Kopi yang pahit tak sepahit rasa
yang keluar dari terompet Ratna Sarumpaet,yang tidak merasa bahwa itu adalah
terompet manusia harus dijaga; terompet manusia lebih berbahaya daripada
terompet Malaikat Irofil yang ditiupkan pada saat hari akhir. Rasa-rasanya hari
ini terlalu banyak manusia mempermainkn terompet yang telah dikudrotkan
oleh-Nya, seharusnya dijaga dan ditiup pada saat dibutuhkan saja; bahkan
peniupannya juga perlu aturan, karena terompet menjadi media manusia
berkomunikasi.
Malaikat
Isrofil ialah malaikat yang memiliki tugas untuk meniupkan terompet: pada saat
hari akhir nanti atau kiamat nanti. Peniupan terompet tersebut disebut dengan
peniupan terompet sangkakala. Ketika terompet itu telahh dibunyikan manusia akan
mengalami kegaduhan penyesalan tentang dosa serta penyesalan yang telah
dilakukan pada masa lalunya, namun semua itu sudah terlambat dalam proses
pengampunan dan pengakuan atas dosanya, di dalam pelajaran Islam masa kecil
masih ingat: pada hari akhir ketika sudah tiba tidak ada pengampunan baginya.
Akhir-akhir
ini sudah banyak dari manusia senantiasa sudah melakukan peniupan terompet
dirinya, yang seharusnya dijaga. Jika akhir-akhir ini terjadi di negeri ini
kegaduhan dengan permainan terompet manusia, dalam istilah peribahasa yang
sangat familiyar “Mulutmu adalah
harimaumu” peribahasa tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu sangat berbahaya,
jika tidak perlu dikatakan alangkah baiknya diam, jika diam memberikan
ketenangan alangkah baiknya diam, daripada berbicara memberikan kegaduhan, manusia
dianjurkan diam: maka terompet kita perlu menjaganya.
“Diam itu emas, ketika bicara
itu berharga maka berbahasalah selagi itu memberi makna”
Pada
saat tanggl 03/10/2018 tidak asing di telinga kita mengenai isu tersebut: media
semua memberitakan, hal terkait dengan pembohongan publik lumayan menghebohkan dan
masyrakat Indonesia, terjadi karena Terompet1 Ratna Sarumpaet bahwa
telah mengaku telah dipukuli oleh oknum pro
kecebong (Pendukung Pak Jokowi Capres), hal tersebut mendapat respon luar
biasa oleh masyarakat khususnya oleh pihak pro
kampret (pendukung Pak Prabowo Capres).
Hal
tersebut menjadi perseteruan antara dua belah pihak, kita semua mengetahui
bahwa tahun 2018 ini adalah dikenal dengan tahun politik, tapi mari jangan
menciderai kepercayaan masyarakat, khususnya para figur. Kejadian tersebut
menjadi sorotan publik bahwa di antara kedua belah pihak saling melontarkan
argumen bahkan ada yang tidak terima dan melaporkan kepihak berwajib.
Kronologi kasus tersebut bermula dari apa yang
dilakukan oleh Ratna Saumpaet (RS), selaku tim kampanye salah satu Capres 2019,
wanita yang ingin membenahi atau melakukan perawatan wajahnya: nasib baik tidak
berpihak sehingga terjadi ketidak sesuaian dari harapan dan berdampak lembab
pada pipi kirinya. Setelah lembab anak dari RS tersebut menanyakan mengenai
lembab, dan RS mempermainkan terompet dirinya dan mengaku dipukuli orang yang
tidak dikenal. Dengan permainan terompet tersebut membuat petaka seharusnya
tidak meniupkan terompetnya tanpa kontek karena sangat rentan sangat berbahaya,
seharusnya dijaga apalagi orang yang memiliki power figur.
“Bahasa dan
kata-katanya akan dipertanggung jawabkan: apalagi kebijakan dan tindakannya”
Hal
tersebut menjadi refleksi diri kita semua. Namun hal tersebut tidak perlu
mempemasalahan dan membahas terlalu dalam, biarkan kita semua dan masyarakat
menghakimi kejadian ini lebih arif dan bijak. Yang menjadi persoalan hari ini
ada sisi lain dari apa yang harus diketahui.
Sebagai
rasa kemanusia yang sangat dalam, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
saudara kita di Palu-Donggala butuh perhatian pemerintahan kita mengalami
bencana, yang kedua adanya pertemuan International Monetary Fund (IMF) dan Bank
Dunia (World Bank) di Bali yang telah dilakukan pada Senin tanggal 08/10/2018),
dengan pertemuan tersebut seharus kita semua paham dan mendoakan dengana
harapan tidak ada hal yang tidak diharapkan yang terjadi pada Negara Indonesia.
Kita
semua seharusnya perlu merenungkan permasalahan yang dihadapi oleh negera kita,
yang akhir-akhir ini menjadi kegundahan bersama pemerintah perlu dukungan lepas
dari kepentingan kelompok, individu untuk
mengatasi ketiga permasalan tersebut yang lagi menimpa. Kita perlu mendukung
dari beberapa elemen masyrakat yang cinta terhadap tanah air (nasionalis): jika
orang kecil (rakyat) ikut serta mendoakan, jika orang besar (pemangku
kebijakan) yang memiliki wewenang harus lebih memperhatikan dampak serta
menyelamatkan negara kita, jangan mendahului politik, apalagi politik tidak
mendidik.
Sehingga
peran media hari ini harus menjadi kontol yang serius untuk memberikan nilai
edukasi serta informasi sebagai asas dasar dalam praktik jurnalistik, sehingga
karya dari jurnalis (berita yang ditulis) akan memberikan nilai edukasi pada
masyrakat untuk bisa lebih mengetahui secara verifikasi tentang keadaan negara
kita. Daripada memberi edukasi politik
tentang keadaan negara yang memiliki kecenderungan tidak memberi dampak positif.
Dalam bukunya Prof. Franz Magnis Suseno berjudul pemikiran Karl Marx hal:73-73
mengatakan bahwa edukasi sosial lebih penting daripada edukasi politik. Penulis
memberi asumsi pada tulisan di atas; negara kita tidak perlu memberikan pendidikan
politik secara gamblang, karena politik tanpa dipelajari masyarakat dengan
sendirinya kan tahu, yang paling penting pendidikan sosial: pendidikan sosial
tersebut mengenai permasalahan yang mengacu pada degradasi sains, litarasi,
kejadian fonomena alam bahkan yang paling penting ialah dunia pendidikan, yang
menjadi cekokan pada masyarakat, sehingga pola pikir manusia akan lebih arif
dengan sendirinya.
Peran
tersebut bukan hanya menjadi peran salah satu pilar demokrasi nomor empat
(pers), namun perlu seluruh elemen bersinergi, pemerintah serta media ikut ada
di dalamnya, untuk memberikan nilai yang abadi memberikan edukasi kepada masyarakat.
Sehingga yang menjadi tekanan bagi kita semua negara tetap memberikan asas
keterbukaan terhadap apa yang terjadi pada negara sehingga masyarakat ikut
andil setidaknya memberi dukungan doa.
Namun
semua itu tidak lepas dari sistem kerja pilar ke-emapat domokrasi kita yaitu:
Media daring, Koran, Telivisi dll. Dengan seperti itulah membantu masyarakat
untuk memberi nilai-nilai edukasi, bertujuan mencerdaskan masyarakat serta
generasi bangsa.
Peran
media memberi bahkan terus menjaga kepercayaan masyarakat, ketika ada hal yang
masih menjadi pertanyaan mengenai kepentingan publik. Permasalahan Ratna
Sarumpaet tidak perlu diperpanjang lebarkan oleh awak media, sebab masyarakat
tidak hanya perlu informasi itu saja, walaupun hal itu menjadi kebutuhan
publik. Tapi masyarakat juga perlu tujuan serta hasil dari pertemuan IMF dan
World Bank dan benacana yang menimpa pada saudara-saudara kita di Palu.
Semoga NKRI seantiasa
ada dalam lindungan Allah SWT.