Senin, 31 Oktober 2016
Minggu, 30 Oktober 2016
Puisi Dalang Aku Ingin Kau Bersamaku
Dalang Aku Ingin Kau Bersamaku
aku melangkah karena dalangapakah aku hanya diperbudak olehnya. ?aku sadar kalau aku orang kecil hanya bisa mengeluhdalang apakah aku hanya orang yang harus manut kepadamu.ohh.. tidak aku ini bukan pemain yang hanya manut kepadamu dalangaku ini harus bertindak walaupun tanpamunamun aku tidak percaya kalau aku melakukan sesuatu tanpamu.aku pernah ingat dengan ucapanmu dalang, kalau kamu sewaktu-waktu akan aku letakkan aku juga ingat kalau aku lupa dengan dalang maka dalang akan tidak menggerakkan aku.dalang aku tanpamu tak akan bisa, bisaku akan mengikuti apa yang engkau gerakkan.sekarang aku pasrah dengan kau dalang, tapi aku akan ikhtiar juga.
Kamis, 27 Oktober 2016
Sendiri untuk Diriku, Mendapatkan Untuk Aku
Senja indah bersama dengan mimpi
saat terbangun mempiku bangkit saat bangkit aku melangkah saat aku melangkah ku rasakan kejenuhan saat hari sudah siang ku merasakan proses saat aku menjalani aku menikmatinya keras dan lembutnya jalan hingga sampailah kesenja sore hari maka aku menemukan keindahan saat perjalanan panjangku dalam keseharian ini sungguh ku nikmati keindahan tuhan ini tanpa aku menghilangkan-MU sehari ku rasakan keindahan yang telah telat ku jemput ku nanti tiada hari yang tidak indah ketika menanti dengan ikhlas dan bersama dengan yang pembentuk senja.
AKU
aku perjuang karena mimpi dalam kehidupan yang nyata
aku bermimpi karena aku seperti makluk tuhan
aku sedih karena banyak hal aku ridukan
aku tersenyum karena aku menikmati sebuuah perjalanan
aku mengeluh karena aku punya Tuhan
aku punya rasa karena aku punya nafsu.
aku berdiri karena setiap perjuangan butuh pendirian sehingga kekuatan akan mengikuti mimpi yang nyata, terpenting langkah-langkah tetap bersama sang Ilahi
#apa kata aku unutuk aku
Kearifan
Lokal Melawan Lupa Yang Nyata
Kerinduan masa-masa yang
mengingatkan pada lamunan saya saat sendiri sunyi dalam gelapnya malam, masa
yang terlewati sangat saya rindukan terasa hilang semua dibenak akal pikiran
dibawah kesadaran teringat saat sunyi menghampiri merenungi masa yang terlewati
hanya dengan seperti itu saya dapat menikmati apa yang terlupakan sangat
berkesan dalam hidup yang tak pernah terhapus dengan lengkangnya waktu panjang.
Jalan
hidup yang pernah saya lalui jejak langkah tidak akan terhapus tak mungkin yang
telah terjadi membohongi, untuk menjadikan renungan yang nyata pada saat saya
merindukan, masa sekarang membuktikan kalau sesuatu yang terlewati paling
berharga karena sesuatu yang indah akan terasa jika sudah tiada. Sekarang saya
putuskan untuk mengukir sejarah baru karena setiap perjalanan tidak akan
melewati sejarah yang telah terjadi, saya ingat dan ingin belajar dari kearifan
lokal untuk masa yang akan datang yang lebih panjang dengan menciptakan sesuatu
yang lebih indah untuk saya sendiri dan bagi nusa dan bangsa. Teringat dengan
apa yang pernah dipesankan oleh Cak Nun, waktu serasehan di Polinema Negeri Malang,
hidup ini sangat luas dan demensi-dimensi
persoalanya tak terhingga, untk itu diperlukan bukan sekedar wawasan yang luas
dan pengetahuan yang terus dicari melainkan juga kearifan dan sikap leluhur yang
konsisten dari hari kehari.
Bahwa
jangan sekali-kali kepada anak muda terutama sebagai penerus bangsa untuk
melupakan ke arifan lokal kita karena sudah menjadi bukti dan mendarah daging
kepada diri kita, bahwa yang sudah terjadi itu cerminan sudah membuktikan yang
nyata tidak pernah berbohong. Saya mengingat apa yang menjadi pesan karena
setiap kata yang menjadi nasehat saya selalu mencoba renungi dari hari-kehari
bahwa apa yang sampaikan oleh Cak Nun itu hal yang baik untuk saya sendiri dan
kebaikan bangsa ini. Setelah itu saya putuskan bertanya kepada orang yang lebih
tua yaitu orang tua saya sendiri.
“
Pak, kearifan lokal yang seperti apa yang harus dipertahankan. ?
“
Kearifan lokal itu pemahaman yang telah terjadi dimasa lampau terjadi, dan
sampai sekarang itu harus masih harus dipertahankan. !
“
Seperti apa pak kearifan itu, “ Apa salah satunya kebudayaan adat masuk. ?
“
Iya itu masuk. “ Namun itu masih dalam ranah umum belum bisa kita tangisi, Bapak
tangisi itu budaya perimbon.
“
Perimbon pak. ?”
Kebudayaan
adat istiadat itu masih umum, membudaya tentang peringatan tahun baru ini,
setiap tahun kita dapat menontonnya apalagi di Malang ini satu tahun sudah dua
kali sehingga membuat jalan macet. Kearifan bukan hanya seperti itu saja, cinta
terhadap budaya, primbon jawa tidak akan merubah pendirian Agama kita, dalam
agama tidak ada penjelasan tentang primbon jawa, namun nenek moyang melakukan
hal itu untuk pedoman lalu mengamalkan, namun itu semua pedoman nenek moyang
kita yang nyata dari itu kearifan lokal yang terbukti jangan pernah ditenggelam
oleh sisanya waktu ini.
***
Saya
merasakan apa yang telah terjadi dengan apa yang diucapkan oleh Cak Nun dan
Orang tua saya sendiri, keadaan akan terlupakan akan tenggelam oleh
perkembangan zaman akan merasakan tanpa arah untuk melangkah untuk lebih maju
ketika kearifan lokal terlupakan dan tidak di amalkan. Sesuatu akan terbukti
jika itu sudah mengalami sendiri, bicara orang akan menjadi bicara yang tak
nyata, jika itu hanya indah di dengar saja. setelah apa yang saya dapatkan itu
ialah pengetahuan yang dapat saya dengar dari orang-orang hebat menurutku,
hari-hari demi hari renungan sering saya lakukan, karena dengan merenung saya
mendapatkan jawaban yang menjadi pertanyaan dalam hati, walaupun itu tidak puas
dengan hasil yang pasti ketika pikiran sejenak dengan menggukan naluri.
Sarasehan Cak Nun sudah beberapa bulan ini berlalu kini saatnya lagi bertemu
dengan beliau hati senang, walaupun beliaunya tidak senang dengan keberadaanku,
senang bisa mengikuti dan mendengarkan setiap kata yang terangkai indah beliau
utarakan keapada kita yang ada terutama kepada saya sendiri meninspirasi,
keinginan banyak berbicara kepadanya namun rasa malu mengalahkan semua
keinginanku, karena saya memang orang kurang percayaan diri untuk bersuara.
Lagi-lagi yang belum tuntas menjadi pembahasaan kearifan lokal yang belum
tertuntaskan beberapa bulan lalu, saya berbaharap apa yang ada dipikiran ini
beliau tanpa menyuruh audien bertanya
akan menjelaskan apa yang menjanggal dipikiran saya apa kearifan lokal yang
bapak sampaikan persis dengan apa yang dijelaskan nanti oleh Cak Nun, beberapa
menit saya sudah menunggu beliau datang keruangan kantin yang sederhana menjadi
tempat beliau bersinggah di Polinema Negeri Malang, walaupun beliau sering di
malang saya tidak pernah punya kesempatan mengundang beliau ke kampus saya
Universitas Islam Malang. Semoga seuatu saat keinginan ini tercapai amien.
Pembicaraan sudah dimulai panjang lebar oleh beliau belum ada titik jawaban
yang menjadi harapan saya, ternyata selang beberapa menit kemudian ketika sudah
satu jam lebih tiga menit beliau mengingat tentang pembahasan yang bulan lalu
sehingga kearifan lokal yang harus dipertahankan bukan hanya budaya yang
bertajub hiburan pulau jawa banyak mempunyai ke arifan lokal lainnya yang lebih
penting yaitu yang membetuk karakter anak muda semua bangsa ini tidak mengalami
kebingungan, dalam melangkah ke dapan kearifan itu perimbon jawa jangan sampai
dilupakan, melainkan harus mengamalakan. Serentak beliau menanyakan apakah
kalian tahu perimbon jawa itu. ?
”
Tidak cak” serentak secara bersama menjawabnya
“
Waduh yang jawa tidak kenal dengan kearifan lokalnya” payah kalian Nak,
menangis Nenek moyangmu sekarang ketika kalian menjawab “TIDAK”. Payah-payah ini.
Senyum
dan malu saat dikatakan namun saya tidak begitu malu karena saya bukan orang
jawa hehe dalam hati berkata. Setelah ada pertanyaan siapa yang mengetahui
hitung naptunya hari dan naptu pasaran lima, saya syukur masih dapat menjawab
apa yang beliau katakan walaupun semuanya itu seperti katak kesiram air, tidak
ada yang paham apa yang di katakan Cak Nun, mungkin baginya asing apa yang
beliau tanyakan.
***
Setelah
saya menjawab bahwa hari dan pasaran itu bisa juga di sebut Perhitungan Weton,
kalau Senin Kliwon, Selasa Manis, Rabu Pahing, Kamis Pon, Jum’at Wage dan
seterunya kembali ke perhitungan awal setiap weton itu kita hitung lagi
naptunya hari Senin naptunya 4, selasa 3, rabu 7, kamis 8, jum’at 6, sabtu 9,
minggu 5, dan sedangkan pasaran Jawa, Manis 5, pahing 9, pon 7, wage 4, kliwon 8, setelah saya
menyebutnya dengan ragu-ragu tapi kata beliau benar setelah itu beliau menyuruh
saya mengamalkan, kamu Mahasiswa yang penuh perhitungan kalau di amalkan kamu
tidak akan kebingungan dalam menjalankan hidup, saya masih bingung jawaban
beliau dan teruslah saya penasaran karena yang penasaran membuatku lebih paham
jika saya menemukan penasaran tersebut.
Setelah
beberapa waktu saya ada tugas dari kampus kebelulan perbitan majalah sudah
mendekati waktu singkat, terutama saya dibutuhkan oleh UKM kampus untuk
mengambil data dari desa ke desa yang ada di pelosok desa untuk mengambil foto
dan cerita jawa yang sudah tenggelam dalam persimpangan arus. Beberapa budaya
yang terlupakan dari itu karena saya lebih memilih sejarah dan juga bagian dari
penikmat sejati sejarah, teman-teman percaya pada saya kalau saya bisa mengisi
majalah yang akan di terbitkan bulan depan yang bertema Di Persimpangan Arus.
Agar dapat memberikan inspirasi yang
kuat kepada semua pembaca sehingga budaya kearifan lokal bukan hanya bahasa dan
tradisi saja yang masih kita kenang, masih banyak pula budaya lokal seperti
perimbon yang masih dibutuhkan di zaman modern ini, sehingga tidak seakan-akan
Tuhan mati di zaman modern, sehingga kearifan lokal yang pada dasarnya semua
dari tuhan, sehingga manusia mampu mengplikasikan dalam kehidupannya, sehingga
memberikan maanfaat pada pembaca majalah yang nantinya terbit.
Pagi
ini saya bergegas berangkat ke desa Alasrajah, Bangkalan yang terletak di
pelosok dan desa ini penuh menyimpan mistik yang kuat, dalam hal yang Negativ membahayakan mulai dari hipnotis dsb, namun selalu ingat dengan
pesan Cak Nun selain berdoa menita kepada Tuhan, perhitungan yang kamu pahami
kamu itu gunakan manfaatkan (Perimbon Nak) hitung pembrangkatan pertamamu
dengan cara menghitung dan berankatlah sebelum hari pas kelahiran, keluarlah
dari rumah kalian semua sebelum mentari terbit, sehingga hindari dua hari dari
kelahirannya kalian, ketika berhadapan dengan orang diantaranya harus ada
menghadapi bicara empat mata, jika kamu lahir hari sabtu pahing, kamu tempati harus
dari arah utara menghadap ke arah barat, maka apapun urusan kamu diluar dengan
apapun akan berjalan dengan lancar, tak gentar dengan apa yang terjadi nanti
yang penting saya dapatkan data untuk Majalah.
Yakin saja setiap jalan yang penuh
perhitungan tidak akan tuhan membiarkan. setelah perjalanan
sudah panjang jauh dari kota waktu adzan Dzuhur berkumandang, saya belum
menemukan Masjid atau tempat shalat lainya. Saya dengan kamera tas yang di
ransel yang saya kalung kamera untuk pengambilan gambar, setiap berbicara
dengan orang lain saya berbalik posisi ke arah barat untuk berhadapan dengan
orang tersebut, karena memang orang desa sini menyimpan banyak mistik, teringat
dengan orang yang berpesan desa sebelah hati-hati setiap berhadapan dengan
orang mengajak bicara ketika menatap mata lawan bicaranya akan hilang ingatkan
(hipnotis) otomatis barang berharga
yang dibawa harus saya jaga dengan teman-teman, namun saya percaya kepada Allah
SWT, dan perimbon yang tuhan berikan kepada manusia agar mempelajari dan
diamalkan hingga perjalanan ini penuh perhitungan, saya anggap rintangan
pertama sudah saya anggap lewati. Perjalanan sudah larut malam dan berada di
hutan desa Alasrajah yang terletak di pulau Madura Bangkalan mendengar nama
desa saja sudah mengerikan, waktu sudah mengalir desir angin menusuk kulit yang
berlapis kain tak setebal kulit kijang menghangatkan, saatnya beristirahat
untuk menunggu senja di ufuk timur teman-teman sudah merasakan lelahnya
perjalanan perbedaan cuaca dingin ke cuaca yang lebih panas dari Malang-Madura,
adapun teman diatara kami mengalami meriang yang mengakibatkan kurang sehat
setelah sampai di tengah alas hutan
Alasrajah saya dan yang lain mencoba memberikan obat agar cepat sembuh.
Mengambil
data untuk memberikan fakta dalam memberikan berita pada pembaca sebuah
tanggung jawab seorang jurnalis tanggung jawab dalam berita yang nyata dalam
kehidupan dan lingkungan yang dekat dengan kita, teringat dengan kepercayaan
saya Agama Islam dalam konteks seorang
jurnalis menginformasikan suatu kebenaran dan membela serta menegakkan
kebenaran itu. (Al-Qur’an dan As-sunnah). Mengingat kata yang ada di dalam
pedoman kita saya memberanikan terjun di bidang menjadi seorang jurnalis (pemberi berita kebenaran, dan hak setiap
manusia mempunyai hak mengetahui kepentingan publik) karena kebenaran yang
nyata harus dipertahankan untuk umat yang harus mengetahui. Senja sudah
menghiasi gelapnya malam jarum jam menunjukkan pukul 3:56 WIB, sudah memasuki
Shubuh teman-teman yang lain pada pergi ke kali dekat hutan dan teman mahasiswa
yang sudah pernah mengetahui tempat ini sebelumnya mengarahkan mereka, saya
sebagai penanggung jawab mendapatkan tugas harus menjaga mereka semaleman rela
mata tidak memejamkan mata, ayam sudah berkokok bersamaan dengan terbitnya
matahari yang indah dari arah timur, jarang-jarang dapat menyambut pagi yang
indah, baru kali ini tidak telat menyambut keindahan di pagi hari. Setalah
pukul 7:15 WIB, warga sekitar sini banyak sudah beraktivitas mulai dari
membajak, menam padi, serta suasana yang sangat asing di mata saya dan teman
yang lain, ibarat sekarang saya hidup di zaman 80an, sapi yang masih akrab
dengan sipengembalanya membajak masih menggunakan sapi, Saya berkata pada teman
saya.
“Lutfie
di malang pernah menemukan orang membajak tah. ?”
“Nemu
sihh tapi gak pake sapi. “ di sana sudah modern, pake mesin kale hehe.
“Sama
lut, di kampung aku itu bajak dan yang nanam padi sudah mesin yang kerja, ini
kampunya siapa Maja. ?” hehe
“Lut
dan Mai, kalian itu jangan keras-keras kalau bicara, kedengaran para petani itu
bisa di bacok kamu hehe, kita orang baru di sini. Ini kampungnya samsul hehe”
Kami
berempat sedikit bergurau tentang perkembangan teknologi yang sangat masih jauh
dengan di Malang, namun kerukunan dalam berkerja sama mereka tanpak jelas untuk
di contoh kepada kita, setelah tertawa kita bersama-sama sudah kita tiba ke
tujuan kita Bapak Maulana yang banyak dengan pengetahuan jawanya (Primbon jawa)
objek penelitian untuk membuktikan semua itu bahwa kearifan lokal sangat relevan jikalau kita gunakan dalam
kehidupan yang sudah modern ini. Setelah sampai disinilah saya dan teman-teman
yang lain mengajak berbicara dengan Bapak Maulana yang sudah berumur 67
tahunan, menanyakan dan kearifan lokal yang harus kita unjung tinggi di negeri
ini. Teringat dengan Cak Nun yang beliau katakan, kearifan lokal yang
benar-benar kita perlukan dalam hidup kita untuk membangun bangsa kita ini agar
kekuatan negara tidak hanya memiliki SDA yang diandalkan yang menurut kita SDA
sangat masih jauh dari negara-negara lain, dengan kearifan lokal ini kita
punyai kekuatan, negara lain yakin tidak mempunyai kearifan lokal Weton Perimbon
peluang besar dengan ini yakin membangun negara dengan penuh perhitungan akan
menciptakan hasil akhir yang baik pula. Pak Maulana berkata,
“Perembun (perimbon) ini ada buku (kitab
kuno wali sembilan) bapak pesan kalian semua amalkan ini. kalian penerus bangsa
kalau tidak mempunyai dasar hidup yang kuat kalian belajar pada sejarah yang sudah terjadi karena sejarah yang tidak
pernah bohong nak.!” “Wejangan Weton ini kalau bukan kalian siapa yang akan
mengamalkan karena kalian semua orang jawa semua nenek moyangmu percaya dengan
Weton ini dan kepada Alloh SWT.!”
“Enggeh
pak, serentak menjawab bersama. !”
“Kalian
akan dapat membuktikan kearifan lokal ini Perimbon Weton ini mulai dari zaman
Wali Songo sudah menggukan perimbon ini.!”
Data
sudah saya dapatkan untuk majalah yang akan siap kami terbitkan, kamipun
berepat begegas kembali ke malang dengan rasa senang banyak hal baru yang di
dapatkan, bukan hanya data kita dapatkan, tapi mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman hidup yang akan sulit saya lupakan. mereka membangun Indonesia
dengan besar dengan penuh perhitungan Perimbon karena jikalau tidak menggukan
hidup ini serasa mengalami kebingungan, namun perimbon ini sebuah keyakinan
namun saya yakin karena sejarah telah membuktikan.
***
Catatan:
·
Perembun dalam bahasa madura, namun pada
dasarnya perimbon hanya orang jawa
yang memilikinya, satu-satunya kearifan lokal yang dimiliki indonesia terutama
di jawa, dan perimbon inilah yang sekarang kebanyakan orang jawa tidak
mengetahui apa kearifan lokal yang harus dibudayakan.
·
Weton penghitungan dalam bahasa indonesia setiap hari mempunyai naptu, dan setiap pasaran
lima punya neptu. Kearifan lokal ini yang banyak orang memiliki.
·
Tulisan ini saya terinspirasi dari
kearifan lokal satu-satunya yang hampir terlupakan, saya masih bersyukur
mempunyai orang tua yang selalu memperhitungkan saya setiap langkah saya untuk
selalu berusaha tidak melupakan kerafian lokal primbon, dengan ini langkah saya
selalu penuh dengan perhitungan dengan seperti ini Alloh selalu memberikan
cahaya setiap langkahku.
Biografi Penulis
1. Nama :
Akhmad
2. Nama
Pena : AH
3. Status : Mahasiswa Semester III jurusan
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Islam Malang
4. Organisasi
kampus Internal : LPM-Fenomena
5. Moto : jagalah
apa yang harus dijaga, maka jangan pernah takut untuk tidak terjaga.
6. Alamat:
JL. MT. Haryono gang VIII-C No Kost (Rumah) 994 masuk gang depan RSI-Unisma.
7. Email,
Fb, blogspot : akhmadmus16@gmail.com
/ Akhmad.mustaqim77@yahoo.com
/blogspotperantautanahgaram.
8. No
hp :
087750942014
9. Karya : Cerita perjalanan Terjebak di kota penuh
cerita (lomba UKMP UM).
Cerpen Bunda
Maryam (lomba toleransi agama Pasca-Unisma).
Puisi Ibu
Hanya Sebuah Nama (lomba lustrum ke VII UNISMA)
Sabtu, 22 Oktober 2016
Ada dan Tiadamu Adanya Aku
Engkau membuktikan tapi tak nyata.
engkau ada tapi mentiadakan
engkau punya nama tapi tak ku hafal wajahmu
engkau aku indukan tapi tak engkau tanggapi
engkau punya bahasa ibu tapi tak pernah berbasa denganku
engkau mengantarkan aku, tapi engkau tak amanah sehingga sampai, hanya separu ku hafal bahasamu hanay nama ibu.
engkau berada tapi hilang dalam keberadaanmu
engkau tak aku salahkan, namun engkau pula tak akan aku lupakan walaupun hanya sebuah nama yang dapat ku hafal dalam setiap mengaduh kepada sang Khalik.
engkau ku yakinkan kau ada, tanpa kau mengadakan.
ibu dengarkan Oktober-22-2016
Menjaga Apa yang Harus Dijaga
September-25-2015
Mentari sudah tak memberikan sinarnya
pada bumi, Bulan sudah tak bersinar, kalilawar sudah terbangun dari tidurnya,
dalam malam sepi hanya nyanyian jangkrik yang setia temani dalam malamku
menjadikan lantunan suasana indah. tempat yang sederhana di balakang rumah yang
penuh banyak ilalang dan duri-durinya, sanngat lumayan angker saat gelap,
bagaikan rumah dalam hutan, namun memang sudah takdir tuhan hidup dalam rimba nafas
ku tiada bosan nya menghirup udara belakang rumah sejak masa senangnya
bermainku, hingga sekarang pada masa mengetahui arti hidup. Saat malam yang
terbiasa sunyi tempat yang biasa ku hampiri sebelum tidur tiada sangka dalam
sepi getaran di dalam saku dan cahaya dalam saku kananku ada satu panggilan masuk
di hampone genggamku, ada nomer baru masuk menelfon ku, tanpa banyak berpikir aku
menganggat dengan mengucap salam “Assalamualaikum hallo maaf ini siapa.?
Jawaban salampun tiada jawaban, sampai salam dua kali salaman”Assalamualaikun
hallo. tiada sedikitpun jawaban, hanya suara tangisan yang ber derung, tangis
yang tak jelas terdengar, “ini siapa.? Kenapa nangis hallo.Tanya sekali lagi
aku pada penelfon. dalam malam yang sepi mendengarkan tangisan ingatan aku
langsung terpacu teringat kuntilanak, “hallo ini siapa.? Nakut-nakutin aku ya.?
Tanya yang ke tiga kalinya,”hallo Assalamualikum.
“Wealaikumsalam kakak... “ dengan suara
yang serak tangisan.
“Behh kamu tak dek alfa, kakak kira
siapa nomer baru tumbenan ada yang telfon kakak, kenapa kamu nangis dek… ?”
“Adek mau cerita ke kakak, karena
satu-satunya orang biasa mengerti kakak…’’
“Iya ayo cerita dek, “ tapi adek bukan
alasan aja kan mungkin kangen ke kakak ya? hehe…”
“GR kamu kakak hmmm…” adek ada masalah
kakak yang tak pernah aku rasakan dalam hidupku aku di kejar-kejar kebingungan
dan penyesalan tiada henti deraian air mata tiada waktu jika ku ingat itu,,,”
“Hmm gitu dong senyum dek..” masalah apa
kok sampe segitunya dek, gak lebaykan adek hehe… ?” iya adek pasti setiap
masalah itu akan ada sebabnya dan akibatnya, tiada masalah juga tiada jalan
keluarnya dek begitupu…” tut..tut..tut.. berakhir sudah telfon nya belum
selesai memberikan saran dan masalahnya yang membuat menangisnya.? Bingung.”
Sepi pun kembali pada malam yang telah larut malam ini, jam di hampone menujuk
kan 19:30 WIB.
Waktu pun sudah larut malam aku singgah
dari tempat yang sunyi tanpa bintang itu, hendak pulang ke rumah untuk
beristirahat kerena besok hendak sekolah berangkat pagi, di perjalanan bunyi
hempone yang di genggang untuk menyinari gelapnya jalan, bergetar ada sms dari
adek yang menelfon tadi.
“kak maaf, ketemu besok di sekolah, adek
lanjutin cerita ku besok. Selamat malem kakak….”
Isi pesan dalam sms nya,” tak ada
balasan karena tidak ada pulsa. Perjalan menuju ke rumah pun telah sampai isi
rumah yang memang jauh dari keramaian, tempat tinggal yang sederhana di isi
hanya tiga orang keluarganya hanya berisi nenek, bapak, dan mama tirinya.
Terasa sepi malam-malam nya, kerena mereka semua lelah siang hanya di sempatkan
untuk kerja ke lading dan mencari rumput, tidurpun tidak akan larur malem. Tiba
di rumah nya membuka kamar tempat biasa tidur sebelum membuka pintu kamar, hendak mencuci kakinya
sehingga langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. . .
Ayam berkokok, kalilawar hendak tidur
kembali senja mentari dari arah timur telah terbit. Semangat sekolah yang
setiap hari menjadi rutinitas nya tiada jenuh untuk membuang kebodohan yang ada
pada dirinya dengan belajar di sekolah dengan kaki yang menjadi saksi bisu
menderapkan kebumi setiap embun pagi membasahi rumput, semanagat pun bagaikan
mentari yang setiap pagi mentari terbit dari timur setia terbit dengan cahaya
nya.
Tiba di sekolah yang mana tempat iya
menuntut untuk mendapatkan cahaya ilmu dari tuhan dengan teman-teman yang iya
belajar bersama, kelas yang di tempati 11-IS-2. Yang di pandang anak yang nakal
katanya…
“Maja selamat pagi semangat ya tumben
pagi-pagi datang.”
Iya pagi juga kak dut, biasa aja aku
berangkat pagi hmmm.” Mapel apa kak sekarang…?”
“Gaul kamu gak tau mapel yang di
pelajari…” yaa Alloh kak, gimana mau maju bangsa ini..”
“hehe inilah aku dengan seribu kali
kekuramgan ku kak, tiada yang sempurana hidup ini kecuali Alloh SWT…!”
“Pinter ya sekarang weeckk..”mapel
bahasa indo…”
“siipplah kak, makasih ya dutt,..”
Waktu yang berjalan tanpa terasa bunyi bel
masuk, telah berbunyi. Saat belajarpun telah di mulai dengan di awali dengan
doa-doa keyakinan masing-masing siswa dan siswi, KBM berjalan dalam kelas yang
indah saat belajar bersama, Tanya jawab pun telah di lakukan siswa dan guru,
aku hanya berdiam mendengarkan apa yang menjadi percakapan meraka, tanpa terasa
waktu yang tak berbentuk memberikan buktinya saat waktu itu hanya bias di
rasakan tak dapat dilihat. Bel istirahat pun sudah berbunyi, hati senang
bersorak siswa/siswi. Istirahat yang digunakan untuk makan dan sebagainya, hati
setiap orang tidak biasa di tebak bukan hanya di manfaatkan buat makan, namun
hal yang di larang di sekolah sebagian siswa tiada rasa bersalah dosa melakukan
nya, namun inilah hidup tiada mungkin semua itu berada di surge tiada mungkin
semua itu ada di neraka mesteri hidup.
Aku berjalan menuju ke kantin, yang
arahnya sampingan dengan kelasnya alfa, tak berjanji ketemu di tempat yang tiada
rencana di tentukan karena kuasa tuhan, aku bertemu dengan adek alfa tadi malem
nya menangis dalam telfon. Aku pun segera duduk di samping kelas nya, menemani
dia yang bengung saat duduk sendiri,..
“dek alfa sini duduk.hehe ”
“ hmm iya kakak…” maaf kak seharusnya kan
aku yang nawarin kakak duduk…” oia tadi malem kehabisan pulsa.
“Hehe mangkanya kamu ngelamun adek, Iya tidak
apa-apa kok…”
“Adek sudah lama tah disini…”Oia ada
masalah apa kamu tadi malem kok menangis…?”
“Iya lumayan dari tadi yang pas bell
istirahat…” berat ini kak aku benci dengan diriku sendiri kalau ingat masalah
ini kak. “
“Apa ada masalah dengan cowoknya
sepertinya kemaren lusa masih boncengan pas pulang sekolah…” memang dek dunia
ini tidak akan selamanya indah walaupun tuhan telah menciptakan lebih sempurna,
itupun juga cinta itu tak akan selamanya berbuah manis walaupun itu nyata
anugrah terindah dari tuhan, contohnya ini adek dengan sii nuril kemaren masih
merasakan dunia bagaikan dunia milik nya berdua, sekarang sudah tiada tanpak
indahnya dunia kalian.
“Bukan itu kakak, salah penafsiran kamu
kak…” dengan deraian air mata yang tak mampu terhan dari matanya menetes deras
di pipinya, merona indah saat di pandang, tiada tanpak keindahan saat air mata
deraian melintas di pipinya. Adek tiada keindahan dunia yang tanpak saat adek
kehilangan mutiara yang berharga pada diriku kak, semuanya itu bagaikan singa
menemukan daging segar pasti akan di makan tiada banyak berpikir, tak ada niat
aku ini kakak buat melepaskan itu semua kak awalnya ku hanya bermain kerumahnya
sepulang sekolah waktu itu, aku tidak bisa menjga apa yang harus aku jaga
sesuai yang kakak pesankan ke aku dulu masih SMP,,,!” maafin adek, kakak tiada
niat aku, namun semua itu tak berdaya saat itu kak.
“Memang hidup itu penuh mesteri tanpa di
tebak tak ada yang ingin namun terjadilah, tuhan tidak salah jangan salahkan
tuhan menciptakan semua yang terbaik buat ummatnya, menyesal percuma semua
telah terjadi bagaikan nasi menjadi bubur, yang pantas di perjuangkan di jaga
benar-benar jaga apa yang harus di jaga terlepas oleh duai armara dunia yang
fana, kakak harap kamu bisa menghapus dan berjanji pada dirinya untuk tidak
akan melakukan hal yang seperti binatang, bagaimanapun adek mandi di luasnya
laut samudra pasifik tiada kesucian yang kamu dapatkan dari dirimu, hanya satu
yang akan bisa mengembalikan ke sucian mu taubatan nasuha, namun kelak doa pada
suami mu yang harus ingat, sampaikan kelak pada suami mu apa yang telah terjadi
yang tak mampu kamu jaga hilang dalam terkaman binatang buas...”! aku akan
hajar dia dek biar tidak di ulangi lagi, karena tidak mampu menjaga apa yang
harus iya jaga pada mu dan dirinya…
“Jangan kakak tiada masalah selesai
dengan pemikiran yang keras.”
Kerumunan gaduh tak biasanya terdengar
dan suara siswa/siswi berteriak bahwa ada banjir dan semua siswa di pulangkan
lebih cepat dari kepsek, lewat bell tiga kali bunyi, kepanikan pun aku
langusung ingat pada keluarga, tanpa lama aku ambil telfon untuk menelfon ke
bapak menanyakan kepastian nya, namun alhamdulilah semua selamat keluarga ku.
“Kak maja ayo pulang rumah mu kenak
banjir kak dan sekarang banjir telah sampai di depan gerbang sekolah kak…
“Iya-iya kak dutt jangan panic gini
semua sudah alloh rencakan ini” keluargaku alhamdulilah mereka selamat
kak…”keluargamu telfon ini hp buat nelfon tanyakan keadaan nya gimana. Karena
semua yang kita ini indah kedepan nya tiada seangka hanya sedetik tuhan
memberikan keindahaan nya pada kita.
“alhamdulilah kak selamat semua
keluargaku. Hanya kambingku ikut tenggelam kak hua hua…”
Dunia bisa di cari keindahan ini hanya
sesaat kak semua yang terjadi semua ada sebab dan akibat itulah rahasia tuhan
yang gaib yang mustahil kita tebak, pandailah menanam sebuah pohon di dunia
agar kelak bisa memetiknya.
Semua yang gelap bersama alang-alang yang
berada di belakang rumah rata dan serampun sudah tidak tanpak, keindahan dunia
bukan surga yang hakiki, surampun tak hakiki, namun yang tanpak hanya sunyi
yang tak berubah dalam gelapnya malem serta bersama Mentari tetap bersinar
dalam kesetiaan nya.
Puisi Tidurku
aku melangkah dengan kesunyian,
aku temukan kesepian gelapnya malam,
aku merasakan tanpa sentuhan, entah itu keberadaan-mu
sehingga aku hanya menangis dalam mimpiku.
engkau manis datang dalam mimpiku
engkau siksa walaupun dalam mimpi,
karena kau tak pernah tampakkan wajah cantimu,
yang mirip aku.
Langganan:
Postingan (Atom)