Rabu, 28 Februari 2018

Mahasiswa vs Tawon “Kampus dan Lumbung”



Belajarlah pada seekor tawon dalam mengumpulkan madu,
Bahwa madu yang didapatkan bukan hanya bisa ditemukan dalam lumbungnya
Jika ingin menghasilkan madu, maka keluarlah dari lumbungnya
Berangkatlah lebih pagi, untuk bisa mendapatkan sari-sari bunga yang jernih.

Banyak hal dalam dunia pendidikan, banyak pula kehidupan dalam dunia pendidikan yang dewasa. Kita hari ini dikenalkan yang namanya pendidikan di tingkat paling tinggi, yaitu perguruan tinggi yang sering kita dengar Kampus, apa sih kampus itu sebenarnya dalam benak kita, apakah itu gudang ilmu yang akan mampu mencerdaskan manusia yang ada di dalamnya. Semua itu persepsi berbeda dan memiliki kerancauan dalam mengartikan. Kampus ialah substansi dari perguruan tinggi, maka sebagai mahasiswa dan dosen seharusnya meluruskan apa yang menjadi pertanyaan mahasiswa smart elite pada umunya. Agar tidak terkontaminasi sehingga menjadi kontradisi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa diartikan Kampus/Perguruan Tinggi “Lapangan luas” atau “tegal”. Maka jika diartikan tidak memiliki makna yang konkrit, maka kehidupan di kampus tidak ditentukan oleh kampusnya, manusia yang hidup dan belajar di dalamnya dinamakan mahasiswa, maka kualitas akan ditentukan oleh mahasiswanya, walaupun fasilitas memberikan pengaruh terhadap kualitas, intelektualitasnya, namun kekreatifan mahasiswa yang lahir dari dalam akan memberikan bukti, jika mengerti apa yang nanti menjadikan dirinya berarti. Karena sudah jelas arti dalam segi bahasa sederhana hanya lapangan luas yang tidak memliki arti yang indah dan membuat harapan indah.
Sehingga kita berpikir apa fungsi kita sebagai mana manusia yang ada di dalam kehidupan di lapangan luas (kampus), apa yang harus dibanggakan dari kita bahwa sudah jelas dengan sebuah arti yang tidak memiliki makna yang jelas, kita tidak akan memberikan sebuah langkah visioner yang jelas, jika kita sebagai manuusa hinga akhir nanti, dan kampus adalah sebagai tempat yang luas,berperan serta harus bisa berekspresi dengan merasakan ketidak ada jaminan bahwa dalam perkembangan di kampus. Jika saya sabagai mahasiswa posisi belajar maka proses yang harus dilakukan untuk menemukan sesuatu kenyamanan, dalam melakuakan aktivitas dalam kehiduapan kampus ini?. Untuk berproses kita sering kali menemukan ketidak tenangan dan kadang pula keresahan ketidak pastian dalam masa yang akan datang.
Ada dialog dua mahasiswa berbicara cara merayakan kenyamanan di dalam perguruan tinggi.
Akad “Kamu tidak usah membela orang lain dirimu, masih dibela”
Organ “Tidak apa-apa, saat berjalan dengan banyaknya terbentur, tapi memperhatikan orang lain kebanggaan tersendiri bagiku”
Akan “Bodoh kamu, pola pikir tidak realistis”
Organ “Hanya yang bodoh kadang lebih memperhatikan yang lain, karena kadang yang pintar itu sibuk dengan dirinya sendiri. Realistis kamu bela-belain, bahwa yang nyata sudah jelas, namun yang tidak jelas aku melakukan kebodohan itu karena tidak tahu”.
Akad “Iya-iya paham berangkatlah kamu dengan caramu, Organ”!
Organ “Ayo belajar pada hewan tawon bagaimana mendapatkan madu”.
Hal ini menjadi pertanyaan dan tantangan bagi mahasiswa seperti kita ini, bahwa pada saat seperti ini berkontemplasi kepada seekor tawon yang ada dalam lumbungnya, tawon untuk menghasilkan madu, setiap hari dan pagi mereka keluar dari lumbungnya dan mencari sari-sari dengan keadaan bersih pada saat keluar lumbung untuk mendapatkan madu, pada saat pagi mereka berangkat dengan tekad keluar dari lumbung untuk mendapatkan madu yang bagus dan alami.
Maka mahasiswa pun harus punya pandangan seperti tawon  berangkat bersih untuk mendapatkan madu, jika mahaswa ingin mencari apa yang ingin di dapatkan dengan serius di kampus, maka apa yang akan diharapkan dalam impiannya akan tercapai sesuai apa yang diharapkannya, terpenting bersih dari niat berwal dari berangkatnya sehingga dalam prosesnya fokus pada apa yang diharapkan, mahasiswa akan mendapatkan apa yang diharapkan. Maka kebanggaan mahasiwa terbentuk oleh perkembangnya sehingga proses akan menjanjikannya seorang mahasiwa akan membawa kemana dirinya. Sehingga almamter akan dibanggakan oleh cara-caranya kita sebagai mahasiswa untuk bisa memberikan hal yang terbaik untuk apa yang memaniskan dirinya dan memaniskan lumbung yang ditempatinya.
Samahalnya mahasiwa juga harus bisa mengambil pelajaran dari tawon , bahwa jangan sampai kampus membawa kita, akan tetapi kita membawa kampus. Karena sudah jelas kampus atau perguruan tinggi (halaman luas/tegal). Kata benda yang tidak akan memiliki fungsi ketika kita hanya mendiamkan, tanpa menjalankan maka tak akan ada fungsi yang signifikan pada benda tersebut. Benda hanya ada dalam ruang sedangkan ruang akan memberi fungsi ketika segala hal itu bisa dihuni, serta penghuni,pada saat menghuni apa yang akan dipersembahkan pada benda tersebut tahu, serta apa yang akan dihidangkan terserah apa yang akan kita kerjakan dalam wadah kita lumbung atau kampus. Jika tidak menemukan dalam kelas, maka di luar kelas lebih luas madu yang jernih dan alami.

Rabu, 14 Februari 2018

Esensi Dan Eksistensi “Kartu Kuning Pak Jokowi”

inas.com

Esensi hak manusia hidup, bereksistensi. Manusia akan bisa mengikuti hati jika ia bisa membuka mantra dengan bahasa, berbicara dengan cara yang dirasakan oleh manusia dari rasa, sehingga cara bisa dilakukan dengan tindakan serta bisa menuliskan dalam sebuah karya dan menjadikan cara yang dituliskan, untuk bisa dilakukan oleh masa generasi yang akan membaca karya. Untuk bisa menyelesaikan apa yang menjadi keresahan manusia, namun hanya bisa memberikan sebuah pedoman dalam cara, tapi hanya manusia bisa menentukan.
Banyak yang ingin dilakukan oleh manusia dengan membebaskan dirinya dari cara manusia untuk bisa seperti manusia berharga. Dari tindakan yang dilakukan oleh manusia yang mengerti tentang kebebasan, sehingga tindakan kritik sebagai bentuk manusia menunjukkan bahwa ada hal harus dilakukan, cara itu (kritik). Sebagai bentuk kebebasan manusia yang dibawa sejak dilahirkan. Serta akan sadar dengan kebebesan manusia yang telah Allah Swt berikan, rasa itu, bisa diimplementasikan dari norma, sesuai dengan fenomena sehingga eksistensi yang lakukan melihat keadaan bahwa dirinya bisa menjadi sosok utama.
Pada saat keberadaban alam, dan keadaan bisa difungsikan untuk bisa menjadikan dirinya sebagai manusia yang berharga, untuk keberadaan manusia, hal ini bisa kita cermati yang dilakukan oleh Zadit, Presma Universitas Indonesia (UI), pada saat mengangkat kartu kuning kepada Bapak Presiden Jokowi Widodo pada saat menjadi tamu undangan sebagai tamu dan memberikan sambutan pada acara yang dilaksanakan di UI, sebagai tamu kebanggaan.
            Dalam satu sisi manusia memiliki hak serta kewajiban untuk saling mengingatkan. Namun cara dan etika dalam mengingatkan perlu perhitungan panjang untuk bisa menghindarkan menjatuhkan dan mempermalukan di depan umum(menjaga perasaan manusia). Manusia bisa mengkritik serta memberikan solusi ketika kita berbicara tentang apa yang harus dibenahi, namun kadang manusia akal nalurinya untuk bisa saling memanusiakan manusia untuk bisa saling menjaga dirinya dari apa yang harus dijaga, untuk bisa menjaga perasaannya orang lain. Filsuf Yunani pernah menuliskan, manusia yang bijaksana adalah manusia yang memahami budaya orang lain. Jika manusia paham bahwa ada etika dalam diri manusia mengingatkan bukan untuk menjatuhkan akan tetapi dengan halus untuk mengingatkan.
        Ada pribahasa dalam Bahasa Indonesia yang memberikan cara etika bermoral, berbunyi “ketika ada manusia sedikit membaca maka manusia akan banyak memberikan keritikan, ketika manusia banyak membaca akan sedikit mengkrtik, tapi akan senantiasa memberikan masukan dan solusi”. Karena memberi bisa diterima bisa tidak, apalagi memberikan di tempat umum, dengan rasa kasian pada yang diberi, maka harus kita perhitungkan siapa yang akan diberikan, apakah itu akan layak untuk dikasihiani, jika layak maka berikan pada saat di tempat umum, namun dengan pantas, namun jika tidak pantas diberikan pada saat keramaian seharus diberikan pada saat yang pantas dan pas.
         Namun kadang manusia bisa membenarkan sesuatu hal dengan caranya yang dianggap itu benar sesuai dengan niatnya. Terfatal manusia melakukan sesuatu dengan cara yang salah ketika menempatkan kebenaran dari niat, untuk bisa dijadikan sebuah kebenaran, yang terlahir dari niat baik. Sesuatu yang baik akan memberikan dampak baik ketika diniatkan baik dan dilakukan dengan cara baik pula, tanpa ada unsur-unsur untuk menjadikan dirinya seperti apa. Karena eksistensi manusia baik ketika esensi manusia memiliki niat baik, jiwa yang sehat akan menjadikan raga yang kuat. Jika dari dalam dibuat dengan memperkuat sebuah cara, maka di luar akan mengikuti apa yang dari dalam. Refleksi kita jika ingat pada perang Geriliya Jendral Soedirman hanya mempercayai bahwa dan pada saatnya mengatakan pada ibunya, pamit berangkat perang dengan bahasa yang diucapkan bahwa “niat baik, pasti baik, niat selamat pasti selamat”. Karena semuanya terlahir dari jiwa yang baik, perang geriliya pun memberikan hasil positif, dengan kemenangan sesuai harapan bangsa.

Sabtu, 10 Februari 2018

Karya Dua Buku Pada Tahun 2017

experia foto


Sebuah karya yang dapat saya tuliskan, bukan terlahir dari sebuah kecerdasaan dan sudah bisa memperdaya sebuah keahlian yang ada dalam diri. Karya terlahir dari sebuah proses yang bisa menjadikan sebuah karya, terlahir dari keadaan dan sebuah keinginan untuk bisa menciptlan sebuah karya yang mampu memberikan sebuah cara baru pada pembaca. 

Jika sebuah karya bisa dibaca dari satu orang maka kekayaanku dalam keberhasilan dalam menjadikan sebuah pola pikir manusia sangat signifikan. Ketika ada pembaca mampu mengambil inti dari cara manusia hidup untuk dari sebuah karya maka tercipta cara dari sebuah manusia perantara dari sebuah karya yang dibaca. 

Apapun yang tercipta dalam sebuah karya terlahir dari sebuah fenomena alam, yang membawa semua keadaan terlahir dari satu sumber, Allah SWT. Yang menjadikan kita manusia berpikir secara menual dari yang logis menjadi realistis. Yang magis menjadi logis, semua akan ada pada manusia yang sennatiasa bisa menjadikan dirinya manusia yang tidak bisa apa'-apa dari apa yang ada dalam setiap perjalanan serta perjuangan hidup. 

Bisa saja setiap kejadian akan membantu kita untuk bisa membawa segala hal dari sebuah perjalanan, adapun juga sebuah keadaan membawa dirinya pada sebuah kejadian hidup, untuk bisa membawa dirinya pada sebuah cara yang dirindukan diimpikan oleh manusia banyak, bukan sekedar menjadi manusia yang hanya bisa dirinya dinikmati oleh raganya. 

Jiwa akan membawa raga manusia untuk bisa terbentuk. Ketika manusia itu mampu membaca, namun membaca tidak akan membentuk jiwanya untuk bisa membawa dirinya, ketika manusia tidak mampu menjalani dengan keikhlasan untuk bisa melakukan segala hal dengan rasa cinta terhadap apa yang dirindukan oleh jiwanya. 

Jiwa akan merindukan ketenangan, kenyamanan, serta kemerdekaan dalam melakukan, bukan sekedar mengikuti keadaan yang hanya nyaman dengan sebuah sinar mentari di pagi hari, serta tidak akan menyadari bahwa akan ada petang yang menunggu pada malam hari, untuk bisa menikamti tajamnya malam menympan anugerah besar pada saat gelap gulita datang, bukan sekedar menjadi manusia yang hanya mampu menerima apa adanya, karena kita manusia. 

Manusia bukan hanya diberikan sebuah kemampuan berbahasa, serta kekuatan, namun manusia diberikan sebuah anugerah berpikir yang sangat luas dan bebas dalam mengajak jiwa dan raganya untuk bisa menjadi manusia memberikan sebuah keindahan pada dunia dan isinya sekarang. 

Sekarang adalah waktu yang hanya mampu ditempuh di dunia sangat singkat. Akan ada dalam kehidupan setelah sekarang menjadi masa lalu, ketika sudah tidak bisa berpikir bahwa hari ini lebih berharga dari hari esok, dan esok lebih berarti dari hari ini, dengan melahirkan sebuah tindakan yang akan diciptkan manusia untuk bisa bahwa akan ada yang lebih abadi dari sebuah karya yang memberikan fungsi pada diri ini, serta pada genenrasi dan pada negeri ini. 

Impian terbesar bisa menjadikan semua yang saya persembahkan ini memberikan fungsi dan kerangka berpikir manusia untuk bisa membawa dirinya pada kehidupan seharusnya dirinya menikamati dan menjalani apa yang ada di dunia dengan sebuah pemikiran di masa yang akan datang dan memformulasikan segala keadaan, untuk bisa membawakan dirinya pada sebuah cara baru yang membantu mengaktualisasikan cara berharga untuk kehidupan hari ini dan yang kekal nanti. Manusia tidak akan bisa melihat namun manusia akan bisa merasakan, karya tidak akan berharga jika tidak mampu memberikan sebuah inspirasi untuk bisa membawa manusia pada keindahan hidup, serta memahami bagaimana merayakan hidup dalam dunia yang fana.

Selamat Membaca sebuah karya dari anak bangsa, yang bercita-cita bisa memberikan sesuatu yang berharga bagi para pembaca dari sebuah karya yang saya persembahkan. Untuk para generasi kita memiliki bentuk bilogis sama dengan satu raga namun kita berbeda rasa, namun cita-cita manjadi manusia berharga dan membahagiakan sebuah tujuan yang sama. Memahami, Menjalani, Mengakhiri dengan sebuah rasa cinta pada sebuah cara keindahan akan dinikmati sepanjang masa oleh manusia.