|
Foto: Khusnul Hanasanah |
Pada saat Bunda Maryam, pergi ke Gereja saat pagi yang cerah secerah wajahnya
dengan gembira dan dengan wajah yang mempesona yang menggunakan busana rapi,
Bunda yang tidak pernah lupa pada teman hidupnya yang sangat disayangi ia
bersama Adik Toni, dan Maja mereka setiap minggu tidak pernah telat untuk
datang ke tempat mulia Gereja melakukan kewajibannya sebagai manusia untuk
melakukan pemujaan kepada Tuhannya biar ada perbedaannya dengan pencipta dan
yang menciptakannya, yaitu tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang, saat sudah
memasuki tempat mulia itu ia sudah bisa mencurahkan semua yang ada dalam
hatinya di tempat itu Bunda dan Toni dan Maja mendekatkan dirinya pada
Tuhannya, dihadapkan tuanNya yang nyata itu tidak ada rasa malu meminta apa
yang ada yang ingin dipinta, bahkan tiada rasa ragu mereka yakin jika apa yang
akan diminta akan dikabulkan olehnya, sebab tuhan itu maha pengasih dan maha
penyayang pada umatnya yang mendekatkan dirinya padanya.
“Puji syukur Tuhan”.
Saat waktu sudah berjalan yang tak
terasa matahari sudah tinggi dan panasnya sudah bukan panas sehat lagi mereka
bertiga keluar dari tempat pemujaan itu, dan ia meninggalkan tempat itu, irama bunyi kaki yang
seperti biola yang berdawai pelan-pelan pada saat itu pula menuju kursi yang
ada di sebelah gereja yang beratap pohon beringin mereka bertiga duduk sambil
menunggu taksi, pada saat itu pula Bunda bertanya pada Adek Toni yang masih
kelas lima SD lebih muda daripada Maja yang sudah SMA kelas dua belas yang
semuanya kuliah di sekolah katolik yang favorit.
“ Toni sayang bunda tanya, saat berdoa
tadi berdoa apa dek.?”
“Doa...? Doa minta pada tuhan keluarga
Toni sejahtera dan bunda sehat selalu.”
“Hmm pintar Doanya. Terus kakaknya
tidak didoakan. ?”
“Hmm iya dong anaknya siapa dulu. Iya
untuk kakak doanya semoga cepat lulus dan bisa kulia di luar Negri sesuai
cita-citanya kakak dan tidak mengecewakan Bunda.!”
“Iya dek, terimakasih doanya semoga doanya diterima
tuhan,”puji syukur.!”
“Amien-amien kakak.”
“Doanya mulia dek, terus Adik sendiri tidak berdoa untuk
adik sendiri.?”
“Adek Cuma berdoa yang terbaik kepada tuhan yang diberikan
pada Toni, Bunda,!”
“ Amien anak Bunda pintar. !”
“Kan, Bunda yang mengajarkan hehe.”
Dengan senyuman yang indah
Bunda merangkul kedua anaknya seraya tidak terbendung tetesan air mata bahagia
mengalir di pipi yang tidak sengaja terbawa haru oleh anak-anaknya bersyukur
mempunyai anak yang seperti mereka dan merasa bangga dengan keduanya itu,
merasakan kenyamanan dalam menjalani hidup walau hanya bertiga tiada
kebahagiaan yang harus dicari lagi ketika saat mereka bertiga bersama, terasa
surga yang tuhan ciptakan itu bisa merasakan di dunia, tidak harus menunggu
lama, dan waktu lama itu belum tentu merasakan surga tuhan, jika matahari
bersinar karena tuhan yang yang berkehendak, Toni dan Maja yang menyinari
keluarga ini,taksi sudah datang dan bergegas untuk meninggalkan tempat itu,
tiba di rumahnya itu yang sederhana Bunda menyiapkan makan buat mereka yang
tersayang. waktu yang sudah tidak terasa minggu yang lalu UN, Maja yang sudah mendapatkan
surat pengumuman dari pihak sekolahnya bahwa ia dinyatakan lulus dengan
predikat yang terbaik sehingga iya mempunyai kesempatan untuk bisa melanjutkan
sekolah di luar Negeri dengan beasiswa dari sekolahnya, sangat senang Maja pada
saat membuka surat tanda kelulusan yang ada lampirannya berhak berkuliah di
luar Negeri, dengan puji syukur dan memeluk Adeknya tidak menahan kebahagian
yang tiada disangka, ia berlari ke dapur untuk menyampaikan ke Bundanya, ia
langsung memeluk memegang bahu bundanya dan berkata dalam hatinya doa yang Toni
doakan tompo hari itu menjadi nyata.
“Kalau doa Adik Toni didengar oleh tuhan Bun.!”
“Iya Nak, akan tetap ia, dan yang Bukan dipikirkan dan Bunda
cemaskan.!”
“Apa yang Bunda cemaskan, bukan bukannya harus gembira
dengan apa yang Maja dapatkan ini.!”
“Bunda sangat senang dengan apa yang kamu dapatkan itu semua
dan itu mimpimu Nak.!”
“Lantas apa yang Ibu khawatirkan lagi, ?
“Itu semua memang tuhan rencanakan dan
semua yang terjadi tuhan mengetahui apa yang belum kita ketahui.”
“Maksudnya Maja tidak paham Bun.?”
“Kamu akan keluar Negeri kuliah disana,
perasaan Bunda itu bahkan ada cahaya yang bercahaya kelak, di dalam keluarga
kita ini, entah itu cahaya kebenaran apa, kebaikannya Maja, “Bunda hanya berdoa
dan meminta yang terbaik buat Maja dan keluarga ini,”
“Iya Bun dapuji Tuhan.” Jangan doakan
yang buruk untuk Maja, biar hasilnya tidak buruk pula Bun, sebab dorongan doa
bundalah yang bisa mengantarkanku Maja seperti apa yang Bun dan harapkan,
danMaja impikan.!”
“Iya Maja sudah berterimakasih pada
Toni, kan dia juga mendoakanmu.” Dan kapan itu pemberangkatannya.”?
“Iya sudahlah Bunda sudah sekalian Maja
peluk tadi hehe.!” Minggu depan sudah harus siap pemberangkatan dari pihak
sekolah H-2 akan ada dikabarkan Bunda katanya,!”
Waktu berjalan tidak terasa pagi,
siang, sore, dan malam sudah terlewati oleh waktu yang tidak berbentuk yang
tidak terasa hanya keadaan dan perasaan bisa merasakan waktu yang terlewati,
angin berhembusan yang tak ber berbentuk memberikan rasa tenang tidak terasa.
Tiba sudah saatnya ke Gereja lagi dengan hari yang sama,
waktu yang sama, dan suasana yang berbeda, hati yang sama, perasaan yang tidak
sama, bentuk yang berbeda memiliki tujuan yang berbeda dengan cara yang
berbeda.
Mereka bertiga dengan tujuan yang sama
namun tidak suasananya sudah berbeda, wajah seorang Bunda yang mempesona dan
ceria sudah tidak tampak untuk Minggu yang sekarang ini, keindahaan Bunda layu
bagaikan bunga melati mekarnya di siang hari, dengan waktu yang sama yang ceria
banyak tertawa Toni terdiam dari tiga hari sebelumnya mengiringi Bunda yang
memang sudah minggu yang lalu ia terbelenggu dalam batin yang dihantui rasa
cemas dan kekhawatiran yang sangat ditakutkan, wajar saja seorang Ibu akan
mengalami ketidak nyamanan jikalau diantara teman hidupnya akan pergi jauh, dan
harus berapa lama yang akan menunggu Maja yang hingga akhirnya surat dari
sekolahnya telah sampai di rumahnya, sehingga ia sudah mengetahui kapan harus
berangkat. Seorang Ibu semakin terbelenggu dengan tekanan batin yang membuatnya
ia harus terdiam dan tidak bisa berbahasa terlalu banyak pada saat mendengar
isi amplop yang dari sekolah itu. Maja yang senyum berbeda melihat sang Bunda
yang sudah tidak tersenyum seperti biasanya ia harus menghampirinya dan membalas
senyuman kuat pada sang Bundanya dan berkata lagi.
“Bunda jangan senyumnya mana hehe. ?”
lusa harus berangkat Maja bun pasti akan kangen terus disini dengan senyumannya
Bunda.
“Hemm iya Nak,” kamu siap-siap dan
sudah Bunda masukkan semua apa yang dibawa.”
“Iya Bunda.!”
Seseorang sebenarnya tidak kuat harus
jauh dengan orang yang paling disayangi apalagi seorang yang mengantarkan ia ke
bumi, biasa bersama bertiga dan hidup selalu bertiga sejak umur satu tahun
ditinggal seorang ayahnya dan keadaannya itu ada namun hilang dalam
kebenarannya, sehingga harus berjuang untuk bertahan hidup dengan mengharapkan
pemberian dari tuhannya.
Sudah saatnya dan waktu sudah sampai ia harus bergegas untuk
berangkat ke Perancis untuk meneruskan perguruan tinggi disana, dengan mendapatkan
beasiswa.
“Bunda bila ke Gereja doakan Maja ya.!
“Iya kamu jaga diri, dan sering-sering
kabari Bunda ya.!”
“Siap Bunda, Toni jagain Bunda, dan
sering-sering doakan Kakak ya. !
“Iya kakak.!”
Sudah biasa tempat baru memberikan
aroma baru dan suasana baru pula dan harus beradaptasi dengan apa yang ada di
hadapannya, dengan orang-orang yang baru sehingga tercipta teman yang baru dari
berbagai penjuru Dunia, Maja yang pendiam dan membawa sikap yang memang dari
asal Negara-nya itu terdiam dengan murah senyum jika setiap bertemu teman
barunya, Ia mempunyai banyak teman dan iya juga mempunyai teman baik dari luar
kampusnya, dan ia sangat nyaman dengan orang itu walaupun iya berbeda Agama
dengannya, sehingga ia lupa dengan kebiasaan yang pada ia lakukan setiap Minggu
yang biasa ia lakukan bersama Bunda dan Adeknya pada saat di Negara-nya sendiri
Indonesia, yang terletak di Flores kampung halamannya, dengan kebiasaan bersama
dengan teman barunya yang dari Palestina yang sangat akrab Rokok satu menjadi
dua, makanan satu menjadi dua, sudah tidak ada perhitungan saat ia merantau di
Negaranya orang harus besar hati, dan berani berkorban yang terpenting tidak
pernah sering hidup menggantungkan pada Tong sampah yang ada di pinggir jalan
Kota Paris.
Awalnya beradaptasi dengan lingkungan susah namun yang
terpenting dalam waktu yang sudah lumayan lama sudah hampir satu tahun Maja
sudah melewati semester dua dan sudah melangkah semester ketiganya, waktu yang
panjang terasa sebentar karena menjalani dengan rasa senang dengan seorang
sahabatnya, yang selalu menjadi teman di setiap hari-harinya.
Dengan teman yang selalu bersama,
walaupun tidak ada suatu perdebatan walaupun jelas dalam agama ia berdua sangat
berbeda, sudah berjalannya waktu bersama sehingga ia lupa dengan agamanya
sendiri, terhipnotis oleh sikap seorang yang tekun dan istiqomah itu dalam
melakukan ibadah, sehingga hanya senyum dan keindahan yang Maja terlihat dari
seorang islam yang tekun itu, namun perjalanan mereka berdua sangat memberikan
pelajaran yang sangat baik saat di perancis, sahabat bagaikan saudara jika
saling memahami karena saat jauh, bukan keluarga yang bertanya namun hanya
Lutfi yang selalu bertanya tentang keadaanku, teman yang dari palestina yang
selalu memberikan arahan yang baik tentang pahitnya hidup tanpa membedakan
agama dia tulus berteman dengan seorang yang berbeda agama, yang sangat bangga
ia tidak pernah menggantungkan hidup pada orang lain, yang terpenting hidup itu
tidak pernah merepotkan orang lain. Sudah sampai empat tahun selama di perancis
dan kuliah lulus dengan mendapatkan nilai yang bagus, sehingga ia harus kembali
ke Indonesia ke tempat lahirnya di Flores dan membawa gelar S1.
“Lut, saya besok sudah boleh
pulang ke Negaraku. !”
“Iya Maja semoga apa yang didapatkan
disini memberikan manfaat pada dirinya sendiri dan bermanfaat bagi keluarganya,
dan Nusa dan Bangsa Amien.!”
“Iya Lut Amin ya rabb.!” Semoga ridho
Allah bisa bersama dengan saya.
“Iya Amin, jangan lupa selalu doa kan Bendanya dengan agamaku
yang sekarang, jadilah orang yang selalu bercahaya dalam keluarganya, dan
Bunda-mu pernah berkata akan ada cahaya dalam keluarganya, buktikan bahwa
cahaya itu adalah kamu Maja.!”
“Iya Lut.” berkahmu saya seperti ini
bisa mengerti sebuah arti kehidupan yang hakiki, dan mengerti ketenangan hidup
yang lebih jauh indah dari sebelumnya.!”
“Bukan karena aku tapi berkah Hidayah
dari Allah SWT, Maja. Karena tanpa Hidayah kamu tak akan seperti yang sekarang
ini, dan akan menjadi sejarah untukmu dan sejarah semua ini tak akan terulang,
untuk yang membaca sejarah mu. !”
“Iya saya pulang ya, suatu saat
harapanku kamu bisa ke Indonesia, sehingga sejarah akan terulang kembali pada
saat ku ada di Kota Paris ini. !”
“Amien Maja, sampaikan salam ku ke Toni
ya. !” sejarah tak akan terulang lagi. kamu hati-hati ya, aku akan segera
menyusul untuk pulang juga.!
Pada saat sampai ke tempat ke tempat tinggal
lahirnya banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan Adiknya, dan rumah
halaman yang sudah berubah dengan empat tahun yang lalu, sekarang rumah yang
empat tahun yang lalu hidup di rumah itu ada tiga orang sekarang berubah
menjadi empat orang yang ada di rumah itu.
Namun nama yang empat tahun lalu itu
yang sering diucapkan untuk meminta makanan, dan dapur itu tidak sepi saat
senja mentari yang belum terbit, sehingga meja dapur setelah ayam sudah ramai
berkokok sudah ada hidangan makanan di meja makan rumah, sekarang sudah berbeda
tempat makan itu sudah tak bersuara, dengan nama Bunda lagi.
“Toni bagaimana dengan kuliahmu
sekarang, kok sudah ada perempuan di Rumah ini, sejak kapan.?”
“Masih kuliah kak, dan itu istri saya
kak, sudah dua tahun ini menikah dengan Warni itu, maaf tidak pernah
menceritakan pada kakak takut terlalu ribet kalau masih bilang sama kakak, yang
terpenting dia sudah Mualaf kak, dan ku menikah dengan membaca syahadat dan aku
menikah di Masjid KUA kak. !” maaf kak, daripada aku berzina aku putuskan
menikahi Warni itu. Karena dalam islam untuk tidak berbuat dosa itu mudah,
bahkan menikah adalah sebagian dari ibadah dan mendapatkan pahala juga hehe.!”
“Ia kalau begitu syukur, kamu sudah
paham tentang Agama, jaga istrimu dengan baik dan nafkah kan sehingga kamu
menjadi seorang suami yang baik. !”
“Iya kak, Toni sudah punya pedoman dalam
menjalani hidup ini yaitu Alquran dan Hadist sehingga ku ingin menjalani hidup
ini akan perpedoman pada itu kak. !”
“Kak aku percaya bahwa Islam itu
bertuhan Allah SWT, dan Muhammad SAW utusan Allah. Tapi kenapa aku belum yakin
kak dengan Islam yang aku jalani ini, aku dari dulu belajar dan aku sampai aku
berhasil menghafalkan tafsir Al-qur’an namun dalam hati masih belum meyakini
dengan agama islam ini kak. Aku hanya melangkah dan selama ini aku kuliah di
tempat kampus Islam agar aku bisa menambah ilmu pengetahuan sehingga aku bisa
meyakini Islam ini adalah Agama yang benar dan yang mengantarkan ku ke surganya
Allah yang diciptakan untuk orang Islam.!”
“Toni kakak paham apa yang kamu rasakan
orang seperti kita ini memang susah untuk meyakini tentang islam ini, karena
Allah yang kita kita sembah tidak jelas wujudnya. Namun harapan kakak kamu
segera mendapatkan Hidayah dari Allah sehingga kamu bisa menjadi orang yang
islam yang Hakiki, intinya kamu bisa mendapatkan Hidayah sehingga hatimu yang
bimbang dengan Islam ini kamu bisa menjadi tidak ragu dengan Islam yang hakiki
ini, karena islam itu gampang dek, islam itu toleransi, jalani saja sabar dan
ikhlas, sehingga kamu bisa menemukan puncak yang memang kamu membuat bimbang
itu sehingga mendapatkan Ridho Allah SWT.!”
“Iya kak, Amien kak. Kakak pernah ingat
dengan ucapan Bunda yang diucapkan di depan meja ini empat tahun lalu bahwa
akan ada cahaya dalam keluarga ini, mungkin ini yang dimaksud Bunda kak, dan
cahaya itu kakak, dan Gimana dengan Bunda. ?”
“Bukan kakak saja namun adek juga tapi
belum saja kamu mendapatkan Hidayah. Iya doakan saja yang terbaik buat beliau
dek. Kakak ini seperti ini karena tuhan sudah membukakan pintu hidayah padaku
!”
Semua manusia tujuan sama dan merasa
benar, dalam agamanya masing-masing dan mempunyai tujuan hidup yang sama, namun
cara membedakan dan keyakinan itu kadang
manusia tidak merasakan, kebenaran adalah sebuah nilai, dan kebaikan itu sebuah
sifat dan kebenaran adalah iman. Sehingga kita itu hanya mengharapkan tuhan
bersama kita ini dan menjadi satu dalam jiwaku dengan raga menjadi satu, tuhan
akan lebih dekat dengan urat nadi kita, dalam islam semua mengharapkan rahmat
dan Hidayah dari Allah SWT.
Diluar itu yang sangat bertoleransi
dengan semua manusia yang ingin tidak memandang Agama atau suku, ras, dan suatu
organisasi hanya hati yang membenarkan dan tuhan yang maha tahu.