Minggu, 24 September 2017

Catatan Pemuda Terang yang Mendung

Terang yang Mendung
sumber:besyukur.com


Hari ini adalah kehampaanku dalam hari yang sepi
Aku tak merasakan kematian adalah kecelakaanku, yang aku temukan kematian-kematianku
Nyaris dalam keberadaanku.
Langit terasa terang benderang bukan hanya aku, kamu yang ada, dan merasa hari ini.
Semuanya terkombinasi pada satu bahasa semuanya ketidak pastian.
Di meja dan di kamar,
Buku-buku bertubrukan, dihapanku, akan tetapi tiada guna aku masih merana akan semua.
Aku mencoba memecahkan isi buku tuk menebus kegelisahanku
Yang aku temukan hanya rasa Hermeniutika dan estetika dalam realita.
Membuka dan membaca rasanya membosankan dan sangat memalaskan,
Namun sebuah tuntutan isvestasi dan cinta adalah prestasi.
Ketika aku melihat alam yang sangat suram, muram dalam sunyi, tiada estetika yang bermakna.
Aku datang dengan dusta yang lebih bahagia.
Setelah aku telusuri setiap jalan, kebahagiannya lebih berharga, dariku yang mampu berkarya dengan keadaan yang lebih ada.
Aku rasuki dirinya, akan aku samakan dirinya, dalam keseharian ini, yang hakiki kita sama, akan kudrod dalam kematian kita.
Jika tirakat hari ini bisa adalah bahasa dalam pendirian pondasi untuk nanti, yang tak kita ketahui, akan seperti apa nanti.
Hidup adalah mesteri tentang siapa yang akan menanti dan apa yang terjadi, tentang tirakat hati dalam keberanian hidup.
Hari ini berbahagialah yang mati muda
Celakalah yang berumur tua
Tanpa merasa mereka yang diderita.
Hari ini terasa suram dan gelap, sunyi.
Hanya keberanian bermimpi yang akan mati di dunia yang tiada, akan kembali pada ketiadaan.
Aku hanya melihat mereka menderita dihari ini
Yang meresahkan, dalam ketidak harapan, bahwa akan selalu ada penderitaan hari ini di sepanjang masa.
Makhuk kecil mati dengan raga yang kecil, dikenang akan manusia besar, tentang hidup.


Malang, 24 September 2017

Sabtu, 23 September 2017

Cerpen Dari Santri Untuk Bangsa

Dari Santri Untuk Bangsa
kehidupan.santri


Setiap waktu telah saya lalaui tanpa kusadari dan tanpa terasa sudah beberapa tahun hidup dikalangan pesantren pahit manis telah saya rasakan kalau saya hitung banyak pahit yang saya rasakan selama saya di pesantren karena kehidupan yang menurutku itu diluar sangat baik setelah beberapa saya ada di pesantren banyak pelajaran hidup yang saya rasakan sebelumnya, pelajaran hidup yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-haripun tidak bisa saya nikmati sebelum saya masuk ke pesantren, namun setelah aku putuskan oleh orang tua untuk hidup di pesantren disini saya banyak belajar banyak hal, mulai dari mandiri dan dilatih untuk bertanggungjawab untuk mematuhi semua aturan yang ada di dalam pesantren ini hal yang kecil yang sangat tidak saya rasakan adalah kedisiplinan untuk memint waktu, karena waktu adalah susuatu yang tak berbentuk namun itu semua terasa ketika waktu yang kita sia-siakan terlewati.
Perasaan bosan, jenuh, mala itu sudah melekat dalam diri manusia, terutama pada saya beberapa lama saya harus bertahan di tempat yang menurut orang indah seperti lautan dan gunung keindahan yang terpancar dari jarak jauh, namun saat mendaki gunning banyak hal yang ditemukan ketika melalui gunung yang begitu indah saat dari kejauan. Ketika melintasi gunung tersebut maka di dalamnya banyak duri-duri dan batu, binatang buas, yang jinakpun kita temukan saat ada di dalam gunung, keindahan hanya untuk orang lain nanum saya sangat bangga walaupun saya harus menjalankan hidup di pesantren dengan tidak begitu megah masih banyak orang di luar sana yang ingin bermmimpi seperti saya di sini, mengaji bersama kiayi dan teman-teman yang berbeda pendapat namun semua yang bertujuan dipesantren ini menuntut ilmu untuk membuang kebodohan yang ada dalam diri saya, dan tidak pernah lupa kalau berokahnya pondok, sang kiyai, beserta teman-temanku yang sangat saya harapkan ketika nanti saya keluar dari pesantren ini.
Tempat yang sederhana ini banyak hal yang tak dapat saya lupakan karena saya menjalani ini penuh pengorbanan dan perhitungan besar saat saya melangkah apa yang menjadi pilihan saya memperluas pengetahuan tentang Islam untuk bekal akhirat nanati, tujuan orang tua saya sangat sederhana kalau menjadi santri jadilah santri yang mengerti dan jangan mengejar kepintaran, dekatilah kiayinya untuk mengambri berokahnya, pintar belum tentu dapat memahami, memahami belum tentu diterima passinya oleh orang lain, kalau bisa membaca lingkungan hidup yang ada di sekitarnya, paling bijaknya manusia ketika manusia yang satu dapat memahami manusia yang lainnya, setidaknya kita menjadi lilin walaupun hanya menyinari kegegelapan di tempat yang tertentu. Hidup akan terasa nyaman ketika kita menjalani dengan rasa lapang tanpa tekanan, saya tidak merasa lama walaupun saya disini tidak mendapatkan pengetahuan yang banayak membaca kitab kuningpun tidak bisa memahamipun, saya hanya mendengarkan ketika ada yang kiayi dan teman-teman membaca kitab bersama, karena saya ingat dengan yang Alloh perintahkan pada setiap manusia bahwa Alloh tidak mengharapakan kepintaran namun yang diharapan kesungguhan untuk menuntuut ilmu, carilah ilmu kalau di negaranya sendiri tidak ada maka carilah Negara seberang yaitu China. Kata itu yang mendorong saya walaupun tidak tau saya berusaha untuk ikut berbaur dengan orang yang bisa membaca kitab kuning dan menyimak apa yang menjadi perbincangan mereka, belajar pada ibnu hajar manusia yang paling bodoh katanya walaupun pada dasarnya kemampuan manusia ada yang gampang menerima pelajaran ada pula yang sulit untuk menangkap apa yang dipelajari, namun semua itu semua bukan masalah kepintaran dan kecerdasaan yang dimiliki setiap individu manusia, aku berpendapat aku belum mendapatkan anugrah dari Tuhan hatiku belum di bukakan, sedangkan Ibnu Hajar belajar pada batu yang tertes air hingga berlobang. Senja sudah terpancar indah dari ufuk barat mentari sudah saatnya tidur, malam ini sudah waktunya kiayi Lutfi kultum mutiara hikmah bersama.
“Kalian santri jika kelak menjadi pemimpin berpedoman ke Al-Qur’an dan Hadist, jangan hanya kamu pintar membaca kitab setelah kamu keluar jadilah kamu pembaca yang arif dan kritis untuk membaca keadaan dunia ini, bukalah jiwa kalian dari sekarang, jadilah kalian semua penerus islam yang berguna bagi nusa dan bangsa. Bukannya kurang orang pintar negaeri ini, dan tidak juga kurang orang yang tidak membaca yang terjadi semuanya nyata, namun ingat berikhtiar dan mampulah menjadi santri yang bermanfaat bagi orang lain, terutama kepada dirinya sendiri, ikutilah kata Al-Qur’an dan Hadist, untuk Anak-anak ku hati-hati ini zaman sudah mendekati akhir ke atas Tahun 2000, kalian akan melihat perkembangan dunia sehingga apa yang kamu dapatkan dari sini kalian kembangkan, karena kalianlah yang menjadi penerus Bangsa, yai sudah tua hanya dapat menyampaikan ini kepada kalian.saya akhir pengajian ini saya berharap kita selalu berada dilindungan Alloh semua, dan saya bisa mengingatkan kalian dan untuk saya sendiri, semoga saja. Umur harasia Alloh SWT.
“Enggeh yai, amien yarobbal alamin.
Kultum berjalan dengan lancar untuk kultum yang sekian ini, batuk yang di derita kiyai Lutfi sudah membuat saya dan santri yang lain kwatir akan keadaannya yang semakin hari mahkota putih yang semakin merata, saya berharap saja yang terbaik ututuknya atas keputusan Tuhan,  
Pesantren ini wadah saya untuk menuntut ilmu, untuk bekal akhirat dan dunia entah kenapa saya ingin mematangkan pengetahuan untuk menjadi santri karena teringat dengan riwayat Indonesia terbangun dari tidurnya ketika HOS Tjokroaminoto pada Tahun 1907 yang memondasikan Indonesia ini dengan Agama Islam, pada awalnya dibentuk dari organisasi Serikat Islam (SI), kalau Negara kuat karena Islam, berpondasi islam saya berpikir jiwa suatu bangsa yang ingin membangun Negara yang adil, serta makmur seorang yang meminpin harus matang pula keislamannya, tidak hanya matang dalam bidang sosiolimenya saja, namun kematangan itu harus perpondasi dengan Agama, tempat yang paling strategis dalam mematangkan Agama adalah pesantren. Cita-cita akan membangun Negara dengan pondasi diri kita pribadi sehingga jiwa sosialisme berpondasi Agama Islam akan menciptakan sebuah Negara akan menjadi Negara yang akan disigani tanpa menakit-nakuti, dan menyakiti.
Tiada seorang yang dapat mengukur waktu dengan pola pikir, tiada pula melihat berjlannya waktu, hanya cara dan bagaimana untuk menikmati waktu yang ada untuk lebih berarti karena hidup satu kali jadikan yang satu kali ini yang berarti. Tanpa saya sadari beberapa Tahun telah saya lewati sudah hampir Tujuh Tahun seandaiya umur sudah waktunya masuk ke Sekolah Dasar (SD), saat itu pula saya berpikir untuk boyong dipesantren walaupun saya belum mateng dipesantren namun saya harus menjelajahi pengalaman di luar pesantren, tidak akan mungkin dapat berperan di masyarakat kalau saya tetap ada di dalam pesantren saya harus menunjukkan pada masyarakat bahwa setelah saya mondok berguna baginya, karena berguna bagi orang lain sebagian dari cita-cita saya. Saya mempunyai teman di pesantren yang hidup bersama terus manis pahit, bahkan ibarat makanan satu piring jadi dua, kalau dia lapar saya harus lapar.
“Sam, Tahun ini saya harus boyong dari pesantren ini. !”
“Serius kamu, berhenti karena alasan apa Maja, ?” Masalah biaya tah, apa sudah pintar kamu hehe.
“Tidak reski itu saya percaya pada yang di atas, sudah bosan saya di pondok ini daripada saya melakukan sesuatu ini tanpa keikhlasan, pintar sih dereng Samsul. Hehe
“Iya gak apa-apa kalau memang seperti itu keputusanmu, aku hanya berdoa yang terbaik untuk kamu bisa mendapatkan berokah pondok dan kiyai terutama aku hehe. !”
“Hehe Kamu ada berokahnya tah, Iya amien yarobbelalamin Sam hanya doa-doa kamu dan kiyai dan orang empati pada saya yang saya harapkan Alloh mengabulkan semua doa-doanya, sehingga apa yang terbaik pada saya menghampiri setelah saya boyong. !:
“Iya amin-amin, sebelum berhenti teraktir ya nanti masakin aku selama satu minggu ini hehe. !”
“Pintar kamu sam, Iya siap saya akan teraktir. !”

Sudah saatnya saya harus boyong dan kembali ke kampong halaman, namun beberapa hari setelah saya pulang meninggalkan tempat tinggal saya sendiri untuk bertemu dengan Ibu, kabur dari kampung halaman, dan belajar hidup pada alam dan relita dunia dengan hijrah dan membaca.

Cerita Perjalanan Terjebak Di Kota Penuh Cerita

http://www.fotokritik.com/1214008/yalniz-adam
Terjebak Di Kota Penuh Cerita

Teringat pada masa yang telah terlewati kadang aku berpikir dan harus percaya pada Tuhan yang telah takdirkan padaku, kadang juga sebaliknya karena sudah jalan dan tuhan merahasiakan semua takdir keindahan dan ketidak baikan pada setiap manusia yang telah terjadi pada setiap manusia terutama pada aku yang telah aku rasakan semerta-merta semua itu Tuhan yang rencanakan, sebagai manusia aku hanya ikhtiar dan menjalankan apa yang menjadi impianku, walaupun kadang jauh dari kekhilafan saat melangkah, entah kelak itu indah atau tidak aku hanya berusaha dan mencoba untuk menjalankan semua itu sesuai mimpi dikehidupan yang nyata bukan mimpi saat mata terlelap mimpi dikehidupan yang nyata penuh dengan perhitungan untuk melangkah, masalah mimpi itu akan menjadi nyata, aku akan pesrahkaan saja semuanya kepada yang Khalik, karena hanya Ialah yang maha mengetahui catatan Lauhil Mahfud, apa yang terjadi sekarang biarkan aku hadapi sekarang.
Kadang saat aku renungkan kembali pada terjadi padaku pada saat malam bersejarah dalam hidupku sebelum mentari terbenam di ufuk barat pada malam jum'at legi (jum'at manis) pahit manis yang aku rasakan, gelisah dalam hati mencari sebuah mimpi yang diimpikan, teringat janji yang pernah yang diucapkan seorang Bapak dua tahun yang lalu, jikalau sudah lulus sekolahnya nanti kamu akan aku berikan alamat Ibu mu, setelah tiba saatnya aku coba menanyakan semua yang pernah diucapkan olehnya, setelah aku bertanya ternyata jawabnya itu hanya membuat aku tergores hati, jawaban yang tidak rialistis dan logika tidak mampu memberikan makna. Bapak sudah lupa tidak tau Rumaah Ibu kamu nak, dalam hati aku berkata kasar kenapa harus dinikahi kalau memang tidak tau Alamat Ibu yang tidak jelas, sebagai anak hanya diam saja setelah ada ucapan dari orang tua yang membuat hati teriris.
Suasana gelap senja di ufuk barat sudah tidak memberikan cahaya indah dan gelapnya malam sudah terasa lebih gelap daripada hati yang aku rasakan mendengarkan sebuah argumen dari Bapak yang pernah memberikan harapa untuk bisa bertemu dengan seorang yang telah mengantarkan aku ke bumi. Pikiran sudah tidak mampu berpikir panjang bertepatan senja terbenam aku harus meniggalkan Rumah yang sudah berapa tahun udara segarnya yang membuatku seperti saat ini tumbuh dengan keadaan sehat dan seorang Nenek yang sudah bermahkota putih yang membesarkan aku hingga kini aku dewasa, hanya dalam hati tegores untuk segera jauh bersamanya dan aku harus bergeriliya untuk batin yang sangat delima akan kemana aku memikirkan untuk menemukan apa yang menjadi sebuah impianku yang nyata,  hanya tekad yang harus aku lakukan untuk mengubah semua apa yang aku impikan untuk menjadi nyata dan mengharapkan Tuhan selalu memberikan secercah cahaya kepadaku, agar setiap jalan yang aku lakukan ini tidak berakhir dengan sia-sia dan Tuhan yang Maha tau akan memberikan yang terbaik untuk langkahku yang salah untuk dengan niat yang baik.
Aku harus melangkah jauh dengan meninggalkan kecemasan yang berharap berbuah kelancaran dalam langkahku untuk bisa mengetahui wajah dari seorang yang telah mengantarkan aku ke Dunia ini untuk mengarapkan doa-doa yang sakti dari seorang Ibu, yang mengubah Dunia gelap selamanya, dan berubah menjadi terang selamanya denganya seorang “IBU”. Langkah sudah menuju jauh aku sudah sampai ke seperempat jalan tujuan yang ada, tapi alamat tidak ada, temanpun tak ada yang menemani kata hati yang sangat ingin mengetahui seorang yang mempunyai doa yang lebih cepat ijabah oleh Tuhan “Ibu”, tiba aku ke tempat yang biasa aku tempati yaitu Pelabuahan Kamal Bangkalan Madura, sangat indah pada malam itu suasana yang dihiasi oleh kerlap-kerlip lampu kapal dan lampu panjang yang menjulang indah lampu Suramadu yang menggabungkan antara Surabaya dan Madura sangat indah dipandang, sehingga kerlap-kerlip lampu Surabaya yang sangat indah menghiburku pada malam itu, namun itu semua tidak sesuai dengan keadaan hati sehingga tidak menerimanya seperti malam-malam sebelumnya, sekarang keindahan itu tidak berhasil membuat aku tersenyum, yang biasanya tempat ini menjadi penghilang penat yang aku rasakan, saa itu keindahan hilang tergantikan delima hati dan wajah seorang Ibu terpancar jelas diantara cahaya gemerlap lampu yang indah, yang membuka hati bertanya kemana aku harus melangkah, setelah ini kaki mdmpunyai langkah tujuan, yang tidak mempunyai tujuan dan alamat yang konkrit, hanya Kota Cilacap yang aku ingat kalau tempat tinggal seorang Ibu yang sangat aku rindukan yang keberadaanya ada tanpa kepastian, suasana hati tak tergantikan delima hati dan wajah seorang Ibu terpancar jelas diantara cahaya gemerlap lampu yang indah malam itu, yang membuka hati bertanya kemana aku harus melangkah setelah langkah tujuan ini tidak mempunyai tujuan dan alamat yang pasti, hanya kota yang aku tahu, dari seorang Ibu yang sangat aku rindukan doa-doanya, dan mencoba membuka tabir rahasia Tuhan yang ghaib tanpa aku ketahui kepastiaanya hanya dengan Ikhtiar yang aku perjuangkan. Bergeriliya dengan keyakinan gigih ingat dengan Firman Alloh SWT. Manjeddeh wejedeh aku hanya yakin dengan kelimat itu, untuk menguatkan hatiku melangkah.
Angin menemaniku dan tontonan indah yang ombak saksikan ketika aku melamun dan menatap cahaya gemerlap lampu yang indah dengan kekosongan hati yang sangat sunyi dan sepi, walaupun kapal dan manusia mondar-mandir di belakangku tiada yang membuat aku nyaman dengan dengan keadaanku pada saat itu. Namun aku tetap merakasakan kesepian, ketika aku dikirimkan seorang teman wanita yang pada saat itu ia berjalan dengan temannya yang kebetulan wanita yang malam-malam itu mengenakan kebaya batik berjalan di belakangku dan menghampiri kesendirianku yang sangat sunyi aku rasakan, tiba-tiba ada wanita itu kekasih dari shabatku melangkah dengan rasa ragu mendekatiku untuk bertanya kalau aku ini adalah teman dari kekasihnya, aku pun segera menoleh ke arah yang menanyakan aku, langsung aku ingat kalau wanita yang masih sekolah SMKF kalau itu pasangan shabatku, aku segera menyuruh ia duduk, dan ia pun tidak menolak tawaranku, setelah aku tawarkan ia duduk temannya itu mengajak pulang dan ia mengatakan pulang terlebih dahulu, karena ia merasa ada teman dari shabatnya yang sendiri yaitu aku, dia mengajak aku ngobrol menanyakan beberapa pertanyaan karena tidak wajar aku anak Desa ada di Pelabuhan Kota,  malam sudah larut kapal sudah banyak tidak melaju, ia setia menemaniku yang kesendiriannya awalnya sunyi, sepi, dan delima dengan tujuannya ke Kota Cilacap tempat yang aku tuju, disitulah aku merasa kalau Tuhan memberikan jalan kepadaku pelantara dari kekasih shabatku. Cerita sudah panjang lebar waktu sudah tidak terlihat dan terasa karena asyik bercerita, karena banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh wanita yang meghampiriku, menunjukan pukul 00:16 WIB.
Sehingga delima itu terbuka oleh banyak saran yang ia lontarkan padaku pahit manis yang wanita katakana seumuran 19 Thn itu, membuka naluri aku untuk berpikir yang logis dan realistis dengan tindakan yang aku laukan ini, langkah yang jauh dari kepastian untuk mengelilingi Kota Cilacap dengan kaki saja tanpa tujuan yang pasti tidak akan menjanjikan sebuah hasil yang manis. Wanita itu membuka cayaha kecil, untuk aku dapat berpikir yang sangat baik untuk langkahku yang harus penuh dengan perhitungan.
Aku hanya mengikuti saranya yang aku pikir itu baik, kata-kata yang aku ingat darinya, melangkah itu harus pasti, karena ini kehidupan nyata, bukan hanya mimpi yang indah saat tidur, jadi butuh perhitungan agar tidak menyia-nyiakan umur kamu, hingga saatnya kamu nanti sampai ke impianmu yang nyata, kamu tidak akan pasti mendapatkan apa yang kamu lakukan, kalau kamu memaksa perjalananmu ini yang tidak penuh perhitungan, yakin waktu akan terbuang sia-sia, dan tidak akan menemukan titik terang, waktu sulit yang akan menjawaban perjalananmu.
Semua saran aku pikirkan menggunakan logika semua itu benar setelah aku pikirkan menggunakan naluri dan itu berhasil membuka naluriku untuk berpikir secara logis, saat itu pula aku putuskan aku tinggal di Kota aku sendiri untuk mengumpulkan uang setelah terkumpul aku harus menanyakan kembali pada Bapak, berharap bisa diberikan alamatnya, setealah uang terkumpul dan bertemu dengan mama. Sejak malam itu juga aku memulai mekirkan bagaimana aku bertahan hidup di Kota sendiri, walau Kota sendiri namun aku belum banyak tempat yang aku ketahui di Kota sendiri yang penuh cerita, hanya Pelabuhan Kamal yang menurutku tempat paling membuat aku tenang dan nyaman. Setelah wanita itu memberikan saran ia sangat mempuyai rasa empati padaku, sehingga ia hendak mencari tampungan sementara untuk tempat tinggal aku.
Namun malam itu aku ditemani hingga mentari terbit, sangat aku berterima kasih aku kepada Tuhan karena telah mengirimkan seorang yang akan menjadi penolongku saat aku tidak sadar, namun keputusan sudah bulat tidak akan aku pulang sebelum aku ketemu Ibu kandung aku, itu yang telah aku tuliskan dalam isi surat yang aku tinggalkan di Rumah, biarkan kalau sudah ada uang aku menghubungi kembali Bapak untuk meminta alamat yang dapat membuka impianku bertemu Ibu.
Aku memutuskan untuk mencari kost untuk sementara di Kota ini, hp sudah aku matikan untuk menghilangkan jejak dan biar aku tidak kepikiran ketika ada orang yang memberikan kabar padaku, aku hanya pasrah kepada Alloh semoga semuanya baik-baiknya terutama pada Nenek aku yang sangat dikwatirkan karena faktor usia yang sudah mengkwatirkan. Setelah aku putuskan untuk kost aku mencari pekerjaan dan akan aku usahakan tidak selalu merepotkan wanita yang telah membantu aku, waktu sudah berjalan lama uang yang aku punya sudah tidak akan bertahan lama untuk berthan hidup, 1 bln, sudah aku lalui di kost, soal pekerjaan Tuhan belum menjawab doa-doaku. Aku harus lebih keras untuk mencari pekerjaan yang terpenting aku dapat bekerja yang halal aku akan kerjakan, namun mencari pekerjaan itu tidak semudah membalikan telapak tangan, memang banyak pekerjaan namun yang pas dengan diri kita itu yang sulit untuk di dapatkan, teringat dengan kenyataan yang aku lihat mugkin si tukang becak yang aku lihat tidak pernah punya cita-cita menjadi tukang becak, kalau tidak  karena kebutuhan dan keadaan yang memaksakan ia harus menjalankan apa yang menjadi penyambung hidupnya, aku melihatnya kenyaaatn itu semua batin aku berdialog dengan diriku sendiri, apakah aku akan seperti mereka sambil hati menjerit teteskan air mata, betapa kerasnya hidup ini, betapa hidup ini tak seindah merangkai mimpi, ini hidup di luar ingin bertahan hidup, betapa tak pernah aku pikirkan ini terjadi padaku, namun itu semua aku bersyukur karena dengan seperti ini banyak pelajaran hidup yang dekat dengan kehidupan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Setelah 1 bln lebih 6hari, Tuhan memeluk doa-doaku dari situlah aku mendapatkan panggilan dari PT. Sales dan aku langsung di ajak untuk bekerja pada saat itu hati senang pertama kerja dengan keadaan yang mendesak, tidak pernah berpikir panjang yang peting kerja ini dapat membantuku untuk bertahan hidup, itu sudah anugrah dari Alloh sudah lebih dari cukup yang harus aku syukuri, walaupun kerja menjadi sales katanya kerjaan yang paling rendah utuk kalangan orang yang mempuyai ijasah SMA atau dikalangan orang-orang Akadimisi, namun semua pekerjaan itu baik asalkan halal, tidak merugikan orang lain. Awal kerja aku sangat senang karena kerja pertama yang aku jalani ini perkerjaan yang sangat menyenangkan, karena pekerjaannya itu jalan-jalan tapi bekerja mendapatkan uang, pertama kerja kebetulan tempat yang harus aku singgahi dari rumah ke rumah itu Desa Tanjung Piring yang terletak di pesisir pantai, kebetulan ada tempat wisata juga yang lebih dikenal sebutan Mercusuar menara yang indah, tapi aku baru mengetahui menara itu walaupun terletak di kota sendiri, tapi wajar aku tidak tahu karena pusat kota ini jauh dengan rumahku, yang terletak ada di pedesaan. Ternyata tempat dan menara tertua di Kota Bangkalan Mercusuar yang tingginya dengan 115m yang dibangun pada zaman Belanda Z.M Willem III,  Tahun 1879 yang terletak di pesisir Tanjung Piring sungai yang lurus dengan Kota Gersik itu mempunyai banyak mistik, konon yang paling nyata kalau punya hubungan atau pacaran jangan bersama-bersama pergi ke tempat itu apalagi mengikuti trend zamannya sekarang berselfi dengan pasanganya pergi ke tempat tersebut, tidak akan lama hubungannya tersebut ada masalah yang berbuah putus. Banyak mistik itu membuktikan, yang dialami oleh teman wanita yang membantu aku ia bersamaan dengan kekasihnya beberapa bulan yang lalu bersama pasanganya pergi ke Mercusuar tersebut, setalah dapat 1bln, mereka bertengkar sampai tidak menemukan solusi yang dapat meredekan keduanya untuk menemukan solusi mempertahankan hubungannya, sehingga mereka harus memutuskan hubungan yang sudah dibina selama 1 setengah tahun. Itu yang sangat nyata mistik di tempat itu, dan banyak juga  bukti nyata selain itu, yang membutikan bahwa tempat wisata sederhana itu sangat tidak ingin didekati hal-hal yang berbaur maksiat.
Waktu sudah tidak terasa kejanuhan dan manis pahit aku lalui selama ini, Setalah aku bekerja dapat 7bln, di kota sendiri namun keberadaan tidak ada yang mengetahui, aku sudah menghubungi keluarga tapi ternyata semua itu tidak sesuai dengan harapan uang terkumpul, namun alamat tetap saja keluarga terutama Bapak mempertahankan tidak memberitahuakan, dan ia memberikan alamat Ibu kalau aku sudah pulang. Akupun segera berpikir untuk pulang dan entah kenapa aku kepikiran kalau aku ini orang yang sangat lack of education (kurang pendidikan) sehingga Tuhan merencanakan berbeda dengan impianku, Alloh membukakan hatiku untuk berencana untuk berkuliah agar menimba ilmu pendidikan dan tidak mengulang sejarah yang telah aku rasakan, aku didik oleh orang yang tidak berpendidikan tinggi, hanya pendidikan islam yang diajarkan pada aku, darisitulah aku harus mengukir sejarah baru untuk masa yang akan datang, yaitu kepada anak-anak ku jangan sampai merasakan apa yang aku rasakan ini terulang kembali, dengan cara aku harus mempunyai pendidikan yang lebih untuk mendidik anak-anakku kelak, karena anak yang baik akan datang dari keluarga yang mempunyai pendidikan yang baik pula.
Alhamdulila aku sudah mendaftarkan diri Universitas tanpa sepengetahuan keluarga setelah itu aku pulang, aku sangat bersyukur karena Tuhan memberikan aku kesempatan untuk melanjutkan sekolah lagi ke jenjang lebih tinggi tanpa aku rencanakan, aku juga ingat dengan niatku waktu sekolah kalau aku harus ketemu dengan Ibu kandungku kalau tidak dengan keadaan bekerja, dalam keadaan aku mengeyam pindidikan (Sekolah) puji syukur kepada-NYA walaupun belum bertemu Ibu di Tahun ini, mungkin Tahun-tahun yang akan datang, karena rencana Tuhan lebih indah daripada apa yang aku rencanakan, karena hanya Ialah yang maha mengetahui apa yang sebelumnya dan sesudahnya terjadi pada yang terbaik dan juga yang terburuk untuk seluruh manusia.
Alhadulilah sekarang aku dapat Berkuliah walaupun belum dapat bertemu dengan Ibu kandungku dalam waktu dekat ini, namun aku harap Alloh membuka semua tabir rahasia yang sangat aku rindukan cahayanya dari seorang Ibu, Tuhan embanlah doaku dengan cahayamu agar aku merasakan kado dari surgamu Tuhan yaitu seorang ’IBU”  biar bukan hanya nama yang aku hafal disetiap doaku, wajahnya yang seperti apa yang aku rindukan, kenyataan ini aku tulis untukmu Ibu yang aku jalani semoga engkau mengetahui perjuangan ini, kalau perjuangan ini masih belum berarti untukmu biarkan sejarah yang membuktikan, kalau memang Ibu berusaha ingin melupakan aku, biarkan aku yang berusaha untuk menemukanmu dan memohon maaf atas semua salah dari Bapak dan Keluargaku dan aku berharap doamu Ibu. (Miss you mom)


Cerpen Kearifan Lokal Melawan Lupa Yang Nyata

Okezone news.
Kearifan Lokal Melawan Lupa Yang Nyata
Kerinduan masa-masa yang mengingatkan pada lamunan saya saat sendiri sunyi dalam gelapnya malam, masa yang terlewati sangat saya rindukan terasa hilang semua dibenak akal pikiran dibawah kesadaran teringat saat sunyi menghampiri merenungi masa yang terlewati hanya dengan seperti itu saya dapat menikmati apa yang terlupakan sangat berkesan dalam hidup yang tak pernah terhapus dengan lengkangnya waktu panjang.
Jalan hidup yang pernah saya lalui jejak langkah tidak akan terhapus tak mungkin yang telah terjadi membohongi, untuk menjadikan renungan yang nyata pada saat saya merindukan, masa sekarang membuktikan kalau sesuatu yang terlewati paling berharga karena sesuatu yang indah akan terasa jika sudah tiada. Sekarang saya putuskan untuk mengukir sejarah baru karena setiap perjalanan tidak akan melewati sejarah yang telah terjadi, saya ingat dan ingin belajar dari kearifan lokal untuk masa yang akan datang yang lebih panjang dengan menciptakan sesuatu yang lebih indah untuk saya sendiri dan bagi nusa dan bangsa. Teringat dengan apa yang pernah dipesankan oleh Cak Nun, waktu serasehan di Polinema Negeri Malang, hidup ini sangat luas dan demensi-dimensi persoalanya tak terhingga, untk itu diperlukan bukan sekedar wawasan yang luas dan pengetahuan yang terus dicari melainkan juga kearifan dan sikap leluhur yang konsisten dari hari kehari.
Bahwa jangan sekali-kali kepada anak muda terutama sebagai penerus bangsa untuk melupakan ke arifan lokal kita karena sudah menjadi bukti dan mendarah daging kepada diri kita, bahwa yang sudah terjadi itu cerminan sudah membuktikan yang nyata tidak pernah berbohong. Saya mengingat apa yang menjadi pesan karena setiap kata yang menjadi nasehat saya selalu mencoba renungi dari hari-kehari bahwa apa yang sampaikan oleh Cak Nun itu hal yang baik untuk saya sendiri dan kebaikan bangsa ini. Setelah itu saya putuskan bertanya kepada orang yang lebih tua yaitu orang tua saya sendiri.
“ Pak, kearifan lokal yang seperti apa yang harus dipertahankan. ?
“ Kearifan lokal itu pemahaman yang telah terjadi dimasa lampau terjadi, dan sampai sekarang itu harus masih harus dipertahankan. !
“ Seperti apa pak kearifan itu, “ Apa salah satunya kebudayaan adat masuk. ?
“ Iya itu masuk. “ Namun itu masih dalam ranah umum belum bisa kita tangisi, Bapak tangisi itu budaya perimbon.
“ Perimbon pak. ?”
Kebudayaan adat istiadat itu masih umum, membudaya tentang peringatan tahun baru ini, setiap tahun kita dapat menontonnya apalagi di Malang ini satu tahun sudah dua kali sehingga membuat jalan macet. Kearifan bukan hanya seperti itu saja, cinta terhadap budaya, primbon jawa tidak akan merubah pendirian Agama kita, dalam agama tidak ada penjelasan tentang primbon jawa, namun nenek moyang melakukan hal itu untuk pedoman lalu mengamalkan, namun itu semua pedoman nenek moyang kita yang nyata dari itu kearifan lokal yang terbukti jangan pernah ditenggelam oleh sisanya waktu ini.

***
Saya merasakan apa yang telah terjadi dengan apa yang diucapkan oleh Cak Nun dan Orang tua saya sendiri, keadaan akan terlupakan akan tenggelam oleh perkembangan zaman akan merasakan tanpa arah untuk melangkah untuk lebih maju ketika kearifan lokal terlupakan dan tidak di amalkan. Sesuatu akan terbukti jika itu sudah mengalami sendiri, bicara orang akan menjadi bicara yang tak nyata, jika itu hanya indah di dengar saja. setelah apa yang saya dapatkan itu ialah pengetahuan yang dapat saya dengar dari orang-orang hebat menurutku, hari-hari demi hari renungan sering saya lakukan, karena dengan merenung saya mendapatkan jawaban yang menjadi pertanyaan dalam hati, walaupun itu tidak puas dengan hasil yang pasti ketika pikiran sejenak dengan menggukan naluri. Sarasehan Cak Nun sudah beberapa bulan ini berlalu kini saatnya lagi bertemu dengan beliau hati senang, walaupun beliaunya tidak senang dengan keberadaanku, senang bisa mengikuti dan mendengarkan setiap kata yang terangkai indah beliau utarakan keapada kita yang ada terutama kepada saya sendiri meninspirasi, keinginan banyak berbicara kepadanya namun rasa malu mengalahkan semua keinginanku, karena saya memang orang kurang percayaan diri untuk bersuara. Lagi-lagi yang belum tuntas menjadi pembahasaan kearifan lokal yang belum tertuntaskan beberapa bulan lalu, saya berbaharap apa yang ada dipikiran ini beliau tanpa menyuruh audien bertanya akan menjelaskan apa yang menjanggal dipikiran saya apa kearifan lokal yang bapak sampaikan persis dengan apa yang dijelaskan nanti oleh Cak Nun, beberapa menit saya sudah menunggu beliau datang keruangan kantin yang sederhana menjadi tempat beliau bersinggah di Polinema Negeri Malang, walaupun beliau sering di malang saya tidak pernah punya kesempatan mengundang beliau ke kampus saya Universitas Islam Malang. Semoga seuatu saat keinginan ini tercapai amien. Pembicaraan sudah dimulai panjang lebar oleh beliau belum ada titik jawaban yang menjadi harapan saya, ternyata selang beberapa menit kemudian ketika sudah satu jam lebih tiga menit beliau mengingat tentang pembahasan yang bulan lalu sehingga kearifan lokal yang harus dipertahankan bukan hanya budaya yang bertajub hiburan pulau jawa banyak mempunyai ke arifan lokal lainnya yang lebih penting yaitu yang membetuk karakter anak muda semua bangsa ini tidak mengalami kebingungan, dalam melangkah ke dapan kearifan itu perimbon jawa jangan sampai dilupakan, melainkan harus mengamalakan. Serentak beliau menanyakan apakah kalian tahu perimbon jawa itu. ?
” Tidak cak” serentak secara bersama menjawabnya
“ Waduh yang jawa tidak kenal dengan kearifan lokalnya” payah kalian Nak, menangis Nenek moyangmu sekarang ketika kalian menjawab “TIDAK”. Payah-payah ini.
Senyum dan malu saat dikatakan namun saya tidak begitu malu karena saya bukan orang jawa hehe dalam hati berkata. Setelah ada pertanyaan siapa yang mengetahui hitung naptunya hari dan naptu pasaran lima, saya syukur masih dapat menjawab apa yang beliau katakan walaupun semuanya itu seperti katak kesiram air, tidak ada yang paham apa yang di katakan Cak Nun, mungkin baginya asing apa yang beliau tanyakan.
***
Setelah saya menjawab bahwa hari dan pasaran itu bisa juga di sebut Perhitungan Weton, kalau Senin Kliwon, Selasa Manis, Rabu Pahing, Kamis Pon, Jum’at Wage dan seterunya kembali ke perhitungan awal setiap weton itu kita hitung lagi naptunya hari Senin naptunya 4, selasa 3, rabu 7, kamis 8, jum’at 6, sabtu 9, minggu 5, dan sedangkan pasaran Jawa, Manis 5, pahing 9,  pon 7, wage 4, kliwon 8, setelah saya menyebutnya dengan ragu-ragu tapi kata beliau benar setelah itu beliau menyuruh saya mengamalkan, kamu Mahasiswa yang penuh perhitungan kalau di amalkan kamu tidak akan kebingungan dalam menjalankan hidup, saya masih bingung jawaban beliau dan teruslah saya penasaran karena yang penasaran membuatku lebih paham jika saya menemukan penasaran tersebut.
Setelah beberapa waktu saya ada tugas dari kampus kebelulan perbitan majalah sudah mendekati waktu singkat, terutama saya dibutuhkan oleh UKM kampus untuk mengambil data dari desa ke desa yang ada di pelosok desa untuk mengambil foto dan cerita jawa yang sudah tenggelam dalam persimpangan arus. Beberapa budaya yang terlupakan dari itu karena saya lebih memilih sejarah dan juga bagian dari penikmat sejati sejarah, teman-teman percaya pada saya kalau saya bisa mengisi majalah yang akan di terbitkan bulan depan yang bertema Di Persimpangan Arus. Agar  dapat memberikan inspirasi yang kuat kepada semua pembaca sehingga budaya kearifan lokal bukan hanya bahasa dan tradisi saja yang masih kita kenang, masih banyak pula budaya lokal seperti perimbon yang masih dibutuhkan di zaman modern ini, sehingga tidak seakan-akan Tuhan mati di zaman modern, sehingga kearifan lokal yang pada dasarnya semua dari tuhan, sehingga manusia mampu mengplikasikan dalam kehidupannya, sehingga memberikan maanfaat pada pembaca majalah yang nantinya terbit.
Pagi ini saya bergegas berangkat ke desa Alasrajah, Bangkalan yang terletak di pelosok dan desa ini penuh menyimpan mistik yang kuat, dalam hal yang Negativ membahayakan mulai dari hipnotis dsb, namun selalu ingat dengan pesan Cak Nun selain berdoa menita kepada Tuhan, perhitungan yang kamu pahami kamu itu gunakan manfaatkan (Perimbon Nak) hitung pembrangkatan pertamamu dengan cara menghitung dan berankatlah sebelum hari pas kelahiran, keluarlah dari rumah kalian semua sebelum mentari terbit, sehingga hindari dua hari dari kelahirannya kalian, ketika berhadapan dengan orang diantaranya harus ada menghadapi bicara empat mata, jika kamu lahir hari sabtu pahing, kamu tempati harus dari arah utara menghadap ke arah barat, maka apapun urusan kamu diluar dengan apapun akan berjalan dengan lancar, tak gentar dengan apa yang terjadi nanti yang penting saya dapatkan data untuk Majalah.
Yakin saja setiap jalan yang penuh perhitungan tidak akan tuhan membiarkan. setelah perjalanan sudah panjang jauh dari kota waktu adzan Dzuhur berkumandang, saya belum menemukan Masjid atau tempat shalat lainya. Saya dengan kamera tas yang di ransel yang saya kalung kamera untuk pengambilan gambar, setiap berbicara dengan orang lain saya berbalik posisi ke arah barat untuk berhadapan dengan orang tersebut, karena memang orang desa sini menyimpan banyak mistik, teringat dengan orang yang berpesan desa sebelah hati-hati setiap berhadapan dengan orang mengajak bicara ketika menatap mata lawan bicaranya akan hilang ingatkan (hipnotis) otomatis barang berharga yang dibawa harus saya jaga dengan teman-teman, namun saya percaya kepada Allah SWT, dan perimbon yang tuhan berikan kepada manusia agar mempelajari dan diamalkan hingga perjalanan ini penuh perhitungan, saya anggap rintangan pertama sudah saya anggap lewati. Perjalanan sudah larut malam dan berada di hutan desa Alasrajah yang terletak di pulau Madura Bangkalan mendengar nama desa saja sudah mengerikan, waktu sudah mengalir desir angin menusuk kulit yang berlapis kain tak setebal kulit kijang menghangatkan, saatnya beristirahat untuk menunggu senja di ufuk timur teman-teman sudah merasakan lelahnya perjalanan perbedaan cuaca dingin ke cuaca yang lebih panas dari Malang-Madura, adapun teman diatara kami mengalami meriang yang mengakibatkan kurang sehat setelah sampai di tengah alas hutan Alasrajah saya dan yang lain mencoba memberikan obat agar cepat sembuh.
Mengambil data untuk memberikan fakta dalam memberikan berita pada pembaca sebuah tanggung jawab seorang jurnalis tanggung jawab dalam berita yang nyata dalam kehidupan dan lingkungan yang dekat dengan kita, teringat dengan kepercayaan saya Agama Islam dalam konteks seorang jurnalis menginformasikan suatu kebenaran dan membela serta menegakkan kebenaran itu. (Al-Qur’an dan As-sunnah). Mengingat kata yang ada di dalam pedoman kita saya memberanikan terjun di bidang menjadi seorang jurnalis (pemberi berita kebenaran, dan hak setiap manusia mempunyai hak mengetahui kepentingan publik) karena kebenaran yang nyata harus dipertahankan untuk umat yang harus mengetahui. Senja sudah menghiasi gelapnya malam jarum jam menunjukkan pukul 3:56 WIB, sudah memasuki Shubuh teman-teman yang lain pada pergi ke kali dekat hutan dan teman mahasiswa yang sudah pernah mengetahui tempat ini sebelumnya mengarahkan mereka, saya sebagai penanggung jawab mendapatkan tugas harus menjaga mereka semaleman rela mata tidak memejamkan mata, ayam sudah berkokok bersamaan dengan terbitnya matahari yang indah dari arah timur, jarang-jarang dapat menyambut pagi yang indah, baru kali ini tidak telat menyambut keindahan di pagi hari. Setalah pukul 7:15 WIB, warga sekitar sini banyak sudah beraktivitas mulai dari membajak, menam padi, serta suasana yang sangat asing di mata saya dan teman yang lain, ibarat sekarang saya hidup di zaman 80an, sapi yang masih akrab dengan sipengembalanya membajak masih menggunakan sapi, Saya berkata pada teman saya.
“Lutfie di malang pernah menemukan orang membajak tah. ?”
“Nemu sihh tapi gak pake sapi. “ di sana sudah modern, pake mesin kale hehe.
“Sama lut, di kampung aku itu bajak dan yang nanam padi sudah mesin yang kerja, ini kampunya siapa Maja. ?” hehe
“Lut dan Mai, kalian itu jangan keras-keras kalau bicara, kedengaran para petani itu bisa di bacok kamu hehe, kita orang baru di sini. Ini kampungnya samsul hehe”
Kami berempat sedikit bergurau tentang perkembangan teknologi yang sangat masih jauh dengan di Malang, namun kerukunan dalam berkerja sama mereka tanpak jelas untuk di contoh kepada kita, setelah tertawa kita bersama-sama sudah kita tiba ke tujuan kita Bapak Maulana yang banyak dengan pengetahuan jawanya (Primbon jawa) objek penelitian untuk membuktikan semua itu bahwa kearifan lokal sangat relevan jikalau kita gunakan dalam kehidupan yang sudah modern ini. Setelah sampai disinilah saya dan teman-teman yang lain mengajak berbicara dengan Bapak Maulana yang sudah berumur 67 tahunan, menanyakan dan kearifan lokal yang harus kita unjung tinggi di negeri ini. Teringat dengan Cak Nun yang beliau katakan, kearifan lokal yang benar-benar kita perlukan dalam hidup kita untuk membangun bangsa kita ini agar kekuatan negara tidak hanya memiliki SDA yang diandalkan yang menurut kita SDA sangat masih jauh dari negara-negara lain, dengan kearifan lokal ini kita punyai kekuatan, negara lain yakin tidak mempunyai kearifan lokal Weton Perimbon peluang besar dengan ini yakin membangun negara dengan penuh perhitungan akan menciptakan hasil akhir yang baik pula. Pak Maulana berkata,
Perembun (perimbon) ini ada buku (kitab kuno wali sembilan) bapak pesan kalian semua amalkan ini. kalian penerus bangsa kalau tidak mempunyai dasar hidup yang kuat kalian belajar pada sejarah  yang sudah terjadi karena sejarah yang tidak pernah bohong nak.!” “Wejangan Weton ini kalau bukan kalian siapa yang akan mengamalkan karena kalian semua orang jawa semua nenek moyangmu percaya dengan Weton ini dan kepada Alloh SWT.!”
“Enggeh pak, serentak menjawab bersama. !”
“Kalian akan dapat membuktikan kearifan lokal ini Perimbon Weton ini mulai dari zaman Wali Songo sudah menggukan perimbon ini.!”
Data sudah saya dapatkan untuk majalah yang akan siap kami terbitkan, kamipun berepat begegas kembali ke malang dengan rasa senang banyak hal baru yang di dapatkan, bukan hanya data kita dapatkan, tapi mendapatkan pengetahuan dan pengalaman hidup yang akan sulit saya lupakan. mereka membangun Indonesia dengan besar dengan penuh perhitungan Perimbon karena jikalau tidak menggukan hidup ini serasa mengalami kebingungan, namun perimbon ini sebuah keyakinan namun saya yakin karena sejarah telah membuktikan.



***
Catatan:
·         Perembun dalam bahasa madura, namun pada dasarnya perimbon hanya orang jawa yang memilikinya, satu-satunya kearifan lokal yang dimiliki indonesia terutama di jawa, dan perimbon inilah yang sekarang kebanyakan orang jawa tidak mengetahui apa kearifan lokal yang harus dibudayakan.
·         Weton penghitungan dalam bahasa indonesia setiap hari mempunyai naptu, dan setiap pasaran lima punya neptu. Kearifan lokal ini yang banyak orang memiliki.
·         Tulisan ini saya terinspirasi dari kearifan lokal satu-satunya yang hampir terlupakan, saya masih bersyukur mempunyai orang tua yang selalu memperhitungkan saya setiap langkah saya untuk selalu berusaha tidak melupakan kerafian lokal primbon, dengan ini langkah saya selalu penuh dengan perhitungan dengan seperti ini Alloh selalu memberikan cahaya setiap langkahku.

Artikel Agama Nusantara, Bukan Arabisasi



gambar: nusantara.com
Agama Nusantara, Bukan Arabisasi

Agama suatu kontrol dan pondasi jiwa raga manusia untuk hidup untuk mengukur dirinya untuk hidup, budaya sebuah kesempurnaa dalam beragama. Menurut Emile Durkhiem salah satu pencetus sosiologi medern, Agama sebagai hasil dari Budaya jika Budaya tidak ada maka Agama pun tiada.   
Indonesia ialah negara yang mewajibkan setiap warga negaranya, harus beragama, karena agama menjadi dasar untuk hidup di Indonesia. Dengan beragama manusia akan memiliki kontrol diri, jika hukum tak mempunyai kekuatan yang segnifikan maka Agama akan menjadikan kontrol. Namun Agama bukan tempat mencapai kekuasaan, yang berkuasa untuk mencapai seasuatu kebanggaan dirinya. Agama harus dipisahkan dengan kepentingan-kepentingan pribadi, terkecuali kepentingan kepada Sang Khalik. Dalam melangkah esensial untuk mencapai kehidupan bernegara di indonesia memiliki Agama, di tanah meraah putih yang dari berbagai kultur ras, suku, dan budaya yang di kenal dengan Bhinika Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu dalam negeri tercinta Indonesia.
Memiliki agama apa yang diyakini, seharusnya memahami esensi darar-dasar agama setiap keyakinan dalam beragama dalam teologi keimanan dalam menjalani, seharusnya visioner dalam bernegara dengan landasan Agama yang melekat dalam jiwa raga, bukan hanya sekedar beragama dengan eksestensi untuk memberantas segala hal yang menggap orang lain yang berbeda Agama melanggar norma dan menghadirkan radikalisme dalam negeri sendiri. Mengapa ada budaya dalam kehidupan beragama, dengan budaya akan memperindah dan menyempurnakan Agama kita dengan Agama apapun yang diyakini, yang Islam akan menyempurnakan keislamannya, yang Hindu menyempurnakan kehiduannya, yang Kristen akan menyempurnakan Kristenya, dan Agama-agama lainya. Karena budayalah yang akan menjadikan kita menjadi bersatu, budaya Nusantara yang kaya raya, akan membuktikan bahwa negeri ini tempatnya keindahan dan kedaimaian. Karena budaya dan Agama Nusantara ini memiliki kekuatan besar dalam kehidupan manusia Indonesia. Dalam filsafat Yunani sepakat bahwa orang yang berfilsafat ialah cinta terhadap kebudayaan atau kebijaksaan.
   Agama bukan hanya bertujuan untuk mengkafirkan orang lain. Namun Agama menajadikan kontrol pola pikir dan senantiasa berpikir setiap kejadian akan bepikir sebab dan akibat. Agamamu, Agamamu. Agamaku, Agamaku, kita hidup di negara berbangsa yang memiliki suku-suku, dan budaya yang kaya raya. Maka hal yang modernisasi senantiasa memberikan satu kesatuan denga suatu perbedaan yang selalu, menyatukan suatu perbedaan dengan suatu tujuan bersama hidup di negara Indonesia, yang bertujuan aman dan sejahtera yang hidup di Indonesia.
  Negera Indonesia memiliki lambang, dua warna merah dan putih, yang dapat saya filosofikan merah adalah aliran kehidupan di dalam tubuh yang mempu membangkat semangat yang kuat dan berani, dengan menyatukan satu kesatuan suatu budaya degan budaya yang lain, Putih memliki kekuatan untuk bangun dari segala hal, yang akan menjadikan semua yang terjadi yang dialami, dengan keyakinan Agama yang diyakini, dengan mengumpulkan semua  ,dapat berdiri tegap sehingga dua-duanya tidak dapat dipisahkan atau dilunturkan dari perpaduan antara merah dan putih. Filosofi yang kedua bisa direnungkan sejenak kombinasi dari marah dan putih bahwa dalam negara indonesia ini tidak ada sekat antara suku yang putih dan suku yang hitam, ataupun yang menggukan peci saat beribadah atau yang tidak menggukan peci, esensial dalam negeri ini tidak harus diberikan sekat-sekat terutama dalam Agama, mengngat dengan istilah HOS Cokroaminoto dalam buku Islam dan Sosialisme manusia boleh mempunyai prinsip, namun dilarang keras fanatik. perbedaan dari kombinasi bendera itu sebuah bentuk perbedaan yang sangat memberkikan warna yang indah secara kokrit. Sehingg tercipta suatu kekuatan yang sangat kuat tanpa ada yang bisa membinasakan, terkecuali bangsa sendiri.
Jika indonesia ini adalah hidup dari beberapa suku dan beberapa Agama. Maka bermakna dalam hidup di negeri yang sangat memiliki perbedaan kaya raya, daripada negera-negara lain, maka perbedaan indonesia ciptakan dan jadikan perbedaan yang menabjubkan dari apa yang ada dalam bangsa Indonesia, jangan hanya mempermasalahkan dengan suatu permasalahan perbedaan yang menjadikan perpecahan dalam mencapai segala keinginan leluhur untuk Indonesia yang sangat kita harus bangga. Menghargai menempati di mana negeri kita mengabdi, kontribusi yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru, bukan berseteru dengan sesama sedarah merah putih, bersenada dengan jiwa raga lagu Indonesia bersatu dari perbedaan yang satu dengan yang lain, dalam satu rumah Indonesia.
Manusia diciptakan dengan perbedaan yang memberikan keindahan dalam satu dunia, warna yang memberikan rasa humanis, agama yang tidak hanya fanatik terhadap agama lain, jika memiliki prinsip kita bisa menempatkan di mana kita berada, bukan sekat perbedaan yang menjadikan keruh perpecahan, dengan dasar-dasar Agama yang memiliki norma yang tidak mudah mengkafirkan orang lain. Nabi Muhammad Saw. Tidak pernah membangun negara Islam semasa hidupnya, beliau membangun negara yang berbangsa. jika kita Islam jadilah Islam nusantara, bukan Islam arabisasi, jika menjadi hindu janganlah jadi india, kalau jadi orang kristen janganlah jadi yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat yang beradap dan budaya yang kaya raya (Soekarno)***.