Kamis, 31 Maret 2022

KEPUTUSAN YANG MEMBAHAGIAKAN

"Hidup Begitu Indah Hanya Itu yang Kita Punya, judul esai yang ditulis di Tirto.id 2016, sekaligus jadi judul buku kumpulan esai Dea Anugrah yang secara garis besar dan kompleks  membahas tentang pesimistis dan optimistis. Bahwa pesimis merupakan kehidupan yang menganggap hidup yang tidak baik-baik saja, maka perlu terus berjuang melawan ketidak baik-baik saja. Sedangkan optimistis lahir dari perasaan yang menganggap hidup ini baik-baik saja, dunia yang ideal, yang naif, yang yang tak ada, sebab mereka ta kuasa mengalihkan fokus dari mala.”

Saat berjalan ke arah Barat tentu kita memiliki tujuan akan kemana langkahnya. Mulai dari kaki apa yang lebih dahulu dilakukan, atau bahkan dari arah mana dan keluar dengan siapa akan ditentukan berjalan. Dengan seperti ini saya tidak terlalu memikirkan secara baik dan berharap juga kalau akan sesuai dengan harapan di kepala. Realitas yang berbanding terbalik dengan dunia ideal, selalu ada di bawah matahari ini. Maka setiap keputusan kita akan menentukan apa yang menjadikan kita bahagia. Bahagia yang akan dimaksud di sini sesuai dengan pilihan diambilnya.

Seseorang akan merasakan enaknya memakan, makanan yang memang sejak kecil merasa enak ketika sudah dimasak oleh orang tua perempuan (Ibu). Dalam hal ini tentu akan menentukan dirinya kalau kita merasakan kalau itu menjadi dasar ideal bahagia. Tapi dalam hal bahagia tentu kita harus membedakan dengan yang namanya enak. Kalau enak bersifat sementara dan akan selalu menjadi keinginan manusia. Karena enak menjadi manusia memahami rasa, sedangkan rasa sejak kecil selalu ditawarkan dengan hal-hal yang sesuai versinya. Tidak dengan bahagia yang diajarkan oleh orang tua atau keluarga terdekat. Tentu dalam hal ini memiliki contoh-contoh beragam.

Adapun bahagia yang memiliki sifat relatif dapat diciptakan dalam kurun waktu paling cepat atau lambat. Manusia bisa melakukan sesuatu sesuai dengan tolok ukur bahagia sesuai dengan versi yang akan diciptakan. Tidak menutup kemungkinan kejadian akan menjadi jalan panjang dalam hidupnya, untuk dinikmati setelah mencipta bahagia sesuainya. Walaupun secara pandangan bahagia dan senang akan sama, akan tetapi berbeda dengan bahagia secara sifat dan cara memberikan sikap baik dan buruk ditentukan dengan prasangka dengan menggunakan kurva normal.

Bagaimana mungkin kita dapat membuat bahagia jika tidak memahami akan hal namanya senang dan bahagia. Pertanyaannya adalah bahagia itu sementara apakah kekal, atau sebaliknya senang tidak kekal?. Dalam konteks ini kita dapat saja memberikan pandangan secara sederhana menentukannya. Bisa saja dengan cara paling tidak meyakini kalau kita sadar kalau dengan seperti ini tidak baik-baik saja. Seorang pejalan kaki akan merasa bahagia karena merasa kalau jantung serta dirinya jarang sakit. Bahkan bahagia seorang saat punya dasar pemikiran yang muluk-muluk ingin cepat ke tempat tujuan tanpa berpikir kalau ia bisa saja terjadi hal-hal tidak diharapkan. Namun semua itu akan dibedakan dengan satu perbedaan mengenai “senang” dan “bahagia” yang sama-sama dapat diciptakan, selagi berada di bawah matahari. Dan mampu mengambil sebuah keputusan untuk memenuhi apa yang ada dalam hatinya.

Terkadang kita berpikir jika hidup yang ideal hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki nasib terbaik dalam hidupnya. Contoh seorang Rafathar serta keluarga Halilintar, tidak perlu bekerja untuk mendapat dan memiliki harta, hidup bahagia karena harta. Tapi jangan bicara tentang bahagia dengan ketenangan. Mereka sejak  kecil dianggap bernasib baik, karena mereka telah memiliki dan menikmati apa yang ada di bawah matahari kedua pembahasan di atas: bahagia dan senang dengan harta.

Dalam hal ini, kita tidak dapat melakukan kesenangan di waktu yang tepat. Bahkan bisa saja seorang telat menikmati serta melakukan rasa syukur atas apa yang terjadi pada dirinya. Tidak menutup kemungkinan seseorang bisa merasa menderita karena Tuhan tidak menjadikan dirinya sebagai wonder woman bagi seorang perempuan, kalau pria tidak dijadikan hero di sebuah keluarga kecilnya. Seorang bisa saja menyadari kalau pandangan tersebut hanya dapat diterima saat kita sadar kalau keberadaan manusia dengan taraf bahagia dengan berbeda-beda. Pada intinya bahagia terletak pada apa yang diambil dari keputusan. Terkadang manusia akan merasa puas jika telah melakukan keputusan sesuai dengan harapannya.

Jeans Paul Sartre menulis adagium, berkata kurang lebih begini, “seorang akan merasakan kekacauan saat seorang tidak memenuhi apa yang telah terjadi pada dirinya.” Terjemahan bahasa ringkas, berikut contoh yang dapat menjadi masalah dalam hidupnya yaitu; cinta harapan, dan sesuatu yang menjadikan hasrat menjadi puas. Perkataan tersebut kurang lebih seperti itu, dan bisa jadi kita mereduksi dan menginterpretasi dengan cara lain. Saya selalu menyadari kalau hasrat yang sejujurnya harus terselesaikan terdahulu agar tidak menjadi masalah untuk kedepannya. Seperti apa yang disampaikan di awal kalimat di paragraf ini.

Konsep bahagia terletak pada keputusan. Jika kau mencintai seseorang. di antara satu sama lain perlu adanya sebuah keinginan yang bisa dijadikan sebuah kesepakatan dalam diri. Seorang bisa saja menjalin hubungan secara komitmen dilakukan oleh kata dengan kita menyadari kalau cinta dapat saja diberikan oleh cara-cara terbaik kita. Apakah cinta seperti itu harus dimaklumi dengan bentuk eksistensi diri yang penuh dengan tujuan akan hidup ideal dalam tindakannya. Hal ini manusia bisa saja mempertanggung jawabkan.

Jeans Paul Sartre, seorang eksistensialis Prancis (1950-an) menuliskan “kalau kebebasan manusia itu harus mempertanggung jawabkan…” kurang  lebih begitu. Dalam hal ini tentu bertentangan dengan konsep secara umum kebebasan manusia yang bertentangan dengan orang lain (melawan negara). Namun bukan  itu yang baik dijadikan contoh dan tepat. Dalam pandangan ini lebih cocok kalau manusia merasakan kebebasan akan hidup mengambil keputusan sehingga keputusan tersebut mampu dipertaruhkan untuk orang lain bahkan dirinya sendiri untuk sadar. Kebebasan tersebut terletak dalam pikiran, sedangkan perlakuan ada pada tindakan (yang memberikan dampak). Mungkin.

 

 


HIDUP SEMENTARA YANG DIUNTUNGKAN

 "Dalam hidup, kita tak pernah meminta akan memiliki nasib baik, dan juga tidak pernah ingin menjadi manusia baik atau jahat, tapi semua manusia akan beruntung memiliki kesadaran akan banyak hal: tentang cinta, derita, dan menyakiti dengan kesadaran yang tak pernah diinginkan secara tulus, tapi harus terjadi dari satu sisi, agar manusia tahu kalau hidup tidak pernah ideal dan sesuai konsep kurva normal…" 

Saya hidup di daerah terpencil sana. Kampung konyik desa Alasarajah, Kecamatan Blega, dan Kabupaten Bangkalan. Jadi apa yang mengalir dalam tubuh akan selalu menjadi ciri khas saat keluar dari daerah tersebut. Pada saat kesempatan merantau kerja dan kuliah. Kini berpikir akan latar belakang teman permainan di kampung yang masih hidup dan yang sudah meninggal. Sepertinya ada hal unik dapat dibagikan di hidupku yang sementara diuntungkan secara pribadi menganggapnya. 

Sebenarnya saya lahir di Jakarta. Saat itu orang tua saya bapak bekerja menjadi Satpam. Sebelumnya itu ikut proyek pembongkarang Suharto tahun 1981-nan. Bapak bekerja ikut dibagian baris depan untuk ikut membasmi tanah masyarakat untuk dibangunnya. Saat itu tentu bapak jadi ancaman banyak masyarakat, khususnya yang kenal akan meneror dan merasa tidak terima jika warung, rumah, dan tanahnya digusur. Walaupun alasanya jelas masyarakat sulit menerimanya. 

Beruntung hidup dan dilahirkan sebagai pria. Dalam satu sisi yang begitu beruntung pria dalam urusan kebebasan serta tanggung jawab dalam hidup di dunia. Apalagi urusan nikah. Di lingkungan yang sangat sering pria berumur 25 dianggap sudah matang atau dimatangkan untuk segera menikah. Ya... mereka menganggap sunnah mengikuti lalapan nabi Muhammad Saw. 

Namun kita sadar sebenarnya. Bukan perihal umur yang perlu kita ketahui alasan nabi menikah. Selain itu juga pencapaian sekaligus pilihan ideal serta kesiapan batin dan dohir tetap di pikiran dan diikuti segera praktik bagi umatnya. Sebenarnya kita sebagai seorang umat perlu paham apa saja yang telah dilakukan nabi sebelum menikah. Melakukan penjelajahan ilmu pengetahuan serta berwirausaha, beliau siap. Mengapa dengan kita yang masih belum separuh melakukan  apa yang dilakukannya, memilih untuk mengambil keputusan untuk menikah. 

Di lingkungan agamaku. Tepatnya di daerah masa kecilku hidup. Semua masyarakat menganggap semua itu perlu adanya keseriusan untuk menikah. Siapa juga dalam hati menikah dengan orang yang telah menaruh hati. Semua orang punya nikah dengan cara paling baik untuk kebutuhan hidup lebih baik. Tidak dipungkiri dari jaman baheula sama. Ideal manusia untuk senang dan bahagia secara nyata menjadi manusia normal. 

Untuk hal ini seorang pria diuntungkan. Saya merasa untung karena lahir sebagai seorang pria yang tidak terlalu dipermasalahkan dalam urusan menikah walaupun ukur 25 tahun. Sebab seorang bapak sudah memberi pandangan kepada saya kalau nanti, "anakku ini sekarang sekolah di Malang dan dia juga bukan orang sini. Jadi pola pikirnya berbeda dengan teman-teman yang asli orang sini. Jadi maklumi saja ya..." jawab saat ditanya oleh masyarakat dengan tekanan anaknya segera dinikahkan. Pembelaan itu memang sangat logis dan tepat. Karena tidak semua bernasib baik untuk kondisi seperti ini. 

"Jika seorang pria belum menikah di umur 25 tahun, masih belum menjadi aib. Berbeda dengan seorang perempuan..." 

Mungkin saja akan berbeda jika pertemuan di desaku. Seorang perempuan belum menikah di atas umur 25tahun akan dianggap buruk atau tidak baik (tidak laku). Bahkan aib pribadi dan itu seperti aib seorang keluarga. Pola pikir tersebut tertanam dalam diri seseorang secara luas. Kadang menjengkelkan jika menggunakan pengukuran dengan kurva normal dengan dasar panutan nabi dipandang dari satu sisi. Padahal masih banyak sisi lain sebagai jalan baik seorang memilih kehidupan yang panjang. 

Padahal pencapaian seorang dan memilih untuk hidup dengan pasangan. Sebenarnya seorang bisa mengambil keputusan relevan sesuai kebutuhan serta kesiapan akan dirinya. Pernikahan perempuan akan menjadi kebanggan orang tua. Bahkan dalam sebuah tradisi di salah satu daerah pernikahan seorang perempuan melepaskan beban berat keluarga (meringankan beban keluarga) sehingga dalam tradisi lama dan pola pikir lama, begitu. Pasangan tersebut ada pada buku pembahasan buku "Sejarah Perempuan Indonesia" (2008), ditulis oleh Cora Vreede De Stuers peneliti dari Perancis. Begitu. 


Rabu, 23 Maret 2022

PERTEMUAN KECIL KITA

Foto: Amd 


Adalah Deri, Liya, Umi, dan Mas Aan. Mereka menulis buku dengan genre yang sama yaitu puisi. Tidak muluk-muluk mereka punya cara sendiri merayakan hidup. Mungkin menghindari saja kalau hidup di perantau ini tidak hanya menghabiskan waktu di jalan dan mengisi kemacetan saja. Meminjam kalimat indah Seno Gumira Ajidarma, hidup jangan hanya dihabiskan di jalan bahkan menjadi kemacetan jalan. Kurang lebih seperti itu perkataannya. 

Buku mereka dipegang oleh beliau. Sambil bercerita satu sama lain. Perbincangan begitu kompleks dimulai. Ya, seperti biasa seorang mahasiswa (i) dan beliau dosen. Perbincangan selalu mengarah ke dedikasi kehidupan begitu kompleks lagi. Tapi obrolannya sangat nyambung dan nyaman sebab sesuai dengan apa yang begitu dekat di kehidupan sehari-hari kita. Beliau seorang penderita yang handal dalam bentuk lisan, dan pengalaman hidup banyak, dan pengetahuan. Sepertinya penilaian begitu pas diberikan kepadanya saat mendengar ceritanya. 

Pertemuan Kecil Kita (2018) merupakan judul buku sehimpun puisi dari Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd., merupakan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unisma. Sengaja pertemuan ini dituliskan secara singkat dan padat, sebagai bentuk rekam memori saat melakukan pertemuan dengannya. Pertemuan  yang disengaja dengan hal paling tidak diharapkan bisa menjadi hal seperti apa, tapi ya tetap ingin mendapatkan asi bermanfaat bagi kesehatan, kalau dianalogikan seorang anak kecil merengek minta asi. 

Mula-mula melalui pesan whatsapp menanyakan karya teman-teman. Selanjutnya melakukan perbincangan panjang dari hari-hari membahas karya sastra khususnya tulisan-tulisannya. Pada bersamaan pula seorang teman ingin membaca karya beliau (mau beli), namun tidak beruntung bukunya habis di tangan beliau sudah laku. Walaupun habis... sebenarnya di rak buku saya ada karya beliau--yang memang untuk koleksi pribadi, tapi dengan rasa 'kalau saya pribadi mudah dapat buku ini, toh file ada... Kalau untuk dia sepertinya ada semangat baca sangat perlu didukung...' setelah itu dia berikanlah buku tersebut ke pembaca setelah diberi tanda tangan penulisnya, yaitu Akhmad Tabrani. 

Saat bertemu. Kita masuk ke dalam ruangan lalu duduk di depannya. Dengan membaca banyak buntelan buku di tas. Pembicaraan dimulai. Saya dan Umi Latifah mengobrol dengannya. Banyak hal yang memang didapatkan dari beliau mengenai dedikasi kehidupan lebih kompleks. Tidak seperti biasa di dalam kelas ngobrol hal-hal kompleks dunia pendidikan dan pembelajarannya. Tapi beliau bercerita hasil bacaan buku, pengalaman, flim, musim, karya, dan tak lepas pula yaitu percintaan--yang tak pernah lepas dari ingatan. Dan puisi "Sungai Nill" jadi kisah panjang tak berkesudahan. 

Adapun sebuah penceritaan itu dimulai olehnya. Dibuka dengan pertanyaan "pernahkah kalian tahu lagu 'Disapih' yang merepresentasikan flim Ada Apa dengan Cinta 2?" Dengan tegas menjawab "belum Pak, masih belum." Serunya dengan senyum yang lain menjawabnya. Terus beliau memutar LCD Komputer ke arah kita, dengan mencari di youtube, ia mencarinya sampai ketemu, lalu diajak untuk mendengar. Sambil tersenyum kita hening memperhatikan lirik, nada, dan gelombang video klip yang tidak begitu menarik. Kita menyimak hingga selesai. Setelahnya pecah senyum sumringah kita bertiga. Sambil terbata-bata saat ditanya tentang kisah lagu tersebut representasikan ke "Cinta atau Rangga?".... Kita diam sambil tersenyum, ia menjawab "...inilah kondisi Rangga saat berada di New York, kuliah dan kerja serabutan untuk bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun, kurang lebih dan telah memutuskan cinta dengan Cinta yang di Indonesia, diputuskan dengan puisi surat..." dengan bersemangat dan punya gambaran akan cerita begitu kompleks itu, ia berkata "keren dan keren... film ini, pokoknya!" 

Dalam pertemuan tersebut. Beliau juga membahas tentang karya dari teman-teman  mahasiswa (i) berproses menulis di kampus. Setelah membahas panjang lebar kita menyimak berupa; sanjungan, motivasi, dan bahkan masukan-masukan akan hal karya. Selain itu memberikan dedikasi perihal zona nyaman. Bahwa menuliskan sesuatu hal itu bentuk keluar dari zona nyaman. Ia pun memberikan persamaan dengannya dalam proses menulis semasa kecil dan hingga kini--yang ingin sekali menerbitkan kembali karya-karyanya lagi. 

Pesan moral yang tersampaikan "kalian berproses sekarang semoga jadi orang sukses, jadi orang nanti kalian bisa juga menulis dan juga bisa mengajar, atau kerja di tempat lain... tapi ya perlu punya keterampilan menulis. Dan jangan mikir ngejar dunia saja, karena dunia ini hanya seperti kertas ring buku ini, kalau di kulit akan mudah dan gak sekilas... jadi jangan berlebihan. Hidup seperti puisi saja mengalir sekaligus memberi kenyamanan dan kegilaan kepada orang lain." Kurang lebih pesan tersebut melekat. 

Bunyi detik jam dinding kencang tapi tak merasakan lama saat bicara dengannya. Kurang lebih obrolan sudah lebih dari 60 menit.  Namun tetap saja obrolan semakin menarik, sebab kita dihadapkan dengan kehidupan yang lebih kompleks di realitas sosial kita. Terlahir dengan obrolan yang selalu berharap baik, ia mendoakan segala hal lancar. Begitupun tugas akhirnya. Mungkin. 

Senin, 14 Maret 2022

PERANG RUSIA, UKRAINA, DAN HAL LAIN MENIMPA DUNIA AKADEMIK

 "Setelah perang usai semoga pulang membawa pulang bunga..."

Meminjam potongan puisi dari Wislawa Symbozyka penyair Polandia, yang memberikan representasi dari hidup saya yang kini menimpa. Dalam kehidupan yang begitu singkat ini sepertinya manusia akan selalu dihadapi dengan kejutan-kejutan tidak pernah dipikirkan oleh kita. Hal ini hanya satu diharapkan mampu melalui serta setelah apa yang terjadi dapat dirayakan secara baik oleh diri. 

Ternyata perang yang terjadi di Ukraina dan Rusia mendapatkan kesedihan  kepanjangan dari banyak kehidupan manusia di sana, nun jauh di sana. Di Indonesia hanya bisa mendoakan kebaikan  kepada kedua negara tersebut. Tidak pernah bermaksud untuk hidup yang begitu indah tercemari oleh kondisi paling tragis dalam hidup kita. Siapa yang menyangka akan ada perang dan siapa juga yang berharap, sebab perang akan melahirkan banyak luka, selain itu juga hal yang tersirat berupa bahagia. 

Perang kedua negara; Rusia dan Ukraina merupakan perang yang dianggap politik sari satu sisi dari sisi lain kepentingan untuk melindungi "katanya". Tidak akan secara luas membahas akan hal ini. Kalau ada yang berkata ini adalah PD3 (Perang Dunia III) tidak ada batas kemampuan membahas lebih luas. Pada intinya perang ini salah satu kaitan masalah hidup seorang yang diperjuangkan akan hak kemanusiaan. Keluasaan pandangan ini berkaitan dengan hak pribadi dan lebih luas lagi. 

Dalam perang tentu ada yang dirugikan; uang, tenaga, dan waktu yang sia-sia hilang. Dari segi uang akan merasa kalau uang hilang karena adanya pengeluaran yang tak sesuai harapan, sesuatu yang memang ingin irit atau menabung karena seorang harus mengeluarkan biaya tanpa disadari dari segi harus berpindah (mengungsi sementara), sedikitnya keluarkan uang. Itu tanpa dipirikan ada dan pasti dirasa sangat tragis. Dari segi tenaga, akan merasa lelah dengan bombardir psikologi serta tenaga mengangkat senjata tentara yang awal mulanya, ia hanya menjaga bertahun-tahun, baru perang tiba tenaga terkuras. Dari segi waktu, ada yang terbuang sia-sia yang semestinya bekerja jadi tidak fokus itu. Itulah bagian dari dampak perang uang paling sederhana. 

Pria dan wanita jika memandang terjadi ini akan memiliki perspektif berbeda, apa yang terjadi tentu akan memiliki dampak signifikan dalam hidupnya. Hal tersebut akan memberikan dampak dalam hidup kita sehari-hari, sehingga tidak dapat  dipungkiri jika hidup tidak hanya memberikan pola hidup baik dari kehidupan yang baik-baik saja, tapi akan  memberikan hikmah dari luka-luka akan membawa kita bahagia. 

Hari ini Selasa, tepat tanggal 15, Maret 2022, Malang di Universitas Islam Malang Pascasarjana melakukan cuti kuliah karena hidup pebuh kejutan ini. Tidak bisa kita merasakn hidup begitu indah hanya itu yang kita punya kalau Dea Anugrah dalam esainya. Pilihan yang perlu kita ambil yaitu riseko yang telah menjadi pilihan bahkan kejutan yang tidak dapat diprediksi. 

"Hidup yang tidak dapat dipertaruhkan, tidak akan  pernah dimenangkan..." 
-Sutan Sjahrir 

Adagium di atas, seperti  menjadi obat bagi saya pribadi untuk melakukan hidup yang begitu indah ini. Banyak di antara kita yang sangat penuh dengan kecurigaan  di masa akan datang. Tidak dapat dipungkiri kalau luka-luka kadang membuat kita bahagia, namun penuh dengan perjuangan yang telah dipilih. Semester depan semoga bisa menyelesaikan dengan  baik dan bijak. Berharap seperti anak panah yang ditarik ke belakang lalu dilepaskan... munngkin.