Manusia akan terus berkembang, dengan
dukungan modernisasi hari ini kita nikmati. Perkembangan industri ke-4.0,
mambuat kehidupan manusia lebih instan dalam melakukan aktifitas, serta
kecepatan manusia serasa kalah dengan mesin. Ketidak sadaran manusia akan acaman
terbesar itu, kekawatiran manusia dalam dunia kerja pada masa akan datang
menjadi pilihan kedua setelah mesin. Ancaman terbesar selain itu yaitu
ediologi, serta agama persaingan apakah yang akan menjadi ancaman dalam
modernisasi Islam?.
Sangat
besar pengaruh adanya internet serta kecanggihan modernisasi yang lain. Maka untuk
mengubah cara pandang manusia serta cara manusia bisa menguasai segala hal yang
berkaitan dengan kehidupan. Apapun yang terjadi hari ini sebagai bukti
kekreatifan manusia hidup di era sekrang. Entah akan datang dunia dan kehidupan
seperti apa akan datang namun tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan zaman
akan terus berjalan, kehidupan manusia pun akan terus berkembang, sehingga
manusia akan bisa menghasilkan sesuai apa yang diharapkan.
Namun
yang harus menjadi pembahasan kali ini hal, penting dalam kehidupan, terasa
perlu pembahasan yang lebih luas yaitu agama. Sebab agama sebagai kontrol
manusia hidup, ketika agama kuat maka kehidupan dunia akan menjadi orang hebat,
begitupun sebaliknya. Dalam tanda kutip, orang yang beragama seperti apa dan
bagaimana menyikapi kehidupan itu. Menteri Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, “Peran
agama perlu ditingkatkan karena setiap agama memiliki nilai-nilai leluhur,
seperti kebajikan, keutamaan, kesempurnaan, dan kedamaian. Dengan semua
nilai-nilai leluhur itu, agama akan mendorong, menciptakan karakter bangsa
Indonesia yang beragama, dengan kehidupan lebih damai dan harmonis”. Disampaikan
pada saat sambutan perayaan Trisuci Waisak 2562/2018 di Candi Borobudur,
kabupaten Magelang Jawa Tengah, selasa (Kompas 29/5/2018).
Modernisasi
di Indonesia, agama khususnya agama Islam menjadi taming bagi manusia kreatif
dalam hidupnya. Banyak oknum yang mengetasnamakan segala hal dengan mengahalkan
cara dengan agama, ada yang berlabel agama tersebut untuk bisa melancarkan
tujuannya, adapun yang mengatasnamakan agama dengan merugikan kehidupan orang
banyak. Jalan suci dari orang-orang seperti itu tidak perlu diikutkan, karena
bukan lagi mereka hidup dengan agama yang membawa hidup, namun membawa agama
dalam hidup.
Masyrakat resah akan segala yang terjadi
hari ini dan akhir-akhir ini khususnya agama Islam. Bahwa bagaimana jadinya
jika suatu hari bukan agama Islam saja yang diatas namakan untuk mencapai
sebuah tujuan ataupun kepentingan, negara Indonesia akan menjadi apa ketika hal
itu terjadi. Prof. Azyurmadi Azra mengatakan, “Padahal konflik negara kita akan
dirasakan oleh negara lain ketika ada hal yang menghebohkan negara kita”,
disamapaikan pada saat Internasional Confreence di Diesnatalis Unisma.
Ketika mengingat apa yang sering disamapaikan
oleh Presiden RI. Joko Widodo dalam setiap sambutan salalu menghimbau bagaimana
kehidupan sekarang ini media sosial menjadi media praktik sebagai alat
propaganda untuk memecahkan negara kita. Sehingga pada akhirnya NKRI akan
menjadi terancam perpecahan belah.
Tugas
apakah yang harus dilakukan oleh kaum intelektual (manusia yang berpendidikan),
mangenai segala modernisasi yang mengancam agama Islam. Secara bersama mungkin
saja mahasiswa, dosen serta kaum intelektual lainnya, bisa menjadi kontrol bagi
manusia awam yang ada di masyarakat, sebgaimana masyrakat kecil yang hanya
memikirkan akibat yang terjadi hari ini, tanpa memikirkan sebab, hal itu bisa
dilakukan dengan mengubah cara pandangan masyrakat atas fenomena hari ini.
Cara
yang harus dilakukan, ummat muslin serta kaum intelektual. Tidak hanya menjadi
manusia yang hanya bisa menerima apa adanya, sedangkan kebaikan dan sabar pun
manusia tidak cukup. Ketika kita dihadapkan oleh sebuah fenomena hari ini,
akhir-akhir ini aksi teror bahkan ancaman bom, menjadi kegelisahan seluruh
rakyat Indonesia. Bagi manusia yang sadar akan itu semua akan merasa miris dan
ingin menangis, dengan sebuah doktrinisasi sangat hebat, dengan iming-iming
surga pada keluarga bom bunuh diri Gereja Surabaya (11/05). Tindakan tersebut
melampaui batas manusia sadar apa yang dilakukan oleh orang yang mengaku agama
Islam, akan tetapi sikap dari esensi manusia tersbut tidak mencerminkan dari
syariat-syariat yang ada di Islam.
Untuk menjadi penyeimbang serta sebagai
manusia yang memiliki peran, kaum intelektual serta semua elmen yang hidup di
Indonesa, kita semua harus memberikan nilai-nilai edukasi kepada masyarakat
terpencil, serta yang ada di daerah kota. Dengan memberikan pemahaman dengan
bersosialisasi, serta memperbanyak tulisan-tulisan yang bisa membuka cara
pandang masyrakat Indonesia. Dengan tujuan bersama akan pentingnya beragama
yang toleransi. Dengan media sosial sebagai sarana serta setiap elemen agama
khususnya agama Islam yang tidak apatis akan kebaruan dunia digital.
Karena penyebaran paham-paham radikal dikuasai
oleh orang-orang yang lihai menguasai modernisasi dunia digital. Salah satunya
sosial media youtube, instagram, serta lainnya. Seharusnya ulama Islam yang
sangat menjunjung tinggi perdamaian mampu mengimbangi pula dengan
pemahaman-pemahaman Islam Nusantara. Hal itu bisa dimanfaatkan, dengan tujuan
mencerdaskan masyarakat akan paham hakikat Islam rahmatan lil alamin, sehingga pemahan Islam yang tidak radikal masyrakat di
kampung-kampung tidak dangkal.