latar belakangnya sebagai cara untuk mengkritisi dan menganalisis. Pada karya yang berjudul The Sea Close By di dalam buku yang diterjemahkan oleh Dias P. Samsoerizal dan Doni Ahmadi. Di dalam buku yang terbaru terdapat tiga bab teks fiksi yang diterjemahkan dan masuk pada fiksi autobiografi. Bab ada yang berisi tentang pidato penerimaan nobel. Kajian Senin yang diselenggarakan oleh kumpulan mahasiswa penyuka literasi. Maka bab tigatidak akan dibahas lagi disepakati untuk ganti buku, dan akan kembali ke karya sastra Indonesia di pertemuan akan datang.


Akhmad 2019
Reviu hasil diskusi Senin Buku Albert Camus The Sea Close By Bab II judul Musim Panas di Aljasaer