Jumat, 16 Juni 2017
Rabu, 14 Juni 2017
Artikel Mahasiswa Sebagai Gajah Mada Bangsa
Mahasiswa perspektif secara
umum ialah orang yang berada di Pendidikan paling tinggi setelah siswa, dan
mengambil sebuah keputusan untuk membentuk konsep diri sebagai manusia yang
lebih mandiri mempelajari ilmu sosial, dan sains secara luas, sehingga didalam
diri mahasiswa terbangun pola pikir visioner, dengan sifat idealisme berbeda
yang memiliki makna dan cara dalam menjalani dan bertindak melakukan hal
positif mahasiswa akan beranekaragam.
Mahasiswa yang berada di
perguruan tinggi akan mempunyai pilihan, dalam mengampuh yang menjadi pilhan. Memutuskan
mengambil Prodi (jurusan), yang menurutnya Fakultas itu ialah pilihan naluri
nuraninya, sehingga akan menjalani dengan girang menikmati pilihannya, sehingga
untuk berusaha selalu berkeinginan besar memahami esensi mahasiswa, sehingga
merasa mampu dengan apa yang dipilih. Sehingga untuk berproses dan mendalami
apa yang mejadi pilihan. Mahasiswa sampai dimana puncak proses akan
memperjuangkan dalam kehidupan Kampus, belajar yang namanya mencintai proses. Akan
menemukan dan mendapatkan wadah untuk berproses lebih serius untuk mencapai
suatu tujuan. Mahasiswa akan mengenal yang akan namanya esensi sebagai
mahasiswa, yang ada dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Dalam istilah lain
mahasiswa adalah aset suatu perubahan. Mahasiswa dituntut selalu bisa mengingat
mengenal dan memahami Tri Darma, sehingga dapat mengaplikasikan sesuai apa yang
menjadi tanggungjawab insan
mahasiswa. Langkah dan cara untuk mencapai konsep diri, komitmen diri dengan
assas yang telah ada dalam setiap perguruan tinggi.
Mahasiswa untuk menyempurnakan
konsep diri, menjadikan dirinya seorang idealis, dalam memperjuangkan sesuatu,
namun tidak hanya beronani dengan sikap idealismenya. Dengan apa yang
dicita-citakan, idealaisme yang individualis sehingga apatisme akan menjauhkan
dari mengenal dan mengekprsikan sebagaimana esensi mahasiswa, dan tidak tau apa
yang terjadi disekitar. Seharusnya itu bagian dari tugas mahasiswa untuk
memahami dan memprrhatikan sosial dan rakyat proletar. Kita harus kritis namun tidak
hanya kritik yang dilontarkan, perlu menyertakan dengan solusi yang serasi
kreatif, inovatif, komprehensip, sehingga peran mahasiswa memberikan kontribusi
tindakan konkrit. Sebagai mahasiswa yang telah menyandang kehormatan sebagai agent of change (suatu generasi
perubahan). Suatu impian rakyat dan harapan bangsa sebagai generasi.
Pertanyaanya apakah yang akan diubah, oleh mahasiswa?”, seorang Gajah Mada
bangsa, telah diberikan kesempatan oleh Tuhan menjadi insan mahasiswa, menggapai ilmu lebih luas, guna dapat memberikan kontribusi
terhadap bumi dan isinya. Sehingga mahasiswa memiliki intelektual yang dapat
merawat dan memelihara bumi dan seisinya dengan baik, sehingga pengetahuan itu
dapat memberikan manfaat pada lingkungan hidup sekitar. Akan tercipta manusia
yang berjiwa sosial kembali pada esensi manusia humanisme siciety.
Mengkaji
Memahami Tri Darma Perguruan Tinggi
Intelektual yang telah
dimengerti mahasiswa, apakah hanya berfungsi untuk dirinya sendiri. Kesalahan
fatal mahasiswa idealisme yang individualis, saya rasakan pada awal semester
tiga, saya menggap mereka hanya beronani dengan Ilmunya tanpa guna pada insan yang lain, hanya dapat berfungi
untuk dirinya. tanpa memberikan hikmah pada orang lain. Mainset mempreoritaskan untuk mendapatkan suatu nilai IPK, impian
untuk membanggakan orang tua dengan suatu nilai, yang mudah untuk digapai.
kebanggaan yang sederhana dalam diri mahasiswa, jika hanya nilai. Dengan
berjalannya waktu mahasiswa di Kampus, saya merasa kuliah ini hanya disibukan
dengan pelajaran yang ada di dalam buku-buku, yang sangat mudah untuk
dipelajari dan dipahami, jika mahasiswa serius untuk belajar. Dan saya juga
sering melakukan penelitan untuk melengkapkan tugas yang diberikan dosen, hal
ini sederhana dapat saya kerjakan dalam tiga hari dan bisa juga lebih, dan
walaupun dalam penelitian keliru, saya juga diberikan teleransi untuk merevisi
oleh dosen, sebuah tugas sederhana mahasiswa dan saya rasa semua mahasiswa
tidak asing hal ini. Hal yang dialami selama Semester I dan II, namun ada kejanggalan
dalam benak saya, tanda tanya sederhana,
pada saat awal semester III, saya merenung pada saat mendengar sumpah mahasiswa
pada awal penerimaan Mahasiswa Baru (MABA), yang dipimpin oleh Ketua Presma
(Presiden Mahasiswa). Dan pada saat rektor menyampaikan Tri Darma perguruan
tinggi pada penerimaan mahasiswa baru, ada
butir Tri Darma yang belum saya lakukan semenjak
menjadi mahasiswa, Tri Darma yang ada pada butir tiga, tentang pengabdian pada masyarakat. Apa saya
dan mahasiswa yang lain sudah melakukan ini, tentunya “Tidak”. Hal ini
membukakan hati saya dan merasa bahwa telah melanggar janji sebagai mahasiswa,
jika orang yang melanggar janji sama halnya munafik. Karena dengan janji-janji
pada awal masuk Kampus dan sudah menjadi mahasiswa, ”Sumpah Mahasiswa”, telah di denyangkan dengan keras-keras dengan
hati.
Ada mahasiswa akademis menjawab
pertanyaan saya saat diskusi, tentang Tri Darma perguruan tinggi, pengabdian
yang berada di butir-butir Tri Darma, suatu saat nanti pada akhir kuliah, kita
lakukan, sering dikenal, PKL (Praktek Kerja Lapangan) dan KKN (Kuliah Kerja
Nyata). Hal itu tentunya “bukan”, karena itu suatu program perguruan tinggi,
suatu hukum keharusan mahasiswa untuk lulus, apakah itu suatu ketulusan
mahasiswa mengabdikan pada masyarakat. Saya tegaskan “tidak”, nurani mahasiswa
akan terbentuk jika mahasiswa itu selalu menyuarakan hati rakyat dengan niat
positif demi kemaslahatan bangsa, selaras dengan
Pancasila pada sila kelima. Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Mahasiswa selalu ikut serta dalam
kepentingan masyarakat dan bangsa.
Mahasiswa masih beruntung jika sering
melakukan BAKSOS (Bakti Sosial), kegiatan sosial dan rakyat proletariat.
Kerugian terbesar mahasiswa jika melakukan pengabdian masyrakat, masih menunggu
masa akhir kuliahnya, akan melakuka hal apa selama kuliah dalam masa yang amat
panjang ini. Akan banyak waktu yang akan terbuang sia-sia dalam jiwa mahasiswa,
banyak cara dalam beraksi melakukan pengabdian pada masyrakat. Manfaatkan waktu
singkat ini untuk memenuhi kewajiban kita sebagai mahasiswa, yang ada dalam Tri
Darma dan Sumpah Mahasiswa.
Mahasiswa sebagai Gajah Mada bangsa,
dalam negeri Indonesia yang berasas Pancasila. Mahasiswa berperan di tengah
diantara negara dan masyarakat. Jika Gajah Mada dalam Kerajaan Majapahit
sebagai seorang Patih. Mahasiswa di Indonesia sebagai Patih yang harus bisa
memahami dalam keadaan negeri ini, akan dibawa kemana negeri ini?, maka
tumpuhan sebagai “Patih”, harus bisa memberikan harapan yang visioner untuk
negeri, sebagai insan yang berintelektual luas, yang memiliki idealisme yang akan
menciptakan inovasi, inspiarasi cemerlang. Objek dapat memberikan kontribusi
terhadapat rakyat. Kepada siapa lagi Indonesia bertumpu, jika bukan pada patih yaitu
mahasiswa sebagai patih bangsa ini.
Mahasiswa
sebagai patih di negeri ini, akan senantiasa mengabdikan diri untuk masyrakat,
tidak hanya apatisme dengan keadaan sosial, terutama pada masyarakat proletar,
dan berperan sebagai patih yang pernah berjanji pada sumpah mahasiswa, dalam
Tri Darma perguruan tinggi diamanahkan pada kita. Sebagai mahasiswa istilah
yang sering disebutkan dan dibanggakan mahasiswa, sebagai social control, (pengendali sosial). Terutama pada rakyat proletar,
apa eksistensi mahasiswa untuk masyarakat akan selalu menjaga kesetabilan
hak-hak rakyat, selalu mengimplemintasikan tindakan yang konkrit, aksi dengan
turun jalan dalam menyuarakan hati rakyat, dan menyuarakan dengan tulisan apa
yang dirasakan rakyat, dan selalu mengajak masyrakat untuk sadar atas
pentingnya pendidikan, dengan bersosialisasi tentang pendidikan, bahwa Perguruan
Tinggi, bukan hanya meluaskan lapangan pekerjaan, namun Pendidikan akan membuka
paradigma primitif dan kekerdil kita. Dalam Pendidikan akan diajarkan bagaimana
rakyat dapat menikmati hak-haknya, yang seharunya untuk dimiliki dan dinikmati,
Pendidikan itu bersifat visioner, mempelajari sesuatu hal yang belum pernah
kita jalani, merencnakan masa yang akan datang.
Tindakan
Kokrit Mahasasiswa Sebagai Gajah Mada Bangsa
Membangun sesuatu yang nyata untuk masyrakat,
dengan mengumpulkan buku-buku yang masih layak untuk dibaca, membangun
perpustakan sederhana untuk memfasilitasi anak-anak desa, jika ada mahasiswa “satu”
sebagai Mahasiswa berjiwa Patih Gajah Mada, maka didalamnya itu kita. Tindakan
harus diapresiasi oleh saya sebagai mahasiswa yang akademis. Saya mencatat pada
tgl 17, Februari, 2017 aksi mahasiswa
yang melakukan hal konkrit pada masyarakat, yang dilakaukan di desa saya sendiri. Ternyata
teman kelas PBSI-FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA). Tindakan ini dilakukan
bukan secara individu namun secara bersama dalam kelompok yang diberi nama
Pemuda Visioner. Saya selalu berpikir bahwa yang idealis, kritis, sosialis, tulis,
itu memberikan suatu perbedaan yang berharga dan bermaakna, senada dengan
staitmen salah satu mahasiswa yang ada di kolompok tersebut. Idealisme harus,
Kritis, Tulis, dengan menulis dapat menyuarakan hati rakyat, Sosialis dekat
dengan mahasiswa yang satu dengan yang lain dan masyrakat. Serta mengemban dalam
kepentingan orang lain, tidak hanya beronani dengan cita-citanya. Tidak apatis
terhadap masyarakat, sehingga tidak buta dengan esensial mahasisiswa.
Mahasiswa sebagai patih gajah
mada, akan selalu ada dibagian bangsa dan masyrakat, terutama di tanah Indonesia,
karena mahasiswa adalah rakyat, jika memahimi dirinya rakyat, akan merasa bahwa
suatu saat akan kembali dan hidup bermasyrakat, maka esensi sebagai mahasiswa
jangan sampai luntur, dan melupakan sejarah dan latar belakang, untuk mencapai
masa depan, dengan memperhitungkan manusia yang satu dengan manusia yang lain,
dan tercipta mahasiswa humanisme.
Akhmad
Penulis Buku Antologi Puisi Gerilya deraian sajak-sajak.
Aktivitas di Lpm Fenomena Universitas Islam Malang
Semester III Tulisan ini ikutkan lomba di UGM Jogjakarta
Akhmad
Penulis Buku Antologi Puisi Gerilya deraian sajak-sajak.
Aktivitas di Lpm Fenomena Universitas Islam Malang
Semester III Tulisan ini ikutkan lomba di UGM Jogjakarta
Arikel Negeri Dibalik Tirai
Gambar situs.buntu |
Negeri Dibalik
Tirai
Yang jujur akan hancur, yang tidak
berani jujur tambah makmur.
Buah jatuh tidak jauh
dari pohonnya, namun jadilah buah yang jatuh jauh dari pohonnya lantaran dibawa
kalilawar yang membawa buah hingga jauh. Analoginya jadilah orang yang tidak
selalu mengulang sejarah yang telah menjadikan negeri tidak berkembang dan maju,
mengingat dengan kata-kata canda, hal ini menjadi bukti bahwa 1000 orang miskin
di Indonesa tidak akan menjatuhkan
Negara Indonesia, namun 10 orang koruptor yang membuat Indonesia terjatuh.
Bagaimana cara
menghindari dari apa yang menjadikan negeri ini hancur, yang paling mendasar
ketika hidup hanya untuk kepentingan sendiri, tanpa memikirkan kepentingan yang
lain (Rakyat), maka akan menjadi diktator yang ganas, sebab itu pejabat punya
hak menjaga dan merawat anugerah Tuhan di bumi tercinta ini terutama pejabat di
Indonesia jika tidak bisa, sama halnya memakan daging saudara sendiri,
kesadaran adalah penting dalam membaca dan merasakan apa yang menjadi mimpi
rakyat, yaitu pejabat harus berjiwa Pancasila.
Jiwa
yang menjadikan seorang arif dan bijak akan
terbentuk jika selalu memahami arti dan butir-butir Pancasila. Dengan cara
seperti apakah untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya pandai
mengada-ngada, sehingga tidak menjadi pemimpin secara instan, tanpa menikmati proses belajar dan mengenal budaya, dasar
dari esensi negeri sendiri, maka anak bangsa yang hanya pandai merebut
kekuasaan, dan hanya melipat kekayaan-kekayaan bukan haknya, untuk kepentingan
sendiri.
Maka
hal ini yang menjadikan sebuah bukti bahwa negeri ini caruk-maruk dengan sebuah
sistem, bukannya sistem di negeri ini sudah terbaik, namun penerapan dari suatu
sistem itulah yang sangat marak di negeri tercinta ini, yang penuh dengan
kekayaan Alam namun tanpa dinikmati oleh anak bangsa sendiri. Sehingga serasa negeri
ini sudah tidak memiliki Tuhan lagi, masyarakat tak menggap pejabat yang hebat,
karena pejabat hanya harum saat ingin terjun, menghujat untuk mendapatkan uang
yang cepat setelah dapat loncat-loncat. Sehingga kejernihan hati, kebijaksanaan
(Hikmah) hilang kesadaraanya.
Cara
Menciptakan Kesadaraan
Pada usia dini ajarkan
anak-anak bangsa yang berpendidikan, yang berada di dalam pendidikan formal dan non-formal, atau tempat
belajar untuk selalu mengingat dan menganalisis esensi negeri ini, mengenalkan dasar-dasar
negeri ini Pancasila. Diusahakan setiap sekolah SD, SMP dan SMA, Diperkulihaan,
pelajaran Keagamaan, Kebudayaa, Dasar Negeri ini dalam setiap waktu diawali
dengan pelajaran wajib itu, semenjak usia dini, untuk menjadikan insan yang tidak hanya pintar, namun
etika dan kesadaraan dalam menciptakan suatu pemimpin memiliki jiwa yang paham
dengan rillnya revolusi negeri ini.
Dengan realita yang
sekarang tidak wajar dalam negeri tercinta ini banyak hal yang dapat kita
pikirkan dan diperhitungkan benar-benar, untuk menyumbangkan solusi, kepada
meraka yang tidak mampu membaca keadaan negeri ini, apakah kita hidup di negeri ini apatis terhadap
realita, fenomena yang menjadikan energy
untuk menjadikan refleksi peristiwa baru-baru
ini, segar dalam ingatan kita, yaitu penyiraman wajah Novel Baswedan (11/4/17),
setelah sholat shubuh yang mengunakan air keras oleh oknum orang tidak dikenal,
hal ini menunjukan, yang mementingkan rakyat dan jujur harus hati-hati, berwaspada
karena harus hancur, karena kita bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi
pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Suatu ancaman membahayakan
pada orang yang sangat progresif dalam menangani hak-hak orang banyak. Sudah
sangat jelas siapa pun yang serius dalam menangani hal kepentingan yang
merugikan rakyat dan negara, ibarat setangkai bunga yang tak diharapkan tumbuh,
dan tak diharapakan adanya.
Teringat
dengan sejarah yang telah menjadi cerita disepanjang sejarah Indonesia mengenai
ancaman bagi orang jujur, yang dihancurkan, pada Tahun 1945-1959. Indonesia
memiliki Jaksa Agung pertama Gatot Tarunamihardja, yang selama kariernya dia
berusaha membongkar kasus korupsi penyelundupan di Teluk Nibung, Sumatera Utara,
di bawa Panglima Tetorium I Kolonel Maludin Simbolon, dan barter ke Tanjung Priok yang diduga melibatkan Kolonial Ibnu Sutowo
hasil dari penyelundupan dan barter
itu digunakan untuk kepentingan tentara. Melakukan tindakan untuk kemaslahatan
bersama, maka untuk mencegah seorang untuk melakukan kerugian, Ia mendapatkan
ancaman yang sangat mengancamkan jiwa raga dan hidupnya, sehingga pada saat Presiden
pergi keluar negeri, Gatot mendapatkan musibah ditabrak oleh orang tidak
dikenal hingga kakinya buntung, sehingga menanggung hidup tanpa kaki sebelah,
tindakan yang dilakukan untuk transparansi dalam kepentingan orang banyak
masyarakat dan negara, karena menganggap bahwa korupsi sebuah tindakan yang
sangat tidak humanisme. (Historia).
Bukan
cerita namun fakta sangatlah mengerikan negeri ini, entah Tuhan sangat elok
dalam memberikan segala kekuasaanya sehingga banyak fenomena yang harus
dijadikan refleksi diri, untuk regenerasi anak bangsa yang akan datang. (*)
Langganan:
Postingan (Atom)