Hmj,Pbsi.Unisma |
Pembunuhan
Cantik
Flim Sekxy
Killers Perspektif Bill Kovack dan Roesstille di Sepuluh Elemen Jurnalisme
Ketika
semua kebenaran diungkap secara
gamblang
maka dunia akan mudah hancur
(Mahbub
Djunaidi Pendekar Pena di Kompas)
Kesempurnaan manusia tidak akan bisa
dimiliki secara signifikan, namun dalam hal metafisika manusia tidak akan bisa
kita justifikasi baik dan buruknya. Karena dalam kehidupan manusia tidak bisa
mengkotak-kotakkan sebuah penghakiman terhadap manusia. Parameter kehidupan ada
dalam dampak bagaimana manusia memiliki danpat dan fungsi kepada kehidupan yang
lain.
Dalam flim pembunuhan cantik ini, dalam
perspektif penulis akan membuka cara berpikir yang mutakhir, walau tidak akan
ada penyelesaian dalam berpikir, kecuali dalam pemikiran akan melahirkan sebuah
tindakan, maka akan bisa melahirkan sebuah dampak dan dampak dari itu bisa kita
apakah akan memberikan nilai estetika
atau cara-cara yang bisa manusia dirasa. Dalam teori kemanusian mempelajari
Ilmu pengetahuan dampak paling sederhana dari tidak tau menjadi tahu, itu tahapan
manusia belajar, yang kedua kita mampu mengimplemintasikan apa yang dipahami
atau yang ditahu mengenai pengetahuan social bagaimana bisa berdampak pada social,
namun ketika dalam pengetahuan tentang Tuhan bagaimana kita bisa mendekatkan
diri dengan cinta, dan pengetahuan mengenai alam bagaiamana alam bisa kita jaga
memeberi dampak padanya.
Flim Sexy Killers (Pembunuh Sexy)
akhir-akhir ini menjadi sorotan kita. Membuka mata untuk bisa tahu mengenai
konflik kemanusiaan yang didampakkan oleh kaum kapitalis atau orang-orang
bermodal. Dalam flim ini kita mungkin akan merasa sangat iba dan simpati ketika
melihat penderitaan rakyat kecil secara seginifikan yang harus menanggung
kerusakan hutan, ekosistem, dan bahkan pada habblum
minal-alam (hubungan dengan alam), dengan merasakan dampak dari keruskan
hutan. Kita malihat hal itu tidak terlihat jelas, dampak itu hanya memberikan
dampak tidak baik ketika memang kita memfreming dari segi ekologi dan
kemanusiaan yang menanggung semua itu.
Sebenarnya kita tau yang namanya
mengembangkan hutan, kala hutan masih bisa diambil manfaatkan dengan cara baik-baik oleh manusia maka tidak
akan memberikan dampak negative, maka pemerintah sangat memperbolehkan
mengelola hutan. Karena rakyat kecil tidak ingin dipersulit asalkan lingkungan
bisa menjamin dan tetap tidak merusaknya. Kala kita melihat orang Dayak yang
hidup di tengah hutan tidak pernah ada kasus mengenai hutan. Ketika kita
cermati mereka lebih menjaganya. Dan ketika mengingat dengan pidato Bu Megawati
yang dipertegas oleh Alm. Gus Dur mereka mengatatakan pada tahun 2000 kalau
tidak salah “Kala negara mengalami krisis kita boleh mengelola hutan dengan
baik mengelola mengambil hasil dari hutan”, hal itu akan menjadikan kerangka
berpikir kita. Ketika kita benturkan dengan yang ada dalam flim Sexy Killers
ini. Ketika semua jelas kita ini teleh memberikan atau mempersembahkan serta
dampak apa?, mari refleksikan bersama.
Mahbub Djunaidi pernah menuliskan
tentang kebenaran dalam dunia yang merupakan data. Dalam tulisannya mengatakan:
ketika di dalam kehidupan manusia memaparkan kebenaran secara gamblang maka kwatir dunia akan mudah hacur. Dengan kalimat
yang ditulis tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan dalam flim tersebut
ketika kita menemukan hal yang nyata tapi akan melahirkan cidera dalam
berpikir, ketika menghakimi, bahkan akan membenci.
Namun kebenaran saja dalam hidup tidak
harus diimbangi dengan kerja naluri. Dan naluri ini ketika ketika penulis
benturkan dengan jurnalisme warga
hak-hak saja seorang Dandy Dwi Laksono itu haknya, dalam instansi Negara
legalitas dalam projek flim ini juga jelas akan dilindungi oleh media, karena
sudah menjadi lembaga secara legalitas.
Melihat proses ini dimualai dari 2015. Sebenarnya
dalam flim bisa dikatakan eskpedisi Dandy Dwi Laksono, mereka sebelumnya juga
seorang jurnalis Tv. Cerita singkatnya sebelum berhenti dari seorang jurnalis
ia mengumpulkan uang untuk melakukan perjalanan untuk membuat flim dokumentar
bersama dengan temannya namanya Ucok Saparta. Ekspedisi ini dikenal dengan Indonesia
Biru karena banyak hal akan diceritakan mengenai Indonesia.
Flim ini dalam pandangan jurnalisme tidak ada masalah
dan dalam UUD 1945 di ayat 28E berbunyi setiap warga Negara Indonesia memiliki
hak kebebasan berbicara mengkritik dan memberikan saran.
Dalam Jurnalisme kita juga mengenal yang
namanya sepuluh elemen jurnalistik yang dirumuskan leh Bil Kovack dan
Rooesstile seorang jurnalis dari USA meriset dan wawancara mengenai kurang
lebih dari 1.000.000 wartawan di dunia, untuk merumuskan itu. Bahkan rumasan
sepuluh elemen itu menjadi dasar jurnalis di setiap Negara karena sangat
relevan. Ketika kita bentrukan dengan salah satu isi dari dasar jurnalisme yang
dirumuskan jadi sepuluh elemen jurnalisme. Yang pertama berbunyi “Kebenaran”
dan yang terakhir “Hati nurani” hal ini akan menjadi pertentangan dalam flim
ini.
Penulis mencoba menganalisa dari hal
kebenaran hal ini akan menjadi pertanyaan dan akan menjadi jawaban kita kala
manusia bisa memahami arti kebenaran yang secara jurnalisme adalalah kebenaran
fungsional bukan kebenaran teologi atau secara atau kebenaran dalam ilmu
eksakta (sains). Kedua dengan naluri manusia akan menghakiminya dan akan lebih
ribet lagi karena setap naluri manusia bisa saja menerima bisa saja tidak.
Namun dalam garis besarnya naluri manusia bekerja sesuai dengan kerja dan
dampak manusia itu sendiri dalam mengenadalikan dirinya akan kemana menentukan
objek?
Catatan kecil: akhmad mustakim
Dalam pemikiran yang penulis paparkan hanya ulasana sebagai pembaca. Jika ada salah kata mari diskusikan dan mari
belajar bersama sehingga apa yang kami tulis sebagai bentuk pembelajaran bukan untuk menggurui atau sok tahu. Mari
berpikir agar kita agar leluasa dan ketika leluasa kalau Ingin merdeka mari kita berdialektika dan saling menerima.
|