Selasa, 26 April 2022

SESUATU YANG SEMESTINYA ADA DAN PERLU DIPAHAMI

 ..."kadang kita memang perlu berpikir sejenak menggunakan hati, agar pikiran tak sembarangan menentukan. Seperti halnya memutuskan cinta dan cara kita bersikap, lalu beranggakap. "


Kesendirian memang tidak pernah menjadi esensi manusia sebagai makhluk sosial. Namun memilih sendiri adalah cara menemukan banyak hal dari keramaian hidup, cinta, cita-cita dan bahkan relationship. Hanya yang Tunggal tanpa tiada tanding mampu dan sudah menjadi hakikat tanpa digugat lagi. Kecuali menentangnya. 

Ada kalanya memang manusia masuk ke ranah keramaian yang paling bisa disenangi, serta sunyi mampu menemukan intisari dari segala yang terjadi. Contoh sederhananya, saat kita merasakan kelelahan tanpa sebab. Gelisah tanpa ada sebab stimulus. Bahkan ramai yang sunyi. Tak ada yang memprediksi akan itu hal menimpa terjadi, tapi dengan sendirinya terjadi. Sebab seseorang mampu membuka segala luka-luka dari setiap lika liku hidup di hati maupun direalitas. 

Semua, terkadang mampu menjadikan kita jadi pula kalau hidup memiliki kaitan dari dalam dan luar. Seorang mampu membuka sekaligus menutup dari benang merah yang sangat penuh dengan dinamika. Sebagai seorang pengelana hidup di jalan serta masuk ke dalam ruang ini. Banyak di antara kedua itu melahirkan perbedaan yang ada di dalam diri membekas sekaligus sepi. Berhubungan di antara menjadi dasar dalam hidup nanti, yang terjadi ataupun yang akan menjadi dasar pijakan; berbicara dan berpikir atau sekaligus bertindak. 

Saya seorang mahasiswa yang memilih untuk tetap belajar. Walaupun bosan kadang perlu namanya mencari solusi dari seorang teman atau seorang yang mampu membuat nyaman saat bicara atau sekedar menampung segala luka atau rasa--yang menimpa sekaligus menemukan cara-cara baru. Walaupun secara, semua akan kembali kepada diri yang akan membawa jauh dari hidup. Terkadang sewaktu-waktu seorang terdidik lebih bisa banyak belajar dari hidup yang menimpa pada dirinya, daripada harus mendengar atau membaca bahkan melihat fenomena yang ada. Dan itu pasti sebuah cara manusia membuka diri untuk bisa menjadi bijak bertindak. 

Adapun kelemahan menimpa kepada diri manusia atau mahasiswa yang sedang kini dijalani. Ada kalanya sebuah perjalanan yang berkonsepkan meleset lalu terjatuh sakit. Bisa saja demikian itu terjadi. Bahkan pikiran seorang yang ingin sekali sesuai di pikirannya, kadang juga melenceng jauh sebab ada kurva normal tak sesuai dengan harapan. Hal tersebut ternyata ada kurva normal dan tidak. Kalau mengacu akan hal tersebut, seperti situasi diri manusia ada persoalan kompleks tentang--yang terpikirkan dan yang tidak terpikirkan. 

Saat manusia hidup, awal lahir dengan kekosongan pikiran, kecuali rasa berbentuk tangis. Bahkan pikirannya masih suci dari kontaminasi. Saat itu, manusia tidak pernah ingin hidup seperti ini dan seperti itu. Semua ingin saja menjadi manusia yang sesuai ideal pikiran, padahal pikiran tak pernah memiliki kuasa atas yang terjadi. Tak ada rem (alat menghentikan) menyamakan dengan realitas. Saat manusia jatuh apakah ada harapan, saat itulah manusia akan sadar hal yang terjadi di pikiran akan muncul dalam tindakan. Mungkin. 


Selasa, 19 April 2022

SUKSES PERLU HURUF S

"...apa yang kita pikirkan saat memaknai sukses dalam perpektif huruf 's' bagi yang mengerti tolong gurui saya, dan jangan diketawain apa yang dilakukan ini!"

Sukses dimulai dari huruf 's' sehingga dapat diartikan kalau 's' dikatakan 'sabar' sehingga untuk menjadi sukses perlu adanya kesabaran. 

"Katanya kalau ingin sukses perlu semangat" ia berujar 

"Iya itulah tafsir 's' dapat dikatakan 'semangat'..." jawaban tersebut tak hanya mereduksi satu sisi. Sehingga untuk menikmati atau merasakan kalau sukses perlu banyak hal dilakukan: sabar, semangat, sadar, dan keras. 


Adapun dalam konteks lain melakukan perjalanan dapat  mendukung apa yang sesuai harapan, tak hanya tentang mimpi, tapi apa yang menjadikan kita mengerti perjalan panjang 'nun jauh di sana' memahami tentang apa yang telah menjadikan bertahan. Memang tidak dapat memprediksi tujuan menjadi bukti, kecuali yang terjadi itulah. 


Namun  tak pernah ada yang pernah pesimis akan jalan panjang hidup ini. Jika dirasa semakin ke sini sepertinya hidup semakin sederhana tak pernah muluk-muluk untuk memperlakukan hidup sesuai ideal diri atau kadang terlintas ingin sama dengan orang lain (keluar dari diri sendiri menyiksa). Dan itu membuka kesadaran diri untuk bisa tahu kalau sesuatu yang dapat dijalani butuh perjuangan. Entah sampai kapan kita memperlakukan hidup ideal ini dapat dirasakan dan dibuktikan pada diri sendiri. 


Ternyata apa yang terjadi dan dipikir-pikir. Kalau dengan memahami dan menikmati segala ketidaktahuan masa depan serta pesimisme ini membuka diri lebih paham akan perjuangan hidup. Bisa saja seseorang bisa menerima tanpa harus membenci apa yang terjadi, dan cita-cita sederhana itu mampu menyimpulkan dari setiap langkah kecil "seorang bisa membahagiakan orang terdekat dengan cara lain dengan gaya lelucon yang dapat diberikan kepada kita..." seperti itulah hidup tak muluk-muluk untuk menjadi sukses. Mungkin.


Kamis, 14 April 2022

KELELAHAN

 “Ada kalanya kita menyendiri untuk meratapi hidup kita, bukan untuk berbagi kesedihan melainkan agar mensyukuri bahwa tak ada penderitaan terakhir yang akan selalu menimpa berkali-kali, tak  ada penderitaan terakhir menimpa berkali-kali terjadi kepada manusia. Dan, keuntungan manusia mampu memahami rasa...'kelelahan' kata berdiri sendiri yaitu 'lelah' sedangkan kelelahan subjek yang sudah/telah selesai melakukan sesuatu dan merasa badan tidak enak/sakit semua atau otak capek berpikir. Begitulah...”


Soekarno dalam adagium yang berseliweran  di sosial media “kita perlu sendiri untuk memahami apa yang terjadi, bahkan menangis untuk bisa memahami apa yang telah terjadi bersama dengan angina” kurang lebih begitu perwatakannya. Tapi, sederhananya kita perlu memiliki kesadaran kalau keramaian tidak bisa memecahkan masalah apa yang terjadi, minimal akan memahami apa yang menjadi masalah pribadi ketahui dan bisa melakukan langkah-langkah terbaik versi sendiri.

Sepertinya saat sendiri manusia menemukan sebuah ketenangan  akan hidup. Pada saat semua tidak memperhatikan kalau apa yang telah dilakukan merupakan jalan baik baginya.  Baik  dalam konteks pikiran maupun dalam  konteks tindakan dalam mencapai apa yang  ada dalam dirinya. Tentu akan berbeda jika berkaitan dengan  manusia banyak (manusia lain).

Saat berjalan jauh seharian dan merasakan lelah dalam hidup—yang begini-begini saja, ada seorang menyikapi tentang hal-hal yang menyakiti saudara-saudara kita dalam ucapan maupun  pikiran, bahkan paling gelapnya yaitu tindakannya. Begitulah mungkin ingatan melakukan kerja kemanusiaan saat sendiri dan menyikapinya. Dan lelah  menjadikan kita tahu bahwa perjalanan adalah pekerjaan nomor dua paling banyak dilakukan manusia selama hidup, selain itu adalah tidur—yang tak pernah bosan dan selalu manusia melakukannya.

Saat lelah manusia bisa saja mengalami kekacauan berpikir. Pikiran terkadang tidak dapat dikontrol dengan baik oleh perasaan, sehingga perasaan hanya berjalan tanpa tujuan jelas. Kelelahan tersebut tidak pernah terpungkiri oleh manusia hidup di dalam tempurung begitu  indah dan nyaman. Manusia seperti itu yaitu introvert atau sebagainya, sebab ada dirinya yang begitu tak ingin mendengarkan: kamu tahu siapa aku dan kenapa manusia diciptakan.

Lelah pikiran akan bisa tenang saat menemukan benang merah dari apa yang bersarang di kepala. Terkadang ada saja manusia tanpa berpikir baik akan setiap perjalanan dan lupa dengan pencapain diri sendiri bahkan hanya melakukan kesibukan itu merupakan nilai—yang ada dalam hidup mereka bahkan manfaat.

Mengantuk saat lelah adalah cara terbaik melepaskan penat melekat seharian di pikiran. Tentang banyak hal dilakukan, dari yang menghasilkan, hingga yang merugikan. Begitulah sepertinya manusia bekerja dalam dirinya sendiri. Untuk bisa menjadi diri sendirinya perlu adanya sebuah pemahaman atas rasa sakit atau pernah melakukan sesuatu dalam mengambil keputusan.

Adapun saat-saat manusia memiliki cara-cara terbaik menyelimuti diri dengan sebuah  tawa lepas, saat itu juga mengaburkan unsur-unsur lain—nya melekat dalam dirinya. Cara-cara paling baik untuk tetap merasa bahwa dirinya mampu menguasai bahkan menghilangkan segala rasa sakit menjadi tawa lepas. Jika seorang berkata “janganlah kau berbohong pura-pura bahagia, itu berat bahkan sangat tidak baik…” ujarnya dalam ingatan sekilas tempo hari disampaikan.  Tentu, itu bukan saja sekedar luka-luka menganganga  dan menjadikan segalanya menjadi tawa.  Dan saat tidur semuanya lupa, tapi itu sementara.

Mengapa manusia sering mengingat luka daripada bahagia? Apakah ada pembeda dalam diri manusia ruang-ruang yang menciptakan suasana. Apakah segala tawa menjadikan derita atau sebaliknya, lantaran dirinya membuat luka dan segala bahagia jadi sebuah cara  lain manusia menuai segala kesedihan jadi kebahagiaan. Lantaran ada kabar gembira dari seorang anak yang menemukan ibunya—yang seringkali dijadikan doa saat ingin bertemu.

Jika dipandang secara alamiah ‘lelah’ yang menimpa manusia. Tidak mudah manusia merasakan kecewa dalam melakukan perjalanan. Atau sebaliknya kalau manusia tak memiliki lelah tak pernah mensyukuri Allah Swt. Hal tersebut agar manusia memiliki kontrol atas diri, dan mampu mengukur setiap suasana jadi sebuah cara-cara terbaik disyukuri manusia. berterus teranglah jika lelah mengambil ruang sejenak untuk mencari tempat sepi dan menikmati dengan secangkir kopi atau mendengarkan music kesukaannya. “Niat mendengarkan music untuk membuang rasa kesal dan lelah dengan menyebut namamu ya Robbi…” sehingga tawa dan ayat-ayat sepi akan tergantikan kat-kata indah dari bahasa sehari-hari tuk lebih mudah mensyukuri atas nikmat-Nya. Mungkin.

 

 

 


Rabu, 13 April 2022

KESEMPATAN

 Cara-cara lain menulis Nasarudin Hodja dalam penulisan cerita

"... Setiap kesempatan yang ditunda seperti halnya terbitnya matahari, tak perlu disesali atau berlarut-larut dalam penyesalan, yang terbaik dijadikan pelajaran." 

Mungkin saja kita tidak pernah menyadari dari setiap persoalan muncul secara tiba-tiba, tapi saat itu pula kita dihadapkan dengan cara menyikapi. Bagaimana seorang dihadapkan dengan mengambil keputusan yang menjadikan pribadi baik. Sehingga pada saat itu diambang dua pilihan dengan kejutan juga: mengambil keputusan tentang cinta dan juga tentang rasa--yang perlu diletakkan sebentar sebab banyak yang perlu diselesaikan, tanpa membebani siapapun. 

Terkadang seseorang bisa mengambil keputusan di setiap ada kesempatan datang. Memang berat, tapi ketika seorang bisa memilih saat itu pula dapat meraih. Contoh sederhana, saat kita merasa kalau matahari hendak tenggelam ke ufuk barat, bagaimana mana kita meninggalkan sesuatu yang setiap seperti siang pada alam--yang selalu dipersembahkan. Hal tersebut merupakan pengembangan matahari dan siang ke bumi masing-masing memiliki nilai. 

Nilai dalam hal ini merupakan kesetaraan apa yang telah siang dan matahari persembahkan pada bumi. Serta bumi merasakan itu semua tanpa berpikir kalau ada sebab paling bisa dilakukan oleh kita. Seseorang mampu menerjemahkan siang dan malam dengan cara paling sederhana yang dirasakan oleh kita semua. 

"Kenapa kamu memutuskan bumi tinggal sendirian saat malam?" Ujarnya 

"Maksudnya.?" Dengan wajah mengkerut menjawabnya. 

"Ya... Sudah tahu kalau kamu mungkin satu-satunya yang dibutuhkan oleh bumi tuk mencahayai dia..." dengan serius menjelaskan.

"... Kan risiko bumi menerima dan saya juga menerima cinta dari apa yang telah diberi Sang Pencipta, yang paling baik itu mencari yang belum pernah melekat pada kodrat kita yang mewarisi dari diri--yang diciptakan." Dengan tersenyum menjawab dan mengajak pendengar berpikir. 

"Jawaban ini filosofis, boleh dijelaskan secara rinci..." ujarnya. 

"Tak ada pengulangan dua kali itu baik, kecuali memperbaiki dan sadar jika bumi dan matahari pernah melakukan kesalahan, hanya menerima bukan mencari. Hasil yang dicari akan lebih berarti, jika yang menerima akan menjadi biasa. Ini bukan tentang nilai, tapi tentang makna--yang begitu pasti di benak masing-masing hati." Ujarnya dengan Bahasa Ibu yang baik disampaikannya. 

Setiap apa yang telah dilakukan sepanjang ini, gelap di sekeliling perlu dipahami secara detail baik atau buruk perlu dipahami. Namun dari apa yang terjadi bisa mengambil banyak sisi. Dan cahaya  nun jauh di sana tentang banyak hal, yang kini terjadi, dan seperti akan terus terjadi. Biarkan hati memahami. "Dan terima kasih pada waktu, cinta, dan harapan, sebabnya tetap hidup dengan penuh semangat..." Mungkin.


Senin, 04 April 2022

HARI-HARI YANG DIGELISAHKAN


 Semua anak ada ibu ada bapaknya, kecuali impian

Semua pasangan ada jantan ada betinanya, kecuali kenyataan

(Darmanto Jatman,

“Dengan apa Petualangan Tepat Ditimbang?”

Dalam kumpulan puisi Bangsat, 1975)


Tidak ada kesalahan yang dapat terjadi setelah kita bisa mengubahnya, ia menjadikan pemahaman. Tidak ada kesalahan yang dapat terjadi setelah kita bisa mengubahnya, ia menjadikan pengetahuan. Jadi, jangan sampai tenaga kita habis setiap hari-hari, gelisah gara-gara hari yang menakutkan setiap sore ingin berganti malam.

Pilihan seorang dalam mengambil keputusan tentu tidak lepas dengan namanya berpikir. Tujuan akan menjadi pertimbangan sebelum melangkah jauh akan hal perjalanan yang telah diambil lalu dijalaninya. Sederhananya saat berjalan keluar dari rumah, seseorang bisa saja menentukan terdahulu akan ke mana dirinya. Sebelum di jalan merasakan kebingungan serta tidak mendapatkan jalan baik baginya, beruntung setiap perjalanan dijadikan pelajaran serta bisa mempelajari lalu tidak mengulangi apa yang telah terjadi berkali-kali.

Seorang tokoh fiksi Santiago melakukan perjalanan di dalam buku Paulo Coelho berjudul “Sang Alkemis.” (1988) Tokoh yang melakukan perjalanan dari Spanyol ke padang pasir Mesir. Tujuan tokoh tersebut melakukan perjalanan jauh, untuk menemukan harta  karun yang pada saat itu ada dalam mimpinya. "Mencari harta karun di dunia, tapi menemukan harta dalam diri." Mimpi tersebut menunjukkan ada di daerah Mesir. Tanpa berpikir, karena orang tersebut ingin berubah sesuai dengan harapan serta mimpi tentu dengan tekad melakukanlah perjalanan tersebut: mengubah nasib, punya sesuatu berharga.

Kurang lebih kisah di atas menggambarkan kepada kita semua kalau keinginan manusia tidak hanya ada dalam pikiran. Apalagi menganggap yang ada di dalam pikiran sangat ideal sangat perlu dilakukan secara optimistis, menggapainya. Tanpa berpikir kalau di dalam usaha tersebut terjadi sebuah harapan tanpa dasar yang logis dan realistis. Sehingga kisah di atas seperti menawar barang di dalam karung, tidak menjamin kalau baik dan buruk, hanya mengira-ngira atau merapa bentuk di dalamnya untuk bisa diceritakan kepada orang orang lalu bisa menentukan  bahkan keyakinan bisa mendapatkan. Bentuk optimis tersebut merupakan dasar dari kekuatan seseorang dalam mengambil keputusan, walaupun kadang masih perlu pengukuran secara logis, serta realistis.

Ada yang ganjil jika seorang tanpa terukur melakukan perjalanan tapi tidak memiliki dasar ukuran paling sederhana. Minimal dalam jarak tempuh yang akan dilalui punya harapan baik dan bisa dipertanggungjawabkan dari segala hal. Bukan hanya tentang langkah sekaligus harapan. Boleh seseorang melakukan sesuatu dengan banyak harapan di depan. Tapi perlu adanya pengukuran paling signifikan untuk bisa menakar sejauh mana takaran tersebut menjadi baik. Pejalan kaki tentu akan memiliki perhitungan dengan perjalanannya. Ia bisa saja menjadi  seorang pejalan kaki yang menguntungkan jika di setiap langkah menentukan kemana langkah sekaligus dapat bertahan hidup.

Selain itu, seorang pejalan yang memiliki pemikiran akan memanfaat dan fungsi. Setiap langkah perjalanan tersebut  akan penuh dengan kesadaran kalau seseorang bisa saja punya memberikan dampak positif dalam hidupnya. Tentu dalam hal ini, pilihannya banyak: dari segi ekonomi bisa bantu orang-orang di pinggir jalan, tenaga bisa saja ingin sedikit mendorong gerobak seorang pejual mendoan, dan bahkan untuk pikiran bisa memberikan arah baik untuk orang-orang yang bingung (kesasar di jalan mampu menjelaskan jalan Soekarno-Hatta di Malang), dapat menjelaskan.

Dengan adanya kesadaran akan hal kenyataan, tentu manusia bisa berpikir lebih kompleks menyadari akan hal hidup. Bisa saja seorang mempercayai hidup yang begini-begini saja menjadi jalannya, atau bisa juga seorang bisa lebih sadar kalau kehidupan kompleks jalannya. Lalu memandang  bahwa di masa depan tidak dapat memiliki harapan sesuai apa diharapkan olehnya, dan semua orang kecewa akan hal pilihannya. Dalam konteks ini kesadaran dan bisa menyakinkan bahwa ‘kengototan’ memiliki dasar kalau itu semua tidak sia-sia, hanya butuh saja dari setiap orang meyakini kini merupakan masa depan yang perlu diperjuangkan dan kegagalan seorang tentang itu semua—yang mungkin perlu saja diperjuangkan dan bahkan dipertahankan.

Dalam hal ini saya pernah pernah punya pengalaman atas hal yang sangat membuat berpikir keras. Bahwa setiap langkah hidup—yang perlu disyukuri yaitu yang pernah dilakukannya. Jangan pernah berpikir kalau setiap luka terus dirayakan secara berulang-ulang, bahkan diingat untuk bisa membenci, semestinya menjadi sebuah ingat memotivasi.

Pernahkah seorang diusir dari kos saat kuliah? Mungkin kita bisa merasakan dan melihat menonton di televisi, bukan tidak mungkin seorang jauh disana merasakan hal tersebut dan banyak. Mungkin saja saya pernah merasakan pada saat semester dua. Bagaimana perasaan senang saat seperti itu sepulang kuliah sore, tiba-tiba baju sudah ada di luar. Seketika melihat baju ada di luar semua tiba-tiba langsung masuk ke kamar mandi yang ada kaca, untuk mengaca diri menatap diri sendiri dan bertanya “apakah wajah saya ini melas, atau memang saya perlu tersenyum manis dan menemui ibu kos…” seketika langsung bertemu dengannya, dan teman  masih meratapi itu semua.

Ternyata ada ketakutan dalam diri, bagaimana saya tidak mengulangi apa yang terjadi hari ini, iya kejadian yang hari ini. Dan jangan merasakan luka seperti ini lagi, seperti merasakan luka seperti ini lagi. Mungkin saja apa yang terjadi pasti saja terjadi ini. Sehingga perjalanan yang perlu dirasakan ini harus dilakukan tanpa berpikir kalau luka dirayakan dengan tawa, sebab tidak semua luka menjadi derita, dan tidak semua luka menjadi luka, bahkan kita bisa tertawa atas kejadian yang tak pernah dirasakan. Mungkin.

 


Minggu, 03 April 2022

LELAKI YANG MENGUJI ARGUMENTASI DI HADAPAN PEREMPUAN


“Terkadang memang ada pembicaraan yang ‘ngotot’ tanpa dasar dalam sebuah diskusi, apalagi tentang bicara perempuan. Dan pada akhirnya saya kok pesimis…”


Terkadang kita tidak pernah percaya dengan apa yang telah menjadi pencerahan atas diri sendiri.  Kadang pula tidak pernah menerima secara reduksi akan hal pandangan yang telah mengakar serta jelas dalam konteks, bukan hanya teks. Hal ini seperti ada “kengototan”—yang tanpa dasar… lugas serta jelas tentang sebuah fenomena berkaitan dengan banyak orang. Tentu kita perlu menyadari apa yang ingin kita cari dari apa yang telah terjadi di tahun-tahun lalu. Apalagi keterbatasan atas membicarakan topik besar—yang begitu dekat dengan kita: perempuan.

Saya yang masih belum fasih memahami tentang apa “pemahaman” dan “pengetahuan” untuk membicarakan tentang apa yang terjadi di masyarakat. Apalagi tentang perempuan dan sejarah perkembangan perspektif berlaku di masyarakat kita. Tentu tidak akan pernah lepas dengan adanya konteks zaman. Apa benar perspektif perempuan yang setara dalam konteks umum dan khusus ini masih baru di negeri ini?.

Hal di atas tentu membuat kita berpikir bagaimana “pemahaman dibentuk oleh ‘pengalaman’ yang memang ada di sekitar kita bahkan bisa saja membuat kita tahu akan hal yang belum diketahui’…” sedangkan “pengetahuan dibentuk oleh hasil ‘pengalaman bacaan, pada pandapat-pendapat’ orang lain yang diterima dalam pikiran…”pembahasan tersebut akan menjadi lontaran kepada pembaca.

Seorang mahasiswa bertanya “gerakan yang ideal di Indonesia ini seperti apa untuk perempuan?” ujarnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar berkata.

Jawaban Adi (bukan  nama aslinya) “bagi saya sebagai perempuan tidak bisa memberikan pandangan ideal, yang dapat diambil contoh adalah Kartini dengan baca karya-karyanya, jangan idola ke-sosok tokohnya saja, tapi juga perlu mencerna pemikirannya… yang masih relevan, menurut ku.” Ucap dengan singkat, dan tidak menjawab  kembali.

Seperti itulah yang paling bisa disampaikan oleh Adi. Seorang yang sangat konsentrasi dengan kajian perempuan, walaupun jurusan dia hukum. Sekarang ia melanjutkan studi lanjut di salah satu kampus di Jateng. Kepedulian atas hak-hak perempuan saat di forum-forum selalu terlontarkan olehnya,  tentu dengan perspetif hukum. Perlu diketahui membicarakan hukum perlu memposisikan sebagai negarawan, bukan perspektif: agama, sosial, dan budaya.

Dia selalu memposisikan diri sebagai seorang yang membicarakan  sesuai dengan data, bukan sekedar bicara. Bicara dengan refrensi saat dilontarkan “Membicarakan Feminisme” karya Nadya Karima Melati. Dia pijakan yang selalu muncul dalam pembahasan itu dengan dasar-dasar yang begitu kental dalam dunia hukum.

Namun ketika laki-laki melakukan argumentasi di hadapan perempuan, siap-siaplah untuk bisa menerima segala resiko. Baik dan buruk mungkin perlu diterima di dalam pandangan mereka yang logis dan sesuai dengan realitas. Begitulah mungkin bisa dilakukan oleh para pembicara dan pembaca.   

Jangan sekali-kali membahas perempuan di sebuah kelompok yang di dalam forum tersebut tidak ada perempuan, jika suatu saat diketahui pasti akan disalahkan bagi yang tahu mengenai pembahasannya. Tentang apa yang akan dibicarakan harus diperjelas agar tak ada kesangsian dan kengototan tanpa ada dasar serta sadar, bahwa pembicaraan itu tidak pantas tanpa ada perempuan di dalam—yang tak dilibatkan.

Di Malang saat berproses menjadi mahasiswa,  kegiatan aktivisme yang memang membuat senang yang tidak mengganggu kuliah dan kerja. Kesibukan yang aktivisme tak begitu mengerikan seperti teman-teman lain yang sangat aktif. Saya hanya mengikuti beberapa kegiatan yang berbau bisa belajar tentang sedikit hal. Belajar sedikit hal yaitu fokus dengan kajian satu fokus contohnya belajar mengkaji hal paling dekat dengan kita yaitu kajian sejarah, literasi, pendidikan, dan sastra. Selain itu juga ada kajian mengenai sejarah perempuan dikiuti. Sebab Cak Hari yang menjadi penggagas.

Kajian tentang perempuan tersebut di konsep dengan cara bacaan ketat. Membaca buku seperti tadarus ngaji yang bergantian pertiga paragraf. Setelah membaca menginterpretasikan setiap kalimat sari apa yang telah dibaca. Sebagai pembaca tentu tidak hanya bicara tentang tekstual saja, tapi sering kita melebar untuk membahas secara kontekstual. Dan sepertinya dari buku yang berjudul "Sejarah Perempuan Indonesia" (2008) ditulis oleh Suzanna Coralie Luci-Para de Stuers. Sudah kurang lebih dua bulan mengkaji masih masuk ban dua. Secara konteks zaman buku tersebut mencoba merincikan dari setiap pergolakan perempuan dari urusan global hingga ke individual--buku tersebutlah berusaha membuka perspektif luas.

Secara fokus pembahasan awal-awal merujuk ke arah yang awal mula Nusantara ini akan dipengaruhi oleh apa... serta apa yang terjadi di masyarakat mempengaruhi sistem serta konstruksi sosial. Ternyata apa yang terjadi hari ini secara jiwa zaman punya pengaruh terhadap kejadian serta sejarah masa lalu. Bagaimana relevansi masa silam hingga sekarang masih terus dirasa kita. Namun hal tersebut tidak lepas dengan letak geografis yang menjadikan kita tahu bahwa itu semua salah satu merupakan representasi.

Sebuah wilayah yang memang ditandai dengan adanya sebuah budaya dan agama. Kedua tersebut akan menjadikan masyarakat sebagai makhluk sosial mempengaruhi. Jadi bagaimana masyarakat dapat memahami sebuah kehidupan sebenarnya sesuai dengan dasarnya. Sehingga tidak ada sebenarnya “kengototan-kengototan yang kaku”—yang membuat kita bisa lebih paham akan langkah ke mana dapat dilakukan oleh kita. Pilihan dari pemahaman yaitu “love is wisdom.”  

Jika saya pribadi ngotot dengan apa yang ada dalam agama. Karena masih sadar kalau agama memang menjadi kekuatan mengikat, lantaran sejak kecil telah taklik akan hal tersebut. Arti Agama secara etimologi; kata Agama berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti “tradisi”. Istilah lain yang memiliki makna identik dengan agama adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.

Dalam artian  lain yang sebagai dasar jika, arti agama dalam bahasa Sansekerta adalah a= Tidak, gama: Kacau. Jadi agama adalah tidak kacau. Orang beragama adalah orang yang tidak kacau. Kalau ada orang yang kacau artinya orang itu tidak beragama. Sehingga apapun yang ideal ada dalam dada,  bukan ada pada logika. “Agama bukan Jurnalisme yang dapat diartikan sebagai penerima berita dan menghasilkan berita, tapi juga sebagai tafsir.” Ujarnya Muhammad Al-Fayyadl’s, kurang lebih lebih begitu untuk dapat memberikan pandangan terhadap Revisionisme Islam (diselenggarakan oleh Lingkar Studi Nahdliyyin, 22, Maret 2022).

Dasar yang mengakar terkadang membuat kita lebih bijak menentukan ideal sesuai dengan porsionalitas argumentasi. Seseorang dapat membenarkan sesuatu sesuai dengan referensi, tidak ada kesalahan yang tragis selama argumentasi bijaksana, walaupun tidak logis. Sebab setiap kebenaran di bawah matahari masih tidak absolut. Mungkin berbicaralah sesuai dengan apa yang kita miliki, tanpa membedakan antara baik dan buruk siapa yang bicara dan ideologi apa. Namun kebenaran terletak dalam hati. Jika kebenaran di hadapan tidak dapat dibuktikan secara logis, buktikanlah dengan hati secara bijak. Mungkin.

 


Jumat, 01 April 2022

PENGALAMAN DAN PERKENALAN

(sebuah cara-cara lain yang pernah dilakukan oleh Hunter S. Thompson, pelopor Jurnalisme Gonzo)


Terkadang kita tidak dapat membedakan antara berita dan sastra. Kalau berita dapat informasi sesuai dengan apa yang dicari oleh pencari berita (wartawan). Kalau karya sastra ‘puisi’ didapat dari cara kontemplasi atau rasa yang sering masuk ke diri (sastrawan), di dalamnya. Terkadang pengalaman hidup bisa dijadikan puisi, kadang pun juga bisa dijadikan berita. Lalu apa yang membedakan keduanya: pengalaman dan perkenalan. 

Umi Latifah (bukan nama asli, tapi ia mahasiswa), ia menyodorkan hasil tulisan-tulisannya—yang beberapa hari, bahkan setiap pagi ‘ia menulis’… “katanya” ya, itu mungkin latihan menulis,  atau sedang mengalami gundah dalam  hatinya. Salah satu cari cara paling  baik yang disadari kini menulis. Dengan bahasa Jawa yang baik dan benar serta menggunakan intonasi tinggi, ia berkata lalu menyodorkan.

“Mas, ini tulisanku, coba baca karya ini, bagus kah.” Ujarnya saat ngobrol di warung kopi bersamanya. Seperti biasa  tidak dapat menolak apa  yang memang diminta untuk dibaca. Saat itulah perkenalan  dengan puisi, puisi yang selalu ditulis olehnya, setiap pertemuan selalu membawa dan menyuruhnya membaca tanpa berpikir baik atau buruk  diberikannya. Dalam proses, yang paling baik meminta komentar.

Dulu saya punya pengalaman membaca serta menulis. Pada awalnya hanya ingin menulis, tanpa berpikir baik buruk, menulis saja. Saat itu masih ada pengalaman memutuskan untuk cuti kuliah pada saat semester empat. Saat memutuskan cuti kuliah, ada hal yang memang diharapkan oleh perjalanan itu. Dalam hati berkata, “walaupun saya memutuskan cuti dengan sangat berat, ingin sekali tidak berhenti belajar ingin tetap menghasilkan karya, saat balik ke Malang…” singkatnya perjalanan itu memang membuat untuk melakukan proses latihan menulis, saat bekerja di pabrik.

Di tas selempang hitam yang saya miliki menjadi saksi dalam perjalananku belajar membaca dan menulis. Tas tersebut selalu dibawa ke pabrik. Isinya ada buku bacaan dan alat tulis untuk mencatat. Tidak disangka-sangka juga saat masuk ke dalam pabrik satpam selalu memantau tasku yang memang ukurannya berbeda dengan para pekerja yang lain atau buruh. Saat pagi memulai kerja. Karena saya diberikan nasib baik dalam bidang pekerjaanku. Kebetulan ditempatkan di posisi menghitung barang-barang keluar masuk untuk pengiriman, dan menghitung hasil para buruh perempuan mempacking—yang kerja masuk malam—bahkan lembur. Di pagi hari hasil itu dihitung, saya sebagai penanggungjawab.

Saat mencatat di buku catatan untuk pekerjaan, ada juga ide yang tertuang saat memandang banyak hal di dalam pabrik. Jadi proses menulis puisi yang saban kali menulis, saya melakukan penulisan yang penting bisa dibaca. Proses tanpa pengalaman paling baik. terpenting tangan saat itu mampu menangkap banyak kejadian, dijadikan tulisan. Walaupun tulisan tersebut ada yang jadi puisi bahkan tidak jadi, hanya menjadi tulisan ceramah dan bahkan hanya menjadi motivasi diri, isinya.

Menulis puisi memang tidak dapat dijadikan pilihan untuk bisa membuat kaya. Mengingat setelah membaca tulisan Wahyu Prastya dalam buku berjudul “Wahyu Menulis Puisi” penerbit Pelangi Sastra (2019). Bahwa bagaimana melakukan pekerjaan menulis puisi?, ia menjawab ya menulis saja, siapa tahu nanti akan menjadi puisi… pungkasnya dalam pengantar bukunya.

Begitupun dengan temanku yang bernama Umi Latifa (dengan bukan nama aslinya). Ia menulis dan bahkan sering menyodorkan hasil tulisannya yang sangat ambisius. Tidak pernah salah dalam proses menulis atau apapun, ambisi diperlukan untuk menjadikan kita lebih memiliki tujuan dalam pencapain dalam hidup. Dia pernah berkata dengan perkataan sebenarnya yaitu, “mas saya ini dengan sadar ingin menerbitkan banyak buku ke depannya… sudah aku siapkan dua draf tulisan dengan judul (ju***ng) dan (nama-nama makanan Indonesia), yang akan menjadi puisi…”

Dengan senyum yang sumringah, menawarkan pandangan positif. Dengan kata lain saya tersenyum dengan memuji dengan hal sederhana “terus menulis, akan siap untuk membaca, ya minimal saya akan menampung banyak derita dan tawa dari isi puisi… hehe” jawabnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan intonasi rendah, menjawabnya. Dan sepertinya memang memberikan dampak positif. Karena setiap pertemuan ia menyodorkan puisi untuk segera diterbitkan. Tapi akan diterbitkan setelah tugas akhirnya selesai (ini pernyataan yang tidak sebenarnya, karena di bumi ini tidak ada tugas akhir kalau masih memiliki keinginan, manusia punya hasrat mencapai hal-hal lainnya, lagi…). Tapi sebagai seorang yang sama-sama belajar menulis, harus terus bisa saling berbagi.

Pada saat hari jumat kalau tidak salah dan lupa, saya bersamanya. Tapi ada yang ikut serta saat itu. Kita saling mengerjakan artikel. Artikel tentang unsur estetika dalam iklan, yang menggunakan teori pendekatannya aliran Praha, tokoh salah satunya Roman Jakobson. Walaupun terlalu strukturalis kajiannya. Akan tetapi tetap merasa sulit kalau menganggap itu mudah dan tidak membacanya. Kondisi membuat artikel kurang lebih kita bersama dengan orang yang ikutan tersebut enam jam bersama hingga larut malam. Namun konsep usaha tidak mengelabui hasil, ternyata benar, hasilnya selesai walaupun sama-sama tidak tahu benar atau salah, hanya dikerjakan sesuai pedomannya.

Artikel selesai. Namun kepulangan kita tidak dapat direalisasikan secara cepat karena masih ada yang menghalangi, yaitu hujan. Tidak bisa dipungkiri—hujan yang sangat awet, membuat kita harus banyak hal untuk dibicarakan. Saat ide sudah tidak dapat diobrolkan lagi, bahkan merasa sudah cukup di pertemuan ini. Pembicaraan beralih menjadi pembicaraan para idola dan tokoh di dalam buku (yang kadang lupa buku apa dan tokoh apa yang diobrolkan), tapi tetap saja diobrolkan asalkan ada orang ganteng lewat dan barista teman saya yang memang golocking… banyak naksir, dia pamit pulang, walaupun hujan. Tapi obrolan kita tetap berjalan.

Obrolan mula-mula dibuka  dengan hal-hal gelap dalam hidup; tentang pasangan yang gagal bersama disebabkan orang ketiga, keluarga yang memang sangat menyedihkan karena belum bisa dibahagiakan, dan juga pertemanan yang sangat sibuk dengan diri-sendiri, dan seorang dosen susah ditemui, bisa ditemui tapi konsep serta hasilnya tidak sesuai menyedihkan, dan hidup seperti merasakan kesedihan tidak ada lagi. Ya… walaupun dari sisi banyak ditawarkan cara lain untuk mengingat bahwa kesedihan tidak hanya hanya dirasakan oleh kita, dan masih banyak yang lebih tidak beruntung dari kita… mahasiswa.

Mula-mula pertanyaan dimulai dengan “karya ini dan punya Liya (nama asli dengan karakter tidak sebenarnya) lebih bagus mana, mas?” dengan cepat menjawabnya, “bagus karya itu relatif, jawabannya ini saya jawab secara subjektif sebagai pembaca ya…” dengan senyum menjawab dan melontarkan jawaban singkat. Berkata.

…“Karya bagus itu saya harus memohon maaf kepada penulis besar serta para kritikus paling masyhur di negeri ini dan di luar negeri ini. Sebab jawaban ini hanya menjadi jawaban secara pribadi untuk tetap menganggap kalau dua karya yang saya baca sekaligus sebagai editor: ada yang memiliki gaya  menulis naratif dan juga secara pola lama—yang terpenting dapat disampaikan tentang nilai (isi hatinya. Itu yang dapat saya sampaikan paling sederhana dan tidak bisa berlebihan dan pedas, karena yang pedas cukup cabai, saja hehe. Saat itu dengan senyum yang lain disampaikannya.

Mengingat dengan salah satu penyair Arab tepatnya di Damaskus (1965) pernah menulis esai berjudul “Petry Buses” untuk menjawab pertanyaan mengenai menulis puisi, pujangga tersebut bernama Nizar Qabbani. Dalam esainya mengatakan “Menulis, adalah seni keterlibatan,” kutipan esai tersebut diambil dari esai yang ditulis Dea  Anugrah (2016) dimuat oleh media Tirto.id.

Kutipan Nizar Qabbani, membuat kita berpikir sekaligus memberikan jawaban atas sodoran tulisan-tulisan yang diberikan oleh Umi Latifah (bukan nama asli). Ia memang gemar  menulis dan saat itu pula temannya sering mendiskusikan sebuah karya dengan  banyak  hal dapat dikerjakan. Tentu, selain tugas akhirnya yang akhir-akhir ini membuat pusing katanya.

Temannya dengan menyodorkan sebuah tulisan untuk sesekali dan kadang setiap pertemuan tidak dilakukan. Ya mungkin saja karena kesibukan yang lain hingga terlupakan luka-luka yang menimpa, hingga saat bahagia lupa menulis puisi dan membaca, kecuali membaca Wa.

Temannya menyodorkan cerita. Setelah lama tidak bisa pulang  menunggu hujan. ia bercerita banyak panjang lebar. Nama temannya Tabrani (nama asli, tapi bukan sebagai teman saja). Sebagai seorang yang hanya bisa mendengarkan, ternyata ia juga menulis puisi sebagai bentuk terapi. Ia menceritakan kisahnya pada tahun 2021 bulan Juni-Juli kalau tidak salah, tepatnya. Ia merasakan kekuatan dalam hidup. Saat mengingat semua sangat menyentuh akan membawa penceritaannya.

Ia bercerita tentang keluarganya. Khususnya ibunya yang sedang sakit dan bersamaan dengan putusnya cinta bersama dengan pasangannya yang telah menjalin hubungan  selama 5 tahun lebih. Sejak itu memang masa sulit keluarganya, ditambah memang pandemi covid 19 marak-maraknya.  Keluarga yang harus melakukan isolasi mandiri, karena semua keluarga positif covid. Ditambah ibunya sangat—yang tidak wajar (sakit lama di rumah sakit), bahkan syukur karena masih diberikan kelancaran dan sekarang masih bisa beraktivitas dengan baik. Kesempatan bagi Tabrani untuk membuat kedepannya membahagiakan orang tua perempuannya dengan gelar yang masih diperjuangkan, dan itu memang harapan satu-satunya, selain memang cinta yang (pasanganku yang dulu kurang beruntung denganku, menyia-nyiakan emas untuk mendapatkan batu kerikil hehe). Tersenyum  dengan sumringah dengan mata berkaca-kaca kalau luka tak dapat berbohong pada air mata, kecuali air mata haru yang dibuat oleh seorang yang dicinta, akan jadi bahagia.

Cerita itu memang menjadi pertemuan kita hari itu, yang memang tujuan awal untuk menyelesaikan artikel. Artikel selesai dan sambil menunggu hujan, kita tetap melakukan kisah-kisah atau menceritakan genjilan dalam hidup.  Namun penceritaan yang ganjil bukan untuk bisa melahirkan rasa benci pada masa lampau yang telah terjadi, bahkan untuk membanggaka sebuah kekacauan masa lalu. Cerita ini bentuk jalan untuk tetap bisa mengubah lebih baik untuk kedepannya.

“Kelemahanku kini yaitu ambisius, yang memang membuat aku harus bisa mencapai dengan cara apapun tanpa merugikan orang lain… apakah itu salah mas?”ujarnya dengan akhir pertemuan.

“Tidak salah kalau kita masih sadar akan hal tersebut… terpenting prioritaskan serta pandanglah keluarga  kita yang perlu dibahagiakan dengan cara-cara kita ini, yaitu apa yang telah dilakukan di dunia pendidikan, hingga sekarang. Sudah pulang dulu).

Dalam setiap pertemuan kadang bisa saja menimbulkan sebuah jalan baik dalam kehidupan kini dan masa akan datang. Seorang bisa berekspresi dengan cara dan sesuai dengan kemampuannya sendiri untuk memberikan fungsi dan manfaat. Namun yang utama bisa paham akan hal bahagia dicipta dengan cara sederhana namun  bisa menjadi luar bisa. Mungkin.