Minggu, 21 April 2019

Esay Flim Sekxy Killers Perspektif Bill Kovack dan Roesstille di Sepuluh Elemen Jurnalisme

Hmj,Pbsi.Unisma


 
Pembunuhan Cantik
Flim Sekxy Killers Perspektif Bill Kovack dan Roesstille di Sepuluh Elemen Jurnalisme

Ketika semua kebenaran diungkap secara
gamblang maka dunia akan mudah hancur
(Mahbub Djunaidi Pendekar Pena di Kompas)

Kesempurnaan manusia tidak akan bisa dimiliki secara signifikan, namun dalam hal metafisika manusia tidak akan bisa kita justifikasi baik dan buruknya. Karena dalam kehidupan manusia tidak bisa mengkotak-kotakkan sebuah penghakiman terhadap manusia. Parameter kehidupan ada dalam dampak bagaimana manusia memiliki danpat dan fungsi kepada kehidupan yang lain.
Dalam flim pembunuhan cantik ini, dalam perspektif penulis akan membuka cara berpikir yang mutakhir, walau tidak akan ada penyelesaian dalam berpikir, kecuali dalam pemikiran akan melahirkan sebuah tindakan, maka akan bisa melahirkan sebuah dampak dan dampak dari itu bisa kita apakah  akan memberikan nilai estetika atau cara-cara yang bisa manusia dirasa. Dalam teori kemanusian mempelajari Ilmu pengetahuan dampak paling sederhana dari tidak tau menjadi tahu, itu tahapan manusia belajar, yang kedua kita mampu mengimplemintasikan apa yang dipahami atau yang ditahu mengenai pengetahuan social bagaimana bisa berdampak pada social, namun ketika dalam pengetahuan tentang Tuhan bagaimana kita bisa mendekatkan diri dengan cinta, dan pengetahuan mengenai alam bagaiamana alam bisa kita jaga memeberi dampak padanya.
Flim Sexy Killers (Pembunuh Sexy) akhir-akhir ini menjadi sorotan kita. Membuka mata untuk bisa tahu mengenai konflik kemanusiaan yang didampakkan oleh kaum kapitalis atau orang-orang bermodal. Dalam flim ini kita mungkin akan merasa sangat iba dan simpati ketika melihat penderitaan rakyat kecil secara seginifikan yang harus menanggung kerusakan hutan, ekosistem, dan bahkan pada habblum minal-alam (hubungan dengan alam), dengan merasakan dampak dari keruskan hutan. Kita malihat hal itu tidak terlihat jelas, dampak itu hanya memberikan dampak tidak baik ketika memang kita memfreming dari segi ekologi dan kemanusiaan yang menanggung semua itu.
Sebenarnya kita tau yang namanya mengembangkan hutan, kala hutan masih bisa diambil manfaatkan  dengan cara baik-baik oleh manusia maka tidak akan memberikan dampak negative, maka pemerintah sangat memperbolehkan mengelola hutan. Karena rakyat kecil tidak ingin dipersulit asalkan lingkungan bisa menjamin dan tetap tidak merusaknya. Kala kita melihat orang Dayak yang hidup di tengah hutan tidak pernah ada kasus mengenai hutan. Ketika kita cermati mereka lebih menjaganya. Dan ketika mengingat dengan pidato Bu Megawati yang dipertegas oleh Alm. Gus Dur mereka mengatatakan pada tahun 2000 kalau tidak salah “Kala negara mengalami krisis kita boleh mengelola hutan dengan baik mengelola mengambil hasil dari hutan”, hal itu akan menjadikan kerangka berpikir kita. Ketika kita benturkan dengan yang ada dalam flim Sexy Killers ini. Ketika semua jelas kita ini teleh memberikan atau mempersembahkan serta dampak apa?, mari refleksikan bersama.
Mahbub Djunaidi pernah menuliskan tentang kebenaran dalam dunia yang merupakan data. Dalam tulisannya mengatakan: ketika di dalam kehidupan manusia memaparkan kebenaran secara gamblang maka  kwatir dunia akan mudah hacur. Dengan kalimat yang ditulis tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan dalam flim tersebut ketika kita menemukan hal yang nyata tapi akan melahirkan cidera dalam berpikir, ketika menghakimi, bahkan akan membenci.
Namun kebenaran saja dalam hidup tidak harus diimbangi dengan kerja naluri. Dan naluri ini ketika ketika penulis benturkan dengan  jurnalisme warga hak-hak saja seorang Dandy Dwi Laksono itu haknya, dalam instansi Negara legalitas dalam projek flim ini juga jelas akan dilindungi oleh media, karena sudah menjadi lembaga secara legalitas.
Melihat proses ini dimualai dari 2015. Sebenarnya dalam flim bisa dikatakan eskpedisi Dandy Dwi Laksono, mereka sebelumnya juga seorang jurnalis Tv. Cerita singkatnya sebelum berhenti dari seorang jurnalis ia mengumpulkan uang untuk melakukan perjalanan untuk membuat flim dokumentar bersama dengan temannya namanya Ucok Saparta. Ekspedisi ini dikenal dengan Indonesia Biru karena banyak hal akan diceritakan mengenai Indonesia.  
Flim ini dalam pandangan jurnalisme tidak ada masalah dan dalam UUD 1945 di ayat 28E berbunyi setiap warga Negara Indonesia memiliki hak kebebasan berbicara mengkritik dan memberikan saran.   
Dalam Jurnalisme kita juga mengenal yang namanya sepuluh elemen jurnalistik yang dirumuskan leh Bil Kovack dan Rooesstile seorang jurnalis dari USA meriset dan wawancara mengenai kurang lebih dari 1.000.000 wartawan di dunia, untuk merumuskan itu. Bahkan rumasan sepuluh elemen itu menjadi dasar jurnalis di setiap Negara karena sangat relevan. Ketika kita bentrukan dengan salah satu isi dari dasar jurnalisme yang dirumuskan jadi sepuluh elemen jurnalisme. Yang pertama berbunyi “Kebenaran” dan yang terakhir “Hati nurani” hal ini akan menjadi pertentangan dalam flim ini.
Penulis mencoba menganalisa dari hal kebenaran hal ini akan menjadi pertanyaan dan akan menjadi jawaban kita kala manusia bisa memahami arti kebenaran yang secara jurnalisme adalalah kebenaran fungsional bukan kebenaran teologi atau secara atau kebenaran dalam ilmu eksakta (sains). Kedua dengan naluri manusia akan menghakiminya dan akan lebih ribet lagi karena setap naluri manusia bisa saja menerima bisa saja tidak. Namun dalam garis besarnya naluri manusia bekerja sesuai dengan kerja dan dampak manusia itu sendiri dalam mengenadalikan dirinya akan kemana menentukan objek?




Catatan kecil: akhmad mustakim
Dalam pemikiran yang penulis paparkan hanya ulasana sebagai pembaca. Jika ada salah kata mari diskusikan dan mari 
belajar bersama sehingga apa yang kami tulis sebagai bentuk pembelajaran bukan untuk menggurui atau sok tahu. Mari 
berpikir agar kita agar leluasa dan ketika leluasa kalau Ingin merdeka mari kita berdialektika dan saling menerima.