Minggu, 31 Desember 2017

PANCASILA SEBAGAI AKHLAK NKRI


PANCASILA SEBAGAI AKHLAK NKRI
Pemimpin atau pejabat jangan hanya memikirkan perut saja dan di bawahnya perut, semakin tinggi posisi manusia di atas semakin kencang pula angin menggoyangnya, ujian terhebat manusia harta, tahta dan wanita, ketika tiga ini tidak bisa diatasi maka bersiaplah keyakinan dan ketulusan berubah menjadi kemunafikan, kuncinya nafsu caranya mengatasinya adalah kuasai nafsu jangan sampai nafsu yang menguasai. Maka alternatifnya adalah sebelum ada di atas kuatkanlah podasi di bawah sekuat mungkin, rumah yang kuat karena pondasinya kuat, pemimpin yang hebat karena kepribadiannya spiritual  yang hebat.
Jika ingin pondasi diri kuat maka ideologi Pancasila harus di amalkan, dengan melakukan hal ini dapat dibuktikan bahwa ediologi bangsa yang memiliki beberapa kebudayaan, etnis, dan suku yang beranekaragam, dengan hal ini Pancasila yang harus menjadi pondasi untuk membangun jiwa pemimpin dan kepada generasi bangsa. Bahwa bangsa ini mebutuhkan generasi emas yang mengamalkan ideologi pancasila yang menjadi roh progresif nasionalisme Indonesia, dengan menginat dan merawat Pancasila sebagai ediologi bangsa Indonesia yang sangat menjungjung tinggi Agama power human spritual. Sudah dijelaskan di UUD 1945 pasal 29 tentang kebebasan beragama,  bahwa setiap warga Indonesia harus memiliki keyakinan atau Agama yang sudah menjadi sila pertama dalam ediologi bangsa Indonesia, dan tidak memandang Agama itu Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik. Bentuk Benika Tunggal Ika yang melambangkan bahwa Garuda merangkul kata-kata yang bertulis Bhineka Tunggal Ika, suatu simbolis berbeda-beda tapi tetap satu, namun beragama dan menjungjung tinggi keyakinan masing-masing hal ini yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki relasi spiritual dengan Agama atau keyakinan, karena pada dasarnya Agama itu adalah pemersatu bangsa. Bahwa sudah diperjelas oleh Ir. Soekarno, “Menemukan fakta nyata bahwa pada dasarnya orang Indonesia wajib beragama dan bertuhan, entah bertuhan kepada siapaun terpenting mempunyai keyakinan terhadap apa yang diyakini”.
Menurut Emile Durkheim, dalam bukunya sejarah Agama, the elementary forms of the religious life. Dalam butir keempat bahwa “Agama hanya dilihat dari segi fungsinya demi mengukuhkan dan menegaskan kembali solidaritas kelompok, sebagai hal yang memiliki seignifikiani simbolik, bagi suatu kelompok atau masyarakat (Sosiologi Agama)”. Bahwa pada dasarnya tujuan yang sangat sederhana jika beragama maka hendaklah berpikir sederhana terlebih dahulu, kepentingnya dengan memikirkan bahwa beragama apapun memiliki paradigma yang mementingkan sosial terdahulu, untuk menjalin keharmonisan terlebih dulu antara manusia yang satu dengan yang lain, kalau mengingat riwayat Nabi Muhammad Saw, “sesungguhnya aku diutus Tuhan untuk menyempurnakan memuliakan (keshalihan) akhlak (Abu Hurairah dan Anas Bin Malik)”. Memperjuangkan Agama bukannya sudah jelas Agama yang dianjurkan terlebih dahulu tiada lain jiwa Sosial Agama, yang baik, dan menunjukkan bahwa inilah Agama dan kepercayaan dan keinginan Tuhan, setiap Agama dan Tuhan yang dianut, menjunjung tinggi rasa kemanusian dan mengutamakan Akhlaqul Karimah,  terhadap manusia beragama, jika hubunganmu dengan manusia baik maka Tuhan akan menjemu dengan baik pula, jika bicara keyakinan kepada yang menciptakan ini, maka kembalikan kepada setiap induvidual setiap penganutnya. Dengan ini sudah sangat jelas negara yang memiliki ideologi Pancasila yang berbutir lima sesuai dengan rukun islam dan dalam sholatnya orang islam juga ada lima waktu bahwa tujuan berbangsa Indonesia, mempunyai jiwa yang seperti halnya sudah direnungkan para pejuang yang telah mendahuli kita, bahwa saya sangat sepakat bahwa filosofi pancasila yang memiki arti dan sifat imanen dan subjektif sesuatu ideologi yang memiliki sikap batin yang sopan, rendah hati, dan memiliki sifat toleran. Kata “Pancasila” jika dipisahkan menjadi Pan-Ca-Sila lihatlah makna dan artinya.
Pan: yang telah larut dalam kelemah lembutan dalam bersikap.
Ca: tetap, tauhid murni kepada tuhan yang maha ESA.
Sila: orang yang beriman.
Sehingga jika dipadukan menjadi PANCASILA, sehingga keimanan kepada Tuhan jika mengamalkan dengan baik isi butir-butir dalam PANCASILA yang memiliki lima Butir, yang dulu sering dilontarkan setiap hari Senin, kadang hanya indah ditelinga saja sulit untuk mengamalkan diterapkan dalam kehidupan, ediologi Indonesia seharusnya generasi bangsa yang ada di Indonensia harus diamalkan dalam kehidupan lima sendi Pancasila yang berbunyi. 1. Ketuhanan yang Maha Esa, 2. Kemanusian yang adil dan Beradap, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, 5. Keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari kelima sendi yang ada di atas jangan hanya indah dingar maka dirawat dan di amalkan sebaik mungkin maka kehidupan yang sebenarnya, dalam kehidupan di dunia akan memiliki kenyaman dan akan merasakan cinta damai, tanpa membuang rasa yang apatisme terhadap rakyat sehingga terbentuklah jiwa-jiwa yang tulus dalam menjalani hidup di Dunia menjadi seorang pemimpin terutama di bumi Hindia Belanda yang sekarang menjadi Indonesia. Maka jika ada pertanyaan yang mendasar pada pemimpin di negeri ini, “akan menjadi negara yang seperti apa Indonesia ini? Maka pertanyaan ini jangan dijawab dengan secara detail, biarkan yang bertanya memikirkan, dan mau dibawa ke mana apakah kejurang perpecahan apa ke arah kesatuan, mau di kemanakan negara Indonesia ini, maka jawabannya ada di diri yang bertanya, ini era reformasi indonesia sudah ada di jalur aman hanya bagaimana caranya menjadikan Indonesia ini menjadi lebih baik, maka jawabanya adalah cintai, pahami, amalkan Pancasila itulah jiwa pemimpin dulu yang sukses membawa Indonesia merdeka.

Seorang pemimpin yang hebat tidak akan pernah hidup untuk selamanya, membentuk negara ini menjadi negara yang merdeka dari penjajahan itu sebuah perjuangan yang tidak dapat dilupakan begitu saja, maka belajarlah dari sejarah karena pelajaran yang terhebat adalah belajar dari apa yang telah terjadi. Mengingat apa yang ada di dalam buku Jean Paul Sartre seorang filsuf Peramcis, “Eksistensi itu lebih dulu daripada esensi, manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya akan muncul ketika ia mati, dengan kata lain manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya, dilihat dari hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya, pada masa lalu satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia dalam memperjuangkan kepentingan bersama”. Maka lakukanlah terlebih dahulu yang terbaik, maka esensi akan mengikuti eksistensi yang dilakukan. Apa yang telah terjadi di masa lalu maka itu kita berbanggalah Indonesia generasi bangsa harus mengamalkan ediologi bangsa ini yang rill dengan jalannya revolusi negeri ini, bahwa demokrasi ada pada negeri ini. Pancasila adalah ediologi negeri ini, Indonesia adalah kecintaanku, jadilah kita orang yang cinta dan rasa ingin memiliki kepada negeri ini dengan mengamalkan Idelogi pancasila dengan memulainya dari sekarang.

Sabtu, 30 Desember 2017

Generasi Perbudakan Yang Tidak Disadari



gambar: juneljuste.com

Generasi Perbudakan Yang Tidak Disadari

Kebobrokan manusia pada kemewahan kadang dapat memperbudak diri tanpa disadari, diri ini dikontrol oleh teknologi, bukan manusia mengontrol teknologi tanpa disadari, kita diperbudak diri walaupun itu sebagai bukti kebebasan. Abrams Maslow menuliskan bahwa kebebasan hak paten diri manusia. Tapi kebebasan apa yang dapat dipertanggung jawabkan.
Segala pemikiran manusia yang memiliki batasan sehingga manusia hanya bisa merencanakan dan melakukan apa yang telah menajadikan dirinya sebagai kewajiban. Ketika manusia bergerak mengikuti siklus alam tanpa melawan arus dengan maraknya perkembangan zaman. Bahwa hari ini jiwa  dan raga dijajah oleh diri sendiri, jika ada goo foud telah memanjakan diri kita, serta banyak lagi virus lain menejerumuskan pada kebobrokan dalam perkembangan. Manusia telah merdeka akan tetapi kemerdekaannya dipenjarakan sendiri oleh arus siklus perkembangannya, merasakan kecilnya manusia yang hanya bisa mampu beradaptasi dengan sebuah kebaruan serta misi pemuda membenahi diri, untuk bisa menemukan arti dari setiap langkah perjalanan manusia yang pasti dalam diri sangat suci, akan tetapi enggan beradaptasi perkembangan. Memenjarakan diri bahwa dirinya telah diwarisi  merdeka oleh Sang Ilahi.
Penjajah telah tak menjajah manusia lagi merdeka dengan memaksakan dirinya, untuk membatasinya dengan apa yang dilahirkannya, bahkan dalam dunia khususnya di Indonesia mengamini segala yang ada dalam kehidupan nyata ini. Serta melakukan tanpa melupakan akan yang dikerjakan oleh kesadaran diri manusia, hingga lupa akan dijajah keboborakan dirinya, serta tidak pernah menanyakan pada dirinya bahwa dirinya adalah sempurna tapi tak menyangka karena dirinya tak merasakannya, enggan merenungkan dirinya.
Dialog-dialog dengan dirinya yang telah dilupakan untuk menemukan apa yang akan dikerjakan oleh manusia, tak sadar bahwa ada teman dalam diri manusia ketika manusia mau berpikir dan menanyakan dirinya pada dirinya. Akan tetapi kadang manusia serta  memenjarakan pada penjara yang tak berjeruji besi, tapi tentang kenyamanan hati, yang tak diliputi oleh hati untuk menemukan arti, yang pasti untuk mengertikan diri dalam ber-negeri. Dalam diri manusia ada yang bermakna akan tetapi manusia enggan menemukannya, yaitu hati yang sangat nyaman dan tenang ketika kerisauan manusia menyentuhnya dengan hati, maka lahirlah rasa cinta dalam cita-cita manusia, ketika terbentuk cinta maka akan melahirkan keindahan dalam kehidupan manusia.
Bahaya yang paling ditakuti dalam dunia ini, hanya ada dua mati karena menemukan kematian pada diri sendiri, mencintai sesuatu tanpa menekuni apa yang dicari tanpa rasa cinta yang disepakati oleh hati. Yang tersial manusia mencari arti untuk tidak menyadari apa yang terjadi apa yang akan harus dicari, dan menyadari berdiri dengan berkaca pada air bahwa gelombang air akan menunjukkan arti yang tak pasti dengan diri manusia yang sangat tergoncang oleh hati, namun air akan menjadi salah satu sumber kehidupan manusia dan alam.
Sesungguhnya penjajahan yang paling ditakuti oleh manusia seharusnya, yang ditemukan dalam kehidupan akan menemukan kematian dalam hidup, serta yang tersial tidak merasakan kematian dalam hidup.
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda bahwa perang terbesar bukanlah perang badar, akan tetapi persang terbesar sesungguhnya adalah perang melawan dirinya. Sesuai juga jika kita kaitkan dengan republik kita bahwa Bapak Proklamator kita pernah berkata bahwa dalam pidatonya bahwa mengusir dan berperang penjajahan Belanda lebih mudah, yang lebih sulit adalah melawan bangsa sendiri. Kedua istilah kata-kata bijak ini memberikan interpretasi sangat dalam jika kita kaitkan dengan kehidupan sekarang. 
Hari ini telah sampai di mana awan mendung serta angin menghembus tak tertata dalam jiwa, melawan arus sangat menentang membiarkan arus akan terjerumuskan, membenturkan diri untuk menyadari bahwa berdiri diatas arus dengan bertahan melawan bersama awan yang selalu statnan, berada dalam dataran yang rentan aman, hanya hujan yang kadang tidak dapat menyesuaikan. Kabut tipispun turun  terselimuti angin, kerisauan manusia pada dunia sangat kacau, yang tersial diriku yang hanya memikirkan dunia dengan perjuangan kematian dalam perkembangan ini, tak tembul dan tak jarang datang kembali, untuk menjaga diri dan menemukan arti menjaga apa yang harus dijaga telah tak disadari bahwa dunia nanti sepi. Keadaan kadang mengajarkan merasakan kematian, kadang pula mengajarkan kebencian dalam kehidupan, bahwa manusia yang berjalan terus diberikan kerisauan manusia tak menjanjikan ketulusan saat terombang-ambing kegalauan perayaan dunia yang sifatnya fana dan tiada pada saatnya. Hanya dengan bunga-bunga yang dipersembahkan dengan rasa cinta manusia akan senantiasa hidup dalam jiwa-jiwa manusia yang senantiasa berkelana dalam rimba dunia yang penuh makna dalam kematiannya.

Serta kuburannya manusia akan selalu dikenang dalam masanya yang menanmkan segala mimpi-mimpi dalam kehidupan nyata dengan rasa cinta, saat kau bosan dengan hidup maka ingatlah pada kematian setelah hidup, maka kau akan menemukan cinta dan keindahan dalam keberadaan manusia yang tiada. Hanya ada dua dalam kerisauan hidup setelah menemukan jalan yang telah dicita-citakan. Yang pertama mengeluh untuk memperhalus perasaan, yang kedua menyerah akan membuat memperkeruh keadaan. Bertahan adalah jalan untuk mengeluh tanpa menyerah, karena titik akhir tidak akan berhenti dengan direncanakan seorang penulis ilmuan eksakta, ketika mereka saat berada di tengahpun akan melanjutkan sebuah pembahasaan dari perjalanan, hingga sampai pada penulisan titik akhir tanpa batas, bukan segalanya dari cahaya, kita bagaimana sastra dengan estetikanya, serta teologi cara menyelami anugerah yang dijalani dengan pencipta. Berkaitan dalam keadaan kita sebagai manusia, sehingga lahirlah revolusioner, kemerdekaan manusia, tiada dengan ketidak sia-siaan, maka akan senatiasa hidup dalam ketiadaan, mati dalam kepastian cita-cita para pengabdi-NYA sehingga cerita akan selalu memaksakan untuk menghidupkan para penjuang sesungguhnya dari apa yang ditarekatkan sebelumnya. 

Senin, 11 Desember 2017

Puisi "Anak kecil Belajar Bahasa"

Gambar:Brio.com

 "Anak Kecil Belajar Bahasa
 
 
A. fon awal yang tak aku pahami artinya?
B. fon kedua yang tak aku temui banyak artinya?
C. fon ketiga yang tak aku temui cara menemukan artinya? 
D. dasar apa yang harus aku mulai menemukannya?
E. entah harus bagaimana menemukan arti dari segalanya?
F. hanya ini yang ku fahami.
 
Aku anak kecil yang belajar bahasa Indonesia dari "Fon" hingga menjadi susunan kata yang tak satupun tahu artinya?
Apa karena aku masih muda dan masih belum luas membaca. 

Aku anak kecil katanya?
Kecil, apa hanya mengecilkan?
Jika kecil, karena direncanakan mendingan keluar, karena itu bukti kegagalan manusia.

Aku berdosa dibalang biasa
Aku disuruh kemana kemana aja, kalau capek akan berhenti
Dilepas tidak, mereka peduli

Aku kesakitan hanya menangiskan, mereka datang memanjakan
Dilang lucu membanggakan hingga lupa makan

Jika salah jalan dibiarkan, agar nanti memiliki keberanian "katanya"
Menggunakan bahasa yang lebay dibilang luar biasa.

Anak kecil sangat dibedakan
Apakah harus kita menyamakan seperti mereka, membaca tapi tidak dicerna
Seperti halnya anak muda pada umumnya
Berbangga dengan cara bahasa yang dikaguminya tanpa ada tindakanya.

Kita kaum muda apakah kita tetap seperti anak kecil, hanya bisa membuka kamus dan berbahasa dengan lingual yang berintelektual katanya.
Rasa-rasanya berbangga bermimpi masih muda, jika tidak hanya berintelektual dengan lingual

Kau Lari Dari Hari Yang Menganggap Itu Memberi


gambar:sombong.com

Kau Lari Dari Hari Yang Menganggap Itu Memberi

Alam telah mendung kau yang telah menghilang dari gelapnya malam mencari terang diluar dunia, di mana pun kau berada akan menemukan kegelapan dalam rasa yang sama, jika kau hanya berbahagia dengan cahaya-cahaya bintang-bintang yang menghiasi langit serta malam, kau enggan bermalam merenungkan yang mana kau bahagiakan dari jalan yang kau jalankan, kau lari dari hari-hari yang menjenuhkan, tambah jauh akan menemukan hari yang pasti dengan apa yang kau cari, tanpa kau cakari buku dan bumi untuk kau tanami dengan benih-benih hafalan untuk mencerdaskan dan memperhaluskan perasaan serta teman dan kerabat seperjuangan.
Manusia ketika mencari selalu ingin menemukan kenyamanan dengan apa yang dicarinya, kebosanan yang mereka benci tiada syukur yang diberi, sesuatu yang telah dipilih itu kadang dijadikan masalah banyak sudah manusia belum mengenali siapa dirinya, lari dari dirinya apa yang dirinya harus banggakan, bahkan kadang tak merasakan potensi dirinya, mencari meninggalkan apa yang menjadi dirinya berbeda dengan manusia lain. Lari dari zona yang pada awalnya penuh keindahan saat tak menemukan keindahan itu menganggap perbedaan itu bukan ciptaan Tuhan yang indah. Cara menyikapi yang salah bahwa tidak ada yang lebih indah dari apa yang diperbuat untuk bisa lebih bermakna dengan apa yang dipilihnya.
Mereka mahasiswa yang dipandang hanya ketenaran dan kenyamanan dari organisasi yang digeluti, tanpa ada apa yang ingin mereka perbuat, entah itu karena tugas kuliah yang sangat banyak apa karena faktor diri yang kurang minat gara-gara sudah menjadi mahasiswa yang sudah banyak mengetahui tentang antropologi kampus, atau juga sudah mempunyai banyak baca buku sehingga ingin sekali lari dari kebosanan dalam organisasi di pilih. Mereka hanya lari dari apa yang belum mereka geluti secara serius, sehingga mereka hanya memikirkan apa yang didapatkan dari apa yang telah dijalani disebuah oraganisasi dalam kampus. Sesungguhnya kita beruntung dalam mimbar akademik diajarakan bagaimana kita mempelajari hal yang belum terjadi pada yang akan terjadi nanti. Mahasiswa bukan ahanya sekedar dirinya dapat belajar menemukan sesuatau pelajaran dalam kelas, harus memberanikan diri untuk keluar kelas. Karena sebuah cita-cita dan kebutuhan hidup kita sebagai manusia bukan hanya ada pada satu arah (kelas), jika mau menjadi Idealis jadilah idealis yang memperahlus diri untuk kepentingan keluarga dan kerabat bukan hanya bisa menuikmati dirinya sendiri dengan menemukan apa yang dicari.
Rasa-rasanya sesuatu hal yang dicari tidak akan lebih dengan dengan kita, hukum alam banyak membuktikan hal itu, maka lari dari zona nyaman teman-teman seperjuangan itu salah ketika mereka hanya bisa berdalih dengan ketenangan, hanya merasakan ketidak nyamanan karena tidak merasakan apa yang didapatkan. Bahwa dalam oraganisasi itu mahasiswa bukan hanya menjadi taming pada oraganisasi yang digeluti. Jika bisa menggeluti dan menjadi taming oraganisasi sehingga apresiasi bukan hanya dibicarakan oleh kelompok diir kita sendiri, terutama bukan hanya diri kita sendiri merasa bangga dengan apa yang ada (materialisme). Maka solusi dari kita sebagai mahasiswa di civitas akademika dan fasilitas yang ada dengan sederhana di kampus-kampus dapat dimanfaatkan dengan baik untuk bisa menajdi sebuah lumbung yang akan menghasilkan madu yang manis dan murni, melalui sebuah proses bukan hanya mengeluh dan mersakan apa yang dirasakan dan mendapatkan apa, padahal dalam melakukan banyak hal manusia harus bisa membedakan mana yang memperjuangkan dengan sebuah niat, apakah eksistensi yang menjadikan dirinya menganggap dirinya akan menjadi idealis yang tak egosi. Menurut saya mereka egois dalam melepaskan tanggungjawab sebagai tanggung jawab terkecil dalam media pembelajaran yang berada dalam kampus.
Jika kalian merasakan ketidak nyamanan apa yang ada dalam kepemimpinan saya bahwa diri saya serta merasakan bahasa yang tidak tenang bahwa saya sebagai pimpinan kurang bertanggung jawab hal itu saya memang merasakan bahwa segala perjalanan memiliki problematika semua, entah itu karena kita hanya menggap beruntung akan tetapi ketika saya mengambil keputusan untuk cuti kuliah pada waktu itu sesuatu yang tidak direncanakan bahwa segala keadaan yang memaksa untuk berhenti balajar di mimbar akademik dalam kampus, dan harus dicekoki oleh kehidupan yang ralistis dalam dunia di mana dunia pendidikan hanya sedikit diimplementasikan dalam dunia karja, ruang kelas yang kita belajar bersama dengan dosen yang harum dan mahaiswa yang wangi bagaikan bunga yang berseri-seri, tak memberi banyak hal yang baik ketika keuletan dan keseriusan dalam dunia pekerjaan itu menjadi tolok ukur manusia/saya sebagai mahaiswa. Kelas hanya 25% pembelajaran dalam kelas hanya kepintaran manusia dicita-citakan, kecerdasan kita difungsikan ketika manusia itu bisa memikirkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Bahwa belajar dalam bangku kuliah itu dikarenakan dirinya merasakan ketidak merdekaan dalam dirinya sehingga masih membuhkan mempelajari kehidupan di luar kehidupan yang hari ini dialami, sehingga mempelajari apa yang akan terjadi dihari nanti. Ini sekedar pembahasan yang diberikan untuk kalian yang hanya mampu menyalahkan saya bahwa saya egois dan tidak bertanggungjawab. Bahwa kuliah dengan memikirkan sesuatu hal yang semua akan terjadi itu saya rasakan sangat berat, adalagi bagaimana setiap UAS, pembayaran uang kuliah untuk bisa bersama dengan kalian belajar menjadikan saya harus istirahat sejenak pada masa itu.
Jika kau dapat memahami silahkan kalian interpretasikan sendiri dan mengambil sikap untuk menjelekkan saya, pada semester IV, sebuah kegagalan sebuah misi saya sebagai manusia yang datang ke-Malang bertujuan belajar malah keluar sebentar untuk melakukan cuti. Maka saya rasa jika kau ingin menyalahkan semua pemimpin kau boleh. Serta kaalian sangat bebas dalam memberikan presepsi tentang keadaan yanga ada. Akan tetapi korelasi dari apa yang harus kita koreksi ketika wadah kita dan kita sudah kembali menjadi mahasiswa, kesalahan dan apa yang telah bolong itu ditambal kembali untuk membenahi apa yang terjadi. Hingga nanti tidak hanya menjadi manusia yang hanya mampu memberikan distorsi diri dalam sebuah kebenaran subjektif, untuk melepaskan dari tidak mau membenahi kembali apa yang terjadi. Saya rasa segala yang terjadi ketika manusia masih bisa kembali pada masa di mana yang terjadi itu dapat dibenahi kemabali, untuk bisa membenahi diri. Manusia beruntung ketika kita masih bisa kembali menjejaki arah kaki yang dijalani pada di mana masa itu terjadi ketidak jelasan dalam pejalanan khususnya dalam oragnisasi yang pernah kita tinggali, di luar itu manusia atau mahasisawa, atau kita hal yang beruntung mengembalikan apa yang telah terjadi untuk dibenahi, bukan yang terjadi kita kembali apatis dengan apa yang terjadi karena menganggap bahwa yang terjadi biarlah tanpa gagasan untuk membenahi. Mengaharap sudah terjadi dan yang peduli agar nanti genarasi yang akan membenahi bolong-bolong yang menjadikan kita sukar dalam oraganisasi itu. Yang tersial yang masih ada dalam lumbung akan tetapi mereka tidak dapat menyikapi apa yang terjadi malah mejahui jangan sampai energi baru ini dapat mempengaruhi yang akan terjadi nanti, tidak memahami apa yang harus dilakukan nanti.
Ketika datang kembali bukan membicarakan posisi sebagai apa dalam oragangisasi ini di LPM-Fenomena, jabatan saya sebagai Pimpinan Umum telah tidak ada, namun saya kembali dengan fungsi yang saya bawa sebagai fungsi mahasiswa yang memiliki tujuan belajar, dan kita tidak menutup kemungkinan semuanya datang karena fungsinya untuk belajar. Namun yang salah ketika mahasiswa itu tidak bisa memperhitungkan dan memanfaatkan fungsi sebagai diri awak belajar di perguruan tinggi, sebuah kebobrokan niat mahasiswa yang tak mau mereka menemukan fungsi dan esensi memposisikan mahasiswa. Jika masih ada kesempatan maka ayo berjalan bersama membawa misi yang sama, belajar bersama-sama. Maka agendakan kegiatan kita kembali yang pernah disusun dalam struktural rapat kerja, untuk bisa memanfaatkan wadah belajar kita di Lembaga Pers Mahasiswa. Dengan mengadakan pelatihan, diskusi, serta kegiatan kunjungan.
Sehingga kegiatan yang akan dilakukan adalah cita-cita ketiga Lpm yang ada di kampus kita Unisma untuk melakukan pelatihan bersama, dengan tujuan memberikan stimulus serta membangun rasa keharmonisan antara mahasiswa dan Lpm yang ada di perguruan tinggi di Unisma dan khusus di Lpm Malang Raya. Serta bisa berjejaring dengan PPMI-Kota Malang mencari yang tidak ada dalam kelas, serta yang belum ditemukan dalam Universitas kita semua. Keharmonisan Untuk Merajut Lembaga Pers Mahasiswa Dengan Kemerdekaan Menulis.  Tujuan utama kita sebagai mahasiswa bisa memiliki skill dalam keterampilan menulis terutama dalam bidang kejurnalistik. Namun hal yang diambil dalam apa yang terjadi di masa 2017, telah berlalu, maka pada generasi yang akan datang mampu mebenahi apa yang telah buruk terjadi, untuk kita benahi bersama, sehingga bagi mahasiswa yang ada di luar oraganisasi ini, bisa beroraganisasi dalam kampus dengan proses bisa serius bukan hanya ambisus. Jangan hanya lari dari apa yang telah terjadi jika kau ingin menjadi apa yang dihati untuk menjadi sesuatu yang berarti sehingga oraganisasi yang pilih memberikan apa yang diharapkan dengan serius menjalankan, bukan berharap apa yang terjadi untuk bisa terjadi dengan ambisius yang dibawanya, mereka bisa karena mereka terbiasa dengan keadaan yang tidak meneyenagkan tak nyaman, namun bertahan dengan meraskaan kemerdekaan dalam memberikan tindakan secara signifikan. Jangan hanya lari untuk dapat menemukan, mampukah mengambil hikmah dari keadaan yang terjadi untuk menyikapi dan tidak berhenti menjalani.

Esay Pernyataan dan Pertanyaan Diri Manusia di Generasi Milenial Perbudakan diri Tak Disadari


gambar: abovitito.com


Pernyataan dan Pertanyaan Diri Manusia di Generasi Milenial Perbudakan diri Tak Disadari
Abstrak:
Kebobrokan manusia pada kemewahan kadang dapat memperbudak diri tanpa disadari, diri ini dikontrol oleh teknologi, bukan manusia mengontrol teknologi tanpa disadari, kita diperbudak diri walaupun itu sebagai bukti kebebasan. Abrams Maslow menuliskan bahwa kebebasan hak paten diri manusia. Tapi kebebasan apa yang dapat dipertanggung jawabkan.
Segala pemikiran manusia yang memiliki batasan sehingga manusia hanya bisa merencanakan dan melakukan apa yang telah menajadikan dirinya sebagai kewajiban. Ketika manusia bergerak mengikuti siklus alam tanpa melawan arus dengan maraknya perkembangan zaman. Bahwa hari ini jiwa  dan raga dijajah oleh diri sendiri, jika ada goo foud telah memanjakan diri kita, serta banyak lagi virus lain menejerumuskan pada kebobrokan dalam perkembangan. Manusia telah merdeka akan tetapi kemerdekaannya dipenjarakan sendiri oleh arus siklus perkembangannya, merasakan kecilnya manusia yang hanya bisa mampu beradaptasi dengan sebuah kebaruan serta misi pemuda membenahi diri, untuk bisa menemukan arti dari setiap langkah perjalanan manusia yang pasti dalam diri sangat suci, akan tetapi enggan beradaptasi perkembangan. Memenjarakan diri bahwa dirinya telah diwarisi  merdeka oleh Sang Ilahi.
Penjajah telah tak menjajah manusia lagi merdeka dengan memaksakan dirinya, untuk membatasinya dengan apa yang dilahirkannya, bahkan dalam dunia khususnya di Indonesia mengamini segala yang ada dalam kehidupan nyata ini. Serta melakukan tanpa melupakan akan yang dikerjakan oleh kesadaran diri manusia, hingga lupa akan dijajah keboborakan dirinya, serta tidak pernah menanyakan pada dirinya bahwa dirinya adalah sempurna tapi tak menyangka karena dirinya tak merasakannya, enggan merenungkan dirinya.
Dialog-dialog dengan dirinya yang telah dilupakan untuk menemukan apa yang akan dikerjakan oleh manusia, tak sadar bahwa ada teman dalam diri manusia ketika manusia mau berpikir dan menanyakan dirinya pada dirinya. Akan tetapi kadang manusia serta  memenjarakan pada penjara yang tak berjeruji besi, tapi tentang kenyamanan hati, yang tak diliputi oleh hati untuk menemukan arti, yang pasti untuk mengertikan diri dalam ber-negeri. Dalam diri manusia ada yang bermakna akan tetapi manusia enggan menemukannya, yaitu hati yang sangat nyaman dan tenang ketika kerisauan manusia menyentuhnya dengan hati, maka lahirlah rasa cinta dalam cita-cita manusia, ketika terbentuk cinta maka akan melahirkan keindahan dalam kehidupan manusia.
Bahaya yang paling ditakuti dalam dunia ini, hanya ada dua mati karena menemukan kematian pada diri sendiri, mencintai sesuatu tanpa menekuni apa yang dicari tanpa rasa cinta yang disepakati oleh hati. Yang tersial manusia mencari arti untuk tidak menyadari apa yang terjadi apa yang akan harus dicari, dan menyadari berdiri dengan berkaca pada air bahwa gelombang air akan menunjukkan arti yang tak pasti dengan diri manusia yang sangat tergoncang oleh hati, namun air akan menjadi salah satu sumber kehidupan manusia dan alam.
Sesungguhnya penjajahan yang paling ditakuti oleh manusia seharusnya, yang ditemukan dalam kehidupan akan menemukan kematian dalam hidup, serta yang tersial tidak merasakan kematian dalam hidup.
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda bahwa perang terbesar bukanlah perang badar, akan tetapi persang terbesar sesungguhnya adalah perang melawan dirinya. Sesuai juga jika kita kaitkan dengan republik kita bahwa Bapak Proklamator kita pernah berkata bahwa dalam pidatonya bahwa mengusir dan berperang penjajahan Belanda lebih mudah, yang lebih sulit adalah melawan bangsa sendiri. Kedua istilah kata-kata bijak ini memberikan interpretasi sangat dalam jika kita kaitkan dengan kehidupan sekarang. 
Hari ini telah sampai di mana awan mendung serta angin menghembus tak tertata dalam jiwa, melawan arus sangat menentang membiarkan arus akan terjerumuskan, membenturkan diri untuk menyadari bahwa berdiri diatas arus dengan bertahan melawan bersama awan yang selalu statnan, berada dalam dataran yang rentan aman, hanya hujan yang kadang tidak dapat menyesuaikan. Kabut tipispun turun  terselimuti angin, kerisauan manusia pada dunia sangat kacau, yang tersial diriku yang hanya memikirkan dunia dengan perjuangan kematian dalam perkembangan ini, tak tembul dan tak jarang datang kembali, untuk menjaga diri dan menemukan arti menjaga apa yang harus dijaga telah tak disadari bahwa dunia nanti sepi. Keadaan kadang mengajarkan merasakan kematian, kadang pula mengajarkan kebencian dalam kehidupan, bahwa manusia yang berjalan terus diberikan kerisauan manusia tak menjanjikan ketulusan saat terombang-ambing kegalauan perayaan dunia yang sifatnya fana dan tiada pada saatnya. Hanya dengan bunga-bunga yang dipersembahkan dengan rasa cinta manusia akan senantiasa hidup dalam jiwa-jiwa manusia yang senantiasa berkelana dalam rimba dunia yang penuh makna dalam kematiannya.
Serta kuburannya manusia akan selalu dikenang dalam masanya yang menanmkan segala mimpi-mimpi dalam kehidupan nyata dengan rasa cinta, saat kau bosan dengan hidup maka ingatlah pada kematian setelah hidup, maka kau akan menemukan cinta dan keindahan dalam keberadaan manusia yang tiada. Hanya ada dua dalam kerisauan hidup setelah menemukan jalan yang telah dicita-citakan. Yang pertama mengeluh untuk memperhalus perasaan, yang kedua menyerah akan membuat memperkeruh keadaan. Bertahan adalah jalan untuk mengeluh tanpa menyerah, karena titik akhir tidak akan berhenti dengan direncanakan seorang penulis ilmuan eksakta, ketika mereka saat berada di tengahpun akan melanjutkan sebuah pembahasaan dari perjalanan, hingga sampai pada penulisan titik akhir tanpa batas, bukan segalanya dari cahaya, kita bagaimana sastra dengan estetikanya, serta teologi cara menyelami anugerah yang dijalani dengan pencipta. Berkaitan dalam keadaan kita sebagai manusia, sehingga lahirlah revolusioner, kemerdekaan manusia, tiada dengan ketidak sia-siaan, maka akan senatiasa hidup dalam ketiadaan, mati dalam kepastian cita-cita para pengabdi-NYA sehingga cerita akan selalu memaksakan untuk menghidupkan para penjuang sesungguhnya dari apa yang ditarekatkan sebelumnya.

Minggu, 03 Desember 2017

PERSPEKTIF SEPEREMPAT MANUSIA


Gambar: penterest.com


PERSPEKTIF SEPEREMPAT MANUSIA

Manusia pada dasarnya diciptakan dalam keadaan yang sempurna tiada lagi yang paling sempurna kecuali manusia, dan manusia memiliki pemikiran yang sangat realistis, logis, magis, daripada makhluk hidup yang lainnya.
Makhluk hidup di dunia tidak ada perbedaan dalam hidup manusia, semuanya sama rasa dan sama rata, yang membedakan dalam kehidupan adalah hanya Allah SWT, yang mampu memberikan penilaian yang konkrit dalam hidup, dan hak Tuhan menjadi otoriter yang percaya kepada manusia hidup di bumi, menjadi khalifah (pemimpin), sehingga perbedaan manusia hanya ada satu Ahasnu Taqwin, ketaqwaan terhadap Sang Pencipta (Q.S al-Hujarat: 13).
Sesama manusia yang hidup dalam dunia, hanya dituntut untuk bisa hidup saling sinergi dan saling mengisi, menglengkapi, menjaga, sehingga saling menghargai. Sikap dalam kehidupan ini karena pada dasarnya diciptkan dari kadar yang sama, hanya saja cara dan pola kehidupan manusia yang berbeda, sehingga regenerasi manusia memiliki keanekaragaman, ada yang mencintai proses dan yang mempercayai keajaiban, walaupun pada dasarnya sama-sama tidak mengetahui hasil akhir dari apa yang dilkukan hari ini untuk esok terjadi.
Keberadaan manusia dalam dunia ada karena Tuhan, telah menciptakan dengan rasa yang sama rata, dengan manusia yang satu dengan manusia yang lain, manusia hidup seharusnya tidak ada herarki dalam hidup. Seterata hanya ada dalam kehidupan yang menjadi tolok ukur, yang tidak baik dalam hidup manusia, sehingga kehidupan manusia diberikan batasan oleh sasama manusia, bukannya manusia diciptakan dengan kadar yang sama, namun kontruksi sosial atau hukum dunia telah konkrit, sehingga manusia hidup banyak merasakan hal yang paling baik dan merasa yang paling tinggi, dan tidak merasa bahwa kehidupan manusia pada dasarnya diciptakan dengan kadar yang sama, sama-sama diciptakan dari tanah lihat, kecuali Jin dan Setan.
Sudah terlihat jelas bahwa hidup diera yang sangat memberikan pandangan yang berbeda, setiap manusia bahwa sangat jelas ketika melihat sesuatu yang ada di sekitar kita, bahwasanya kehidupan manusia dikuasai oleh materi (yang ada), dan berkiblat pada dunia saja. Bahwa jelas materi bukan segalanya dan akan merasakan hal yang mereka inginkan, tanpa tidak peduli apa yang akan dirasakan oleh orang lain. Yang memiliki uang lebih banyak akan mudah dalam menunjuk-nunjuk dengan jari tangannya kaum feodalisme, yang terfatal, yang masih dikatakan baik, ketika menunjuk-nunjuk dengan rasa yang hormat, sangat fatal jika ada yang menujuk dengan tangan yang sangat tidak baik, yaitu tangan yang tidak sopan atau dengan tangan kiri. Bahwa pemikiran manusia yang memiliki jiwa yang seperti itu, tidak pantas menjadi figur, menjadi refleksi bagi manusia sadar, karena sesuatu hal yang baik lebih menghormati hidup orang lain. Love is wisdom cinta kebijkasanaan, dan pendidikan akan menjadi kontrol manusia.
 Setiap manusia tidak ada seperempat manusia, manusia diciptakan kudrot sama sempurna sesama manusia, yang menjadi bencana manusia yang tidak memanusiakan manusia, dengan rasa bangga akan dirinya, tidak merasakan bahwa hidup itu konstingensi.
Manusia sosial human socity saling menghargai dan mengormati, tidak ada batasan apalagi sekat materi, bahwa kehidupan pada dasarnya sama, jika menghormati dalam kehidupan sangatlah wajar ditekankan dalam kehidupan, sehingga sebuah kewajiban dalam hakikat manusia, namun menghormati karena rasa takut dalam diri manusia tidaklah diajarkan dalam Agama Islam, tidak ada seterata atau kelas bahwa perbedaan hidup hanya Allah SWT yang hak, bukan manusia yang menentang apa yang telah digariskan, sebagai manusia yang sama rata dan sama rasa. Perbedaan manusia hanya terletak pada ketakwaan, nilai tertinggi merupakan nilai kemanusian adalah ketaqwaanya terhadap Allah Swt (Q.S al-Hujarat: 13).
 Perspektif manusia tidaklah semata-mata memandang hanya dari satu sisi, tidaklah seharusnya manusia memandang fenomena alam, dan apa yang ada di manusia dari satu pandangan, sangatlah tidak realistis bukannya perbedaan manusia sebuah keindahaan Dunia dan semua yang indah karena adanya perbedaan namun, bukan perbedaan dalam kelas sosial dunia, esensi manusia sama rasa dan sama rata dalam pandangan yang maha kuasa, hanya ketaqwaan yang membedakan.
Kehidupan manusia hanya ada karena ada yang mengadakan, tercipta dari sesuatu perbedaan, dalam perbedaan bukanlah seharusnya dinilai dari apa yang dilihat, agar tidaklah mudah dalam mengkafirkan apa yang apa yang dilihat, bicara dengan apa yang ada pada era yang sangat Tuhan tidak menentukan hidup manusia kadang berpaling dari apa yang menjadi hidup manusia buta, bukan buta mata indra tapi buta mata hati karena apa yang terjadi memiliki landasan harta adalah hal yang mati, tiada yang berkuasa lagi kecuali harta, dengan harta manusia akan banyak merasa kalau hidup hanya berjuang untuk uang berkiblat pada dunia, padahal perjuangan adalah sebuah kebebasan dan kemerdekaan yang mutlak yang harus diperjuangkan agar memiki sebuah pendangan, dan bukan regenerasi yang hanya mengandalkan uang. Jika materi yang menjadi tolok ukur maka manusia hanya memiliki haraga. Hidup yang panjang ketika kehidupan yang dijalani memiki perjalanan yang sangat memberikan jalan yang baik bagi orang lain, dengan landasan ketaqwaan, yang tidak hanya mamandang manusia seperempat manusia, semuanya sempurna tanpa ada yang terhina dan tidak memilki kehidupan yang bermakna.