Rabu, 24 November 2021

BAHAGIA DAN DERITA ITU PILIHAN

 

"Jangan pernah mempercayai bahagia orang lain, tapi coba yakini diri sendiri, lalu posisikan sebagai pejalan yang menikmati relung setiap pertemuan pengetahuan" 

Bahagia dan derita bagi manusia sebagai subjek mencipta. Jadi asumsi penulis "bahagia dan derita merupakan pilihan, tak perlu disesali." 

Semua orang akan punya impian bahagia. Entah dengan apa yang bisa menikmati atau bisa melalui, tidak beresiko. Terkadang seorang akan bisa merasa bahkan menemukan dari apa yang dicari. 

Namun, ada orang yang secara sederhana bisa menggapai bahagia dengan cara-cara sendiri. Itulah bagian dari cita-citaku. Sebagai penulis yang masih belajar dengan keadaan terseok-seok, tapi akan terus belajar. Tapi cara-cara selama ini merupakan paling baik yang telah dilakukan. 

Perjalan akan selalu punya cara menemukan desir angin yang sejuk tuk dinikmati. Sederhananya saat pencarian selama kuliah di Kota Malang banyak hal dapat dipelajari dan bisa diambil hikmah bekal hidup. Paling baik itu, saat bisa bertahan hidup dengan cara-cara yang selama ini. Seperti halnya perasaan yang ingin sekali selalu dijaga dengan sengaja mengosongkan segala kemungkinan sementara kosong dulu, sebab masih saja hal bisa diselesaikan dalam urusan menggapai tujuan awal datang ke kota ini. 


"Di atas bumi ada yang memang disengaja, yaitu urusan mencinta dan perjalanan ini tak akan cepat, berharap akan tepat."


Tapi, seperti halnya bahagia seorang yang pada umumnya, selalu terletak pada hati. Apa benar semua ada di situ. Sepertinya memang itu dasar meletakkan posisi paling ideal perihal mendefinisikan bahagia. Dan kesadaran menatap masa depan yang hanya sekarang dapat dinikmati, memperjuangkan apa yang terjadi kini, sepatutnya ini adalah satu cara terbaik. 

Memang secara perjalanan sederhana ini, banyak sekali menemukan cara terbaik hidup. Mulai dari seseorang yang tulus berteman ada pula yang memanfaatkan. Bagi saya itulah pilihan orang dan saya menyadari akan semua itu, terpenting kita masih tetap mempertahankan hidup yang selalu tanda tanya, serta bisa bertahan mempersiapkan diri tetap mengabdikan pada tujuan hati. 

Tidak mudah dalam hal ini. Mulanya saya perlu keluar dari zona nyaman. Seorang kawan menawarkan untuk lanjut studi di Surabaya, tapi dengan bahasa sederhana menolak. Sebab dalam pikiran memiliki kekhawatiran akan hal yang dapat dipengaruhi atau di mempengaruhi dalam konteks negatif. Semua teman-teman khususnya guru tak ada yang peduli bahkan tidak percaya. Namun itulah cara seorang saya memperlakukan. Begitulah. 

Satu tahun yang dilakukan sebelum semester ketiga kuliah. Saat itu, kita mendapatkan kesempatan mendapat ujian paling berat dalam hidup. Muncul pola pikir sangat pragmatis. Contoh tersebut secara perekonomian tidak stabil, tapi Masih memperjuangkan  bertahan hidup dengan bekerja yang sesuai kemampuan dan kebutuhan. Sepertinya itulah hidup bisa memahami seluk beluk dunia. 

Seseorang yang mampu mempertahankan kebahagian sendiri, bukan hanya mengekor pada hasrat. Maka meyakini akan punya cara memperlakukan kebahagiaan diciptakan tidak hanya bisa dinikmati sendiri saja, tapi juga menghormati, menghargai, dan bisa mencintai. Mungkin.

Senin, 22 November 2021

MEDAN PEMBATJA

  CATATAN BINCANG BUKU: MEDAN PEMBATJA

Foto: Cak Pendek/Merjosari


Minggu, 21 November 2021 Merjosari Malang 

Medan membaca komunitas dari latar belakang penguhuni tak tetap, berbeda-beda. Kecuali kepala suku. Seperti biasa, berkumpul, bincang buku yang sudah dibaca. Jenis buku tidak ditentukan, sesuai dengan kesukaannya, apapun buku yang dibaca boleh, terpenting bisa didiskusikan dan mengambil hikmahnya. Dan budaya seperti ini perlu dibangun sebab akan punya dampak pada kultur lingkungan sehat. 


Kepala suku Medan Pembatja:Cak Pendek 

Moderator: Ngkus 

Pencatat : Akhmad Mustaqim 

Pengulas: Cak Pwndek, Akhmad, Ngkus, Endan, Fafa, dan Kevin 

Seperti biasa seorang moderator yang punya wewenang di forum diskusi, Ia menyuruh secara berurutan dari arah kanan ke kiri untuk mempresentasikan buku bacaannya. Ia menyuruh semua fokus, maka langsung dimulainya. 


Buku: Aib dan Nasib 

Genre: Fiksi Novel 

Penulis: Minanto 

Pengulas: Akhmad Mustaqim 


Dibuka dengan salam lalu menyampaikan substansi buku. Buku ini merupakan karya sastra jenis novel bar-genre fiksi. Pemenang Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2019, diterbitkan tahun 2020 oleh Marjin  Kiri. Secara subtansi isi, buku ini punya latar belakang di Indramayu daerah Tegal Wurung. Namun lebih condong bicara tentang lokalitas masyarakat yang telah disebutkan di atas. 

Novel ini ditulis oleh seorang secara latar belakang pendidikan memiliki latar belakang disiplin ilmu sastra Inggris. Ia menulis corak bentuk penceritaan, jika dicermati memiliki kemiripan dengan karya Eka Kurniawan berjudul "O" secara teknik seperti melakukan pembabakan cerita, tapi jelas serta nyambung. Tentu juga tidak jiplakan karena otensitas Minanto.

Pengulas dalam hal ini memberi batasan dalam pembaca sebagai karya sastra menggunakan pendekatan logis dan fenomenologis. Secara logis akan mengaitkan kondisi sebenarnya daerah tersebut, jika secara fenomenologis bagaimana kondisi daerah tersebut dengan kultur budaya yang ada, hadir dalam karya sebagai bentuk reflektif. 

Dalam pendekatan logis akan memulai secara fakta latar belakang penulis dan letak geografis Indramayu yang dikenal oleh masyarakat dengan stigma tempat eksploitasi wanita paling tinggi. Secara tidak langsung kita mengenal stigma tersebut dipandang sebagai wilayah negatif (tidak disebutkan sebab hanya asumsi yang belum menemukan referensi). Namun, pada umumnya memang seperti itu, narasi yang dikenal oleh kalangan umum, khususnya bagi orang Jakarta, ujar salah seorang moderator sambil menyela pembahasan.

Secara fenomenologi, ternyata novel ini ingin sekali memberikan sebuah gambaran umum menjadi khusus terhadap daerah tersebut. Terutama penulis tidak menghakimi apa yang ada dalam cerita. Sebab hanya menampilkan  secara naratif dan kekuatan kreatifitas, yang unik dan baik. Gambaran tersebut disampaikan secara naratif. Teks tersebut menjadi refleksi bagi kehidupan kita secara umum, bukan sebagai masyarakat Indramayu tapi di luar tersebut perlu disadari. 

Dari judul, "Aib dan Nasib" jika direduksi secara subjektif, pengertian secara harfiah perkata, kata "Aib" memiliki makna hal keburukan yang perlu disembunyikan atau jadi konsumsi personal. Sedangkan kata "Nasib" merupakan hal yang secara tidak langsung menjadi qudrat (sudah digarisi/ditentukan) tidak dapat ditolak. Pandangan tersebut akan memberi simpulan dari gabungan dua kata tersebut, kalau nanti manemukan sesuatu yang ada di dalam cerita novel ini berupa aib dan nasib--yang sangat dekat kental dalam hidup. Apakah sebuah hubungan intim di luar nikah difaktorkan karena minim pendidikan dan ekonomi. Penulis akan sangat lihai secara naratif seperti seorang mendongeng yang handal.

Novel ini jika dipandang secara kritis merupakan kritik terhadap kejadian yang ada di masyarakat mengenai rendahnya minat pendidikan, merupakan kritikan terhadap pemerintah yang kurang memperhatikan secara baik, sehingga kriminalitas dilahirkan dari kemiskinan dan media soial serta politik elektoral tingkat lokal. 

"Aib dan Nasib" merupakan konflik bersumber dari permasalah yang sangat kental dekat dengan kita, seperti asmara, dan kemiskinan. Konflik norma-norma yang dibentur terus menjadi kontruksi masyarakat. Kalau tokoh di dalam novel ini menjadi objek tanpa memberi penghidupan  dalam narator cerita. Tapi lebih menjadi objek dari si narator. Sehingga seorang perempuan yang ada di dalam bentuk semangat tragis. 

Buku ini secara tekstual baik melakukan kelas cerita. Wajar kalau novel ini memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019. Lokalitas yang begitu  kental dikemas secara kurun waktu dari tahun 2000-an. Ditandai dengan pencabutan televisi dan seorang kental dengan kehidupan modernisasi. Bahwa potret kehidupan sangat jelas di televisi. Jadi, seorang bisa saja merasakan hidup lebih kompleks karena secara kelas kita dihadapkan dengan hidup begitu kompleks dekat, dirasakan. 

Kekurangannya novel ini seperti seorang yang tidak menonjol kecuali paling sederhana sedikitnya dialog setiap segmen cerita tidak ada. Kaya dengan naratif. Sehingga pembaca berasumsi kalau ini berbeda dengan karya Putu Wijaya yang kaya dengan  dialog. Ini salah satu pembanding sana. 

Kesimpulan, novel ini secara rilit menjelaskan Tegal Wurung dengan banyak masalah secara individu maupun secara universal. Masalah lokal yang pada dasarnya manusia temukan di kehidupan sehari-hari yang berupa " Aib dan Nasib"--konflik yang bersumber dari masalah kemiskinan dan asmara. Disusun dengan bentuk fragmen episodik dengan alur maju mundur, gairah eksperimentasi bentuk novel, pengalaman naratif akan sulit dilupakan.  


Judul: Artisan Brand (kepada begitu penting)

Penulis: Handoko Haryono  

Genre: Non-fiksi 

Pengulas: Ngkus


Buku yang bicara tentang perjalanan kisah seorang yang membangun brand. Siapa yang tidak tahu "filosofi kopi" penulis tidak hanya bicara tentang itu tapi sangat kompleks dijelaskan satu persatu mengapa brand itu terbentuk. 

Buku ini sebenarnya non-fiksi. Buku yang memberikan penjelasan  secara rinci produk-produk lokal yang ada di masyarakat dapat dikembangkan bahkan bisa menghasilkan. Bagaimana produk lokal dapat diangkat dikenalkan di muka umum. Sehingga kita bisa menjadi masyarakat yang mampu mengatasi masalah-masalah saat membangun bisnis denga  produk yang ingin dijual. 

Buku yang bicara tentang brand, entah berupa brand yang ada di Indonesia. Membuat konsep . Krepmensip; fase seseorang membuat sesuatu menjualnya. Lokalitas menjadi sasaran dapat dikenalkan secara maksimal oleh-oleh orang pemula.

Seorang yang memulai usaha membangun brand. Buku "arisan brand." Seorang bisa saja membuat konsep yang bisa dilakukan oleh siapapun. Tentu buku yang sudah dianggap sudah memiliki modal. Usaha terebut mampu dikembangkan dengan baik dan maksimal. 

Tips membuat model bisnis. Bisnis yang dilkukan riset pasar, lokalitas yang perlu diangkat. Cinta di Tonboan Tumpang di Malang Tajinan, yang secara tidak langsung memperaktikkan ini, brand lokal. Sekarang brand tersebut dikenal oleh seluruh kalangan dengan ciri yang kental memakan membayar seikhlasnya tanpa harga ditentukan. 

Pop culture; yang ada di masyarakat di Indonesia. Lokal yang perlu dikembangkan secara baik. Membangun brand lokalitas terhadap Brand. 

Jam tangan dari kayu dan radio kayu di Jateng masih ada. Jam tersebut menjadi spesial karena dijual di luar Indonesia. Bahkan promosi tidak dilakukan secara lokal padahal di luar sudah terkenal. 

Kelebihan buku; gambar menarik. Buku teoritik yang dikemas secara baik dengan cara sederhana. Budaya pop culture; budaya yang sangat. 

Tepok Grafik dalam ilmu bahasa. Keinginan seorang fenomena yang perlu dikaji, sasaran apa yang akan dilakukan orang  semangat seperti Tempe' mahal di Indonesia sangat mahal. Semangat tersebut perlu dikembangkan lebih baik. Sebuah produk dijadikan hidup kehidupan seorang bisa hidup mengembangkan. 

Kekurangan buku ini tidak secara detail juga membahas modal kiranya dapat dari mana untuk orang yang awal buka usaha. Karena modal dalam usaha menjadi kebutuhan awal--yang perlu diperhatikan.


Judul: Kesaksianku 

Penulis: Subandrio 

Pengulas: Cak Pendek 


Buku ini diterbitkan sebagai usaha untuk "pelurusan" sejarah. Dimana, selama Orde Baru sejarah mengenai peristiwa 30 September telah "dibengkokkan" oleh rezim militer Soeharto. Penulis sendiri merupakan pelaku, saksi, sekaligus korban dari peristiwa tersebut. Untuk itulah buku ini ditulis dan disebarluaskan untuk generasi muda agar lebih bijak dalam menyikapi sejarah.


Buku ini dibagi dalam tiga bab:

Bab pertama membahas Prolog G-30-S. Bab ini menceritakan keadaan sebelum terjadinya G30S. Dimana, di Indonesia pada tahun 1960-an terdapat tiga kekuatan utama, yaitu: Presiden Sukarno, TNI/AD, dan PKI. Di tubuh AD sendiri terdapat 2 kubu: Yani dan kubu Nasution. Kedua perwira tersebut sama-sama anti PKI, meskipun Yani berada di pihak Sukarno. 

Awal terjadinya konflik militer AD adalah ketika Nasution digantikan oleh Yani sebagai Menpangad. Untuk mengatasi konflik tersebut, Soeharto ditunjuk untuk mendamaikan perselisihan tersebut. Padahal Soeharto punya kenangan buruk terhadap dua perwira tersebut. Yaitu, Yani pernah menempeleng Soeharto ketika Soeharto ketahuan menyelundupkan barang bersama pengusaha Cina, Liem Sioe Liong. Sedangkan Nasution mengusulkan Soeharto diadili di Mahkamah Militer dan dipecat dari AD.

Namun yang terjadi Soeharto malah membentuk kubu sendiri. Kubu ini terbentuk karena kepercayaan AS terhadap Nasution mulai luntur. Kubu ini disebut Trio Suharto-Yoga-Ali. Mereka sama-sama pernah berada di satu kesatuan, yaitu Kodam Diponegoro.

Pada awal tahun 1965, Bung Karno mempunyai ide untuk membentuk Angkatan Kelima. Ide ini tujuannya untuk menampung bantuan senjata dari RRC. (Bantuan ini tak anggap sebagai isu karena sampai meletus peristiwa 65, bantuan ini tak pernah terealisasi). Ide ini tidak disetujui di kalangan militer, bahkan Yani-pun mengatakan langsung atas ketidaksetujuan kepada Bung Karno, karena empat angkatan dirasa sudah dianggap cukup. Masalah ini kemudian menjadi pembicaraan di kalangan elit politik. 

Bab kedua, Gerakan yang Dipelintir. Bab ini menceritakan peristiwa kecil namun dibesar-besarkan oleh kelompok Soeharto, yaitu tentang sakitnya Bung Karno.

Diawali dengan isu sakit kerasnya Bung Karno. Padahal sebenarnya Bung Karno hanya masuk angin. Itu disaksikan sendiri oleh Subandrio dan dr. Leimena, selain Aidit dan dokter dari Cina memeriksa Bung Karno.

Isu sakit kerasnya Bung Karno ini menjadi bahan spekulasi siapa yang bakal menggantikan Sukarno kalau beliau meninggal? Ditambah lagi dengan adanya sebuah Dewan Jenderal yang akan melakukan kup. 

Yang menanggapi serius tentang adanya Dewan Jenderal ini adalah Letkol Untung Samsuri. Dia adalah komandan Pasukan Kawal Istana, Cakrabirawa. Maka dari itu ia bertanggung jawab atas keselamatan Presiden.

Sementara Subandrio menerima laporan mengenai isu ini melalui wakilnya di BPI (Badan Pusat Intelijen), dan coba dipastikan lagi dengan bertanya kepada Ahmad Yani mendapat jawaban, "memang ada, tapi hanya untuk merancang kepangkatan, bukan ingin melakukan kup". Lain lagi dengan jawaban Brigjen Soepardjo yang menjawab, " Memang benar. Sekarang sudah siap membentuk menteri baru".

Isu ini juga muncul dalam Dokumen Gilchrist. Sebuah dokumen berupa telegram dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia si Jakarta, Sir Andrew Gilchrist. Sangat mengherankan. Jangan-jangan Inggris juga terlibat dalam isu ini?

Untung mempunyai rencana mendahului gerakan tersebut dengan cara menangkap mereka. Rencana itu disampaikan kepada Soeharto. Dan Soeharto mendukung rencana Untung dengan berjanji akan memberi bantuan pasukan. Pertemuan itu terjadi pada 15 September 1965. Memang, pada bulan-bulan tersebut suhu politik di Jakarta memanas. Ini karena isu tsb terus berkembang.

Dalam hal ini Soeharto membentuk trio bersama Yoga Soegama dan Ali Moertopo, ditambah lagi dengan teman lama ketika masih di Jawa Tengah, Untung dan Latief.

Sebelum 1 Oktober, atas perintah Soeharto, bantuan pasukan yang dijanjikan mulai berdatangan. Pasukan ini di datangkan dari batalyon Semarang, Surabaya, dan Bandung. Bahkan menurut laporan panglima AU, Oemar Dhani kepada Presiden, pagi hari 29 Oktober sudah banyak pasukan yang datang ke Jakarta. 

Saat terjadi penculikan para Jenderal, Presiden Sukarno berada di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma. Beliau di sana memberi instruksi agar semua pasukan stand by di posisinya masing-masing. Dan hanya boleh bergerak atas perintahnya, selaku Presiden dan Panglima Tertinggi ABRI.

Demi keamanan Bung Karno, Wakil Perdana Menteri Leimena mengusulkan agar Presiden berangkat Istana Bogor. Hal ini dilakukan karena ajudan Bung Karno menerima pesan dari Soeharto kalau pasukan Kostrad di bawah pimpinan Sarwo Edhi akan menyerbu Halim.

Pada tanggal 2 Oktober, Soeharto didampingi Yoga Soegama dan anggota yang lain mendatangi Bung Karno di Istana Bogor. Mereka menggunakan pakaian loreng dan bersenjata lengkap. Kedatangan ini tak pernah ditulis dalam buku sejarah. Juga surat kuasa yang diberikan Soeharto untuk memulihkan keamanan di tanggal yang sama tak pernah ditulis dalam buku sejarah. Inilah awal dari kudeta merangkak yang dilakukan Soeharto menuju pucuk kekuasaan.

Sebelum surat kuasa itu diberikan, sehari sebelumnya Soeharto sudah mengumumkan melalui siaran RRI kalau sudah mengambil alih pimpinan AD. Maka wajar kalau surat kuasa itu dikeluarkan.

Setelah Soeharto menerima surat kuasa tersebut dan meninggalkan Istana Bogor, Soeharto berpesan agar Presiden tidak meninggalkan Istana Bogor demi keamanan. Sejak itulah, secara tidak sadar, Bung Karno telah menjadi tawanan Soeharto.

Esoknya, pembantaian dan pemenjaraan terhadap keluarga PKI dimulai. PKI dituduh sebagai dalang gerakan 30 September. Pengejaran tokoh & anggota PKI dilakukan beberapa saat setelah Presiden Soekarno mengumumkan (3 Oktober 1965) Pangkostrad Mayjen Soeharto dipercaya sebagai pelaksana Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Tidak lama kemudian, tanggal 16 Oktober, Soekarno mengangkat Soeharto sebagai Menpangad, menggantikan A. Yani.

Setelah itu atas perintah Soeharto, Brigjen Syarif Thayib, membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Inilah mahasiswa yang cikal bakal sering mendemo Soekarno yang mendapat dukungan dari militer Suharto.

Dan di terakhir, yaitu Bab Tiga membahas tentang berpindahnya kuasa dari Soekarno ke Soeharto.

Bersama dua pengusaha Cina, Liem Sioe Liong dan Bob Hasan, Soeharto merekayasa lonjakan harga kebutuhan pokok. Harga kebutuhan seperti beras, gula, minyak, dan terigu yang dikuasai oleh dua pengusaha itu, dan sekelompok pengusaha yang sudah dikoordinir, memusnahkan barang-barang tersebut dari pasar. Sehingga barang menjadi langka dan memicu kenaikan harga. Itu dilakukan antara bulan Oktober 1965 sampai Maret 1966. Sehingga memicu inflasi tinggi.

Hal tersebut memicu demo besar-besaran yang dilakukan mahasiswa pada tanggal 10 Januari 1966. Mereka meneriakkan slogan TRITURA (3 tuntutan rakyat), yaitu: Bubarkan PKI, Rombak Kabinet Dwikora, dan Turunkan Harga. Demo itu didukung oleh RPKAD.

Gerakan mahasiswa itu ditanggapi Bung Karno pada tanggal 15 Januari 1966 dengan pidatonya, "Saya tidak akan mundur sejengkal pun. Saya tetap Pemimpin Besar Revolusi. Maka, saya tidak dapat bicara lain. Ayo... Siapa yang membutuhkan Soekarno, setuju dengan Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi, maka satukan seluruh kekuatanmu. Pertahankan Sukarno. Berdirilah di belakang Sukarno. Tunggu Komando.

Dari pidato tersebut telah membentuk Barisan Soekarno. Anggotanya semua menteri. Front Nasional yang sudah ada sebelumnya bergabung dalam barisan ini. Tujuannya, untuk membela Soekarno.

Mendapat pendukungan Soekarno masih banyak. Suharto tidak kehilangan akal. Ia juga berpidato menyampaikan kondisi negara yang tidak menentu. Para menteri tidak dapat menyelesaikan persoalan bangsa. Mereka hanya bisa rapat dan rapat. Suharto juga menyerukan agar mahasiswa dari Jakarta, Bandung, dan Bogor untuk demo disaat Sidang Kabinet yang akan diselenggarakan esok harinya (11 Maret 1966) di Istana Merdeka.

Akibatnya, pagi-pagi sebelum sidang dibuka, ribuan mahasiswa berbondong-bondong menuju Istana. Mereka mendesak masuk ke halaman Istana. Bahkan pasukan kawal presiden pun kewalahan menghalau mereka.

Di saat panas-panasnya situasi seperti itulah, akhirnya Soekarno mengeluarkan mandat kepada Soeharto untuk memulihkan keamanan ibukota. Mandat itu kita kenal sekarang adalah Supersemar, yang telah melemahkan kekuasaan dengan memenjarakan pendukung-pendukung Sukarno, membubarkan PKI dan membunuh tokoh-tokohnya.




Judul: SLEEP 50 MINDFULNESS 

Penulis: Arline 

Pengulas: Mbak Fafa 

Buku bicara tentang tidur sebagai misteri. Mula-mula buku ini mengatasi kita bisa hidup seorang saat mau tidur. Saat tidur hormon melatonin beraksi ketika lampu gelap. 

Efek melatonin ini tidak bicara tidak mengatur tidur dan bisa aktif. Memulai tidur perlu strategi yaitu bisa memulai tidur secara baik. Salah satu gangguan akan tidur. Insomnia merupakan kehidupan yang ganggu keseharian. 

Kehidupan modern ini sebenarnya tidur sangat tidak stabil. Sehingga buku-buku yang ada di masyarakat berkaitan dengan hal personal seperti buku motivasi diri laku. 

Manusia tidur ternyata memiliki fase, fase yang ideal untuk tidur yang baik. 

Fase-fase tidur 

1. Meredupkan lampu 

2. Real Slep: tidur setengah (tidur ayam)

3. Deep Sleep (tidur fase sebelum mimpi/nyenyak)

4. Restorative Sleep: (sudah perkembangannya otot)

5. REM sleep: (tidur nyenyak) 

Strategi tidur memulai hidup sehat dengan bergerak untuk memicu lebih baik. Berolahraga sebelum melakukan aktivitas serta menjaga pola makan  yang baik. 

Cara-cara memulai tidur dilakukan yaitu memulai mematikan lampu. Secara natural akan diproduksi dengan baik. Atau melakukan relaksasi, yaitu yoga dan meditasi. 

Kebutuhan tidur yaitu regenerasi sel mengurangi beban tensi. Tidur selalu berkaitan dengan hormon melatonin. Menjadi tidur bertolak belakang dengan tidur. Sehingga puncak dari tidur yang sehat tersampaikan mumpu bermimpi denga pulas. 


Buku: Dinamika Kelas dalam Agraria 

Penulis: Henry Bernstein 

Pengulas: Endan 

Buku hasil penelitian penulis terhadap relasi sosial dalam agraria, serta perubahan yang terjadi di agraria. Pengertian kapitalisme yang disampaikan dalam buku ini. Dalam konteks umum kapitalisme ada empat. Pegangan kategori ini. 

1. Akumulasi kapital  

2. Alat kerja (buruh)

3. Komunitas meluas 

4. Persaingan 

Secara sederhana yang dilakukan oleh seorang penjualan sendiri merupakan  kapitalisme. Jadi paling sederhana eksploitasi orang lain. Seorang tidak dianggap kapitalis kalau tidak punya buruh. 

Pertanyaan kunci analisis: Siapa memiliki apa?, siapa melakukan apa?, siapa yang mendapatkan apa?, apa yang mereka lakukan dari surplus untuk apa?. 

Awal pengenalan akumulasi primitif. Petani yang sepertinya dipisahkan dari tanah. Dorongan yang dari luar terpisah dari pemiliknya. 

Pemisahan petani dengan alat produksinya. Dibedakan jadikan dua, contoh Inggris dan Amerika itu transisi seperti pejual yang memang ada kaitannya dengan sukses pada awalnya. Monopoli itu yang akan menjadi jalan baik. Penjarahan kolonialisme di Indonesia. 

Adaptif yang perlu dikaji secara keuntungan itu. Akumulasi modal yang paling bisa dikatakan ini seorang punya modal dan memperlakukan karyawannya. 


Pencerita: Kevin 

Topik: Proses Kreatif Menulis Novel 

Gambaran besar kisah di novel. Penggarapan novel yang untuk tahun 2022. Cerita seorang pekerja di reklame. 

Ia akan menerbitkan novel 2022. Sekarang masih dalam proses edit dan mencari penerbit yang pantas. Sebagai seorang aktivis ia memposisikan dirinya yang idealis terbalut dalam karyanya. Novelnya secara garis besar bicara tentang buruh bebas pekerja reklame. Ditunggu karyanya.


Sabtu, 20 November 2021

FRAGMEN HALTE DAN BUKU: BAHAGIA SEDERHANA HANYA ITU YANG KITA PUNYA

Foto: Dea Anugerah 


  

Salah satu penulis Indonesia pernah menulis buku berjudul "Hidup Begitu Indah dan Hanya itu yang Kita Punya" karya Dea Anugerah, penerbit Mojok 2019. Buku tersebut non-fiksi, tapi sangat pengemasan secara naratif fiksi. Mungkin itu yang pantas saya sampaikan dari hasil bacaan. 

Hidup ini perayaan yang perlu diperjuangkan. Dalam pandangan logis mungkin apa yang dapat diperjuangkan dan itu dapat menghasilkan: dampak, hasil, dan permintaan. Begitulah yang terus dekat dengan kehidupan kita. Tentang hidup bahagia sederhana dilakukan oleh orang sekitar kita, tidak hanya tertawa sebagai simbol bahagia, tapi cara-cara kadang punya nilai kepuasaan, bahagia. 

Foto:Akhmad 

Saya saat itu, secara tidak sengaja berteduh di Taman Merjosari, tepat di Halte. Tapi, bukan Halte pada umumnya, melainkan berada di tengah taman.  Mungkin tempat biasa orang-orang setelah olahraga atau sekedar cari konten, untuk beristirahat. Saya dengan  kawan niat cari tempat untuk merekam video di daerah tersebut, kepentingan tugas kuliah. Ketika akan duduk lalu segera meletakkan tas, kondisi masih gerimis kami berteduh. Ternyata ada buku, dua buku tersebut karangan Nietzsche dan Heidegger, yang sudah dialih ke bahasa Indonesia. 

Saya yang niatnya mengerjakan tugas sekalian mengembalikan laptop. Ternyata ada dua buku tersebut, lalu membacanya sambil menunggu hujan reda, kami duduk sambil mendiskusikan dengan kawan. Kenapa buku ini bisa ada di sini. Asumsiku sederhana, ini bentuk semangat yang dilakukan oleh orang daerah sini, untuk mendukung semangat literasi. Ketika dibaca, buku tersebut bagus karena belum selesai, dan ada rencana kembali lagi esok lusa melanjutkan bacaan. Saat itu, ada juga niat untuk kembali lagi sambil memplastikkan bukunya. Agar tidak cepat basah dan rusak. 

Dalam hal ini, semangat literasi yang dilakukan orang itu, perlu diapresiasi. Sebab ia meninggalkan buku agar dibaca oleh orang-orang yang tidak hanya sekedar duduk ngiyup, dan capek selesai olahraga. Saya sadar semangat literasi ini perlu dilakukan, untuk dibaca oleh saya secara pribadi karena tahu, menghargai apa yang dilakukan mereka dengan membaca. Tapi, tidak perlu disayangkan dan dibawa pulang. 

Semangat yang dilakukan oleh orang tidak dikenal itu, mengingat dengan perbincangan dengan salah satu dosen, waktu ikut diskusi jagongan sastra dan literasi. Beliau mengatakan Indonesia ini sebenarnya tidak kekurangan minat baca atau rendah. Tapi, kurang fasilitas umum secara menyeluruh yang ada. Orang tidak suka baca, salah dua faktor: fasilitas dan dukungan untuk dedikasi pemahaman pentingnya membaca, sebagai sumber menyelesaikan masalah. 

Buku yang sudah lumayan kusam itu, sepertinya sudah lama dan terkena percikan hujan deras atau sekedar gerimis. Buku tanpa plastik sampul, tentu beresiko cepat rusak jika sering terkena panas dan hujan. Jika ada kesempatan memberi plastik pada buku, yang awet, alangkah baiknya. Dan akan bisa memperlambat (buku mudah cepat rusak sia-sia). Tentu, ini salah satu usaha pribadi saya dkk. 

Kita memang sedikit kesulitan dalam menghadapi dunia yang begitu kompleks. Ada orang yang ingin mengubah dunia dari satu sisi paling strategis ada pula yang ingin sekedar numpang minum lalu dianggap sangat baik dalam hidup. Begitulah manusia yang sedikit ingin punya peran. Lalu apa saja akan manusia pandang dari tindakan manusia-manusia kuat di luar sana. Keberuntungan manusia bisa bertahan sesuai dengan kehendak dirinya. 

Bagaimana seseorang bisa mengembangkan potensi dirinya dan bisa bertahan sesuai harapan. Harapan-harapan besar, atau kecil dilakukan. Secara maksimal dan hanya itu yang dipunya. Dalam buku kumpulan esai Dea Anugrah berjudul "Hidup begitu Indah Hanya itu yang Kita Punya" (2016). Buku tersebut diangkat dari salah satu tulisan non-fiksi berupa esai. Penulisan yang begitu lembut dan lugas bicara yang sangat dekat dengan kehidupan kita. 

Dari buku tersebut memberi reduksi bahwa seorang bisa menciptakan hidup sesuai dengan apa yang diharapkan. Menggali apa yang dekat dengan kehidupan, sehingga manusia bisa memilih kalau hidup tidak hanya yang jauh dari hidup kita. Melainkan yang dekat, seperti seorang saat ngopi dan bicara tentang banyak hal, begitulah hidup. Mungkin. 


Foto: Husen/Merjosari 




Jumat, 19 November 2021

TUGAS DAN BERKARYA

bukan sekedar ngopi V 

Foto: Deri/Om kopi 


Tulisan ini kami dedikasikan kepada kita semua, secara naratif subjektif. Bahkan mengambil subtansi setiap pertemuan yang dibahas atau meraba kondisi alam dan sekitar.


ada orang yang menghabiskan waktu di masjid

ada orang yang menghabiskan waktu di vihara 

ada orang yang menghabiskan waktu di jalanan 


aku ingin habiskan waktu disisimu, manisku

bicara tentang kucing-kucing kita yang nakal atau sekedar duduk bersama menikmati kopi 


aku ingin menikmati kejadian; luka dan duka di kepala mereka,


namun, aku ingin bersyukur tentang ini semua sebab tugas-tugas kuliah dan sebagai mahasiswa masih diberi kesempatan sebagai bentuk belajar. 


Malang, 2021 


Semua orang akan memiliki tugas, baik secara individu maupun secara universal. Tugas seorang diri kadang menganggap beban. Tapi, kadang semua orang memberi beban agar bisa belajar. 

Sebagai mahasiswa yang mengambil posisi sebagai orang yang harus belajar dan juga menerima apa yang diajarkan, lalu juga bisa mengkonstruksi mencari sendiri. Tidak pandang bulu mahasiswa S1 dan S2, menerima tugas. Dan perihal tugas dosen seperti Tuhan yang punya kuasa, itu rumus sederhana, kita perlu sadar. 

Kita, sudah beberapa kali bertemu. Deri, Umi, Liya, Ayu, dan Arief yang menyusul. Mereka semua punya semangat. Setiap kumpul pada dasarnya kita membangun kultur semangat agar sama-sama punya keinginan menyelesaikan tugas. Kali ini tenggat waktu mengumpulkan proposal dan pengambilan video. 

Seperti biasa saat bertemu ada saja yang akan dibahas, bukan hanya bicara tugas. Namun, juga ada hal lain untuk bisa membangun keakraban dan sekedar bagi kesenangan. Salah duanya yaitu, saat mereka buat konten di aplikasi tik tok (Doujin) platform musik Tiongkok. Kini kita mendedikasikan dengan cara sederhana, dengan topik bahasa dari daerah masing-masing. Konten tersebut sangat edukasi. Hal ini tidak lepas dengan  perkembangan zaman tik toko merupakan konsumsi anak muda paling tinggi di Indonesia. 

Topik kita memang remeh temeh tapi tidak pernah saya pikir suatu saat bisa dijadikan aplikasi dedikasi efektif. Dalam topik tersebut dengan menggunakan gerak dan bahasa harus mengikuti apa yang diminta mereka. Tidak begitu sulit hanya saja merasa hal baru perlu diadaptasi dan direduksi kembali: baik buruk kah nanti kedepannya. Tanpa dipikir panjang dan rumit lakukan, itu senang bagi kita semua, saat berkumpul. 

Ternyata aplikasi tersebut sangat ramai di akhir-akhir ini digunakan. Bukan hanya bicara tentang apa  joged tapi juga tentang dedikasi berpikir manusia tentang konten bacaan. Ternyata eksistensi tersebut begitu diminati. Dalam hal tersebut manusia sekarang apakah memilih konservatif atau kreatif, tinggal kita saja memilih sendiri. Mengambil sikapnya. Hari ini saya mengikuti apa yang diminta teman yang lebih dulu tahu akan hal-hal baru. 

Dengan bahasa Ibu yang baik, Umi dan Deri bicara tentang masa depan perkembangan. "Kita perlu beradaptasi dengan teknologi, Tik-Tok ini sekarang digemari orang...! Ujarnya. Sambil tersenyum seperti orang yang tanpa beban, selalu diulang. 

Mereka menyelesaikan tugas pembuatan video untuk seminar. Seperti orang yang perfeksionis sangat lama dan ingin selesai secara baik dan maksimal. Sebab dari sebelum berangkat ke jumatan hingga selesai belum selesai. Dengan bahasa sederhana saya berkata "kalian perfeksionis..." 

Namanya Umi Latifah, Ia seperti orang yang selalu ceria berbicara tentang banyak hal. Kini, Ia membawa banyak catatannya, hasil menulis yang dihasilkan setiap malam. Kalau dilihat sangat tebal dan tulisannya lumayan banyak. Katanya malu untuk ditunjukkan tapi kenapa kok diucapkan, manusia kadang aneh kalau dicermati secara detail. Penulis Amerika pernah menuliskan, manusia itu termasuk spesies paling rumit. Saya langsung mengambil dan membaca sekilas. Pertanyaan dilontarkan bertubi-tubi, seperti orang tanpa bernapas, bertanya tentang penerbitan. 

Saya menjawab dengan bahasa Indonesia yang baik dan pelan. Mereka masih baru ingin berkarya dan ingin menerbitkan buku, perlu penjelasan lebih jelas dan detail perbedaan harga dan nominal yang perlu dipersiapkan. Dengan sengaja belum bisa diberikan sebab karyanya belum ditulis ke word, terpenting gambaran besarnya sudah dijelaskan dan bisa dipahami. Bersyukur akhir tahun bisa terbit secara cepat dan baik. 

Begitupun Liya yang masih ragu-ragu untuk berkarya, sudah lama bicara tentang puisi. Bagaimana sebenarnya kita hanya perlu percaya diri untuk kualitas karya pikirkan nanti, pasrahkan kepada pembaca. Sehingga penulis sudah selesai tuntas dan sudah pantas diucapkan , dibacakan, kepada semua, siap dirinya sudah melemparkan ide ke dunia luar. 

Keberanian menulis atau berkarya di bidang tulis menulis perlu dibangun dengan kesadaran yang logis. Secara, kita perlu berlatih terus menulis untuk percaya diri berkarya, sambil lalu membaca ulang karya kita dan membaca buku karya orang lain--yang sesuai dengan apa yang ingin kita tulis genrenya. Licensia puitika dalam karya sastra dibutuhkan. Tentu kualitas karya ada di pembaca.

Jika di sastra kita mengingat dengan peneliti novelis dari Perancis Roland Barthes (1965) memberi pandangan kalau penulis itu sudah mati ketika kerya sudah selesai, untuk makna diserahkan ke pembaca. Jadi karya sastra Liya dan Umi saat ingin berkarya, jangan khawatir, yang menjadi ketakutan padahal perlu dilawan, terpenting pembaca bisa menikmati karya kita. Semoga segera tersusun dan bisa diterbitkan buku puisinya. 

Jadi, menulis bukan sekedar terapi, tapi juga bisa dinikmati oleh banyak orang. Karena pengalaman, pengetahuan, dan ide, yang ada di dalam tulisannya bagi pembaca atau orang lain. Selaras hal ini memberi manfaat kepada orang lain, tulisan kita. 

Intinya pertemuan sekarang berbicara tentang definisi tugas dan juga karya. Hidup yang tidak hanya begini-begini saja, sekedar ngopi menjadi jalan paling sederhana dicoba untuk lebih berarti sebagai manusia. Intinya kehidupan yang kini menjadi jalan baik dalam hidup. Dan otak kopi tapi inspirasi yang dapat direduksi sebagai jalan baik kita semua. Mungkin.






ABSURDITAS DAN HIDUP


He who despairs of the human condition is a coward, but he who has hope for it is a fool. 

-Albert Camus 


Ada kalanya manusia memiliki dasar akan hal, tapi ada kalanya tidak. Namun hati-hati dalam menjalani hidup untuk tidak jatuh, bukan tidak mungkin manusia tidak jatuh. Jatuh dalam hidup itu kodrati, pasti terjadi. Kalau hati-hati pasti tak begitu parah jatuhnya. Sama halnya manusia menghindari makan dari hidup, bisa saja manusia tidak makan, tapi apakah mengikuti.

Namun ada yang makan dan yang tidak. Maka pilihlah. Dan absurditas ialah metode memilih hidup, bukan penyelesaian hidup. Jika ingin dijadikan pengetahuan reduksi sendiri. Jadikan itu cara menyelesaikan hidup. 

Absurditas yang bermakna yaitu manusia. Beruntunglah yang punya kesempatan belajar, sebab hanya itu yang dapat dinikmati hidup kita. Setelah itu mampu mengembalikan apa yang dari dalam menemukan makna. Yang jelas jangan lari dari absurditas, semakin lari akan tiba saatnya.

Seseorang memiliki keinginan, itu perlu. Karena hanya seperti itu yang dapat dikatakan manusia hidup. Saat seorang tidak punya keinginan itu jadi pertanyaan kepadanya. Semua keinginan itu perlu diiris lagi, karena kwatir hanya menjadi keinginan saja, bukan masuk ke arah kebutuhan, padahal yang penting itu.

Namun yang menjadi pilihan perlu resiko. Saat seorang menampung segala keinginan akan tetapi ada pula seorang bisa mengambil sikap, kalau kesepian dapat dijadikan salah satu jalan yang sementara. Terkadang manusia dengan sengaja mengosongkan hati, fokus pada satu tujuan.

Secara langsung, ketika seorang punya keinginan. Tapi masih saja punya satu cara sendiri dalam hidup dianggap ideal. Padahal tidak hanya itu, hidup manusia, cara-cara hidup sederhana dan ideal menjadi harapan sari setiap perjalan. Sehingga selalu punya cara manusia membuka hidup paling ideal. 

Namun, dalam hidup seorang kadang tidak punya harapan apa-apa lagi di masa depan. Ia hanya percaya masa depan adalah sekarang yang terjadi. Bahkan secara tidak langsung, masyarakat Madagaskar; punya prinsip kalau masa depan itu tidak ada, hanya ada itu masa kini sebagai masa depan. Akan tetapi, ada yang relevan dalam hidup seorang, saat itu pola pikir dibentuk. Bahwa memanfaatkan setiap waktu itulah masa paling terbaik, ideal. 

Mengapa seorang punya rasa putus asa dalam hidup, apakah ada yang salah dari harapan-harapannya. Tentu dalam konteks tersebut ada benar namun juga ada salahnya, sebab seseorang hanya bisa memiliki harapan tapi kadang lupa dengan cara ikhtiar, doa, dan sadar. Tidak ada kata. menyerah. Apakah bentuk penyerahan dari akan hidup seorang tanpa cita-cita, salah. 

Belajar dengan pada sejarah Sisifus yang mendorong batu dari atas gunung lalu ia turunkan lagi secara berulang-ulang. Cara itu, dilakukan berulang-ulang oleh manusia normal bahkan seorang raja yang mulia, mengingat sebuah perjalanan itu semua, ia dihukum lantaran kesalahannya. Apakah secara refleksi ada rasa kecewa, tak ada manusia yang tidak sadar saat merasakan kegelisahan yang memuncak kalau itu manusia normal. Mungkin.

Selasa, 16 November 2021

BAHASA, HUMOR, DAN KESERIUSAN: PERSPEKTIF PSIKOLOGIS LACAN

bukan sekedar ngopi IV 

Foto: Deri/Botani. 


Tulisan ini akan dimulai dari pembahasan umum, lalu ke khusus, pembahasan 'bukan sekedar ngopi.' Yang diinisiasi tanpa disengaja dari mahasiswa (i), pura-pura rajin. Tepatnya pertemuan kali ini, saya hanya mengikuti sesi yang seru pembahasan simbol cinta--yang dijadikan topik belum selesai-selesai hingga pertemuan kesekian ini. Mungkin ada opsi baik, untuk idealnya cinta hingga dapat menemukan benang merah: dalam perspektif pria, perempuan, dan waria. Bagi penulis "cinta" merupakan hipersemiotika yang perlu direkonstruksi dengan banyak pendekatan teori. 


Akhir-akhir ini fenomena bahasa bukan hal baru jika mundur kebelakang, sebab di beberapa tahun silam para ilmuwan Yunani seperti Aristoteles telah membahasnya, ditandai dengan buku berjudul Retorika Arietoteles. Sebab di Yunani saat itu Filsafat tidak berkembang jika hanya berpikir tanpa ada ilmu bahasa yang dapat disampaikan dengan baik. sudah lebih dulu membahas. Kini kita perlu penguasaan linguistik. Sebab dalam urusan cinta perlu analisis kata "cinta" bukan hanya sekedar lambang, tapi konsep ilmu pengetahuan. Sederhananya, jika mampu menguasai linguistik maka skeptis terhadap penerimaan cinta yang hanya sekedar permainan simbol untuk mengelabui. 

Jacques Marie Emile Lacan, dalam buku berjudul " Lacan untuk Sang Pemula" (Kanisius, 2002), mengatakan kalau psikoanalisis harus menjadi ilmu bahasa, yang dihuni oleh subjek... manusia adalah subjek yang ditangkap dan tersiksa oleh bahasa. 

Pendapat di atas akan punya kaitan dengan hubungan manusia yang atas nama cinta yang kadang hanya direduksi sangat sempit, yaitu bahagia yang menjadi objek tunggal. Padahal manusia sebagai subjek tidak hanya bicara tentang bahagia tentang cinta, walaupun cinta selalu jadi pembahasan utama urusan  dunia. Karena cinta tak punya jenis kelamin serta agama. Mengapa pembahasan cinta selalu menyentuh hati, karena seorang (subjek) telah diqudroti rasa, dan kata "cinta" dicipta manusia yang telah dikonvensikan secara luas. Padahal cinta itu kosong hanya pantulan (tiruan dari objek yang dicinta). Semestinya yang perlu diperhatikan saat masuk ke dalam relung cinta mencari tiruan itu dan kuasai, agar kegagalan menjalin hubungan dasar kata "cinta" tak sekedar melahirkan kecewa dan bahagia saja, tapi mencipta sesuatu di masa akan datang. 


Eksistensi Humor 

Pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas X masih ingat dengan kata humor. Yang melekat kalau jujur secara definisi serampangan kurang lebih; humor hanya menghadirkan tawa (kesenangan) saja tanpa ada isi yang berbobot berupa kritik atau dedikasi di dalamnya, beda dengan anekdot berupa sindiran yang punya tujuan tertentu.  

Tapi, bahasa humor yang selalu relevan di setiap zaman, orang tua, dewasa, bahkan anak usia dini, bahasa humor punya nilai tawar. Di era yang berkelimpahan, khusus di masa pandemi, masyarakat merasa jenuh dengan hal-hal berat hal sederhana dikemas dalam bahasa berat, padahal pembahasannya ringan. 

Setiap orang pasti punya cara sendiri dalam menjalani hidup. Ada yang suka menghabiskan waktu dengan membaca untuk mencari kesenangan atau mengobati kejenuhan, bahkan ada juga dengan diskusi dengan kawan bahas ide, dan sekedar mencari inspirasi dengan memesan segelas kopi. Semua itu dapat dipandang dari tujuan serta keinginan ngopinya--yang ingin menghilangkan kejenuhan atau hilangkan rasa masa dengan banyaknya masalah. 

Di masa depan, menjelang Abad 21 ini. Masyarakat selalu dihadapkan dengan hal serius sudah tidak bisa, padahal paling sederhana masyarakat suka dengan hal lucu; permainan bahasa melahir kan bahagia. Dapat dicek di sosial media banyak yang lucu digemari daripada yang serius tapi buat mumet. Banyak di antara kita ingin mencapai hidup sederhana. Jika dilihat buku-buku yang sering dibaca akhir-akhir ini berupa buku stokisme, tentang filsafat yang berfokus kepada urusan hati atau bersentuhan dengan perasaan. Itu sebagai bukti masa sekarang, masa sumpek dengan hal yang berseliweran di muka umum, sia-sia. 

Masyarakat Indonesia khususnya yang kini seperti dilihat di sosial media, tontonan yang punya nilai senang. Walaupun ini subjektif tapi sepertinya nilai itulah yang masyarakat harapkan sekelumit diharapkan. Bahkan, terkadang karya ilmiah tidak punya kekuatan yang memadai kepada masyarakat luas seperti punya sekat (batas) kalau karya ilmiah hanya bersifat khusus orang akademisi. Bahkan secara khusus secara penggunaan bahasa terlalu homogen, tidak heterogen. 


Bukan Sekedar Ngopi IV 

Foto: Deri/Botani 
Mereka berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, walaupun kadang menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa ibu, dominannya. Dan setiap perkumpulan yang dominan selalu punya pengaruh bahasa dominan pula, hal paling kecil dominan bahasa, yaitu bahasa jawa. Di perkumpulan tersebut. 

Namanya Mas Aan, Iqbal, Deri, Liya, dan Umi Latifah. Mereka duduk dengan santai dengan tujuan awal menyelesaikan tugas kuliah, dan seperti biasa ada pembahasan yang remeh sebagian orang, tapi sangat dekat dengan kehidupan dan sepertinya perlu pembahasan dan dipecahkan. Seperti Quarter Life Crisis, percintaan, dan budaya yang sering kali salah kaprah di masyarakat, kita obrolkan, ya antisipasi tidak hanya bicarakan orang (rasan-rasan). Tepatnya bicara ide dan realitas yang tanpa batas-luas. 

Dalam hal ini saya punya pandangan subjektif yang dibahas oleh mereka. Terutama perihal hipersemiotik bahasa, simbol, kata, dan fenomena dekonstruksi kata "cinta" yang dibuka oleh salah dua teman sangat pengalaman perihal cinta. Bahkan mereka secara apriori dan aposteriori. Maka tesis dalam pembahasan mereka berdua; Umi dan Liya sangat kuat referensinya. Namun saya tetap beranggapan, itu masih berada pada tatanan pemaknaan kata yang belum tuntas kalau sudah tuntas tidak ada kata kegagalan dalam urusan perasaan, mereka menguasai cara dan sudut pandang penyelesaian dengan  cara paling baik dan bijak. 

Meminjam perkataan Lacan (2002), ini masih psikologis yang berfokus pada jouissance (penikmatan), gejala, fantasi, kebutuhan, permintaan, keinginan, dan ayah simbolis. Jelas pandangan manusia atau terapan dalam hidup manusia tidak lepas dengan perkataan Lacan di atas. 

Mereka mempermainkan bahasa. Seperti biasa humor bahasa yang digunakan oleh Umi Latifah dan Liya, bahkan kita semua. Tapi kini fokus ke simbol "cinta" yang lahir dari tesis apriori dan aposteriori. Geertz (dalam Sobur, 2006: 178) mengatakan bahwa kebudayaan adalah sebuah pola dari makna yang tertuang dalam simbol yang diwariskan melalui sejarah. Proses komunikasi.

Selaras apa yang dipermasalahkan mereka berdua  itu, berupa kekecewaannya yang dapat dikategorikan Impes; sesuatu kesulitan yang seolah-olah tak dapat dipecahkan (Jassin 1967). Dalam psikologis Lacan (2002), itu merupakan histeria: keinginan utama yang tidak diakui atau dikenali dengan semestinya si penderita. Contoh seperti wanita jatuh sebagai permintaan dan keinginan orang lain. Padahal yang perlu diketahui itu apakah mereka jatuh karena sadar kebutuhan dirinya, terkadang itu tidak dikuasai. 

Teks dan bahasa lisan punya unsur makna berbeda dalam hidup kita, khususnya dalam masyarakat. Kajian ini dapat dimasukkan ke pragmatik; konteks dan konteks. Sebagaimana mestinya, 'konteks' yang punya makna sesuai dengan letak dan kapan bahasa digunakan. 'Koteks' berupa teks secara makna leksikal maupun secara simbol, morfologis, dan semantik punya makna objektif. 

Maka dapat disimpulkan bahasa humor, dan keseriusan dapat dipandang dari sudut pandang psikologis. Begitupun dengan bahasa yang sering dilontarkan perlu kajian secara psikologi linguistik dan sosiolinguistik. Perlu manusia hati-hati dalam menggunakan simbol (bahasa) karena punya pengaruh terhadap psikologis; baik atau buruk. Jika perkataan diulang-ulang di muka umum khawatir itu bukan lahir dari dalam diri, melainkan dari luar diri berupa: nafsu, kelebihan, dan sekedar membual. 

Jeans Paul Sartre (1951), mengatakan kurang lebih begini, jika seseorang tidak dapat mengungkapkan sesuatu dengan terus terang akan jadi masalah diri. Kurang lebih perkataan ini akan membantu menutup dari urusan perasaan yang berkaitan dengan cinta. Dan bisa ambil hikmah dari perjalanan di dunia, karena di dunia ini hanya seperti numpang status. Begitulah.