PANCASILA
SEBAGAI AKHLAK NKRI
Pemimpin atau pejabat jangan hanya
memikirkan perut saja dan di bawahnya perut, semakin tinggi posisi manusia di
atas semakin kencang pula angin menggoyangnya, ujian terhebat manusia harta,
tahta dan wanita, ketika tiga ini tidak bisa diatasi maka bersiaplah keyakinan
dan ketulusan berubah menjadi kemunafikan, kuncinya nafsu caranya mengatasinya
adalah kuasai nafsu jangan sampai nafsu yang menguasai. Maka alternatifnya adalah
sebelum ada di atas kuatkanlah podasi di bawah sekuat mungkin, rumah yang kuat
karena pondasinya kuat, pemimpin yang hebat karena kepribadiannya spiritual
yang hebat.
Jika ingin pondasi diri kuat maka
ideologi Pancasila harus di amalkan, dengan melakukan hal ini dapat dibuktikan
bahwa ediologi bangsa yang memiliki beberapa kebudayaan, etnis, dan suku yang
beranekaragam, dengan hal ini Pancasila yang harus menjadi pondasi untuk
membangun jiwa pemimpin dan kepada generasi bangsa. Bahwa bangsa ini mebutuhkan
generasi emas yang mengamalkan ideologi pancasila yang menjadi roh progresif
nasionalisme Indonesia, dengan menginat dan merawat Pancasila sebagai ediologi
bangsa Indonesia yang sangat menjungjung tinggi Agama power human spritual.
Sudah dijelaskan di UUD 1945 pasal 29 tentang kebebasan beragama, bahwa
setiap warga Indonesia harus memiliki keyakinan atau Agama yang sudah menjadi
sila pertama dalam ediologi bangsa Indonesia, dan tidak memandang Agama itu
Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik. Bentuk Benika Tunggal Ika yang
melambangkan bahwa Garuda merangkul kata-kata yang bertulis Bhineka Tunggal
Ika, suatu simbolis berbeda-beda tapi tetap satu, namun beragama dan
menjungjung tinggi keyakinan masing-masing hal ini yang menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia memiliki relasi spiritual dengan Agama atau keyakinan, karena
pada dasarnya Agama itu adalah pemersatu bangsa. Bahwa sudah diperjelas oleh
Ir. Soekarno, “Menemukan fakta nyata bahwa pada dasarnya orang Indonesia wajib
beragama dan bertuhan, entah bertuhan kepada siapaun terpenting mempunyai
keyakinan terhadap apa yang diyakini”.
Menurut Emile Durkheim, dalam
bukunya sejarah Agama, the elementary forms of the religious life. Dalam
butir keempat bahwa “Agama hanya dilihat dari segi fungsinya demi mengukuhkan
dan menegaskan kembali solidaritas kelompok, sebagai hal yang memiliki
seignifikiani simbolik, bagi suatu kelompok atau masyarakat (Sosiologi Agama)”.
Bahwa pada dasarnya tujuan yang sangat sederhana jika beragama maka hendaklah
berpikir sederhana terlebih dahulu, kepentingnya dengan memikirkan bahwa
beragama apapun memiliki paradigma yang mementingkan sosial terdahulu, untuk
menjalin keharmonisan terlebih dulu antara manusia yang satu dengan yang lain,
kalau mengingat riwayat Nabi Muhammad Saw, “sesungguhnya aku diutus Tuhan
untuk menyempurnakan memuliakan (keshalihan) akhlak (Abu Hurairah dan Anas Bin
Malik)”. Memperjuangkan Agama bukannya sudah jelas Agama yang dianjurkan
terlebih dahulu tiada lain jiwa Sosial Agama, yang baik, dan menunjukkan bahwa
inilah Agama dan kepercayaan dan keinginan Tuhan, setiap Agama dan Tuhan yang
dianut, menjunjung tinggi rasa kemanusian dan mengutamakan Akhlaqul Karimah,
terhadap manusia beragama, jika hubunganmu dengan manusia baik maka Tuhan
akan menjemu dengan baik pula, jika bicara keyakinan kepada yang menciptakan
ini, maka kembalikan kepada setiap induvidual setiap penganutnya. Dengan ini
sudah sangat jelas negara yang memiliki ideologi Pancasila yang berbutir lima
sesuai dengan rukun islam dan dalam sholatnya orang islam juga ada lima waktu
bahwa tujuan berbangsa Indonesia, mempunyai jiwa yang seperti halnya sudah
direnungkan para pejuang yang telah mendahuli kita, bahwa saya sangat sepakat
bahwa filosofi pancasila yang memiki arti dan sifat imanen dan subjektif sesuatu
ideologi yang memiliki sikap batin yang sopan, rendah hati, dan memiliki sifat
toleran. Kata “Pancasila” jika dipisahkan menjadi Pan-Ca-Sila lihatlah makna
dan artinya.
Pan: yang telah larut dalam kelemah lembutan dalam bersikap.
Ca: tetap, tauhid murni kepada tuhan
yang maha ESA.
Sila: orang yang beriman.
Sila: orang yang beriman.
Sehingga jika dipadukan menjadi
PANCASILA, sehingga keimanan kepada Tuhan jika mengamalkan dengan baik isi
butir-butir dalam PANCASILA yang memiliki lima Butir, yang dulu sering
dilontarkan setiap hari Senin, kadang hanya indah ditelinga saja sulit untuk
mengamalkan diterapkan dalam kehidupan, ediologi Indonesia seharusnya generasi
bangsa yang ada di Indonensia harus diamalkan dalam kehidupan lima sendi
Pancasila yang berbunyi. 1. Ketuhanan yang Maha Esa, 2. Kemanusian yang adil
dan Beradap, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, 5. Keadialan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Dari kelima sendi yang ada di atas
jangan hanya indah dingar maka dirawat dan di amalkan sebaik mungkin maka
kehidupan yang sebenarnya, dalam kehidupan di dunia akan memiliki kenyaman dan
akan merasakan cinta damai, tanpa membuang rasa yang apatisme terhadap rakyat
sehingga terbentuklah jiwa-jiwa yang tulus dalam menjalani hidup di Dunia
menjadi seorang pemimpin terutama di bumi Hindia Belanda yang sekarang menjadi
Indonesia. Maka jika ada pertanyaan yang mendasar pada pemimpin di negeri ini,
“akan menjadi negara yang seperti apa Indonesia ini? Maka pertanyaan ini jangan
dijawab dengan secara detail, biarkan yang bertanya memikirkan, dan mau dibawa
ke mana apakah kejurang perpecahan apa ke arah kesatuan, mau di kemanakan
negara Indonesia ini, maka jawabannya ada di diri yang bertanya, ini era
reformasi indonesia sudah ada di jalur aman hanya bagaimana caranya menjadikan
Indonesia ini menjadi lebih baik, maka jawabanya adalah cintai, pahami, amalkan
Pancasila itulah jiwa pemimpin dulu yang sukses membawa Indonesia merdeka.
Seorang pemimpin yang hebat tidak akan
pernah hidup untuk selamanya, membentuk negara ini menjadi negara yang merdeka
dari penjajahan itu sebuah perjuangan yang tidak dapat dilupakan begitu saja,
maka belajarlah dari sejarah karena pelajaran yang terhebat adalah belajar dari
apa yang telah terjadi. Mengingat apa yang ada di dalam buku Jean Paul Sartre
seorang filsuf Peramcis, “Eksistensi itu lebih dulu daripada esensi, manusia
akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya akan
muncul ketika ia mati, dengan kata lain manusia tidak memiliki apa-apa saat
dilahirkan dan selama hidupnya, dilihat dari hasil kalkulasi dari
komitmen-komitmennya, pada masa lalu satu-satunya landasan nilai adalah
kebebasan manusia dalam memperjuangkan kepentingan bersama”. Maka lakukanlah
terlebih dahulu yang terbaik, maka esensi akan mengikuti eksistensi yang
dilakukan. Apa yang telah terjadi di masa lalu maka itu kita berbanggalah
Indonesia generasi bangsa harus mengamalkan ediologi bangsa ini yang rill
dengan jalannya revolusi negeri ini, bahwa demokrasi ada pada negeri ini.
Pancasila adalah ediologi negeri ini, Indonesia adalah kecintaanku, jadilah
kita orang yang cinta dan rasa ingin memiliki kepada negeri ini dengan
mengamalkan Idelogi pancasila dengan memulainya dari sekarang.