DUNIA DALAM LIPATAN
|
gambar: Jurnalkita
|
Hidup di bumi
sebenarnya ketika semakin tau dan semakin pintar, tidak ada apa-apanya
seharusnya merasa semakin kerdil, tidak harus dengan sombong karena yang
diketahui belum tentu betul, senyampang dunia masih berputar tak akan ada kebenaran
yang tetap, hari ini benar belum tentu esok, itulah kebenaran dunia hanya
paradigma setiap individu yang berhak memberikan sebuah kebenaran. “mata hati
punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran dari pada indra
pengelihatan (Jalaluddin Rumi penyair sufi 1207-1273)
Semudah
apa ketika melangkah, sangat mudah menjalani hidup, bukan sulitnya untuk
mengubah namun sulitnya untuk melakukan suatu tindakan ketika dunia telah
memberikan arah hidup yang meyakinkan, maka manusialah yang bisa memanfaatkan. Namun
hal ini kadang yang menjadi tidak sadaranya, sejauh mana mata memandang maka
seluas itulah dunia di zaman yang semakin sekarang ini semakin sempit, mengubah
paradigma kehidupan abtrak semua itu kembali kepada diri setiap individu. Hal
ini yang menjadi pertanyaan mampukah ketika dunia ada di dalam lipatan.
Sehingga hal yang sulit menjadi mudah
sebagai manusia intelektual mampu memanfaatkan dalam mengaplikasikan di dunia
yang sudah ada ditangan kiri, ketika sudah bisa mengendalikan maka
sejarah-sejarah baru akan segera dirasakan, semua itu ada pada tangan orang
mampu berpikir yang kritis terhap lingkungan sosialistis, dan mampu membaca
keadaan dunia. Bahwa pada nyatanya ada yang mengatakan dunia sekarang tanpa
batas borderless world. Sehingga
semuanya telah sadar bergerak tanpa mesin terasa dunia sempit katanya, sangat fatal
ketika menutup mata untuk tidak membuka pancaindra yang telah digenggam. Bukan
hanya menikmati sebagai fasilitas hanya menjadi eksistensi, dunia bukan tempat
berkopetisi, namun untuk hidup berkolaborasi jika manusia dahulu hanya butuh sandang, pangan, gedong, akan tetapi
sangat berbeda dengan sekarang bahwa mesin bagian dari kebutuhan hidup manusia yang
sangat sentral.
Diera modernisation ini sangat mudah untuk mengubah hidup yang akan
meyakinkan fasilitas kehidupan sudah lengkap
tanpa mencari telah ada dan merasa kalau hidup di zaman ini ada dua dunia. Pertama
dunia nyata yang kedua dunia maya, ketika diamati terjadi ketika bangun dari tidur
tidak menutup kemungkinan yang ditengok dunia satunya (Gaway), di situlah
kadang menggap ada dunia lain, selain dunia nyata yang ada di kehidupanya, dan
itu di anggap bagian dari kehidupannya. ada di dalamnya yang selalu menjadi
perhatiaan setiap yang pengguna gaway. Bahkan ada yang mengatakan kehidupan ini
tanpa gaway dunia sempit sempit. Hal ini yang menjadi bukti terutama di
Indonesia, jumlah sambungan Internet Indonesia saat ini memiliki 47 juta
pengguna, dan bagi pengguna ponsel, ada 270 juta pengguna, terutama di DKI
paling banyak 1,8 Gaway perorang, ( Riset Menkominfo,2014).
Dengan mengamati apa yang telah ada disekitar sangat
pesat dalam pengguna gaway terutama di Indonesia, ini sebuah bukti dari
kemajuan zaman dan menjadi ancaman kepada regenerasi bangsa yang hanya bisa
menikmati tanpa memanfaatkan. Kadang juga menjadikan regenerasi yang manja
tanpa untuk mencintai sebuah proses perjalanan hidup, karena dengan gaway yang
memudahkan gaya hidupnya. Kadang juga dengan perkembangan zaman yang hampir
kecangihan di era ini melupakan leluhur yang harus di lestarikan seperti budaya
pemuda sekarang hanya memikirkan perkembangan zaman yang ingin akan membantu
untuk memperbaiki hidupnya. Bagaimana ingin melestarikan budaya terlalu banyak
kesibukan dan tanpa disadari kalau kebutuhan hidupnya ada di dalam
genggamannya, dalam genggamnya yang selalu menjadi surga dunianya, kalau di
surga ketika dalam hati hanya berkenginan maka langsunglah datang, karena
setiap keinginangan bisa di akses melalui gaway yang digenggamnya .
Bagaimana dapat mengubah hidupnya kalau gaya hidup
yang enak tidak diubah. Sesuatu yang nihil keti dengan sebaik mungkin. lama mengecek dunia yang satunya, karena
menggap kalau hidup telah memiliki dua dunia, yang pertama digaway, ketika
tidak pernah membaca dan menganalisis apa yang ada dan memanfaatkan fasilitas
yang ada. Menurut Filsuf Eropa Basel Friedrich Wilhelm Nietzsche dalam buku
filsafatnya “bahwa jangan biarkan Tuhan
mati di zaman modern”. Bahwa zaman yang canggih ini tidak lepas dari campur
tangan Tuhan. dalam hati pembaca mungkin akan bertanya dengan kutipakan
kata-kata di atas. Pikiran logika saja tidak mudah menganalisis, maka
renungkanlah. Beberapa lama untuk menumakan makna tersebut dalam kehidupan yang
sangat luas Tuhan berperan tidak lepas, bahkan tidak menutup kemungkinan semua
yang ada untuk manusia, agar dapat mensyukuri bahwa semua yang ada itu ada yang
mengadakan.
Akan tetapi paradigma kita dalam mendalami semua itu
buta untuk memandang semua yang ada, bahkan kecanggihan yang ada digenggaman
kita kadang hanya menjerumuskan, bahkan menganggap Tuhan sudah tiada dizaman
modern.
Kemudahan dalam hidup sekarang
memberikan dua bersyukur ketika diberikan sebuah Berbicara dunia yang ada di
dalam lipatan seharusnya pikiran kita semua refleksi kepada diri sendiri karena
itu semua tidak jauh dari kehidupan sekarang, menjadi orang lebih peka dan
kritis dengan keadaan, lingkungan, maka berpikirlah sejenak dengan apa yang ada
dibenak kita yang konkrit, bukalah naluri untuk merasakan apa yang didekat kita
tapi kadang menyombongkan diri untuk tidak merasakan, dalam KUHP kesalahan yang
fatal ketika orang salah masih tidak merasakan kesalahan, maka renngkan pada
bangun tidur kita tidak menutup kemungkinan kalau yang pertama dicari saat
bangun tidur mencari yaitu dunia keduanya, yang dianggap lebih jelas dan banga
dengan apa yang ada di dunia yang satunya (gaway,
sebagian hidupnya ada di dunia yang penuh menjanjikan katanya, bukan hal
itu ibarat dua mata pisau, ketika pisau yang satu ini ada ditangan dapur
(koki), maka pisau itu akan sangat berpengaruh besar manfaatnya, namun mata
pisau yang satunya ketika ada ditangan orang yang tidak tepat (penjahat), maka
pisau itu menjadi yang paling berbahaya. Hal inilah yang menjadi refleksi kita
untuk menghadapi hukum dunia bagaimana dunia itu hanya satu, dan “gaway”, bukanlah dunia, itu hanya bagian
dari dunia (fasilitas) dan juga bukan
tuhan kedua yang dapat menjawab setiap pertanyaan yang kadang semua kesulitan
dipertanyakan gaway kita.
Hal ini Akan lebih mudah menjelajahi
dunia, hanya dengan genggaman tangan kiri, tanpa berjalan, maka dunia sudah ada
di dalam lipatan tangan kiri, akan dapat menelusuri dengan luas, sangat mudah
dan instan menjani hidup sekarang, berbeda dengan zaman
yang masih jauh dari dunia yang ada di dalam lipatan, era yang di mana tahun
1987, yang masih gila dalam memipikan sebuah menjelajahi dunia. Renungan kembali apa yang telah ada pada di
depan kita, yang sangat miris apakah akan bertindak untuk menjelahi dunia dengan
apa yang sudah ada yaitu fasilitas yang ada ditangan kita semua, untuk berjalan
merangkak sehingga berdiri sendiri akan lebih mudah di zaman sekarang ini, melangkah
jauh ke seluruh dunia tidak ada yang tidak mungkin bila yakin dan akan berusaha
untuk meluangkan waktunya untuk masuk dalam dunia dalam lipatan yang kadang
kita pandang sangat sempit, rengungan ini membuka ketika kerugian terbesar
ketika kita tidak mau untuk masuk dalam dunia yang telah dapat kita jelajahi
semudah mungkin, untuk memperluas kompetensi dengan fasilitas yang ada gaway.
Fakta yang sangat ril dunia yang
mudah ini menjadikan musibah terbesar ketika yang ada itu masih belum dapat
difungsikan dengan baik dan menjauhkan langkah dari yang nyata, nyata dalam
menysukuri jika Tuhan telah banyak memberikan banyak fasilitas kepada manusia,
sehingga tidak menutup kemungkinan Tuhan itu mati dalam zaman modernisation ini, bagi yang lupa dengan
dasar-dasarnya hidup. Ketika sudah merasa nyaman dengan keadaan yang nyaman,
maka lupa dengan apa yang menjadi kewajiban, sehingga jiwa yang menjauhkan
dengan jiwa yang mandiri, bahkan jiwa yang seharusnya tidak keluar diri manusia
(akan manja dengan yang harus bisa sendiri), mangapa mengatakan “manja”, ketika
semua kepentingan hidup ada di dalam genggaman, maka sudah tidak lagi memiliki
jiwa mandiri dan berusaha untuk mensyukuri sebuah proses, karena sebagian
manusia sekarang lebih banyak suka dengan yang siap jadi (instan), dalam
melakukan aktivitas gaway salah satu andalan manusia zaman sekarang contoh
kecilnya, belanja daring, dan setiap pembelian yang semua sangat lengkap sudah
tersedia di dalam lipatan, sehingga ketidak sadaran doktrine menjadi seorang yang ingin selalu mudah dalam menjalani
hidup, sedangkan kemudahan itu akan lebih menjerumus pada ke zona yang
mencelakakan karena akan lebih mudah menjalani hidup di dunia, sedangkang dunia
tidak semudah yang ada dibenak, sedangkan tidak ada di dunia manapun, sebuah
pencapaian yang berkelas itu akan dicapai dengan secara instan, sehingga harus melewati kudrot Tuhan yang paling berkesan
di dalam sebuah pencapaian itu adalah sebuah prosesnya.
Dunia dalam lipatan, mengingat
dengan kata-kata yang pernah diucapkan orang tua kuno bahwa akan ada dunia
sauatu saat dizaman akhir nantinya akan ada masa yaitu masa yang paling mudah
dan gampang, tidak ada masa sulit pada semuanya mudah, dan sempat megatakan
tahun 2000 dan selanjutnya adalah tahun harapan kaum manusia, yang mana sekarng
tibalah tahun yang telah ditunggu bahwa pekerjaan yang dilakukan bertumpu pada
mesin, sampai-sampai ada perkataan tidak akan bisa hidup tanpa mesin itu telah
menjadi bagian hidup di era manusia, manusia zaman sekarang, namun hal ini
bukanlah tumpuhan semua kembalikan pada kita apa yang menjadi manfaat jangan
sampai kudrot manusia dirubah oleh perkembangan zaman, jiwa mandiri dengan proses
yang pasti tanpa meninggalkan pola pikir orang kuno, mesin dan gaway jangan
samapai jiwa kita dikuasai, manusia yang harus mampu menguasi, marilah mulai
dari sekarang renungkan pikirkanlah masa yang akan datang dari sekarang, untuk
mengontrol pola hidup yang manja, tanpa memikirkan yang ada sebelah kita,
kadang jiwa sosial kita terkikis ketika kehidupannya terbelah menjadi dua. (*)
Penulis:
Akhmad
Penulis Buku Antologi Geriliya Deraian Sajak-sajak
Mahasiswa Universitas Islam Malang
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan