Selasa, 27 Desember 2022

MENYONGSONG SATU ABAD NU

Gong besar cita-cita para tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di acara satu abad NU ini seperti ada kado untuk para generasi masa depan. Dilihat dari topik besar di acara NUTech: Final Day, sekurang-kurangnya secara tersirat mengangkat masalah begitu kontekstual topiknya, yaitu bagaimana era sekarang kita bisa menguasai technology. Sehingga gong besar mengenai teknologi ini dapat berhikmah kalau bisa jadi media bagi agama serta berjalan beriringan.

NU tidak muda lagi. Sepertinya kini kita tidak hanya membahas fiqih dan tauhid saja, atau urusan vertikal manusia. Satu abad ini seperti sudah waktunya membuka dada tidak hanya berlarut-larut mempermasalahkan hal yang sudah ada sanadnya jelas. Biarkan itu, selesaikan dulu dengan diri sendiri sebagai generasi NU antara hubungan manusia dengan Tuhan. Namun ada yang lebih penting untuk membuka dada selebar-lebarnya hubungan horizontal mengenai technology—yang dirasa masyarakat secara material dan intelektual mahir.

Era modern punya anak kandung teknologi ini diharapkan bisa menjawab secara baik masalah-masalah hidup di sekitar kita. Bagaimana agama tidak menolak dan apatis terhadap teknologi, akan tapi technology dapat jadi jalan baik bagi agama Islam khususnya. Sehingga technology di tubuh agama menjadi salah satu sarana dan prasarana penting untuk dimanfaatkan sebagai syiar agama secara kontekstual dekat dengan kehidupan.

Adapun peran penting ini terletak kepada siapa? Jika memandang dari beberapa pandangan para tokoh yang menjadi opening space di kegiatan satu abad NU terletak pada para tokoh agama Islam. Khususnya, karena ini kegiatan NU, maka peran tokoh-tokoh NU dalam melakukan syiar-syiar agama sesuai dengan yang ada di tubuh NU tersiarkan secara luas dan bijak. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada dengan tujuan seluruh masyarakat mampu menerima dengan mudah menerima akses-akses platform telah tersedia seperti; youtube, spotify, instagram, dan facebook dan yang lainnya—dengan tokoh-tokoh agama terlibat peran aktif sebagai tugas syiar secara moderat.

Adanya teknologi sebagai wadah sangat efektif di era sekarang. NU perlu memiliki kesadaran atas masalah-masalah yang perlu diatasi. Masalah paling akut di masyarakat kita terhadap kecakapan literasi. Sebagaimana cakap literasi menjadi salah satu point penting untuk menggunakan technology dan manfaatkan dengan sebaiknya. Tentu akan membantu lebih kritis terhadap temuan-temuan di sekitar tanpa disengaja secara baik dan buruk bertebaran. Untuk mengatasi perlu pandai tidak mudah menonton dan menyukai atau mencari-cari tidak sesuai kebutuhan kita di sosial media, agar algoritma di akun sosial media positif.

\Perhatian penting bagi generasi NU: Penggunaan Bahasa

Tak mudah menyederhanakan hal baik di masyarakat, kecuali melibatkan bahasa. Peran bahasa begitu penting di era technology ini, serta wajib menjadi salah satu keterampilan dikuasai. Terkhusus para tokoh NU, menyederhanakan bahasa mudah diterima. Salah satu contoh alm. Gus Dur dengan anekdot dan humor tidak hanya menawarkan hal lucu, tapi juga menawarkan kita berpikir. Itu peran bahasa, bahwa tokoh NU mampu menggunakan bahasa secara heterogen ‘semua orang tahu dengan mudah memahami;kata, frasa, dan kalimat’, jangan menggunakan bahasa homogen (hanya orang khusus tahu, sebab bahasa digunakan ilmiah/akademis, kadang rumit dipahami kecuali orang-orang akademis sendiri memahami.  

Topik kontekstual ini, diambil bahkan dibahas oleh para generasi. Terkhusus para tokoh NU kini memiliki fungsional aktif. Topik menarik karena masalah-masalahnya begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.  Perlu punya strategi karena sukar. Bagaimana tanggung jawab intelektual untuk mencerdaskan di bidang pendidikan, politik, ekonomi, kesehatan, dan budaya bisa di atasi tidak hanya dari sektor atas, melainkan masyarakat di bawah bisa secara mandiri mengatasinya. Peran tersebut terletak ke tokoh-tokoh untuk penyebarluasan terhadap kesadaran secara rasional dengan tujuan kemajuan ber-NU.

Jika sebuah usaha secara ideal kontekstual ini mampu dijawab dengan baik oleh masyarakat NU atau non-Nu. Tentu ini salah satu kado ideal begitu spesial. Akan jelas senang para pendiri, jika penggunaan technology sebagai wadah ini berhasil digunakan secara baik. Sehingga sesuai dengan dawuh Kh. Cholil Staquf “agama untuk menemukan solusi, bukan menjadi masalah.” 

Tantangan NU I Abad: Disrupsi, Ekologi, dan Emosi

Tantangan berkembangnya teknologi tidak lepas  dengan adanya disrupsi. Bahwa perubahan manusia hidup akan seperti ada gangguan atau bahkan menjadi hal baru. Kebaruan tentu akan menawarkan banyak hal, sebutkan saja salah satunya adalah sebuah kebiasaan kita kalau sebelum tidur orang dulu, pergi cuci muka lalu tidur, sekarang berbeda, mengecek sosial media terdahulu, email lalu tidur. Karena hal tersebut seperti menjadi bagian hidup dan dunia baru kita.

Menurut Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadi pembicara di acara NUTech: Final. Ada dua cara begitu efektif masyarakat mengatasi disrupsi yaitu: 1) memiliki pola pikir Ground mindset atau keep learning without stopping, 2) memiliki critical thinking bahwa dua modal dasar ini perlu dimiliki di era disrupsi ini. Dilanjutkan oleh pandangan Gita Wirjawan masyarakat sekarang jangan amnesia historis, lupa terhadap masa lalu.

Sedangkan tanggapan dari kedua materi Yeni Wahid, ada tiga pandangan isu besar dihadapi manusia sekarang, yaitu: disrupsi, ekologi, dan emosi, lalu bagaimana masyarakat kita sekarang sadar tiga isu tersebut. Sedangkan ia paling menekannya pada emosi (menjadi masyarakat berakhlak, tidak hanya menerima perubahan, dan memahami urusan hutan/lingkungan, namun masyarakat bisa mengontrol emosi secara baik dengan belajar pada tokoh-tokoh NU tidak ngawur).

Gong persembahan satu abad NU ini, berisyarat ke generasi tuk menyuarakan diri di dalam hatinya berwarga NU. Bahwa ini merupakan kado kontekstual yaitu technology untuk dimanfaatkan  dan dikembangkan sebagai salah satu media syiar-syiar agama Islam—dan NU mampu menjawab setiap masalah di masa depan, bahwa agama dan technology mampu mengatasi masalah besar: disrupsi, ekologi, dan emosi.

Senin, 19 Desember 2022

INDONESIA DARURAT LITERASI PANGAN

Di akhir tahun 2022 ini, Indonesia indah dengan cuaca yang dingin terkadang panas. Keadaan cuaca tidak menjadi urgensi  dalam kehidupan sehari-hari, cukup tubuh sehat akan memiliki daya kuat. Akan tetapi akhir-akhir ini mengejutkan pada hasil penelitian kompos mengenai gizi masyarakat Indonesia sangat rendah bahkan memiriskan.

Koran Kompas pada tgl 9-10 Desember 2022, memaparkan hasil riset tim jurnalisme data terhadap gizi pangan masyarakat Indonesia, yang hasilnya mengejutkan. Karena dari 183,7jt orang, atau 68% populasi, ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi harian mereka.

Data tersebut menunjukkan kalau masyarakat kita memang tidak begitu sehat-sehat begitu. Hal tersebut tentu sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat. Ada dikarenakan memang masyarakat tidak begitu memahami pentingnya gizi, biaya hidup yang tidak begitu terjamin perihal ekonomi, ada pula lantaran kurangnya kecakapan mempraktikkan pentingnya pangan. Bagian di atas menjadi salah tiga dari masalah rasa peduli terhadap pangan.

Adapun paling memuaskan dalam hal gizi adalah perihal kemiskinan masyarakat. Jangankan ingin memakan makanan yang bergizi, ingin memakan makanan yang biasa saja masih belum bisa terpenuhi atau sejahtera. Karena defisi miskin adalah sebuah ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sendiri. Misalnya seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, hingga pakaian. Kemiskinan sendiri dapat disebabkan oleh adanya kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, atau sulitnya mendapat akses pendidikan dan pekerjaan yang layak.

Makanan merupakan bagian dari identitas masyarakat. Dapat dikatakan pola hidup kita dapat disebabkan dari pola makan, bagaimana seorang makan dengan sesuai kebutuhan atau sekedar mengikuti trend kekinian yang hanya mementingkan keinginan. Hal tersebut yang tidak dapat diamati secara baik. Lantaran citra makanan menjadi memunculkan identitas kehidupan sehari-hari; mulai dari sikap kesederhanaan, bersyukur, dan menjaga kedekatan kita dengan alam.

Lalu bagaimana kita mampu mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Ada banyak pilihan di negara Indonesia yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Ketika kita pergi ke hutan banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan sayur serta lauk. Tentu tumbuhan-tumbuhan sejenis daun  singkong, glandingan¸ bayam, dan kelor dsb. Makanan tersebut tergolong sangat lokal yang dengan mudah didapat serta dimasak secara baik di kehidupan sehari-hari.

Peran Pemerintah

Pidato Presiden Soekarno waktu di IPB (Institut Pertanian Bogor) pada April 1952, yang mengatakan “Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan sawah padi.” Secara tersirat, kalau masyarakat Indonesia bisa menggunakan makanan lokal jagung dan jawa wut.

Peran pemerintah dalam hal ini yang perlu dilakukan paling sederhana yaitu sosialisasi. Selain tanggung jawab lain dengan perlu memenuhi serta memberikan solusi terhadap krisis gizi  masyarakat. Karena  begitu sedikit masyarakat sadar serta memahami mengenai pentingnya pangan gizi kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu adanya kesadaran kolektif digaungkan secara seksama. Karena dengan kesadaran tersebut akan ada solusi paling ideal yang mampu disesuaikan oleh masyarakat sesuai dengan lingkungannya yang dapat dikonsumsi sebagai meningkatkan gizi.

Stakeholder yang memiliki peran perlu melakukan penanganan serius. Karena kalau tidak akan tidak mungkin masyarakat memiliki kesadaran kalau lingkungan kita pada dasarnya kaya dengan sayur serta apa yang dapat dikonsumsi dengan baik, bahkan sehat. Walaupun pada intinya pemerintah punya tanggung jawab, sekurang-kurangnya memberikan kesadaran kepada masyarakat serta berjuang secara kreatif diri, yang dibantu dengan sosialisasi. Sehingga rasa sadar serta keyakinan untuk menjadi masyarakat yang sehat tidak hanya menunggu dana atau bantuan dari pemerintah.

Ketika masyarakat sadar kalau kejadian ini tidak semerta merta mengandalkan pemerintah. Akan tetapi membangun sebuah kesadaran secara kolektif serta bersyukur mampu membangun ekonomi kreatif secara baik. Salah satunya yaitu memanfaatkan sebuah alam sekitar untuk kepentingan pribadi dan kepentingan orang banyak. Sehingga masyarakat kreatif tidak menggantungkan segala hal pada bantuan pemerintah. Hemat saya kesadaran akan ekonomi kreatif tersebut bentuk kesuksesan pemerintah memimpin—yang tidak sekedar memimpin melainkan memberikan arahan serta memberi solusi mengenai apa yang urgensi.

Menurut hemat kecil saya, pemerintah yang tidak hanya sibuk memikirkan gizi, tapi juga memikirkan mengenai pengesahan RKUHP. Ada tugas paling penting yang sangat sentral serta begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yang tidak lain mengenai peningkatan gizi untuk menemukan solusi, jika tidak khawatir masyarakat secara mandiri tidak percaya dengan adanya pemerintah (distras). Lantaran akan terjadi penurunan kesehatan.

Menurut survei Healthy Diet Basket (HDB) tahun 2021 menyebutkan penduduk tidak menjangkau makanan yang bergizi serta seimbang. Indonesia memiliki nilai rata-rata 68% yang belum mampu memenuhi gizi harian mereka. Pemahaman data di atas tentu menjadi salah satu memunculkan kesadaran secara pribadi serta secara kolektif mampu mengatasi terjadinya krisis gizi. Karena kebutuhan sendiri untuk sehat.

Wilayah  Jawa Timur berada di presentase 20%-24% dapat digolongkan standar. Wilayah secara statistik relatif rendah. Maka dapat dikatakan dalam hal ini ada faktor-faktor yang terjadi, mulai dari ekonomi masyarakat masih begitu rata-rata, pendidikan, serta kesehatan mudah diakses. Tentu hal ini sebuah usaha dilakukan secara bersama untuk mencapai tersebut—yang tidak baik-baik saja, tentu perlu peningkatan lebih intens.  

Wilayah Paling Rendah Gizi di Indonesia

Provinsi paling yang menyedihkan masyarakatnya yang tak mampu membeli makan, makanan bergizi seimbang terbesar di Indonesia , dengan perpresentase 78% ini, yaitu wilayah NTT. Wilayah yang begitu getir dengan populasi penduduk tidak mampu membeli pangan bergizi seimbang di Indonesia. Data yang diperoleh dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang tertinggi di Indonesia dengan angka 37,8%.

Pada masalah tersebut perlu adanya sebuah peninjauan secara ekonomi. Bagaimana masyarakat ekonomi rendah akan menjadi masalah, maka hal ini tidak lain peran pemerintah melakukan penanganan lebih serius. Hal ini tentu sudah dijelaskan oleh koordinator Pangan Koalisi Rakyat Indonesia untuk kedaulatan, Ayip Said Abdullah mengatakan untuk mengatasi keterjangkauan  makanan bergizi bisa menggunakan konsep Locality (lokalitas) dan diversity (keragaman) karena setiap wilayah ada sistem pangan yang bisa dikembangkan.

Kecakapan literasi memiliki nilai penting memahami serta menemukan solusi rendahnya gizi disebabkan pangan yang sehari-hari dilakukan sendiri. Bahwa gizi merupakan faktor penting dalam hidup yang perlu diatasi. Sehingga masyarakat akan menyesuaikan dengan kebutuhan gizi dalam kehidupan sehari-harinya dan mampu menjaganya.

  

Minggu, 18 Desember 2022

SEBUAH CATATAN SINGKAT TENTANG DISKUSI BUDAYA



Oleh: akhmad mustaqim 

Esai moderator diskusi budaya HMJ PBSI Unisma 

Sabtu 17, Desember 2022

1/

Pada kehidupan kita sehari-hari yang gelap ataupun terang, bahagia ataupun tidak bahagia, budaya akan selalu ada. Sebagai orang yang menyadari kalau hidup seperti itu—akan selalu tenang. Seperti halnya budaya yang secara umum dimaknai ciptaan manusia yang terus menerus  bersifat baik, dan menjadi habitus. Mungkin itulah budaya. 

Kebudayaan, meminjam perkataan Koentjaraningrat  (1990:180) kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Menyederhanakan kebudayaan di kehidupan sehari-hari tidak lain sebuah kebiasaan baik dilakukan manusia setiap saat yang memberikan dampak. 

Kita terkadang terjebak dengan persepsi-persepsi begitu lebar serta kadang jauh. Memang secara umum kata “budaya” dapat disandingkan kata lain yang akan jadi frasa dan memunculkan makna baru secara simbolik maupun secara semantik, dan bahkan pragmatik. Sehingga sandingan sering kali tergabung dengan kata lain; baca, literasi, ngaji, dan menari dsb—itu yang akan memunculkan makna budaya positi kala disandingkan dengan kata yang telah disebutkan. Sedangkan yang seringkali salah menggabungkan kata “budaya”—yang bermakna negatif dan bahkan kurang tepat kata itu, yaitu: korupsi, ngombe, bullying, dan telat dsb. 

Makna secara semantik dan konteks di atas perlu memilah serta memilih untuk dijadikan sesuatu hal yang tepat sesuai makna serta praktik. Yang jelas sebuah budaya, ingin mencipta hal-hal baik yang dapat mampu beradaptasi dengan zaman serta lingkungan. Adagium Minang yang dikenal dapat direduksi dalam pembahasaan budaya; “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.”—yang artinya kurang lebih “kita harus tahu di mana kita hidup paham tentang kebiasaan di wilayah tersebut, agar tidak ada kesangsian dalam bermasyarakat.” Itulah sekurang-kurangnya dapat dimaknai dalam konteks budaya—yang dikenal local wisdom. 

Kita perlu mengambil contoh. Saat kita hidup di Malang ini sebagai perantau “dari nun jauh di sana”—yang akan hidup di lingkungan Malang, yang memiliki budaya serta tradisi. Budaya dan tradisi tersebut perlu kita ketahui untuk bisa hidup dengan masyarakat berdampingan, serta bisa diterima dengan baik oleh sekitar. Sehingga hidup kita akan lancar serta dengan mudah masyarakat menerima dengan lapang tidak perlu mencari terkadang akan diberi. Karena, ketika memahami dan berbaur dengan budaya orang lain akan dengan mudah mencapai kehidupan damai dan tenang. 

Perlu menyadari menjadi diaspora sementara di kota orang dengan tujuan baik mencari ilmu pengetahuan. Tidak mudah mendapatkan, kala kebiasaan-kebiasaan kecil terjadi di sekitar tidak didamaikan dengan diri kita. Mengikuti alur atau konvensi di suatu wilayah sangatlah penting agar menjadi orang berbudi luhur. Selain itu, biasanya akan dengan mudah menjalani hidup di perantauan dan mudah menggapai ilmu pula. 

2/

Secara umum makna budaya dan berbudaya adalah kesadaran manusia. Bahwa bahasa, ide, dan pola pikir, serta daya cipta manusia—yang tidak lain semua itu hanya dimiliki manusia, makhluk lain tidak. Maka ada yang mengatakan manusia makhluk simbolikum atau makhluk dapat membaca dan mencipta simbol/bahasa. Akan tetapi, kadang manusia tidak menyadari akan hal itu dan enggan memahami apa esensi manusia berbudaya, salah satunya yaitu berbahasa dengan baik. 

Bahasa menurut Habermas bukan hanya sebagai alat komunikasi melainkan tindakan. Pernyataan tersebut sangat luas untuk ditafsirkan secara semantik saja. Namun juga perlu dan butuh dimaknai secara semiotis atau secara filosofis. Makna secara semantik ya manusia berbahasa merupakan tindakan manusia sebagai eksistensi makhluk simbolik. Sedangkan secara semantik sebagai alat komunikasi, ya memang semestinya manusia bisa berbahasa dan bisa berbudaya dengan bahasa. Makan secara filosofis dapat dikatakan bahasa sebagai identitas dan entitas manusia berkehidupan yang baik berbudaya. 

Manusia yang bisa menciptakan keberagaman bahasa. Dengan budaya keseharian yang dapat dijadikan hidup berbahagia, yang berdampingan dengan apa yang telah dicipta atau dilakukan kepada orang lain. Hidup yang dirasakan oleh manusia lain bahwa hidup berbahagia itu bagian dari budaya. Namun bukan yang hedonism melainkan hidup minimalis sesuai kehidupan dan kebutuhan. 

Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.2 Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok.

Lalu budaya yang hasil dari karya manusia yang diakui oleh negara lain bagaimana? Seperti halnya; tempe diakui diresmikan Unesco produk Jepang, Reog, Li Galigo, dan budaya lainnya. Hal tersebut dapat dipandang dari dua sisi. Pertama dari segi masyarakat Indonesia yang kadang kurang peduli dan memberi apresiasi kepada budaya, sehingga ketika budaya diambil akan merasa dirugikan. Padahal sebelumnya tidak diperhitungkan atau diperhatikan. Kedua memang secara konvensi Unesco mereka mengajukan hak cipta budaya yang diakuinya sangat kuat sehingga wajar meresmikan sebagaimana sesuai ketentuannya. 

Adapun cara merawat budaya yang tak benda dan benda, yaitu dengan cara memulai dari diri kita sendiri, lalu memulai memberikan dampak kepada kelompok lain. Atau dapat memberikan dampak dalam kehidupan kita. Sehingga itulah cara paling efektif untuk tetap bisa merawat secara skala kecil. Karena negara terkadang belum bisa menjangkaunya. Walaupun terjangkau kadang masih bersifat deliberatif. 

Deliberatif suatu kesepakatan yang akan lama dan alot dengan penggunaan logika dan nalar dan alih-alih kekuasaan, dialog, dan kreativitas. Sehingga budaya merupakan sebuah hal yang nunggu disepakati oleh beberapa elemen saja, yang dapat dikatakan terkadang kurang berkompeten di bidangnya. Lalu bagaimana budaya dijadikan laku kehidupan sehari-hari.  Jika pendapat Habermas (1992) mendeskripsikan demokrasi deliberatif sebagai model demokrasi yang melahirkan aturan hukum yang legitimasinya bersumber dari kualitas prosedur deliberasi, bukan saja dalam lembaga-lembaga formal negara (seperti parlemen), tapi juga yang terpenting dalam masyarakat secara keseluruhan.

Semoga kita bisa menjadi makhluk berbudaya dan memahami budaya. Selamat berdiskusi. 




*Catatan penulis  

Selasa, 06 Desember 2022

DUKA, TAWA, ARGENTINA: MESSI

foto: twiter Argentina 


I/

Bahagia di atas lapangan tak dapat dipungkiri oleh tim Argentina, terkhusus seorang Leo Messi selaku komandan tim yang punya tanggung jawab besar memikul kemenangan pada kemenangan melawan Mexico. Tangis pada pertandingan pertama dibayar tuntas pada pertemuan kedua, pertandingan kedua yang penuh emosi serta tensi tinggi sama-sama ingin memetik kemenangan. Namun Argentina yang berhasil mencuri peluang yang begitu alot pada bapak pertama. Di babak kedua Messi membuat tendangan keras dari luar kotak penalti yang jebol gawang Ochoa yang dikenal alot. 

Sesuai dengan perkataan Leo Messi "di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, semua hal jadi mungkin.! Kali ini mungkin kemenangan terjadi ke Argentina. Pertemuan pertama mungkin saja kalau dari tim yang tak dipandang akan memang. Sehingga mencetak gol dari luar kotak penalti dengan tendangan keras ternyata bola mampu melewati dari beberapa bek sebagai pagar kuat Mexico, hingga penjaga terakhir gawang yaitu Ochoa. Dan bahagia tidak hanya oleh tim Argentina tapi bagi pendukung di Argentina dan di seluruh dunia bersorak sorai merayakannya.

Messi melawan Mexico babak pertama banyak turun membantu gelandang bertahan dan menyerang. Gerakannya tidak begitu banyak kecuali berjalan sambil berlari saat ada teman seperti Di Maria atau De Paul memegang bola untuk meminta dan mengoper ke depan sambil berlari untuk menerima umpan silang yang sekiranya bisa langsung ditendang lalu mencetak gol, hal itu tidak berhasil. Sebagai penonton saya melihat Messi merasa sangat bingung dan akan berlari minta bola dan ingin mengirim bola, pandanganku pada bapak pertama berharap kepada Martinez atau Di Maria yang bisa mencetak gol karena dua pemain itu yang bisa stay di posisinya, tidak dengan Leo yang juga lebih banyak mundur menerima dan mengumpan bola ke depan.

Adakah kerja keras dari pemain lain? Tentu banyak. Kemenangan tersebut kemenangan tim bukan individu saja. Salah satu yang menonjol dari kerja keras pemain lain yaitu Martinez bek, saat menghadang dengan tekel, dan adu heading para striker Mexico, yang seperti tidak berkutik di hadapannya. Kerja keras itu tak lepas kerjasama dengan Otamendi di belakang. Seperti terlihat jelas peluang musuh Argentina di pertandingan pertama dan pertandingan kedua--yang lebih agresif ketimbang bapak pertandingan pertama.

II/

Tetesan air mata seperti taburan bunga di pipi Aimar dan Scaloni saat Messi mencetak gol merupakan tangis yang begitu bahagia dari seorang pelatih dan asisten. Bagaimana tidak bangga memiliki pemain yang bisa memecahkan kebuntuan saat Tim terpuruk. Bukan tanpa ada alasan menangisi kemenangan malam itu, bisa saja lantaran karena melihat perjuangan dari awal Argentina selalu menggantungkan kepada sosok Messi. Sehingga pada malam itu tetesan air mata Aimar, yang merupakan sosok pemain dikagumi oleh Messi selama bermain sepak bola.

Masyarakat Argentina berharap pada Piala Dunia di Qatar ini dapat menjadi juara karena selama ini Messi masih belum menggapainya. Pada 2014 hanya sampai ke reinur up kalah satu kosong dengan Jerman. Apalagi piala dunia Qatar ini akan jadi sinyal Messi tidak akan bisa ikut serta lagi di perhelatan piala dunia empat tahunan. Lantaran umur yang tidak muda lagi. Sehingga untuk bisa jadi juara kesempatan ini tidak bisa disepelekan harus terus memperjuangkan hingga penuh keringat penghabisan. Messi menanggung itu, sehingga kemenangan selalu harus final baginya.

Semua tim akan punya harapan ke final, tidak hanya dengan Argentina. Akan tetapi semangat dari seorang pemain karena telah beberapa masuk serta masuk ke final pada 2014 tapi kalah. Semangat tersebut seperti menjadi semangat tersendiri daripada tim-tim yang lain. Sehingga semangat yang membedakan dengan tim lain bisa dikatakan memang berbeda.

Tangis dari seorang pelatih terhadap tim yang dilatih seperti hal aneh selama menonton sepak bola. Apalagi seorang pemain yang menjadi sorot tangisannya. Bagi seorang penonton merasakan hal tinggi apresiasi kepada sosok pemain. Namun selain itu juga menjadi beban baginya, lantaran menanggung pundak banyak kepercayaan yang telah diberikan penuh kepadanya.

Tidak menjadi baru jika Leo Messi terlalu membebani tim. Tidak hanya menjadi tumpuan di negara di bidang sepak bola, di sebuah tim klub juga bertumpu dan menerima hal tersebut. Selama berkarir di bidang sepak bola hanya membela dua klub Barcelona dan PSG. Kedua tim tersebut membebani kepadanya. Dibuktikan pada saat Barcelona ditinggalkan sering kali trophy dan kemenangan tim jarang didapat.

III/

Bahagia bagi tim Argentina tidak dapat dipungkiri dirasa sejak seorang Leo Messi melakukan gol pertama yang membawa kemenangan setelah dipastikan ditambah gol Enzo. Kebahagiaan tersebut membuat semua tim dan masyarakat Argentina. Tangis haru bahagia di dada mereka sangat terlihat jelas dipandang dari wajah mereka. Bagaimana para pemain dan staf merasakan kebahagiaan.

Perayaan dilakukan oleh para pemain tentu memunculkan kontrovers, lantaran ada salah satu video beredar kalau seorang Leo melakukan hal tidak semestinya yaitu meletakkan kaos hasil pertukaran dengan kapten Mexico Herrera. Video dianggap  kalau Messi sengaja menjadikan kaos hasil tukar tersebut dijadikan keset. Padahal dalam sepak bola pertukaran kaos di ruang ganti sudah semestinya dikeringkan dulu oleh para pemain mengeringkan kaos nya. Dan meletakkan tidak beraturan sudah biasa. Hal tersebut disampaikan juga oleh kapten Mexico, lebih tepatnya tidak mempersoal tersebut, kecuali Mexico menelan kesalahan.

Kebahagiaan yang dirasakan pemain serta banyak diluar sana sebagai pendukung merasakan kebahagiaan tim kesayangan menang. Tangis bahagia akan dirasakan pula saya sebagai pendukung Argentina dan Messi sebagai pemain idola secar sikap dan bermain sepak bola. Kunci permainan malam itu terletak pada nya, untuk bisa menang agar bisa lolos ke 16 besar.

Lain halnya dengan seorang Aguero yang setia mendukung bersama, walaupun hanya berada di tribun tidak ikut bertanding. Lantaran ada gangguan jantung, waktu Aguero pada di Barcelona, setelah perpindahan dari Man City. 

Semua orang termasuk diriku tetap mendukung Argentina agar bisa lolos serta bisa memenangkan pertandingan di laga-laga selanjutnya yang akan lebih berat. Namun doa serta usaha dari tim merupakan paling baik dilakukan. Maka kalau menyadari tak ada yang tak mungkin, dan bisa menjadi mungkin di dunia ini, kata Messi.