Minggu, 22 September 2019

Musim Panas di Indonesia; Kunci Masyarakat Madani

Foto; PPMI-Malang

Musim Panas di Indonesia; Kunci Masyarakat Madani

Masyarakat madani akan selalu memiliki kesadaran tinggi, kesadaran akan sebuah kebijakan, keadaan,  dan melakukan sebuah tindakan, hal itu menjadi impian di setiap negeri, bahwa masyarakat akan sadar dengan dirinya sebagaimana ia berperan sebagai tiang dari sebuah Negara bahkan menjadi pondasinya. Negara bisa diistilahkan bagaikan bangungan rumah pondasi dan tiang-tiangnya adalah masyarakat, untuk membangun rumah bukan hanya butuh indah, melainkan perlu kokoh. Maka hal ini berkaitan dengan kepercayaan dan para pemangku kebijakan bisa memukan apa yang menjadi kebutuhan rakyat. Seingga terbuka untuk mencipta sebuah peradapan.

Musim  panas negeri ini merupakan  hal yang wajar, karena iklim dan negera dengan  letak geografis lurus dengan katulistiwa memiliki dua musim. Namun, panas hari ini tidak seperti musim panas pada umumnya. Seharusnya kita semua tetap merasakan apa yang patut dirasakan  untuk kehidupan kita.  Namun panas ini merupakan keadaan negeri dalam keadaan tidak biak, tugas  warga yang sadar perlu untuk bisa mengambil peran aktiv, serta memberikan fungsi pada kehidupan. Ada apa dengan negeri ini, keadaan  negera harus memahami apa yang telah lakukan pemangku kebijakan.

Setiap kebijakan tentu akan menimbulkan pro dan kontra. Banyak perseteruan apalagi dalam menyikapi sebuah keputusan yang berkaitan dengan orang banyak. Pro dan kontra sebuah hal biasa, namun menjadi kekhawatiran keputusan melahirkan keos. Hari ini sepertinya Indonesia mengalami musim panas berkepanjangan. Beberapa keputusan melahirkan sebuah konflik kerkelajutan. dan musim ini membuat air tambah kecil sumbernya. Terutama mengenai apa yang telah menjadi pertimbangan  penguasa kita. Akhir-akhir ini pro dan kontra yang terjadi mengenai keputusan yang telah dilakukan oleh para kepentingan birokrasi kita, hal itu merupakan sebuah ujian besar bagi kaum kecil dan terpelajar kita hari ini.

Kesdaran calon cendikia yang berada di perguruan tinggi tidak semua kejaman berpikir dan mau memperhatikan negeri ini tidak terlalu banyak. Mungkin saja anggapannya tidak perlu memikir negeri ini karena sudah ada yang mengurusnya.pemikiran itu bukan sebuah pemikir seorang cendia yang berada di perguruan tinggi dan dianggap agent perubahan agent of change mahasiswa bukan hanya itu, namun memiliki peran konrtol serta menyadarkan masyrakat akan fenomena sosial.

Dalam hal ini tentunya harus kita pahami  secara realistis. Berasumsi jika masyarakat tidak akan terlalu dan banyak merespon kejadian negeri ini, ketika telah terpenuhi kebutuhan mereka. Dan kadang berpikir apatis dengan keadaan negeri ini. Namun tidak semua bisa memahami secara detail mengenai itu semua. Masyarakat hanya merasakan dan menjadi pelaku pula, walau ada dengan bijaksana menerima atau dengan bijaksana tidak menerimanya.

Di kehidupan masyarakat berpikr tidak akan pernah peduli siapa pemimpin kita, siapa yang di atas kita, terpenting kebutuhan mereka yang empat hal telah terpenuhi; seperti sandang, pangan, gedong, dan papan, dalam bahasa Indonesia sandang “baju”, pangan “makanan”, gedong “tempat”, papan “petunjuk/pengetahuan”. Ketika semua itu telah terpenuhi masyarakat terkadang akan apatis dengan semua yang terjadi dengan keadaan negeri ini. Sebab kebutuhan  primier manusia itu. Namun, bagi yang yang terdidik tidak hanya menerima apa adanya dengan apa yang ada di kehidupan serta lingkungan kita.

Selaras apa yang telah ditulis oleh Ir. Soekarno dalam bukunya berjudul “Dibawah Bedera Revolusi” bahwa sebagai Aria Bima-Putera, jang lahirnya dalam zaman perdjoangan, maka Indonesia Muda inilah melihat cahaya cahaya matahari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia, lagi berada dalam perasaan tak senang dengan nasibnya. Tak senang dengan dengan nasib-ekonominya, tak senangn dengan nasib-politiknya,  tak senang dengan segala nasib lain-lainnya. Maka harus sadar bahwa “Senang dengan apa adanya adalah masa lalu” di zaman baru; zaman muda, sudahlah datng sebagai fajar yang terang cahayanya (Hal 01;1963).

Hal itu menunjukkan bahwa masa lalu yang telah berlalu dengan apa yang sudah apa adanya dalam menerima tentang hidup. Hari ini cahaya telah terang banyak cara manusia melakukan sesuatu untuk bisa membuka ruang untuk kehidupan baru hari ini. Dan berperan dalam keadaan hari ini banyak cara bagi kaum muda yang ingin berperan dan menemukan fungsinya.

Musim panasdi Indonesia sekarang ketika kita lihat, bukan sebuah cuaca melainkan sebuah rentetan sebuah peristiwa pasca pemilu yang begitu sangat memilukan dan membingungkan. Untuk berkata seperti apa dalam menyikapi dengan bijaksana. Namun sebagai orang yang cinta terhadap tanah air bukan hanya diam dengan menikmati apa yang terjadi, kaum terpelajar mencoba untuk merekam dan bisa menemukan sebuah keadaan negeri ini. Dan yang terjadi akhir-akhir ini yang sepertinya menjadi konflik horizontal, kita lihat rentetan keadaan negeri ini. Dimulai dari adanya keputusan  Presiden perpindahan Ibu kota, pengesahan UU KPK oleh DPR yang baru-baru ini dilakuakan, Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP), Kebakaran Hutan, dan Konflik Agraria di Kebumin. Semua itu  merupakan sedikit yang terekam, lalu bagaimana menyikapi hal itu semua?, pertanyaan itu mungkin akan menjadi kajian tersendiri dalam setiap elmen, organisasi, dan bahkan orang-orang individu yang memiliki pendapat sendiri mengenai hal ini semua.

Banyak cara untuk bisa memberikan peran dengan mendoakannya, dengan memberikan peran langsung dengan turun ke jalan, menuliskan, dan bahkan para para pemimpiin yang memang serius menangani tanggungjawabnya. Semoga panjang umur dan tanggungjawab moral tentang negeri ini secara bersama bisa dicipta dan tidak adalagi keos berkepanjangan. Terpenting tidak hanya pasrah dengan apa yang ada dan yang terjadi,  mari bersama-sama saling membenahi sesuai dengan disiplin ilmu yang digeluti.

Sehingga cita-cita menjadi negeri madani tercipta; dengan kesadaran  masyarakatnya dari bawah menuju ke atas. Tidak ada kesangsiang kalau dari atas ke bawah, sebab jarang dari atas akan ke bawah lagi karena telah nyaman di atas. Maka mencipta masyarakat madani hanya dengan membuka kesadaran atas diri untuk bisa mengembangkan apa yang menjadi langkah awal peradapan baru dalam negeri ini.

Biografi
Akhmad, Mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia (PBSI) FKIP-UNISMA,aktiv di LPM Fenomena, HMJ-PBSI, dan kamunitas baca gratis Gerilya Literasi.

Jumat, 20 September 2019

Meneladani Alm. BJ. Rudy Habibie; Teknokrat, Negarawan, Humanis, Spritualis


Gambar: Lpmsiar.um


Beberapa hari lalu tepat tanggal 11/09/2019. Indonesia kehilangan sosok inspiratif, sosok tersebut bernama Alm. BJ. Rudi Habibie meliliki jiwa negarawan, teknokrat, setia, humanis, dan spritualis dan tentunya banyak kelebihannya yang patut menjadi teladan. Khuususnya pada generasi bangsa, jika kita tidak bisa meniru ke jeniusan berpikir teknokratnya, namun semangat-semangat yang positif lainnya itu diteladani sebagai generasi hari ini. Mulai dari semangatnya serta ketekunannya.

Beberapa hari lalu ada yang bertanya; apa yang harus kita ambil dalam mempelajari sejarah, apalag menegenai biografi seorang tokoh? Belajar sejarah samahalnya dengan belajar filsafah. Filsafah apa yang harus kita pelajari, apa yang harus kita ambil dari pelajaran filsafah. Keduanya sama-sama memberikan dampak positif, walau secara objektif akan memiliki dampak positif negativ. Keduanya akan menjadi subjektif ketika dikembalikan ke setiap individu. Namun yang paling penting dari sejarah yaitu mempelajari pengalaman dan semangatnya. Jika falsafah mengenai cara berpikir yang bijaksana.

Dalam tulisan kali ini kita akan mempelajari biografi dari sosok tokoh republik Alm. BJ. Babibie yang pernah menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1998 pada saat Indonesia mengalami goncangan besar. Dan pasti akan tercatat dalam sejarah negeri ini. Beliau beberapa hari lalu telah berpulang kerahmatulloh. Semoga diterima di sisi-Nya dan ditempatkan di surga-Nya.
Sosok yang memiliki jiwa yang patut kita teladani dalam bentuk membangun jiwa kesadaran diri dalam membangun intelektualitas, kreatifitas, dan spritualitas. Hal ini berkaitan dengan sebuah perjuangan yang humanis, nasionalis, dan teknoktratisme. Beliau hadir dalam menyembuhkan Negara dalam bahasa kasarnya, yang pada masa itu bisa dikatakan dalam keadaan sakit keras kronis. Pada tahun 1998 negara  Indonesia memiliki rekam jejak sejarah besar tentang banyak peristiwa Negara Indonesia. Mulai dengan aksi massa mahasiswa, serta kesuksesaan masyarakat, militer dalam menumbangkan rezim yang dianggap tidak sesuai dengan asaz-asaz negara. Masyarakat mengalami kesengsaraan akan segala kebijakan. Hal itu menjadi jalan paling sukses dalam pergerakan mahasiswa dalam menurunkan rezim, kurang selaras diterapkan. Beiau datang dengan begitu bijak dalam salah satu wawancaranya berkata. “Saya datang dan menjadi presiden bukan tentang jebatan, namun tentang keadaan negeri ini”. Ujar pada saat diwawancarai oleh R. Toto Sogiharto dalam buku yang berjudul Dari Malari Ke Reformasi biografi BJ.  Habibie.
Alm.Habibie memimpn negeri ini tidak disangka-sangka. Karena secara jabatan tidak ada ambisus jabatan bahkan ke ambisi berpolitik. Ia datang sebagai sebagai orang teknokrat yang bercita-cita ingin menjadikan negeri ini nantinya maju dari segi teknologi. Namun tugas presiden bukan hanya itu, banyak hal lain yang harus dikerjakan. Dan sebagai pengganti seorang Soharto dalam kondisis paling kacau negeri ini bukan dengan mudah membalingkan kincir angina.

Sebagaimana dalam sejarah Indonesia telah menorehkan sejarah baru. Seorang yang memiliki jiwa teknokrat yang selama hidupnya lebih banyak di luar negeri, tepatnya di Jerman. Menyelesaikan studi di Jerman dan mendapatkan posisi dalam pekerjaan bisa dikatakan lebih nyaman. Namun jiwa nasionalisnya jika tidak ada panggilan jiwa untuk kembali ke Indonesia untuk ikut andil dalam mengembangakan negeri pada saat itu kondisi caruk maruk. Mulai dari bangungan serta penerapan pemimpin, tidak sejalan dengan masyarakat sehingga masyrakat tidak menyimpan kepercayaan terhadap negeri ini, degradasi perpikir positiv. Pecahlah reformasi 1998,  bentuk ketidak puasaa masyarakat.

Tepat pada 22 Mei 1999 sejarah baru dibuka kembali. Alm. BJ. Habibie resmi dilantik menjadi pemimpin republik ini. Tanpa ketidak siapan dalam bidang politik. Namun mau tidak mau-mau, jika mengingat dengan apa yang dilontarkan Soekarno bahwa seorang pemimpin terbaik terkadang datang tanpa direncanakan. Hal itu membuktikan bahwa negeri ini secara cepat butuh pemimpiny yang dimiliki olehnya dan itu sudah disepakati oleh para tokoh dan pemangku kebijakan pada masa itu. Jiwa nasionalis serta negarawan di sini secara signifikan dirasakan oleh warga Negara Indonesia harus kita berikan kepadanya. Walau pada akhirnya akan terjadi pro dan kontra atas ke pemimpinannya; namun ketika berpikir positif hari ini beliau orang yang bijaksana.
Karakter yang dimilikinya menjadi refleksi terhadap generasi hari ini dan meliputi jasa yang dilakukan olehnya, patut kita pahami agar tetap memberikan pandangan postif atas kemajuan negeri ini. Dan beliau bukan nabi atau malaikat yang tidak memiliki rasa salah, tetap sebagai manusiawi. Jasa beliau yang sangat signifikan yang bisa dirasakan samapai hari ini. 
1.      Tidak memiliki ambisi politik kekuasaan

Ketika memandang dari segi ke ambisiusan dunia politik dalam dirinya tidak terpatri. Namun dalam dirinya terpatri ingin mengembangkan negara melalui perkembangan tekhnologi, tentunya yang akan dikembangkan pesawat. Pada dasarnya Alm. BJ. Habibie tidak ambisius terhadap jabatan dilihat dari wawancara yang telah dilakukan oleh Raden Toto Sugiharto dalam buku berjudul Dari Malari Sampai Reformasi. “Menjadi Presiden, bukan segalanya bagi saya, tetapi yang terpenting apa yang terbaik bagi bangsa ini.” (2006:450).
2.      Rasa Humanisme dan jasa pada HAM di Timur-Timur
Jasa pada negeri ini terletak pada referendum Timur-timur yang dilepaskan. Dan menjadi negara sendiri bukan tanpa alasan yang tidak kuat melepaskannya. Menyetujui referendum yang diajukan oleh masyarakat Timur-Timor tidak berbicara tentang afiliasi politik namun secara kebijakan yang dilakukan sesuai dengan dasarnya, hal itu dilakukan dan disetujui untuk merdeka dari Indonesia, karena pada dasarnya Indonesia pada saat Proklamasi Soekarno-Hatta 1945 tidak memasukkan wilayah tersebut.

3.      Pembebesan UUD Pers Pasal

Kini tidak ada lagi pemberedelan yang dilakukan secara terang terangan oleh penguasa. Berbeda dengan Orla dan Orba. Mochtar Lubis pernah mengatakan dalam esainya yang berjudul Pers masa sekarang dan masa lalu, sangat berbeda Orla pers hanya dikendalikan oleh para aparatur atau presiden di Orba lebih parah dalam memperlakukan pers melakukan pemberedelan terhadap media tidak diberi izin. Padahal pada saat itu pula Pers sebagai pilar ke-4 Demokrasi mengapa semua menjadi paradox. Dan pasca reformasi tahun 1999 Habibie dengan tegas membuka ruang kebebesan pers dan berpendapat dimuka umum, yang kini dirasakan hingga saat ini.
4.      Teknokratisi

Kejeniusan orang Indonesia yang terlahir dari wilayah timur tepatnya Pare-pare tidak dapat diragukan kembali dikancah nasional dan internasional. Hal itu bisa dibuktikan rekam jejak pada saat Habibie masih muda hingga dewasa. Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Wafat 11, September 2019 di RS. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta.

Hal tersebut bukan tidak mungkin beliau seorang manusia sempurna. Keputusan yang dilakukan terkadang banyak pula yang tidak menyetjuinya, hal itu bisa dikatakan pada memutuskan dan mengesahkan referendum menuai pro dan kontra dan konflik yang horizontal terhadap militer dan masyarakat yang sipil yang memiliki prespektif tidak tegas dalam menyikapi persoalan tersebut hingga pecahlah Timur-Timur menjadi negera sendiri.




Biografi
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP- UNISMA. Aktiv di LPM Fenomena, HMJ-PBSI, Komunitas baca gratis Geriliya Literasi.   

Sabtu, 14 September 2019

Rutinitas dan Kreatifitas

Rutinitas dan Kreatifitas

Akhir-akhir ini saya tidak sengaja dan walaupun kadang disengaja jalan-jalan ke perpustakaan pascasarjana sebutkan saja kampusnya Unisma. Memandangi setiap rak-rak kaget ada yang berwarna hitam, coklat, merah, dan kuning. Ada pula buku-buku yang dibedakan dengan itu semua, sempat duduk sebentar lalu berpikir apa yang membedaakan dari keduanya?, pertanyaan itu seperti tertunaikan dalam diri sendir dan lucunya ya menjawab sendiri, walau kadang merasa tidak tepat kawabannya. Tawaku dalam hati ketidak tahuan itu membuat lucu dan bahagia. Makanya manusia dicipta dengan ketidak tahuan (tidak langsung kata 'Kun' Allah berikan), akan ada kesempurnaan manusia yang tidak akan menajdi sebuah kebahagiaan. Bergumam dalam hati.

Dan, sempat pula saya berpikir apakan bisa saya membaut seperti itu. Tanya dengan diri sendiri. Dijawab sendiri, ditumakan kebosanan tak berkesudahan. Dalam hati bergumam lagi melihat orang-orang merunduk memabaca buku ada pula yang membaca WA, tidak tahu mana yang baik menurutku tidak bisa disimpulkan. Biarakan saja, saya hanya berusaha dan berpikir bagaimana di tangan mereka nanti bisa membaca karyaku. Seperti buku yang dipegang oleh Profesor La Fianiata dipojok itu, dia asik sepertinya membaca Mochtar Lubis terpampang judul bukunya'Senja Di Jakarta', saya pernah baca dulu minjam juga dalam waktu singkat dan itu sangat ingin tahu isi dari buku itu karena ada perempuan yang meminta tolong carikan buku itu, setelah dapat saya berikan dan sebagai imbalannya saya meminjam untuk membacanya. Namun berbeda dengan buku yang ku pegang yang satu penulis. Di tangan saya berjudul 'Jalan Tak Ada Ujung' saya memang lambat kalau baca. Sepertinya Prof itu andai ingin berbagi cerita tentang isi buku yang dibacanya, mungkin saja saya mau karena waktu saya baca belum bisa memahami secara detail. Tapi sepertinya tidak mungkin dia menabrak keinginan dan bisa menbaca apa yang saya inginkan.

Dalam benakku berkata lain. Kenapa semua orang bisa merasakan dan menikamti hasil teks yang dipersembahkan penulis, caranya apa. Dan itu membuatku berkeinginan bisa pula membuat karya yang memukau seperti buku yang dipegang oleh mereka, dan mempengaruhi pikirannya dengan apa yang bisa berikan. Apakah itu impian seorang penulis semua banyak orang miliki, kalau itu memang betul semoga saja nanti Tuhan lagi tersenyum mentitahkanku bisa menulis, karena saya berpikir lagi di masa lalu yang gelap dan suram. Tak ada cahaya hingga sekarang dalam hati, minimal seperti lentera kecil yang tebuat dari botol kratindeng, diberikan sumbu dan minyak tanah lalu dinyalahkan, dan hati bisa terang paling sederhana. Mungkin dengan menulis itu bisa mengikat dan bisa memberikan sedikit terang bagiku. Dan bisa menulis untuk sebuah tebusan dosa-dosaku, orang tuaku, temanku, dan para pemimpin bangsaku. Dan setiap tulisan bentuk lain dari ucapan dan ucapan bentuk lain dari doa, kala tulisan tercipta saya berpikir kalau dibaca oleh orang banyak pasti mereka samahalnya mendoakanku sebagai penulis. Mungkin harus memulainya dulu.

Beberapa bulan kemudian. Telah tiba suatau masa di mana manusia akan menemukan rasa kebosanan, dan saya manusia pasti alami itu semua. Dan sempat berpikir menulis itu senang karena dalam keseharian itu mencoba merekam banyak peristiwa apa yang bisa ditanggap oleh jiwa. Menuangkannya pada buku dalam betuk, puncak kebosanan itu saya rasakan kala menulis bukan hanya menyimpan ide, melainkan menggabungkan paragraf satu ke paragraf lain, memulai dari kata dan menyususunnya, memilih diksi yang mudah dipahami dan semua bisa mengerti. Belajar bahasa lagi dalam bentuk tulis, dan bahkan sering kehilangan inspirasi harus baca buku lagi. Hal itu ditemukan; bahwa menulis seperti merasakan kebosanan kadang kehilangan inspirasi bahkan kala pernah coba menekuni itu semua, kehidupanku berbeda dengan teman-teman yang lain, kadang harus mengasingkan dari keramaian dari kost dan pergi mencari tempat baca paling tenang, lalu menuliskan, dan teman diskusi jarang ada yang l sejalan yang tentunya bisa memerikan masukan dan memujilah tulisan agar ada greget terus dalam belajarnya, hal itu dirasakan kala semua kebosanan bahkan kehilangan inspirasi, dibawa meminum kopi pergi ke tempat ngopi ada inspirasi tapi bukan tentantang itu semua yang terjadi dalam diri, hanya perbincangan antara teman mengenai hidup dan fenomena yang ada menjadi objek pembicaraan. Hal itu ada baiknya juga kala sendiri ketika pulang itu ide yang dibicarakan menjadi objek tulisan. Dalam kesimpulannya menulis tidak semudah yang dipikirkan, ketika sudah membawa kertas kosong dan sudah memulai menulis kertas yang telah terisi penuh tulisan itu akan menjadi apa, dibaca, atau hanya hilang tanpa ada maksud apa-apa tiba-tiba hanya menjadi tumpukan dalam kardus yang semakin tahun ke tahun menjadi lembab dan menguning bersyukur bisa dimakan oleh rayap, kalau hanya terhapus dengan sendirinya tanpa ada yang menyentuh dan membacanya, apa yang telah ku tuliskan.

Dalam kesendiran yang sunyi malam-malam itu pikiranku dihampiri oleh ide. Dan seperti ia berkata; "Banyak kehidupan di luar begitu luas, apa yang dirasakan olehmu tidak pernah dirasakan oleh orang lain ketika itu dituliskan maka akan melahirkan sebuah pengetahuan baru bagi kehidupan orang lain, apakah kamu tidak mau jadi manusia yang berguna bagi kehidupan, menulis memang membosankan tapi harus ada yang menuliskan karena di luar sana masih banyak yang merindukan untuk membaca tulisanmu, tugasmu menulis untuk jangan memikirkan pembaca, persembahkan saja tulisannya untuk keluarga dan anaknya kelak kalau kau gagal jadi penulis, yang bisa hidup dengan karyanya dikenal oleh banyak orang dan tulisannya dibaca oleh ribuan orang, seperti Gabriel Marques, Borges, Shaskpire, Mislawa, Hemingwey, Mo Yan, dan penulis Indonesia seperti Pramodeya At, Hamzah Funsuri, Eka Kurniyawan, Chairil Anwar, Mochtar Lubis, Tirto, Laskmi Pamunjak, dsb. Maka menulis saja dulu" percakapan itu ditutup dengan kata perintah "menulislah dulu", dan menyimpulkan bukan ketenaran atau kebahagiaan menjadi tujuan menulis tapi bagaimana fungsi manusia bisa dirasa oleh makhluk hidup lainnya, dan keabadian akan hanya ada dan dimiliki manusia yang membaca.

Banyak dari para pakar dan para pemula memimpikan keduanya segera selesai dalam berkarya. Memahami ambisi itu tentunya tidak bisa melaskan keseriusan komitemen diri; terdapat dalam bentuk Aktivitas dan Rutinitas; kedua tersebut kata yang tertanam dalam diri harus kita semua amini, sebagaimana bisa kita syukuri dalam bentuk hasil yang sekiranya itu bisa maksimal. Manusia tentunya akan bisa memaksimalkan semuanya tapi tidak akan lepas kelemahan dan kelebihan itu ada.

Karya bentuk lain dari hasil pemikiran manusia yang keluar dari akan budi, yang lahir tanpa ada intervinsi, hal itu hanya dimiliki kreatifitas diri. Kreatifitas dalam proses mencipta merupakan kerja-kerja naluri manusia tanpa intervesi kecuali imajinasi dan walau kadang ilusi untuk bentuk kerja manusiawi mengabdi pada diri sendiri; yang perlu mengasingakn untuk bisa mencipta. Seperti halnya buku yang ada di dalam gabar berjudul 'Jalan Tak Ada Ujung' karya Mochtar Lubis. Karya sastra berupa novel itu merupakan hal lain dari kerja-kerja kemanusian yang humanis; adapun pasti selain tentang itu semua yaitu mengenai spritualis, eksklopedis, sains, dan humaniora. Semua itu kadang masuk karya yang meliputi karya-karya sastra lebih universal masuk di dalamnya. Praktik-praktik keduanya merupakan sebuah kebebesan yang terpatri dalam diri sebagai bentuk implemintasi kerja kemanusiaan, bakan hanya dituntut bisa tapi kreatif, solutif, dan berimajinatif.

Kedua masuk pada sebuah karya yang begitu mengerikan, tapi juga tidak begitu setiap hasil karya memeng butuh sebuah pengorbanan. Kadang pula kita harus mengasingkan diri dari keramaian, dan bisa dicap kalau indivdualis. Itulah proses panjang manusia bisa mencipta perlu memaksa, bahkan bisa menderita. Namun sebuah skripsi yang bisa pula karya dari kita khusus biasanya orang-orang akademisi, jika menganggap kalau semua karya ini bentuk dari kerja-kerja beraktivitas, bukan kreativitas; sebab hanya keinginan yang final (the goal of achieving happiness), hal itu kadang menjadi terget akhir dan berpikir tujuan sebuah final dari karya.

Kedua karya tersebut merupakan kerja-kerja keabadian; sebab menulis merupakan bukan suatu yang mudah memutarkan kincir angin dan bisa berbaling-baling ditiup angin. Semua perlua namanya ketekunan, kerajinan, konsisten, dan kreatif. Sebagai bentuk karya yang nanti bisa mengabadi, dan diambikan. Dan nanti bisa dirasa oleh lingkungan, membukakan ruang penderitaan makhluk hidup dengan sebuah karya tersebut, dibuat oleh manusia yang berjiwa besar, melewati batasan-batasan yang transenden.



Akhmad Mustaqim 2019
Di tulis di Perpustakaan Pascasarjana


Kamis, 12 September 2019

Mengenal Kepribadian Alm. BJ. Rudy Habibie

Gambar: karya Eka Dina Fitri

Berdamailah dan Tumbuhlah; Kesetiaan, nasionalis, speritualis.
BJ. Habibie semoga tenang di alam sana dan bertemu di surga bersama Ibu Ainun.

Negeri ini digemparkan dengan kehilangan sosok negerawan yang menginspiratif banyak orang. Teringat pada masa kecil dulu, dengan masa kecil kala ditanya akan jadi apa ketika besar nanti, pastiku menjawab. Akan seperti Bapak Habibie yang bisa membuat pesawat. Masa itu saya tidak tahu sosok seperti dia, mengapa semua mendambakanya, bukan hanya mengaguminya tapi kepribadian yang nyaris sempurna sebagai manusia. Sosok yang setia, nasionalis, dan spritualis. Hal ini yang akan jarang dimiliki oleh seorang pimimpin besar negeri ini. Kecerdasan yang memang jenius. Teori masih digunakan di Jerman dan relevan tak lekang zaman.

Penemuan pentingnya itu mengantarkan Habibie menduduki jabatan sebagai wakil presiden Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh (MBB) di tahun 1969. MBB merupakan industri pesawat terbang besar di Jerman. (CNN 11/09/19)

Selama berada di Jerman, Habibie secara tekun mengembangkan temuannya tersebut yang kemudian dikenal dengan sebutan 'Teori Habibie' dan 'Metode Habibie'. Teori temuannya tersebut telah dipatenkan dan diadopsi untuk kemajuan teknologi kedirgantaraan. (CNN 11/09/19)

Teringat, pada dua tahun lalu awal masuk kuliah pada saat itu teman mengirimkan sebuah foto dan potongan tulisanya BJ. Habibie, karena berangkapan keputus-asaan yang menabrakku kala itu tidak ada harapan kuliah lagi, dan sadar kalau teman bertujuan agar tidak ada rasa putus asa lagi atas apa yang telah menjadi pilihanku.

Semoga bunga bentuk kata akan terbalaskan hari ini bisa berada di luar alam semesta bisa diterima dan harumnya merona. Selamat jalan Bapak BJ. Habibie. Semoga tenang di sana dan bertemu dengan Ibu Ainun.

Hari Rabu tepat tanggal 12, September 2019. Presiden ke 3 Indonesia menghebuskan nafas terakhir. Ingin sekali membuat puisi padanya. Karena beliau salah satu orang yang menghampiri pikiranku pada awal-awal masuk kuliah, menjadi sosok mengispirasi. Pada awal kuliah 2015 temanku, Namanya Lutfi dia teman dekatku, dan dia menjadi salah satu orang yang pertama memperkuat tekad Untuk kuliah. Samping itu ia juga sering mengirimkan kata-kata motivasi kepadaku, kata-kata yang dikirim, yaitu pemikiran dari Alm. BJ. Habibie. Dari kata-kata yang banyak dia kirimkan kepada saya dan selalu diingat "Kuliah bukan tujuan akhir dari belajar kita harus terus belajar, dan yang ke-2 saya ingat hingga akhir ini, qoutesnya beliau paling umum dibuat andalan mahasiswa; "Kesuksesan bukan dilihat dari nilai IPK tapi dari keseriusan dan usaha" hal itu menjadi penguatku di awal kuliah yang begitu dilema karena menjadi orang yang dikatakan tidak bisa apa-apa dan patokannya hanya qouet tersebut.

Sekarang telah tiba di mana akan menjadikan rindu padanya, dan akab menjadi orang paling menginspirasi. Semoga ketiadaannya akan menjadikan kita semua tahu tentang arah pemikiran, dan bisa berbiak dalam diriku, semangatnya serta ketekunannya, serta bacaan bukunya konsisten.

Tepat sekarang saya telah semester IX kuliah mampiku dulu. Dan ketika melampaui jalanku hingga kini. Bisa dikatakan kalau semangat yang saya bawa berkat kata-katanya beliau. Dan ketika beliau sudah tiada semua masih seperti biasa kata-kata menghantuiku bukan tentang waktu untuk menyelesaikan studi, memang target namun di luar itu hidup sebuah perjalanan panjang, di mana setiap langkah tidak pernah tertip kadang, dan tidak serapi ketika kita berpikir tentang hidup dan menuliskan tentang konsep hidup. Hari ini terjadi maka mulailah berjalan.

Sekarang saya memperjuangkan skripsi bisa segera selesai. Karena penuh perjuangan dalam mengambil mata kuliah ini. Mulai dari biaya, dispensasi, dan sampai-sampai ingin menggadaikan buku bacaan. Hal itu menjadi pertimbangan dalam menyelesaikan intinya segera selesai dan tidak mengecewakan seorang teman yang telah menungguku bisa lulus bersama. Dan keluarga di rumah.

Kembali lagi dengan sosok BJ. Habibie sosok paling tekun, dalam pandaganku menganggap bahwa setiap apa yang ada sebuah peristiwa yang pasti. Dalam hidupnya pernah menonton flimnya, mengenai beliau. Masih teringat keberanian dan kekuatan spritualnya. Sosok yang kuat dan cerdas akan menjadi salah kelebihannya. Pada saatnya meninggal kurang lebih umur di bawah 10 tahun, meninggal tepat melakukan sholat berjemaah, pada sujud terakhir langsung menghembus nafas terakhir, sepontanitas karena lama tidak bangun, BJ. Habibie mengingatkan dengan sebutan Subhananllah berkali-kali tetap sujud, ternyata ayahnya meninggal kala melakukan sujud. BJ. Habibie tahu kalau sudah dia melewati kesadaran Kakak dan Ibunya, untuk menggantikan Imam dalam keadaan yang tetap sujud dan jatuh terkapar, sholat tetap diselesaikan.

Ketangkasan ke jeniusannya menjadi edukasi tersendiri. Bahwa dalam mengambil sikap akan menjadi salah satu cara dan jalan baginya. Sebagaimana bisa dalam benak anak berumur segitu. Hal itu tidak akan lepas dari lingkungannya, ayahnya, Ibunya, dan saudaranya memiliki peran penting baginya dalam menjadikan dirinya sebagai pribadi yang pantas diteladani.

***
Tengah malam tepat setelah saya pulang kerja. Di Kedai Kofe Elele namanya di mana saya bekerja. Pada malam itu pula saya dan Mas Nuzul, Mas Pram, disusul kurang lebih akan selesai diskusi datang Nasai. Kita me diskusikan mengenai gerakan literasi di Malang khususnya di Unisma Kampus di mana saya kuliah.

Pada awalnya saya hanya membahas skripsi Mas Nuzul, bisa dikatakan konsultasi. Judul skripsi yang dibawa agak rancu bagiku, "Konflik Lakon Utama dan Novel Revolusi dai Secangkir Kopi", dibuka dengan hal itu saya memberikan masukan agar lebih spesifikkan judulnya dengan menambahkan "konflik tokoh utama" hal itu telah lancar akan dibahas besok ketika sudah di Perpustakaan.

Pembicaraan berlanjut. Mengenai tulis salah satu teman menanyakan bagaimana tulisan bisa masuk ke media, Koran, sepertinya teman-teman LPM Fenomena mudah. Saya langsung menjawab jika ingin masuk koran dan tulisan dimuat palajari dulu karakter tulisan di media tersebut. Untuk di koran media cetak ada batasan bukan hanya tulisan bagus tapi batasan jangan dilanggar, tulisan bagus tapi melebihi karakter tidak akan dimuat. Begitu pun di media daring panjang tulisan ada yang mempermasalahkan ada pula yang tidak. Kebijakan media berbeda.

Pukul 01:30 Wib. Waktunya pulang kerja. Setelah tiba di kos, saya langsung membuka laptop dan Hp. Ingin sekali melihat biografi BJ. Habibie. Berberapa kemudian ada salah satu teman mahasiswa dari Universitas Negeri Malang UM Namanya Kevin. Di chat saya dan menanyakan mengenai sepak terjang BJ. Habibie yang peran UU Pers, apakah saya tahu, dan dijawab tahu tapi baca bukunya belum selesai. Ternyata dia meminta menjadi pemateri di (Dinar) Diskusi Nusantara dilaksanakan biasanya pasa saat hari Senin 2 Minggu sekali. Dalam waktu dekat saya sendiri harus belajar lagi dan mencari Buku BJ. Habibie.

***
Hari semakin terang. Keadaan perkulihan sudah aktiv banyak dari sekian banyak mahasiswa baru dengan semangat baru. Ketika saya melewati tempat yang biasa seperti saya menjadi mahasiswa paling lama. Apa semua mahasiswa akhir berpikir seperti itu, tentunya itu hanya hati saja yang membawanya. Sebenarnya tidak ada masalah. Semua akan tiba pada suatu masa di mana hal yang akan dirasa akan segera berakhir, dan akan berganti hari lain. Semoga panjang umur perdamaian dan persoalan segera terselesaikan.

Dalam jiwa akan ada nama pejuang sosok seperti dia yang akan selalu membawa nilai-nilai kemanusian serta semangat nasionalisme dan kesetiannya. Membuka dan menggedor hati generasi kini yang seperti suka dihidangkan sifud-sifud yang mengalir dalam darah semangat, melembekkan dan meresahkan kala semua tlah tak menemukan peryaan paling manusia rasa sempurna.


Akhmad Mustaqim 2019
Menulis di Perpustakaan Pasca Sarjana, sambil baca novel Kubah karya Ahmad Tohari.

Rabu, 11 September 2019

Jalan Tak Ada Ujung |Karya Mochtar Lubis

Ulasan buku: Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ditebitkan di Pustaka Obor 1992.

Buku jalan tiada ujung karya Mochtar Lubis merupakan karya yang memberikan pandangan dan pengalaman baru mengenai Kota Jakarta pasca kemerdekaan awal-awal, tepatnya pada tahun 1947.

Dalam novel ini menceritakan sebuah kondisi pemuda pejuang kemerdekaan, dengan kesatuan tentara Jepang yanh menunggu kedatang tentara sekutu, karena pemuda masa itu mengumpulkan persenjataan dari pasukan Jepang, dan ketegangan dalam hati seluruh rakyat Indonesia mengenai siapakah yang akan datang pertama dari tentara sekutu, tentara Inggris, atau Belanda. Itulah setting dalam novel Jalan Tak Ada Ujung ini, yang mengisahkan pejuang-pejuang seperti tokoh Hamzil, pemusik yang bersemangat berapi-api, Guru Isa yang lembut hati dan tidak suka pada kekerasan, istirahatnya yang merindukan kasih lelaki. Perlawanan terhadap tentara Belanda yang hendak menjajah Indonesia, kehangatan cinta, semangat perjuangan berkobar, ketakutan, kejahatan manusia terhadap manusia, penemuan diri di bawah siksaan, dan kemenangan manusia dalam pergaulan dengan dirinya, dan kekejaman peperangan.

Setting waktu yang digunakan setelah pasca kemerdekaan, tentunya akan memiliki perspektif secara subjektif. Bahwa dalam sejarah masa itu merupakan pemerintahan Soekarno sebagai proklamatkor Presiden pertana Indonesia. Bahwa di dalamnya menceritakan sebuah salah satu Guru Iza, Hamzil, dan Fatimah.

Secara visual buku ini merupakan potret sejarah yang dikemas dengan fiksi. Tepatnya ini sebuah Prosa yang memukau atas ada nilai filantropi yang telah dilakukan oleh Guru Isa ke Hazil. Serta nilai semangat tentang memberikan pandangan tentang kecintaan terhadap budaya, demokrasi, pandangan hidup, dan perjuangan. Perjuangan atas dirinya dan perjuangan atas negeri sendiri.

Fenomena pada tahun 1947 tersebut akan selalu menimbulkan konflik dan mendapatkan peristiwa-peristiwa baru. Dan seorang Mochtar Lubis sangat memukau dan satir menyampaikan sebuah peristiwa yang bisa dirasa oleh pembaca. Hal paling sederhana bisa diterima. Satir tentang apa yang terjadi melakukan sebuah kritik kepada Soekarno ketika pada masa itu tertawakan oleh banyak orang tentang kemerdekaan. Setelah sampai pada kemerdekaan tiba pada masa itu, masyarakat Tionghoa berlumur darah itu disatirkan dalam mimpi seorang Guru Isa.

Guru Isa tidak tahu apabila dia jatuh tertidur. Ia bermimpi penembakan du Jalan Asam Lama kembali. Melihat seorang Tionghoa berlumuran darah. Lalu terbangun.Terang sebagai menonton bioskop (hal 34-35).

Hal tersebut paling unik dalam menyampaikannya. Bagaimana fenomena sejarah Tionghoa akan menjadi mampi buruk nantinya yang ada di Indonesia. Dan masyarakat hanya menjadi penonton seperti halnya di bioskop. Bahwa nilai kemanusian tercipta di sana secara futuristik, bahwa di mana zaman nanti Tionghoa akan mengalami rasa sakit yang luar biasa, dan masyarakat yang tidak berkepentingan hanya bisa menontonnya, apalagi hanya seorang guru.

Mengenai Perjuangan Manusia
Dalam percakapan Hazil dengan Guru Isa selalu membuka pertacapakan yang memberikan sebuah pengetahuan mengenai perjuangan Hazil penyuka musik bahwa perjuangan.
 "Manusia semenjak zaman dahulu perjuangan memburu kebahagian. " (hal 45).

Pada kutipan di atas menunjukkan bahwa setiap perjuangan manusia dari zaman dulu hingga sekarang tidak lain dan tidak bukan merupakan perjuangan yang sangat umum, perjuangan kebahagian merupakan hal yang akan dirasakan oleh manusia dan semua manusia pasti merindukannya. Dan hal itu merupakan titah, karena sejak kecil hingga dewasa kebahagian akan menjadi final manusia, sejak kecil manusia tidak berpikir sempurna menrindukan hal tersebut apalagi yang sudah dewasa memiliki pemikiran sempurna, tentunya akan lebih ambisius. Dengan perjuangan seperti Itu manusia akan membuka diri, apalagi sudah bisa membaca tentunya akan melahirkan banyak cita-cita bahagia.

Makna Revolusi
"Manusia seorang-seorang. Tidak engkau maksudku? Bagaimana harusku terangkan? Perjuangan manusia yang bukan dalam gerbolan. Bukan selak serigala kawanan yang melakukan pemburuan, tetapi salak dan salak dan geram, sedu-sedan, dan teriak nyaring serigala seekor yang merebut hidup. Bagiku individu itu adalah tujuan, dan bukan alat mencapai tujuan. Kebahagian manusia adalah dalam perkembangan seorang-seorang yang sempurna dan harmonis dengan manusia lain. Negara sebagai alat. Dan individu bukan diletakkan di bawah negara. Ini musik hidupku. Ini perjuanganku. Ini jalan tak ujung yang kutempuh. Ini revolusi yang kita mulai. Revolusi Hanya alat mencapai kemerdekaan. Dan kemerdekaan juga hanya alat memperkaya kebahagian dan kemuliaan penghidupan manusia-manusia." (hal 46-47).

Percakapan Hazil merupakan sebuah satire terhadap kemerdekaan diri, bukan dicapai dengan cara gerombolan malin kemerdekaan diri tercipta oleh seorang individualis. Maka mencintai musik bentuk kemerdekaan paling suci tanpa ada embel-embel kepentingan. Dan kemerdekaan individu sebuah tujuan, alat bentuk representasi dari bahan darinya. Dengan pencapaian Itu akan merasakan kebahagian.



Akhmad Mustaqim 2019

Selasa, 10 September 2019

Perempuan Membawa Bunga Sebelum Perang Usai


Pagi telah berlalu
Mahasiswa pada memulai pelajarannya
Semangat baru akan segera tiba dan berlalu seketika ketika melihat dunia luar begitu luas
Pemuda pergi ke toko buku mencari sesuatu ingin mencipta peristiwa cerita dibait-bait kata terangkum dalam benak, untuk tidak lupa memfoto, menuliskan, dan membenturkan dengan keadaan dirinya.
Buku-buku yang dulu pernah ku tidak tahu banyak berserakan menggairahkan; ingin sekali membawa dan membacanya dalam begitu cepat tapi bisa memahami, bukan sekedar cepat namun tidak bisa mengunyah dengan sempurna.
Bahagia dari pemuda bagi yang pernah punya peristiwa besar di tempat yang pernah dikunjungi dan itu ada karena ada kenangan di sebuah toko buku Togamas, sebelum berangkat berangkat ketika naik sepeda motor kala masuk ke dalam, wajah perempuan itu datang tiba-tiba di lantai 2 di rak paling barat tepat 1 tahun lalu dia menyamperin kala itu membaca buku Eka Kurniawan dan bukunya Budi Darma.
Wajahnya begitu jelas, di tambah dengan satu buku kesukaannya ia yang pernah memesannya punya Mochtar Lubis judulnya Senja di Jakarta, buku itu pernah dicicil kepada yang selalu mendambakan dalam doanya hidup selalu ada dan ada di posisi setelah semua paling penting, dia seperti menjadi yang penting pula karena disebut tidak paling belakang.

Sebelum berangkat hari ini ia datang dan ingin sekali bisa memahami apa yang terjadi dengan naluri. Dan ada kepadanya untuk bisa dipahami bahwa ini bentuk rasa penasaran paling dalam, dan paling ku benci kala hanya ia mengkasihani. Wajahnya pernah ku membayangkan kalau ia berkepala tanpa otak yang transparan.

Pagi-pagi namamu menabrak menyiksaku untuk bisa berkata namun tidak bisa meberi makna, bergumam dengan sendirinya tidak bisa berkata hanya jiwa meronta hati berdialog tentanmu terus menerus, hingga pada akhirnya apa yang akan terjadi wallahuahlam. Kau sempurna dalam benakku mengapa itu terjadi apa ada rencana terselubung Tuhan.

Aku pernah bersama dengan yang lain, tiba-tiba otakku tanpa keinginan terbentur wajahmu. Kau seperti bunga di depan rumah tidak ada aroma dipersembahkan kau menjadi keindahan. Namun keindahan masih sangsi dengan semua yang terjadi dengan diri ini. Mengabdi untuk abadi dengan menulis untuk menjadi abadi tak ku sadari tak bisa menjadikan abadi, kesakitan hati ingin melupakan hanya luka berceceran darah merenggut sepi dari sunyi paling abadi bagiku.

Perempuan yang membawa buka sebelum perang usai. Harapan apa yang akan diharapkan selagi hanya memberikan sebuah penderitaan bukan keharuman. Tunggu saja pada suatu masa akan ada keharuman bisa dirasa secara sempurna. Pernah aku ingin bermimpi pada malam ada yang membawa bunga bangun pagi menyicipi keringat hangat keluar secara liar. Lalu keluar bersama pagi bertepatan dengan selesainya matahari terbit.

Bunga yang dibawa akan lalu, namu setelah usai perang telah diambilnya nikmati saja segala peristiwa ketika semua sudah tiada. Dan kampung pecah menampar luka.

Minggu, 08 September 2019

Kata-kata Membunuh Sepi; Miss You


Kata-kata Membunuh Sepi; Miss You
Ada sebelum dunia tercipta, rasa ada kala hanya bahasa tercipa. Manusia ada karena ada cahaya sebelumnya. Cinta datang sebelum rasa.

Hari semakin cepat semua teman-teman ada yang menjauh ada pula yang mendekat. Hari ini seandainya bisa saya rayakan akan menjadi hari bahagia yang dapat saya sakralkan, namun bagiku itu tidak akan menjadi hal paling penting untuk bisa membuka segala kegelisahan.

Hari yang tenang yang paling untuk dikenang. Tgl 5, September 2019 akan menjadi hari paling bisa saya rekam secara detail, tanpa menulis sepertinya akan menjadi jalan sejarah paling senang tuk dikenang, bagiku itu akan menjadi sesuatu cerita mengenai rasa yang paling saya tidak tahu mengapa ia tercipta dalam diriku, dan itu tidak bisa salahkan. Perasaan hanya bentuk dan dia sebagai objek dari apa yang bisa dirasakan. Namanya tidak dapat disebut namun suaranya lebih lembut dan bisa menembus dimensiku.

Namanya Iqbal dan Deri, teman satu jurusan dalam perkulihan jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Sekarang dia melakukan praktik pengalaman lapangan dikenal dengan PPL. Tentunya banyak carita dari apa yang pernah dirasa di sekolah tepatnya SMP. Dan banyak masalah bagi anak-anak siswa sekolah tersebut, tentunya hal biasa Seumuran itu.

Hari ini Iqbal menelfon dan mengajak bertemu dengan nada kalau ia memaksa bertemu, padahal pada saat itu saya ingin sekali tidak dikasihai seseorang. Bagiku minta dikasihani hanya membentu masalah baru, walau pada dasar yang sadar bisa menjalninya. Hidup terlalu luas dan tanpa ada batas.

Bertemulah kita dengan mereka salah satu tempat, tempat yang sederhana di mana saya bekerja. Dalam harapan kalau kesunyian ini akan menjadi ramai. Kala ada yang didamba darinya yang bersuara kala Iqbal menelfon. Ia itu bertanya dan suara dari orang itu "Miss you Mas". Suara membuatku bertanya dasar apa keluar dari bahasa itu.

Bahasa bentuk eskpresi dari intuisi. Suara akan bentuk representasi dari gerak hati. Pertanyaannya dari mana datangnya bahasa apakah sebuah pengalaman perasaan hingga keluar menjadi bentuk kata. Eksistensi Itu ada dalam bentuk ekspresi yang nanti akan dinikmati oleh para pendengar komunikasi mengenai kontak batin, dan hal itu dalam filsafat sebuah antropologi metafisika, ketika semua menanyakan tentang hasilnya makna.

***

Ketika datang di tempat itu, tidak datang pemilik suara yang lembut menyambut, ternyata pulang. Suara Itu hanya datang kala teman menelfonya. Lalu, dia berkata kalau tidak bisa ke sini. Hanya berkata istirahatlah dulu lalu lanjutkan bicara dengan yang awal menelfon. Sodoran uang itu diberikan saya hanya bertanya.
" Uang, apa Ini? "
"Uang yang kakak butuhkan, ini dari sebuah komunitas pake dulu buat kebutuhannya."
"Saya tidak mau, kebutuhan sudah kelar, dispensasi sudah selesai." dengan rasa tidak mau direpotin dan dikasigani.

Semua perjalanan akan menjadi langkah setiap siapapun. Dan apapun yang menjadi jalannya patut dirayakan dan kalau perlu direnungkan agar semua yang ada bisa dicipta sesuai keadaan manusia. Hidup adalah sebuah persoalan kalau dipikirkan, namun kerumitan tercipta dalam alam pemikiran Haideger bahwa ada dalam diri manusia, manusia bisa lebih manis kala ide manusia tidak terlalu menangasi apa yang terjadi. Kesangsian semua itu tercipta manusia yang membentuk. Apa Tuhan, tentunya tidak sejahat itu membuat sesuatu, Tuhan hanya mencipta agar manusia yang bisa membawa sebuah peristiwa yang bukan hanya diderita, kerumitan ada karena manusia ada.

Hal itu dirasakan oleh manusia yang hanya bisa tertawa tanpa mau menerima. Perjanjian dengan diri sendiri menjadi jalan sunyi kita dalam melakukan sesuatu yang sesuai. Sejarah yang ada hanya ada kala manusia bisa menemukan rekam jejaknya. Pengalamanya akan ada dalam diri manusia yang metafisika dalam filsafahya.

Kegandurangan hari ini hanya mencipta sebuah hal baru menemukan sesuatu. Entah susuai atau usai dari yang ada hanya membawa peristiwa sederhana manusia rasa. Representasi dari bahasa hanya akan membuat manusia paham dengan dirinya, dia Tidak akan berkata sebagai manusia perkerjaannya manusiawi. Mengabdi seperti sisifus dalam menjani hidup samahalnya menusia yang mengabdi tanpa ada rasa, karena manusia dicipta sesuai dengan kesalahan manusia oleh Allah Swt nabi Adam As dihukum karena melanggar memakan larang yang telah ditentukan.

Aku pernah bertanya pada kebahagian yang pertama telah diberikan kepadaku pada saat di Nirwana, mengapa di depan ada foto yang kosong memfoto bumi pada saat galap dan cahaya di tengahnya jelas begitu absrud. Aku berpikir bahwa sebelum saya masuk ke sini ada makhluk hidup bukti foto ini siapa yang melakukannya.


Akhmad Mustaqim 2019

Ditulis di Kedai Elele tempat kerja dan di Perpustakaan Kota Malang

Sabtu, 07 September 2019

Kerinduan Ibu di Era Soeharto; 1993

Kerinduan Malapetaka; 1993

Kesangsian dari sekian persoalan merupakan awal dari pengenalan tentang adanya pengetahuan. Bersyukurlah dengan semua yang telah ditemukan dan dirasakan, tanpa harus menikmati.

Awal akan menentukan kita menemukan sebuah soal perubahan. Menanyakan semua kekcauan yang pernah dialami. Pada saat keluarganya berantakan karena ada perceraian penyebab dari kekacauan dari dalam menemukan hal baru. Apa akan hanya menjadi sebuah hambatan dalam melangkah dari apa yang pernah dijalaninya, Ibunya yang hilang dan tidak pernah melihat senyumnya semenjak berumur 1tahun. Keadaan itu mungkin menerjemahkanya pemahaman tentang hidup yang berarti untuk tidak hanya menerima apa adanya dan kesadaran akan menjadikan kita untuk bisa bekerja lebih leluasa.

Maja anak yang memang dilahirkan kala Jakarta dalam keadaan mengalami sebuah perkembangan. Karena Jakarta Ibu Kota maka tidak lain dan tidak bukan, pembuangan oleh presiden Soeharto dilakukan. Hingga orang-orang banyak menyebutkan bapak membangun. Kala itu tahun 1993, Juli 16 Sabtu Pahing dilahirkannya.

Ayah darinya memiliki keperpihakan kepada Soeharto. Kala itu menjadi seorang ketua Satpol PP tapi di atasnya. Itu, menjadi ketua untuk pengusiran bapak, ibu di sebuah relokasi tanah milik Negara dan akan digusurnya. Tepatnya kepala bagian gusur rumah di era Bapak membangunan menjadi kuasa. Semua yang melanggar dan tidak sesuai dengan yang diharapkan akan disingkirkan. Amarah dan rasa iba ada kala melihat anak-anak menangis dan nenek hanya bisa menerima dan ada yang tidak menerima. Itu tugasnya bagi Bapak.

RS. Mawar menjadi saksi terakhir di Jakarta. Suster yang hanya tau kelembutanku kala itu. Tidak ada yang paling sederhana dari apa yang ada dalam cerita, peristiwa pada masa itu dirasa hari ini mengenai apa yang terjadi tak ada yang dapat disesali. Kecuali, bapak yang telah mememiliki cerita paling mengejutkan dalan benakku itu mengerikan pada tahun 1993 perekonomian Indonesia aman bagi nenekku kala pernah bertanya padanya. Ibu yang melahirkan tidak diketahui kini hanya ia masih menghafal pertamaku wajah dan kulit masih lembut. Bapak yang membela hak kewajibannya apa yang memang menjadi tanggungjawab sebagai mana orang tua yang sudah memiliki anak dan istri.

Semua problematik menjadi taktik. Pertemuan yang tidak pernah diharapkan, bahwa menyatunya rasa dalam kalbu menggebu kala pertama kaliku memiliki sesuatu. Kebahagian seorang ayah kala pertama kali memiliki anak tidak dapat diukur. Ingin cepat pulang kala pertama kali mendengar kalau anaknya sudah lahir. Tugas menjadi hambatan kala pertama anaknya yang sekian lama ditunggu tidak dapat mendampingi ketika istri memperjuangkan apa yang harus dipertahankan, ketika lahir harus diperhatikan.

Istri yang sendiri di rumah sakit. Hanya ada seorang dokter, berharap ada orang selain suster merawat menanyakan tentang itu semua itu bisa membawa peristiwa paling bahagia melihat anak pertama lahir hasil dari perjuangan sendiri suami tidak berada di tempat. Hanya suster dan rumah sakit menjadi saksi tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya kesadaran akan keadaan suami dan keluarganya. Suami yang telah memasrahkan sebelum berangkat ke medan peperangan melawan masyarakat yang memepertahankan tempat tinggalnya, dan saya memaksa dengan sebuah tanggungjawab hak kewajiban sebagai pekerja. Tega bagian dari cara membuka rejeki dengan seperti itu kesejateraan hidup dalam ekonomi lancar, secara kebahagian masih dipertanyakan. Di mana letak kebahagian?. Hati Bapak itu bertanya kala masa-masa itu masih penuh dengan tanda tanya, dan paling mengrikan kebutuhan, yang seharusnya dengan berdamai, bisa ada jalan ketika disentuhkan padanya dengan sejarah dalam dirinya yang kini hidup menjelma mengerikan. Hingga tidak ingin menjadi warga Indonesia. Sepertinya teh manis tidak akan terasa ketika semua diri sudah tidak ingin berbenah diri mencicipi.

***
Masalah yang ditambah lagi oleh ayahnya. Ketika semua yang harus dilakukan pada bayi, kala itu masig genap 25hari umurnya. Ia harus merasakan panas dunia lebih awal, seharusnya masih berada dalam tempat paling enak di rumah sakit untuk sementara memulihkan yang lembut menjadi keras. Peradapan hanya akan menjadi kenangan ketika cerita itu sampai.

Bayi itu digendong lalu di bawa pulang ke Kampung halamannya. Ibu darah nifas belum suci. Menanggung dan menggendong keluar dari rumah sakit.

"Ayo, segera pergi Dek, bawa Pujian Jalan Lurus". Ucap bapak suami yang baru pulang itu.
" Kenapa kak?" kasian Maja masih tidur." dengan rasa sakit dirasa darah masih belum berhenti mengalir dari arah perempuan biasanya melahirkan.
"Nanti Kakak jelaskan di Bus, ayo!" dengan nada berbisik-bisik kwatir akan ada yang mendengar.

Begegaslah, Jakarta yang panas dengan bangunan tinggi, jalanan yang akan biasa dilewati dan dirindukannya akan menjadi sepi bagi ibunya. Apa boleh buat dan tidak bisa melakukan apa-apa. Suaminya telah memaksa. Tidak harusnya luka di tempat ini berlangsung terus menerus, tahu kerjaan suami yang tanggungjawab, Tapi hobi mengadu ayam, judi, dan menggali pengetahuan kuno. Tidak, hanya tangan kosong keuangan mengalir begitu cepat dan datang begitu cepat. Maja yang masih merah diselimuti oleh pemberian bosnya, biaya rumah sakit telah ditanggung sebab Soeharto menjamin kehidupannya. Tidak lama kemudian tiba di kampung halamannya perjalanan 2hari. Istri yang belum sehat masih belum bisa ikut dengan bayi yang dibawanya. Masih merasa nyeri dan harus bisa menghentikan aliran darah dari kamluannya.

Disambutlah oleh nenek yang di kampung. Dengan sangat bangga cucu pertama yang masih merah seperti burung baru menetas. Mata yang masih belum berfungsi, hidung masih tertutup tanpa tahu bau, kuping, mulut, hanya menjadi hiasan, belum ada titah Tuhan fungsikan keindahan itu semua.

"Kenapa sudah dibawa pulang, kasian anak seperti ini langsung menepuh jalan panjang, ru-rur-ru cikc, cikc". Sambil menggendongnya, membunyikan mulut yang memberi makna kasih sayang pada saat digendong.
" Ibunya, akan nyusul masih berhenti di pamannya." ujarnya, dengan tersipu malu
"Kamu ini nak, nak, tidak ada kapoknya kerjaan seperti itu dilakukan terus, tidak malu ke anaknya ini." Dengan nada menyalahkan, tapi kasihan.
"Sudah, Bu, beri makan Maja itu, biasanya makan apa seumuran itu?".
" Seumuran ini, cukup pisang kripik dan air."

Semuanya serasa begitu singkat. Hari sudah tidak terasa, terasa menjadi detik dan jam. Sudah tiba Ibu dari Maja dihari ke 40hari, tepat nenek darinya mengadakan selametan (syukuran) atas pemberian nama ke bayi.

***
Bercerita ibu dari Maja, kalau kejadian di Jakarta. Tentunya Ibu dari ayahnya memahami atas itu semua.
"Kakak tetap kerhaanya Bu di Jakarta dan di kampung, ia dikerja polisi, orang yang bermasalah dengannya. Andai ketangkap tidak dibayangkan Maja tahu kerjaan ayahnya seperti apa. Kasihan aku akan menyembunyikan masalah ini dengan baik. Ibu, tolong jangan samapai tahu Maja hingga tumbuh besar nanti, agar tidak terganggu psikisnya dan pertumbuhan jadi anak yang sehat dan normal tanpa ada tetesan mengalir dari ayahnya".
" Buah tidak akan jatuh jauh dari mohonnya nak.!!" jawaban pesimis dari neneknya.
"Aku ingin Maja jadi buah yang jatuh dan dibawa jauh oleh kalilawar, hingga jauh dari pohonnya, dan lepas dari pohonyanya walau akan tahu batang akar asalnya, tanpa tahu keadaan pertumbuhan pohon selanjutnya berbuahnya".
" Iya, semoga saja nak. Itu mampi sempurna, dan luka 1993 hanya kau dan dia tahu, rahasia ini untuk Maja, biarkan 1998 merupakan reformasi dapat dipahami olehnya kala besar nanti ".


Akhmad 2019
Cerita ini ditulis di Perpustakaan Kota Malang. Dengan satu kali tulis, dan mengandalkan smartphone.

Jumat, 06 September 2019

Generasi Baru; Pesan Kepada Mahasiswa Baru



Apakah mahasiswa hari ini masih seperti halnya pada tahun 1930-an surve memperoleh dilakukan  oleh mahasiswa yang belajar pada RHS dan GHS di Jakarta dalam kajian Soe Hok Gie (CSD 2011;6),  Penyelidikan ini menunjukkan bahwa dari 300 mahasiswa tidak memiliki buku-buku pelajaran dibutuhkan oleh studi mereka. Hal ini akan menjadi pesan para mahasiswa baru dan para senior organisasi dan kampus perlu ada pendataan seperti ini.

Wajah-wajah baru mewarnai kota pendidikan kita. Kampus-kampus di Malang akan ramai dengan mahasiswa, menimba ilmu tujuan utama. Datang dari penjuru kota bahkan ada yang dari luar Indonesia akan mengisi kampus-kampus yang ada di Malang. Pada (13/08/2019) Malang, Universitas Brawijaya (UB) dibuka pengenalan mahasiswa baru, kampus lain seperti akan menyusul.
Ketika melihat wajah baru banyak di depan pintu masu, akan lebih sering ke dapan ini, karena setiap kampus akan melakukan hal yang sama pengenalan kampus. Keramaian akan segera dirasakan kembali di Kota Malang yang dikenal dengan kota pendidikan, hal itu wajar ketika memiliki sebutan kota pendidikan, karena sangat dekat kampus-kampus di kota ini. Terbukti jika kota memiliki julukan kota pendidikan, melihat data yang dirilis oleh akun laman Ngalamedialab pada tahu 2016 menyebutkan jika kota Malang memiliki kurang lebih 62 Kampus swasta maupun negeri. Data tersebut memang pantas menyandang sebutan Kota Malang, kota pendidikan.

Mahasiswa, sebelum masuk ke dunia Kampus atau dikenal dengan melangkah ke jenjang lebih tinggi, masih disebut siswa. Mereka mengalami proses transisi, hal palig sederhana yang dapat dietik pada saat menjadi siswa biasanya guru mencari murid dan selalu mendidik. Kini tiba saatnya dalam proses belajar kita yang kebanyakan lebih butuh pada guru (dosen).

Dari segi cara pandang pun memiliki pembeda, jika siswa diajarkan dari konkrit ke abstrak,  kini tiba dari abstrak ke konkrit. Hal itu pembeda paling sederhana selain ditemukan sendiri, bahwa nanti Kampus akan menjadi seperti apa?, menjadi wadah yang akan membawa dirinya atau hanya dirinya yang mengutit di belakang, berharap dirinya bisa besar karena kampus sudah mentereng dengan fasilitas yang ada, dan andalannya Kampus sebagai wadah paling istimewa. Dan berpikir "biar saja saya besar gara-gara Kampus". Hal itu menjadi mainsed kacau, kesalahan fatal kala semua masih berada dikeadaan seperti itu. Dan, seharusnya memiliki mental motivasi yang sekiranya dirinya membawa kampusnya.
“sepeti halnya madu dihasilkan oleh tawon, bukan madu datang sendiri dan membentuk lumbungnya, kampus istilah lumbung, mahasiswa tawonnya”
Biasanya wajah-wajah baru itu akan menjadi objek senior mahasiswa, banyak oknum berkepentingan melakukan doktrinisasi banyak hal memanfaatkan kepolosan mahasiswa. Dengan mencuci otak Mahasiswa Baru (Maba), sebagaimana nanti bisa menjadi orang yang diandalakan, tepatnya para organisasi kampus, teruntuk organisasi ekstra (di luar kampus). Akan berlomba-lomba masuk ke kampus-kampus, untuk merebut kader (sebagai regenerasi suatu organisasi). Mengapa berlomba menguasai kampus, karena hal itu bentuk keberadaan organisasi, membuka pengenalan dengan eksis dalam kampus sebagai golongan yang paling benar. Tentu semua organisasi benar terkecuali yang melanggar norma agama, Negara, dan Kampus.

Mahasiswa yang lebih dulu di kampus, berdiri bergerombol di depan pintu gerbang dan pintu keluar dengan bendera yang berkibar beranekaragam. Mahasiswa tersebut disebut senior. Mencoba mengambil perhatian Maba, untuk bisa menggait masa menjadi kader di organisasinya, mengajak untuk masuk pada satu organisasi sebagaimana nanti bisa mencipta kader-kader yang akan menjadi regenerasi.

Bersyukur ketika senior organisasi akan membawa pada ranah postif dibenturkan dengan kepentingan yang susuai kebutuhan Mahasiswa baru, seperti memperhatikan buku bacaannya. Dalam realitas sedikit senior menemukan doktrinisasi senior yang seperti itu. Terkadang hanya banyak berbentrokan merebut kaderisasi di depan Kampus. Dengan kibaran bendera begitu besar bahkan adu besar, semoga saja mereka memang betul dan serius ketika mendapatkan kader mengayomi sebagai mana regenerasi militansinya tidak bermental fanatisme.

Para siswa adek tingkat akhir-akhir ini yang akan mengisi ruang kampus, yang siswi menjadi mahasiswi dan yang siswa menjadi mahasiswa. Dan pertanyaannya, apakah itu akan menjadi penerus, atau  penebus. Penerus bukan menuntut berada disebuah organisasi, namun organisasi sebagai pelabuhan yang akan berlaju di atas air dan sadar untuk menjadikan dirinya sebagai mahasiswa bebas yang kreatif. Apa malah sebaliknya hanya menjadi mahasiswa yang dipertanyakan keahlian dirinya.

Dalam berorganisasi tentu memiliki orientasi, sebagaimana hal tersebut memiliki pertumpuhan pada keahlian yang bisa dikembangkan disebuah organisasi, bukan hanya mempelajari politik, apalagi politik praktis yang mendokrinisasi diselenggarakan di kampus. Organisasi sebagai wadah menuangkan ide yang akan menjadikan dirinya akan memahami kemampuan dirinya dan memberikan sebuah konribusi kepada dirinya atau kepada orang lain yaitu berorganisasi terkadang itu dilupakan.

Fungsi manusia yaitu bisa bermanfaat, namun hakikat manusia bebas, organisasi bukan sebuah keharusan dan jadilah manusia bebas, entah mau menjadi manusia yang mengkritik atau tidak, hal itu menjadi pilihan karena kita ini manusia bebas, namun kebebasan yang sebagaimana Kal Marx harapkan, kebebasan yang kreatif bisa dirasakan oleh kehidupan.

Dalam organisasi biasanya tidak lepas menemukan politik. Tapi politik dalam berorganisasi tidak perlu dipelajari karena dengan sendiirinya akan memahami, yang menjadi PR aktivis yang sudah lebih dulu bertengger di organisasi mampu dan bisa memfasilitasi keseimbangan dalam proses belajar dan proses organisasi bisa maksimal, dengan adanya wadah tersebut. Contoh akademis dan organisatoris bisa berimbang, kognitif dan psikomotorik. Dan mahasiwa senior yang lebih dulu berorganisasi, membuat kaderisasi bukan hanya bisa qola tapi juga harus bisa makalah  dalam bahasa Indonesianya bukan hanya bisa ‘bicara’ tapi juga harus bisa ‘menyusun kata’,  karena al-marhum Gus Dur mengatakan dalam tradisi di Indonesia tingkat manusia itu ada tiga, tradisi oral, tradisi mendengar, dan tradisi menulis. Ketiga komponen ini menjadi kritikan kepada kita semua yang hanya bisa bicara namun tidak bisa merekam pembicaraan kita dengan tradisi tulis, yang memang sangat sedikit orang Indonesia melakukan tradisi tersebut. Kesadaran itu yang harus diberikan kepada adik-adik bukan hanya dkrinisasi mengenai hal perubuhan yang terkadang masih abstrak dengan perubahan dirinya.

Dalam organisasi kampus internal maupun eksternal bagiku cara paling efektif dalam membentuk kader, yaitu dengan cara memberikan fasilitas bacaan, buku bacaan wajib yang bisa dibaca dan menjadi dasar dan itu menjadi sifat wajib dalam berorganisasi, agar kuantitas tidak hanya menjadi timbunan yang hanya menyemitkan. Tujuan kuatitas utama itu harus dihapus. Senior perlu memberikan fasilitas buku yang diberikan tersebut berupa buku yang sekiranya itu akan menjadi dasar mereka yang akan berorganisasi.

Organisasi bukan hanya menciptakan cara nalar ego pada diri mahasiswa. Lahirnya eksistensi tidak lepas dari esensi. Esensi akan terletak dalam diri mahasisawa dan eksitensi dalam praktik kemanusiaan, teologi, dan alam. Buku sebagai bacaan mengenalkan pada dirnya bahwa membaca akan membuka kita cara pandang dan bisa memperluas pengalaman, mempertajam pengetahauan, dan memperhalus perasaan. Dengan modal seperti modal mahasiswa berorganisasi bukan hanya orientasi bukan hanya prestasi digapai namun memperhatikan nilai kemanusian.

Ketika hal tersebut bisa diterapkan dalam organ-organ kampus dan organisasi ekstra. Bukan hanya organ tersebut yang wangi, namun kampus akan terjepret wanginya, dan hal itu juga akan memiliki dampak terhadap Negara kita, sesuai dengan apa yang telah dilontarkan oleh bapak presiden ke-IV kita Kh. Abdurrohaman Wahid atau dikenal dengan sebutan (Gus Dur). Bahwa tradisi tidak hanya oral, mendengarkan, tapi menulis, ketika diartikan hal itu memiliki arti satir kalau menulis bentuk praktik manusia yang paling sulit ketika bicara saja, mendengarkan saja, itu manusia bisa dan bahkan mudah. Namun dalam praktik itu manusia susah. Dan analogi dari menulis tersebut sangat sulit, karena kalau kita tahu menulis sebuah kreatifitas yang perlu latihan, butuh pengetahuan dan lalu menuliskan. Samahalnya dengan hidup butuh perencanaan, butuh ide, dan melakukan (tindakan).

Mahasiswa yang baik bukan dilihat dari organiisasinya, namun bagaimana membawa organisasi tersebut dengan kemampuan dirinya, bukan hanya bisa bertengger dan membuntut pada organisasi, karena organisasi itu ibarat lumbung dan manusia hidup di dalamnya, ibarat tawon, ketika lumbung ingin menghasilkan karya seperti madu yang baik, tawon perlu keluar dari lumbung, hanya dengan seperti itu tercipta. Madu dihasilkan dari proses yang sangat keras, berangkat sebelum matahari terbit untuk menemukan sari-sari bunga yang masih segar karena setelah matahari terbit sari-sari bunga sudah tidak ada. Filosofi tawon menghasilkan madu yang menjadi acuan mahasiswa berorganisasi, bukan  organanisasi yang hanya ambisi tapi belum tentu mendapatkan karya madu yang alami.
Selamat datang mahasiswa baru di Universitas Islam Malang.

Akhmad, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), belajar menulis di Lembaga Pers Mahasiswa Fenomena (LPM Fenomena), dan Geriliya Literasi, Universitas Islam Malang (UNISMA) 

Kamis, 05 September 2019

Kursi Pengobat Rindu; Karya Mo Yan Sorgom Merah





Kursi yang kau duduki tadi kini aku tempati karena dalam diriku ingin sekali sama dengan apa yang saya rasakan, karena bebera jam lalu melihat foto yang gayamu sama dengan yang biasa saya lakukan gaya itu, dan dari beberapa hari kamu ada dalam setiap hidupku. Wajahmu menjelma dalam pikiranku.

Pada saat itu kau ingin ku lupakan kamu ada dalam doa-doaku bahkan posisinya ada sebelumnya yang telah ada dalam hari-hariku. Lebih perhatian, lebih baik, dan lebih awal saya sayang. Apa yang terjadi dengan diriku?,
"Kamu memang tercipta sebelum yang aku adakan dalam hatiku" Ucap dalam hatinya.
Saya memang lama menyimpan sesuatu pada dirimu, dan sering melakukan perjalanan yang begitu sering, yang paling diingat kala kamu ikut ke toko buku dan mengambil buku, di situ ada hal yang terpatri yang kini masih menjelma dalam rasa hanya ada dalam jiwa.

Mengapa semua tercipta kadang berpikir tentang itu, menyalahkan rasa atau memang ia ada dalam jiwa tercipta nanti bisa menjadi teman jiwa. Bahkan dalam keadaan paling sunyi kamu datang mengisi kekosongan untuk sama seperti apa yang ada dalam jiwa kamu ada. Bersama dengamu begitu sering namun tidak seperti halnya saya bisa sering bersamamu selaras yang ada pada hari ini yang terjadi dan akan datang nanti masa yang tak pasti.

Hari ini di daerah Pasuruan ada demonstrasi masyarakat tepatnya di Alastlogo yang sudah beberapa lama konflik agraria terjadi, hingga pada akhirnya memakan korban. Dan kali ini masyarakat melakukan aksi meminta kepada pemerintah daerah bisa menutup tentara beroprasi di daerah tersebut karena telah sewenang-wenang. Tindakannya sampai memakan korban jiwa warga sekitarnya. Dan hari ini itu ada dalam jiwa kala dia datang ke tempat saya kerja, sedangkan rasa cinta ada didaerah Alastelogo kala datang dan duduk di kursi biasa ada di pojok tempat saya bekerja. Setelah masuk banyak di antaranya teman-temannya langsung dengan sapaan Islam saya lontarkan, kala adzan isyak akan berkumandang. Wajahnya membuatku tegang kala masuk ke dalam tempat kerja itu.
"Assalamualaikum...." dilontarkan ke mereka.
Sorot mata menuju ke saya kala lewat di sebelah mereka yang kurang lebih dari 6 temannya, yang katanya sepulang mengajar langsung datang ke tempat kerja. Paling aneh ada temannya menuju menyalami hingga mau nyumkem, saya malu kira saya kiyai, atau orang baik hehe padahal bedanya dosa saya dengannya sama, hanya praktiknya yang berbeda.

Perbincangan yang panjang mereka bersama dengannya. Mata yang tajam tertanam dalam, dalam kala sempat saya memandangnya. Ia, hanya tersenyum sambil memberi sebuah isyarat tanda tanya, pada saat ada pemesen yang sudah sekeian banyak kopi kali ini berbeda pemesannya, pesannya dari Mahasiswa yang memegang buku marxis buku berjudul Des Kapital Marx. Bagiku ia orang yang selalu mengedepankan arah pemikiran kiri, bukan anti kanan tapi lebih banyak bicarakan tentang materil. Dan saya buat kopi itu cara mengaduknya dimualai dari kiri, disesuaikan dengan arah pemikirannya agar menyatu. Teman seperjuangan di tempat kerja itu cengar cengir dengan tindakanku itu. Aneh katanya, tapi sebagai barista sangat dianjutkan untuk bisa lebih tajam soal kepekaan terhadap rasa, barista bagian orang yang selalu mempersembahkan rasa kepada orang lain tanpa memperhatikan rasa yang ada dalam dirinya.
"Kita sebagai barista jangan egois mengenai rasa, dan kita harus lebih tajam memahami rasa." ujarku pada teman kerja itu.
"Iya, iya harus itu, tapi kenapa masih jomblo. Hehe" dengan tersenyum sinis wajah sumringah bicara kata jomblo
"Kita kaum terpelajar tugas kita ya bisa memahami tanpa harus memiliki teman, hehe jomblo sebuah pilihan dan perempuan berbaju coklat itu yang tidak lain tidak bukan akan menjadi teman, teman hidup Wkwkw." sambil lalu berlaju kopi yang sudah diaduk 31x siap dihidangkan dan sambil tersenyum ia dilewati di sampingnya.
"Ini Mas, maaf agak lama." ujarku kepada pemesan kopi.
"Iya Mas".

Saya memulai lagi duduk di tempat bekerja dengan teman kerja, sambil bergurau tentang banyak hal, pada saat itu ia menceritakan hasil bacaan buku beberapa minggu ini. Dan buku yang di meja tepat samping mengaduk kopi bukunya Mo Yan dengan terpapang judul dengan jelas Sergom Merah, buku yang beberapa hari lalu beli di salah satu kegiatan literasi namanya Patjar Merah yang diselenggarakan di Malang, pada saat itu buku diskon besar- besaran di situ kita banyak ngobrol tentang buku dan banyak juga buku dibelinya. Sepertinya akan kembali dengan cerita teman itu mengenai hasil baca buku tersebut walau belum selesai tapi dia teman yang sangat suka dengan cerpen yang suka dengan aliran realisme magis bagiku ia pembaca yang harus saya tiru dengan cara baca dan belajarnya. Cekatan dan langsung paham mengenai cerita yang ditulis oleh penulis besar.

Buku Moyan katanya, bercerita tentang pembantaian sekaligus aliran realisme magis yang seperti karya para penulis Amirika Latin seperti Gabriel Marques, Borges katanya. Realitas yang ada dia menjelaskan bahwa Sergom Merah itu nama tempat kalau di Indonesia seperti tanaman Tebu dan tingginya lebih dari manusia katanya, dia bilang kalau yang menarik dari cerita cara menyampaikan narasi begitu memukau detail, terutama pada saat hukuman kakeknya yang ingin sekali membantu orang untuk keluar dari penjara namun sebaliknya ia malah kenak tangkap dan dari penangkapan itu dia seperti ketimpan tangga dan jatuh pas lurus balok yang besar, cerita ini mengingatkan pada cerita yang Boxer di novelnya George Orwiil Animal Farm yang bagitu kepalangan dalam hidupnya. Dia berkata kalau kakek yang ketangkap itu kuping, kulit, yang di potong dan dikuliti detail seruan itu detai Moyan bercerita, dan paling mengerikan itu kala pemotongan kemaluannya kakeknya itu, dalam seruanya "kalau bisa dipercepat saja bunuh agar rasa sakit masih terasa" ucapnya dalam narasi cerita itu. Teman yang detail dalam bercerita penasaran saya dengan karyanya, tapi saya masih berpikir kalau tentang cinta kita masih belum bisa dengan jelas menarasikan karena masih abstrak.

Ketika saya penasaran bergegas mencari sinopsis cerita dari karya terbaik Mo Yan Sorgum Merah. Saya menemukan sedikit ulasan dari internet akun membaca buku.



Sisnosis Sorgom Merah Mo Yan

Sorgum Merah, merupakan maha karya Mo Yan, novelis China yang pernah mendapat nobel sastra di tahun 2012. Mengisahkan sebuah kisah di mana China berada dalam jajahan Jepang di era 1930an, Sorgum Merah menuturkan hidup Yu Zhan'ao dan putarnya, Douguan, dalam mengarungi hidup, hidup yang penuh lika-liku. Dinarasikan oleh putra Douguan (tak disebutkan namanya), kisah mereka mengalir dengan kilasan waktu yang berpindah-pindah, dengan seting bertempat di Kabupaten Gaomi Timur Laut, China.

Diceritakan nenek sang narator dijodohkan paksa dengan Shan Bianglang, putra pengusaha penyulingan arak dari sorgum merah, Shan Tingxiu. Menolak perjodohan tersebut tokoh nenek mendapatkan pertolongan dari Yu yang sebelumnya menjadi tukan angkat tandu bagi Shan Tingxiu, dan berakhir dengan pembunuhan ayah dan anak keluarga Shan, sehingga nenek menjadi penguasa tunggal usaha penyulingan tersebut.

Namun penjajahan Jepang merubah kehidupan mereka. Ditambah perang saudara, membuat kehidupan Komandan Yu, menjadi berantakan dan tragis. Dan perjalanan hidup inilah yang diangkat oleh Mo Yan menjadi sebuah kisah epik, sedikit pahit, yang patut diacungi jempol.

Setelah itu panjang pembahasan saya dengannya sampai malam, ia sudah waktunya pulang kerja. Saya sendiri, dan kursi yang di duduki perempuan baju coklat saya ambil dan saya ingat dengan sorot matanya pada saat berpamitan sodoran tangan kepadaku. Saya baper mungkin, dan pada saat ia berkata lama tidak ketemu dia dengan menyapa "Mas lama tidak ketemu gimana kabarnya, miss you Mas, tapi bercanda Mas hehe" perempuan itu berkata kala saya membersihkan meja tempat pelanggan yang sudah selesai. Kata-kata itu saya ingat hingga saya haruz Menulis tentang itu semua. Kursi yang tadi di tempati kini saya tempati untuk bisa mengobati rindu dan ingin memilikinya. Karena ingin sekali jadi bagian darinya. Semoga panjang umur dan rasa itu tidak akan adil bagiku dan kesangsian caraku bisa memahami saya tentang rasa itu dan apa itu akan sama dengan apa yang saya rasa. Apakah akan menjadi cerita si Mo Yan seperti novel Sorgum Merah.







Akhmad 2019

Cerita ini representasi dari sebuah kegelisahan panjang tentang penderitaan yang bertubi-tubi karena mendalami rasa tanpa ada yang tahu. Dan Novel Sorgum Merah salah satu inspirasi cerita ini.

Rabu, 04 September 2019

Doktrinisasi Organisasi Kampus Pada Kaderisasi




Membentuk keberagaman perlu dalam organisasi kampus bahkan di luar kampus. Cara tersebut menjaga keharmonisan dalam berorganisasi tentunya harus dibangun dengan satu dasar “Prinsip organisasi”. Dan yang harus menjadi dasar keras dilarang mendokrinisasi kader dengan “Fanatisme organisasi”.

Kedua frasa tersebut harus menjadi pemahaman atas kader organisasi agar kader tidak sangsi dalam menjalani tugas amanah yang tertanam. Jangan beri presepsi memaknai organisasi itu tidak baik, semua organisasi baik dalam tujuannya, namun kadang dalam praktiknya kelirru, tentu sebagai mahasiswa harus bisa memilah dan memilihnya.

Selamat datang mahasiswa baru, akan masuk pada ruang-ruang akademik. Semuanya perlu dilakukan selagi memiliiki orientasi kebaikan. Perjuangan, tidak harus bergerak turun kejalan, banyak cara lain mencintai negeri ini. Membenahi negeri ini bukan hanya bisa mengkritik (mengingatkan), banyak cara lain, dengan mendoakan cara baik kita lakukan sebagai manusia calon cendikia, berlabel mahasiwa. Panjang umur mahasiswa dengan cara-cara yang ada dalam dirinya. 

Organisasi dalam suatu kampus sebagai wadah mahasiswa untuk belajar di luar kelas. 
Mengimplemintasikan nilai-nilai gotong royong yang sederhana. Karena dengan berorganisasi kita akan melakukan praktik-praktik saling membantu dalam mencapai sebuah tujuan bersama. Secara tidak sadar jiwa gotong royong hadir menitralisir jiwa apatisme, hidonisme, jiwa sosial akan terbangun tanpa disadarinya.

Organisasi Jika diklasifikasikan masuk pada pendidikan masuk pada pendidikan non-formal, yang akan menunjang setiap orang berkeinginan menimba pengetahuan lain atau yang linier sesuai dengan disiplin ilmu ditekuninya. Sebab organisasi akan menjadi jalan lain untuk menemukan pengetahuan,pengalaman, dan mengimplemintasikan pengetahuannya.

Organisasi secara etimolgi kumpulan manusia yang memiliki tujuan ayang sama dengan landasan visi dan misi yang telah menjadi ketentuannya dalam berorganisasi. Menurut pendapat Chester L Bernard (1938) mengatakan Define organization as a system of cooperative of two or more persons bahwa Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih  yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi dalam sebuah lembaga-lembaga seperti kampus bahkan Negara pun diperlukan karena akan menunjang sebuah kepentingan bersama yang akan dirasa oleh setiap manusia sekeliling kita.

Dalam tatanan kampus tentunya organisasi sangat penting. Karena dalam kampus jika tidak ada organisasi ibarat bangunan tinggi tanpa ada pondasi kuat di bawahnya,maka bangunan tersebut akan mudah roboh. Dalam sejarah Negara Indonesia ketika telah banyak organasisasi menelisik dari tanggal, 20 Mei 1908 dikenal dengan organisasi pemuda dipelopori oleh beberapa tokoh seperti Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo dan R.T Ario Tirtokusumo, Budi Utomo resmi dibentuk pada tanggal 29 Agustus 1908 di Yogyakarta, pada beberapa tahun selanjutnya Kh. Ahmad Dahlan mempelopori berdirinya Muhammadiyah 18 November 1912, selanjutnya, dengan pada satu aliran berbasis islam yang konon mereka satu guru dengan pendidiri Muhammadiyah, Kh. Hasiym As’ary mendirikanlah organisasi Nahdatul Ulama dikenal dengan sebutan (NU)  31 Januari 1926, dan pada tahun-tahun seterusnya  banyak organisasi masuk ke negeri kita. Kesadaran akan organisasi bukan baru bagi kita karena terdahulu telah banyak oragnisasi dibentuk, pada masa itu masyarakat sudah mengenal namanya organisasi yang memang dibentuk oleh para pendiri bangsa terdahulu, sebagai tujuan tidak lain, tidak bukan untuk  memiliki tuujuan yang baik secara bersama.

Pada masa itu organisasi memang betul-betul bisa masuk dengan cara yang sehat dan tidak merugikan orang lain sesama memiliki tujuan baik. Tentunya saling mendukung satu sama lain. Terpenting orientasi dari organisasi tidak memeperpecah NKRI yang kini junjung tinggi.

Ketika sebuah organisasi telah luntur menjungjung tinggi tujuan kebaikan maka dikwatirkan akan melahirkan keos berkelanjutan, karena nilai-nilai kebeijaksanaan dalam menanggapi organasasi lain negatif, secara tidak langsung ada penanaman tidak baik dalam berorganisasi yaitu fanatisme, bukan membangun prinsip dalam tubuh kaderisasi. Hal ini menjadi ancaman pada organisasi yang memiliki tujuan baik namun akan memiliki dampak tidak baik. Dan fanatisme berlebian dalam agama sangat dilarang karena akan menciderai hati yang tulus dalam menjalani hidup dan akan mudah menyalahkan orang lain, tanpa ingin mengkoreksi apa yang terjadi dalam diri.

Manusia hidup sangat dianjurkan memiliki prinsip, namun bukan fanatik. Teringat dengan salah satu fatwa dari bapak guru bangsa kita sealigus salah satu ketua dari Organisasi Sarekat Islam (SI) yang pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. HOS. Cokroaminoto, berkata dalam ceramahnya
“Dalam hidup kita jangan sampai ada dalam diri kita ini tertanam jiwa fanatisme karena fanatisme akan mudah memperkeruh keadaan, tidak akan memperbaiki keadaan”.

Hal ini tentunya akan menjadi renungan bersama kala kita semua akan hidup bernegara, bermasyarakat, dan berkelompok (berorganisasi). Tidak saling mempertahankan benaran yang ada dalam dunia, apalagi mengenai ideologi. Hal itu tidak akan membuat kita lebih baik ketika hal itu dipertahankan.

Dalam organisasi tentunya harus membangun jiwa kadernya bukan “fanatic” melainkan membangun sebuah “prinsip”. Dikuatakan dengan sebuah dasar-dasar organisasinya berdasarkan kesadaran ideologinya, dalam menimba ilmu kita melebur menjadi satu untuk mendapatkan pengetahuan yang lain. Bukan enggan untuk melebur dengan organisasi lainnya.   

Ketika kita menelisik mengapa hari ini di kampus-kampus selalu ada dominasi dalam organisasi, hal itu disebabkan karena adanya kesadaran “fanatisme” bukan “prinsip” padahal kunci keberagaman yang rahmatalialamin ialah keberagaman yang harmonis. Tidak saling hujat saling mendukung dengan saingan yang romantis tanpa ada hujatan. Dan saling kritik boleh dari segi arah jalan pemikiran bukan mengenai sebuah ideologi. Praktik-praktik yang dilakukan organisasi berdasarkan kaidah dalam kampus dan yang telah ketentuan sebuah pemerintah.

Dalam kacamata penulis berasumsi dengan sedikit pemahamannya, bukan untuk membenci atau ingin berargumentasi mempertahankan apa yang ada dalam pemahaman yang kerdil ini. Bahwa organisasi kali ini yang menjadi problematikanya tidak menemukan esensi dari berorganisasi. Terkadang senior organisasi memukul rata semua mahasiswa akan sama dan bisa menyukai apa yang dikehedaknya. Contoh dalam organisasi kampus semua diajarkan untuk aksi turun ke jalan tidak diberi kesempatan lain untuk melakukan sebuah kritik yang lebih positif terhadap fenomena yang ada di dalam keadaan sosial kita.

Idealisme bukan terletak pada praktik radikal yang terkadang menciderai esensi idealis. Idealis terbangun dari dalam diri akan senantiasa akan bergerak oleh hati, sebuah perubahan akan tercipta kala semua bisa dijalani dengan naluri bertujuan positif sesuai dengan fungsinya organisasi, bukan dengan posisinya yang hanya bisa membawa dirinya pada jurang yang jauh dari esensi sebuah organsasi yang idealismenya ada di dalamnya sebagai tujuan bersama, namun dengan cara berbeda seharunya itu tidak ada masalah bagi kita dalam kalangan mahasiswa.





Biodata
Akhmad, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM Fenomena), aktif Komunitas Gerilya Literasi, Universitas Islam Malang (UNISMA).