Senin, 30 April 2018

Aksi Mahasiswa Menanyakan Hak Asasi Manusi



Aksi solidaritas PPMI Kota Malang dan Komite Kamisan di Balkot Malang
Sebagai rasa peduli pada HAM
Foto: ughik endarto

Foto: Ughik Endarto
Malang Akhmad,  Rasa-rasanya arah demokrasi sudah tidak dirasakan oleh mahasiswa di Indonesia, hak asasi manusia sudah menjadi hak penguasa yang seharusnya kudrot manusia sudah melekat pada diri manusia sebagai bukti manusia, hari ini (19/04/18) Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Malang dan Komite Aksi Kamisan mengambil sikap atas kekerasan polisi terhadap jurnalis dan massa penolak rumah deret. Aksi ini dengan tujuan utama “Kecam tindak kekerasan polisi terhadap jurnalis dan aksi penolak rumah deret”.  Hujan turun bagaikan taburan bunga dengan senyum sumringah dan tetap semangat para mahasiswa aktivis ikut aksi, sebab aksi yang dilakukan di depan Balai Kota Malang (BALKOT), sebagai bentuk peduli akan hak asasi manusia (HAM), serta akan sadarnya bahwa system demokarasi kita sedang diuji sendiri oleh alat negara sendiri, yaitu aparat polisi.
            Aparat polisi melakukan tugas yang tidak sesuai dengan tugasnya, telah melanggar amanah UUD 1945 dan UU Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002. Bukan hanya menciderai hukum akan tetapi mencederai citra alat negara itu sendiri. Aksi yang dikomandani oleh Ugik Endarto mahasiswa UM, serta sebagai kordinator advokasi PPMI Kota Malang mengatakan “aksi solidaritas yang dilakukan kawan-kawan sangat perlu untuk dilakukan untuk menggalang dukungan publik agar kasus-kasus serupa itu tidak lagi terjadi”, ujar mahasiswa muda yang menggunakan kacamata itu. Aksi solidaritas sebagai bentuk mengambilan sikap atas kesadaran manusia atas hak dan kewajiban berwarga negara, khususnya di Indonesia yang memiliki dasar-dasar UUD 1945 setiap warga negara itu dijamin.
Kegiatan yang dilakukan oleh anggota Lembaga Pers Mahasiiswa (LPM-Suaka) di Kantor Wali Kota Bandung pada kamis siang (12/04), yang melakukan kegiatan jurnalistik dilakukan oleh Iqbal sudah memenuhi sudah standarisasi dalam kode etik jurnalistik, akan tetapi nasib naas malah menimpa pada Iqbal, bukan mendapatkan sebuah berita akan tetapi dirinya diberikan ditangkap serta dirampas kamera. Sehingga kegiatan jurnalistik yang dilakukan itu terhenti lantaran harus berurusan dengan aparat dan diseret ke dalam truk, dalam prose situ juga mengalami perlakuan kekerasan fisik. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Gunung Jati mengalami kekerasan oleh oknum polisi, serta hasil peliputannya pada saat itu tidak mendapat hasil tetapi mendapat kekerasan fisik oleh alat negera (polisi) dengan alasan yang kurang jelas, atas penangkapan dan perampasan tersebut.
Maka dari itu aksi dilakukan oleh mahasiswa yang peduli akan hak dan kebebasan berpendapat yang sudah tertera serta dijamin pada UUD 1945 pasal 28. Aksi solidaritas itu perlu dilakukan menurut Ughik setelah didatangi dimintai keterangan hasil dari aksi ini mengatakan, harapan aksi yang dilakukan “Aksi ini diharapkan mampu dijadikan api semangat bagi jurnalis dan warga sipil untuk tidak berhenti menyuarakan kebenaran”, dengan adanya tindakan seperti masyarakat akan mengetahui apa yang terjadi di dalam negeri sendiri bahwa ada masalah yang mengancam atau menciderai demokrasi kita dan ketidak bebesan hak-hak kewajiban sebagai mestinya berwarga negara.
Aksi kali ini bukan hanya ada di Kota Malang, akan tetapi aksi solidaritas ini juga dilakukan oleh beberapa penjuru kota, salah satunya pada hari yang sama ada aksi di depan balai Kota Bandung dengan tujuan yang sama. Sumber data yang didapatkan yaitu melalui telepon (Watsaapp) bentuk foto kegiatan yang dikirimkan ke grup PPMI Kota Malang, disebar oleh Sekjen PPMI Kota Malang yang dikenal dipanggil Ade. Sehingga adanya pengambilan sikap seperti ini bukan sebagai bentuk eksistensi mahasiswa namun esensi sebagai tugas mahasiswa sebagai control social mampu menyuarakan kebenaran sesuai dengan ilmu pengetahuan, bukan sekedar menyuarakan tanpa landasan ujar Ali mahasiswa salah satu mahasiswa yang ikut aksi. (Akh)


Minggu, 22 April 2018

Dihari Kartini Ingat Kartono

foto: Detiknews.com


Ketika ingat dengan R.A Kartini seharusnya ingat juga R.M Panji Sosrokartono. Sebagai tokoh perempuan, Kartini di masyarakat dikenal tokoh emansipasi perempuan dengan kibiasaan menulis surat menceritakan kehidupan kaum wanita yang tidak ada ruang untuk memliki pendidikan lebih tinggi pada masanya. Namun jangan lupa dengan sosok kakak Kartini, pelopor pergerakan kemerdekaan serta salah satu tokoh yang ditakuti oleh penjajah Belanda. Ketika ingat dengan Kartini dan Kartono lebih baik mencoba untuk memahami dan menganamalkannya, dari gagasan-gagasannya mengenai emansipasi wanita dan ajaran adhiluhung.
            Pada 21/04/2018 semua kaum tua hingga kaum milenial hinga generasi Z, merayakan hari Kartini, dengan sedemikian rupa antusias masyarakat berbagai cara, ada yang hanya berososial media, ada yang berkebaya dengan gaya budaya pada zaman dulu, ada yang karnaval, ada pula yang membagikan bunga-bunga di pinggiran jalan, dan masih banyak cara-cara mereka dalam menginat Kartini. Banyak cara dalam memperingati apa yang telah terjadi menjadi sejarah, ada lagi yang mengatakan bid’ah ada menginat sejarah, bagi yang arif sebagai peningkatan rasa cinta terhadap negara (nasionalisme).
 Indonesia sudah tidak asing lagi untuk mengenal sosok perempuan Jawa tepat warga Jepara yang dikenal R.A Kartini. Kartini juga salah satu pahlawan perempuan di Indonesia, selain Cut Nyak Dien. Kartini pula dikenal dengan gagasannya mengenai emansipasi wanita, pada masa itu kaum perempuan ada ketimpangan terhadap memperlakukan kaum perempuan sehingga sosok Kartini di Indonesia menjadi pioneer dengan pandangan terhadap kehidupan di Indonesia terhadap perempuan. Dengan kecerdasannya serta luasnya bacaannya Kartini mengulang apa yang sudah ada pada abad ke-14 M sudah ada gerakan untuk memperjuankan persamaan bagi wanita.
            Jepara tahun 1892 kegelisahan Kartini setelah Lulus ELS tidak diperbolehkan untuk melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi oleh ayahnya ( Marihardono 2016 :12). Hal itu merasa bahwa sudah tidak akan merasakan kebebasan pada masa mudanya dalam belajar karea harus memasuki masa pingitan dalam tradisi bangsawan Kartini (persiapan pernikan). Kaum perempuan pada masa itu sangat terikat oleh budaya. Kehidupan yang ada disekitarnya kental akan adat dan budaya, khususnya pada kaum perempuan. Sehingga perkembangan kehidupan kaum perempuan hanya patuh tanpa ada kebebasan untuk belajar pendidikan lebih tinggi, dalam surat-surat Kartni “Habis Gelap Terbitlah Terang”, bahwa pada esensi dari emansipasi wanita yang diperjuangkan bukan untuk menyamakan dirinya dengan kaum laki-laki dari segi drajat, akan tetapi pendidikan lebih tinggi untuk bisa menjadi pendidik yang diterima oleh anak pertama, ketika perempuan nanti sudah memiliki keluarga (bersuami), lebih dekat dengan seorang anak sehingga anak akan didik pertama pada realita perempuan memang lebih dekat dengan seorang perempuan. Sehingga pertumbuhan dan karakter seorang anak akan dipengaruhi oleh siapa yang mendidik.
            Selain itu juga Kartini dalam surat-suratnya mengenalkan budaya Indonesia serta kehidupan perempuan di Indonesia pada teman yang ada di Belanda salah satu Stella, 18 Agustus 1899 yang berisi dalam suratnya. Tulisan surat diambil dari buku sisi lain Kartini (Marihardono, 11:2016). 
“Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran (fikroh) dan keningratan budi (akhlak),. Tidak ada manusia yanglebih gila dan bodoh menurut presepsi saya dari pada melihat orang membanggakan aal keturunannya. Apakah akan berhenti beramal sholeh orang bergelar macam Graf atau Baron?.. tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku”.
            Relevansi yang harus dibawa pada masa kini modernisasi ini, perkembangan zaman serta gaya hidup menusia dipengaruhi oleh kehidupan yang terkontaminasi oleh budaya yang hari menjadi tren. Seumpama budaya barat serta budaya timur itu kebanggaan, hal itulah menjadi ancaman budaya Indonesia akan di kesampingkan, sehingga yang diutamakan gaya hidup, gaya berinteraksi, berbahasa, budaya yang terancam salah satunya secara signifikan lunturnya sikap gotong royong, lebih banyak menjadi indivisualis yang menerapkan gaya hidup barat lebih banyak yang apatis terhadap social, menurut Jane teman bicara di perpustakaan, dia mahasiswa Amireka yang belajar bahasa Indonesia di salah satu universitas di Malang, gaya hidup orang Indonesia dalam bersosial berieraksi sangat  berbeda dengan orang Amirika, khusus dalam adat sapa menyapa, itu salah satu bukti kekayaan dan adat budaya Indonesia ini akan mudah diterima di negara lain. Berbanggalah. !
Raden Mas Panji Sosrokartono
            Kartono dalam sebutannya, kakak dari Kartini seorang darah jawa asli yang menguasai 24 bahasa nama Kartono lebih dikenal di negara orinje atau Belanda. Dengan membawa budaya dan sebuah gaya hidup asli Indonesia sehingga dalam kehidupan di Belanda pada masa studinya Kartono mengenalkan ramuan-ramuan jawa (jamu jawa yang dari tidak ada di dalam Belanda). Sehingga mengenalkan bagaimana mengobatkan orang sakit tidak perlu ke dokter sehingga Kartono dalam buku ajaran Adhiluhung (Syuropati, 2015:25) , dengan kekuatan speritualitas jawanya mampu mengobati orang sakit tanpa pergi kedokter. Sehingga teman-teman studinya di Belanda membberikan julukan dokter tidak memiliki jarum suntik dari Indonesia.
            Ajarannya pada modernisasi sekarang ini perlu sekali bagaimana ancaman karakter anak bangsa merisaukan untuk menjadi generasi penerus bangsa yang seperti apa?, ketika generasi hanya mampu mengandalkan kepiawaian berbicara, kepiawaian berbahasa, kecerdesaan. Maka generasi itu akan hanya bisa mengenalkan apa yang ada di Indonesia akan tetapi tidak ingin mengamalkan apa yang ada dalam Indonesia, jika karakter generasi bangsa enggan atas budaya yang ada di Indonesia, apa yang menjadi kebanggaan bagi kita. Apalagi tidak ingin mengklaborasikan sebuah nilai karakter edukasi pada masa lalu, sebuah nilai edukasi pada masa lalu untuk dijadikan sebuah pondasi hidup untuk menjadi generasi abdi pada negara (Nasionalisme). Kh. Hasyim Ashari tokoh NU serta pahlawan Republik Indonesia pernah berfatwa bahwa “Nasionalisme adalah salah satu bagian dari iman kita” (Hibbulwaton Minal Iman).
            Jika tidak bisa seperti apa yang dilakukan oleh para pahlawan negara yang dulu, setidaknya generasi akan berkembang dengan apa sekarang terjadi, untuk bisa mengimbangi apa yang harus dijalani dengan mengimbangi selayaknya hidup di Indonesia. Sehingga menjadi manusia yang konservatif, sehingga jiwanya terbentuk, tanpa mudah menkafirkan.

Tulisan dimuat oleh 
Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Malang
22, April 2018

Senin, 16 April 2018

Indonesia Is Great

Foto: M. Charis Hidayah


Galeri Nasional Jakarta

Perjalanan yang penjang kadang tidak pernah saya rasakan kecuali saya melangkah jauh tanpa ada arah terlebih dahulu, saya hanya bisa berjalan terlebih dahulu tanpa memikirkan resiko apa-apa. Karena hidup adalah tentang perjalanan berusaha dengan perjalanan bukan mengais untuk hanya menikmati peradapan. Manusia diciptakan bukan hanya untuk bisa memimpikan apa yang Tuhan berikan dalam dunia, bukan hanya tempat bermimpi di dunia namun tentang keberanian bagaimana menemukan sesuatu hal yang baru dalam kehidupan.  

Hidup adalah sebuah perjalanan, di mana langkah dalam kehidupan itu bisa dijadikan sebuah pelajaran berharga untuk dijadikan sebuah cerita untuk memberikan cara baru dalam memandang hidup. Perjalanan bukan hanya bisa menempuh gunung dan kota yang bisa dinikmati dari hati, sebagai estetika keadaan alam dan kemashuran keadaan, semua akan memiliki pandangan berbeda dalam kehidupan.

Langkah itu sebuah cara kehidupan, untuk bisa menemukan cara baru dalam menemukan permasalahan jika merasakan itu sebagai masalah, untuk bisa diselesaikan dengan melakukan ketenangan ketika manusia mau melakukan hal bukan hanya bisa dinikmati hari ini. Sesungguhnya hidup yang panjang adalah impian manusia namun semua itu bukan sekedar bisa hidup panjang, namun bagaimana memandang masa akan datang bisa dijadikan manusia hidup panjangn dengan cara-cara yang dituliskan untuk diterapkan pada kehidupan di akan datang oleh para manusia yang memiliki jiwa visioner.

Jika mimpi hanya mampu ditempuh dalam keadaan yang sangat beruntung, maka bersyukurlah karena diberikan kesempatan lebih baik dalam jalan hidupnya. Hidup bukan hanya cita-cita untuk bisa segala hal apa yang akan diberikan pada diri sendiri, sehingga bisa menikmati apa yang akan dijadikan kotoran diri nantinya, segala langkah jadikan itu semua memberikan benih subur untuk langkah selanjutnya, karena impian dari segala agama menjadi manusia yang berguna bagi manusia yang lain. Serta yang atheis pun bercita-cita akan menjadi bagian dari kehidupan orang lain, ketika manusia sudah bisa menemukan rasa cinta dalam kehidupan, langkah akan dijadikan sebuah jalan yang indah nantinya sehingga menjadi, jalan utama dalam menuju kearah yang sama dengan cara yang berbeda, dengan cita-cita manusia berharap bahwa akan ada masa bahagia dengan keindahan bersama senyuman rasa cinta dan kenyamanan yang melahirkan keindahan.

Minggu, 15 April 2018

Pendidik dan Fasilitas Menentukan Kualitas Manusia


the color of Indonesia.com

Pendidikan seharusnya menjadi tempat bermain yang menyenangkan bukan menyeramkam dan bisa menyerap semua pengetahuan-pengethaun yang membentuk karakter yang mengharumkan, dengan adanya fasilitas manusia atau peserta didik bisa menjadi berkualitas.
Pendidik dan fasilitas serta tempat pelajar akan menjadi hal yang pokok untuk menciptakan kualitas potensi manusia dan peserta didik dalam kehidupan serta dunia pendidikan. Manusia yang bisa menjadikan dirinya sebagai manusia merasakan kemanusiaan-Nya, dengan dunia pendidikan. Untuk bisa merayakan kebahagian yang bisa memuaskan dirinya. Seadainya dalam kehidupan manusia bisa menemukan kebahagiaan di luar pendidikan maka dunia pendidikan akan sepi. Ketika manusia mampu belajar pada dirinya, dan alam, serta fenomena yang ada dalam kehidupannya maka pendidikan tidak akan ditempuh, hakikat manusia itu belajar tidak harus di dalam kelas.
Akan tetapi kita berada dalam kehidupan bernegara, akan senantiasa mengikuti dasar-dasar negara yang kita tempati. Di dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 Pendidikan dan Kebudayaan. Pada pasal 31 diberikan hak dan kewajiban untuk memperluas pengetahuan, dengan pengetahuan manusia bisa merasakan kemerdekaan, jaminan setiap warga negara Indonesia bahwa setiap warga pendidikannya dijamin oleh negara, 1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, 2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, 3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang, 4 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, 5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

            Dalam Undang-undang dasar 1945 menjadi dasar rakyat Indonesia. Bahwa dalam warga negara Indonesia dalam mengenyam pendidikan itu wajib. Karena telah ada perlindungan dan jaminan untuk bisa memerdekakan dirinya, serta mencerdaskan anak bangsa kewajiban negara. Jika ada yang menghalangi, menciderai, landasan itu berarti melanggar hukum tertinggi UUD 1945 dan akan mendapatkan sanksi jika ada melakukan kriminalisasi pendidikan tersebut.
            Pemerintah menjamin, dikarenakan pendidikan itu hal penting yang harus dimiliki setiap manusia, karena dengan pendidikan negara dan secara individu akan merasakan pengaruh kehidupan manusia yang berpendidikan, sehingga manusia yang berpendidikan akan lebih mampu membawa kehidupan orang lain atau pun negara kita sendiri. Ketika dalam proses belajar dan mengajar bisa serius, hal ini dapat memberikan pengaruh pada pendidik, bahwa sinergi serta loyalitas dalam mengajar mampu membawa misi negara untuk bisa berusaha mencerdaskan anak bangsa dengan adanya segala media yang telah dipersiapkan oleh penerintah. Pada dataran yang terpencil khususnya dalam kawasan pelosok kesenjangan fasilitas dalam pendidikan sangat signifikan, antara kota dan pedesaan memiliki tujuan serta kurikulum yang sama, namun dalam segi penerapan yang memiliki perbedaan sangat jauh. Dikarenakan di pelosok desa fasilitas, atributif di kelas hanya seadanya, sehingga tempat belajar itu memberikan perbedaan jauh. Kenyamanan dalam belajar peserta didik pun, perlu untuk didorong semangat akan pentingnya belajar. Fasilitas tentunya akan menjadi pelengkap untuk menjadikan manusia yang berkualitas.

Realitas Hasil Riset Mengenai Pendidikan

            Dengan hasil observasi secara empirik di desa Alasrajah Ds. Konyik, Kec. Blega, Kab. Bngkalan. Nama sekolah “MI Baiturrohman”, dengan tidak adanya fasilitas perpustakaan serta gambar-gambar terpampang dalam kelas, bahkan foto presiden serta gambar motivasi tidak ada. Dibandingkan dengan sekolah yang ada di areal keramaian, adanya fasilitas yang ada di sekolah berbeda jauh. Maka kesenjangan ini harus menjadi pekerjaan bersama antara masyrakat dan pemerintah untuk melahirkan sebuah perubahan sedikit demi sedikit. Sehingga kerja kolaboratif dalam mencita-citakan sebuah tujuan yang sama dalam dunia pendidikan sebagai estafed generasi bangsa mampu membawa masa akan datang lebih bermakna, berkembang sesuai dengan relevansi peradapan.
Dalam dunia pendidikan tenaga pendidik akan memperngaruhi kualitas dan semnagat manusia untuk belajar kredebilitas guru mempioritaskan dengan pengalaman, pengetahuannya pada saat di proses sarjana (S1). Pengajar yang hanya dari sarjana hanya  ada beberapa seorang pendidik (guru). Sedangkan yang lain hanya lulusan SMA, serta salah satu guru ngaji yang ikut serta, mengajar sekolah umum MI tersebut, akan menjadi kerancuan dalam proses belajar mengajar, serta proses yang dilakukan dalam cara melakukan proses belajar atau praktik secara langsung dalam mengajar, tidak jauh berbeda dengan cara-cara di pesantren. Serta tidak mengenal apa yang sudah diberikan rumusan kurikulum dari pemerintah. Terpenting dalam sekolah tersebut belajar mengajar tetap berjalan, tanpa memperhatikan sebuah dasar-dasar dunia pendidikan.
Jika mengkoreksi aplikasi Kurikulum 13, hanya berlaku pengetahuan Kompetensi Inti KI saja, dalam pengamatan penulis hanya KI  pertama yaitu sepritual (pelajaran agama), jika yang kedua sikap sosial, serta kompetinsi pengetahuan yang kurang maksimal. Karena asesmen tidak efektif diterapkan oleh para pengajar, dikarenakan pendidik kurang kompeten dalam dunia pendidikan, serta masalah lain tidak tahunya sistem dunia pendidikan yang diberikan oleh pemerintah, awam terhadap dunia pendidikan. Maka tidak perlu menyalahkan sebuah sistem akan tetapi penerapan atau sosialisasi tentang standarisasi pendidikan lebih didekatkan pada daerah-daerah terpencil, sehingga kesenjangan atas dunia pendidikan akan tidak keceakaan fatal. Sehingga hal itu akan menjadi menimalisir akan terpuruknya kesenjangan mengenai aspek-aspek dan proses penerapan pendidikan di kota dan di desa, setidak fasilitas memiliki kesamaan antara sekolah desa dan sekolah desa, walaupun itu negeri dan swasta.  

Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta, Kompas.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengeluhkan kecilnya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pendidikan.  Menurut dia, banyak daerah mengalokasikan anggaran pendidikan kurang dari 20 persen dari (APBD). Padahal, hal ini merupakan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. "Kalau mau jujur pemerintah daerah melanggar Undang-Undang (Sistem Pendidikan Nasional) semua," kata Muhadjir di Jakarta, Rabu (23/8/2017).
Menurut Muhadjir, berdasarkan data Neraca Pendidikan Daerah (NPD) tahun 2016 lalu, hanya Provinsi DKI Jakarta yang mengalokasikan anggaran pendidikan di atas 20 persen. Baca: Mengapa Jokowi Minta Anggaran Pendidikan Tak Dihabiskan? "Provinsi DKI Jakarta anggarkan APBD untuk pendidikan 22 persenan, Kalimantan Selatan 9 persenan, Jawa Timur kurang dari 2 persen. Papua paling kecil," kata Muhadjir. Lima daerah teratas dengan alokasi dana pendidikan tertinggi di Indonesia antara lain, DKI Jakarta 22,3 persen, Kalimantan Selatan 9,8 persen, Yogyakarta 9,7 persen, Kepulauan Riau 9,6 persen, dan Maluku Utara 9,2 persen.
Sementara, daerah dengan alokasi dana pendidikan terendah yakni Jawa Timur 1,7 persen dan Papua 1,4 persen. Untuk NPD lengkap bisa diakses http://npd.data.kemdikbud.go.id/. Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur dana pendidikan selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan kedinasan minimal dialokasikan sebesar 20 persen dari APBN dan APBD.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com daring dengan judul "Mendikbud Prihatin Banyak Daerah Alokasikan Anggaran Pendidikan di Bawah 20 Persen", pada 23/08/17 mendikbud-prihatin banyak-daerah-alokasikan-anggaran-pendidikan-di-bawah-20. Penulis : Moh. Nadlir.
mahasiswa.com

           
Fasilitas yang seharusnya ada dan dinikmati peserta didik untuk mendorong siswa itu memiliki motivasi belajar tinggi dalam mengubah dirinya, serta adanya perpustakaan nantinya itu harus ada kerja sama antara seorang guru untuk sekilas mensosialisasikan pada peran seorang guru juga sangat perlu dalam menentukan kesuksesan dunia pendidikan, serta seorang guru lebih intens untuk selalu menyelangkan waktu kepada siswa untuk bisa menggukan fasilitas sebagai tempat belajar yang membahagiakan. Serta peran seorang pendidik untuk selalu memberikan waktu untuk selalu menyempatkan dirinya memberikan dorongan  untuk gemar membaca secara tanpa disadaari bahwa membaca itu sangat penting dalam hidup.

Rabu, 11 April 2018

Membaca, Membuka, Merasa

news.ditik.com


Angin kencang mengancam setiap bangunan, bangsa yang besar memiliki pengaruh besar pada negara-negara, manusia membaca akan sedikit berbicara akan segala yang menjatuh, sedikit baca maka akan lebih banyak mendapatkan hal tak pantas di dengar bukan membangun tapi menidurkan manusia dalam ketidak sadaran akan kesalahaan, ngorok dengan tanggungjawabnya, tersnyum dengan ketidak pahamannya. Rasa-rasanya semua akan tiba pada suatu masa hal yang tidak bisa akan dirasa.
Rasa-rasanya hari ini telah tiba pada suatu masa di mana dalam cerpen Ki Pandji Kusmin dengan judul “Langit Makin Mendung”. Di mana negara ini sudah menjadi sebuah kota kecil yang menjadi lelucon dialog nabi dan malaikat di sana. Gelisah dan tertawa dengan apa yang ada di kota terkecil itu, malaikat dan nabi melihat dari surga, bahwa yang tidak memiliki nafsu bisa saja marah dan berontak, si malaikat Jibril saat nabi di dzolimi oleh orang kafir akan “aku kembalikan batu itu ke orang yang menyakitimu”, ucap Jibril, “jangan Jibril, mereka seperti itu mungkin saja memang tidak tahu betapa sakitnya jika batu itu bisa mengenaiku, saya hanya berharap keturanannya dia akan tahu apa yang diperjuangkan ini adalah agama yang benar yang membawa dirinya nanti pada kehidupan yang sebenarnya”, dalam dialog Nabi dan malaikat. Kau tak usah marah, Allah itu sudah menggariskan apa yang terjadi hari ini tak perlu disesali dan disegani keadaan ini harus diketahui bahwa yang terjadi itu semua karena keinginan Tuhan agar yang sadar lebih dalam, yang tidak agar bisa belajar.
 Bagaimana negara terkecil yang memiliki keanekaragaman sangat banyak dari budaya, etnis, suku, agama, kekayaan itu bukan menjadi sebuah kebanggan oleh kita, maka menjadi ancaman sebuah perpecahan yang kadang terlahir dari sebuah kepentingan. Banyak fenomena-fenomena di negeri ini dibilang lucu, “tidak”, namun kadang menggelitikkan membuat tersenyum. Ada yang mendoakan untuk kemaslahan ummah, ada yang mendoakan bagaimana kesalamatan akan dirinya bersalah atas apa yang dijalani.
            Hari-hari semakin hari semakin lucu dengan puisi Sukmawati serta Tsamara Amany, serta banyak lagi yang membela akan dirinya sebagai manusia  berakhlak menurut dirinya. Serta kehebohan mengundang saya harus menuliskan untuk memulai dari mana, serta bagaimana. Sedangkan banyak yang harus dituliskan namun keterbatasan pengetahuan serta dituliskan belum tentu bisa menyelesaikan. Tulisan ini hanya berharap bisa membuka pandagan baru tentang arti hidup kebhinekaan serta Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Seandainya Negara Usbekistanz di timur tengah memiliki dominasi banyak suku serta budaya, seperti Indonesia. maka dunia akan cepat musnah, bukan kiamat karena kiamat manusia kadang sudah sering menemukan dalam kehidupan jika manusia belajar tassawwuf. Namun kita akan membicarakan sebuah mayoritas dalam sebuah negara terkecil besar oleh Sumber Daya Alam SDA, serta kekayaan bahasa serta perbedaan sbg.
            Kita akan menjadi menusia yang seperti apa di dalam negara terkcil yang kaya raya dalam pandangan terkecil manusia cara berpikir dengan ketidak kepercayaan dengan apa yang dipunyainya. Banyak yang terjadi kesalah pahaman tentang kaum minoritas serta kaum mayoritas itu keniscahayaan sudah menjadi hal biasa walaupun itu tidak biasa. Namun menjadi langit mendung lagi dengan segala nuansa yang dibuat oleh keragaman manusia dengan adanya perbedaan yang selalu menjadi pertikaian padahal dalam perbedaan itu negara ini memiliki kelebihan yang sangat jauh dari kehidupan manusia di negara-negara lain. Bahwa akan ada perbedaan sangat signifikan ketika mendatangi negara Amirika, Inggris, Jepang, Brazil yang sangat Individualis dalam kehidupannya tanpa kesolidaritasan untuk menciptakan “sikap gotong royong” tidak akan di temukan oleh mereka di sana. Jane mahasiswi Amirika belajar bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang mengatakan “sangat jauh berbeda kehidupan di Amirika dengan di Indonesia bahwa orang Indonesia sangat ramah”, pertanyaan itu menjadi pembuka pada saat pertama kali datang ke negara Indonesia yang sebelumnya pernah pergi ke Inggris dan Jepang.
            Negara sepertinya akan mengalami hujan deras yang bukan hanya hujan air namun hujan politik yang membicarakan kepentingan, bahwa dalam dinamika sosial banyak hal yang harus direnungkan serta di doakan, mungkin saja masih tidak hujan yang mengancam negara kita karena masih banyak doa-doa dari orang-orang mulia untuk masih bisa mengharapkan negara kita masih hujan air biasa, masih bisa dinikmati manusia serta merasakan ketenangan. Bukan saja akan apatis akan keadaan namun banyak cara mencintai negara. Mencintai negara dengan mendoakan agar tetap mendapat rahamat Alloh Swt. Sehingga mencintai negara bagian dari iman (Kh. Hasyim Ashary).
            Mengapa perpecahan di ancam dan manusia mudah terprofokasi karena pengetahuan manusia orang manusia rendah, sehingga kedangkalan berpikir manusia sangat pendek. Jikalau dilihat dari letak georafis Indonesia ini berada di negara katulistiwa sehingga jiwa dalam psikologisnya memiliki kekuatan hanya dua pandangan sehingga akan mudah dimasukan hal-hal baru apalagi berbaur negatif berkaitan dengan sebuah keimanan. Dengan cara apa manusia di Indonesia bisa memperluas paradigma untuk memperhalus perasaan dan pandangan hanya dengan membaca meraka akan bisa mengubah segalanya. Yang lemah menjadi lembut yang kusut merajut membenahi cangkul, arit digenggaman menjadikan sebuah permata dengan luasnya paradigma dari apa yang dibaca.

Selasa, 03 April 2018

Perkakas Berevolusi




Kehidupan, Kemerdekaan, Tindakan, Ketiadaan.
Kehidupan akan melahirkan sebuah kudrot kemerdekaan berlabu dengan sebuah tindakan, setelah tindakan maka akan tiba pada suatu hal yang biasa, dari yang tiada akan berkudrot ketiadaannya.
Manusia akan tidak sadar dengan sebuah persiapan dirinya dalam menjalani hidup. Terkadang manusia lupa akan dirinya bahwa ada kesempurnaan terpatri dalam naluri berpikir, dengan modal itu kesempurnaan tidak disadari ter-arus dengan dinamika hidup yang  melewati tanpa disadari. Karena banyak hal dalam hidup tanpa disadari bahwa kesalahan terbangun dari sebuah kebiasaan sehingga kebiasaan tanpa disadari itu sebuah kebenaran, maka perubahan akan dimulai dari kerangka perpikir dan kerangka berpikir akan memualai dari sebuah buku/kitab/Al-qur’an sbg (kebiasaan yang dibaca) oleh manusia. Karena membaca termasuk syarat utama dalam proses membentuk dan pemahaman-pahaman sebuah perubahan hakiki.
Masyarakat ialah kumpulan manusia hidup dalam sebuah wilaiaya, rakyat adalah isinya, maka disebut kehidupan kalangan terpencil, namun sangat beranekaragam, kehidupannya serta memiliki perbedaan dalam menjalani hidup, salah satunya: ada kehidupan yang menerima apa adanya “nerima ing pangdum”, menerima apa adanya sebagai rasa puji syukur dalam kesadaran manusia atas karunia Allah, yang sejak kecil hidup, dalam lingkungan bertani. Maka meneruskan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang terdekat dan merasakan cara berpikir manusia terbentuk dari sebuah kehidupan, keadaan (itulah pembelajaran), sehingga melakukan segala pekerjaan sesuai dengan lingkungannya.
Sehingga dalam dinamika dan fenomena, ada, pula bertahan dengan sebuah keadaan tanpa ingin berkembang ibarat bunga akan selalu merasakan keidahan bunga saja yang memberikan keindahan, tanpa ingin berbuah, walalupun bunga memberikan nilai estetik pada kehidupan, namun buah juga akan memberikan manfaat pada kehidupan, khususnya kepada manusia dan isi alam di sekitar. Serta banyak kehidupan lainya yang bisa dirasakan sendiri oleh kita, dari cara dan sikap menanggapi dengan ketajaman menganalisa setiap realita dan fenomena pada lingkungan hidup.
            Lingkungan hidup dengan sejarah hidup yang apriori, akan melahirkan kekuatan maka generasi akan menjadi petarung pekerja keras yang berkelas. Seorang bayi akan mengikuti apa yang pertama ditemukan, dari proses kehidupan, asupannya, dari segi bahasa, etika, moral, ketiga hal dimualai dari dalam keluarga maka cermin kehidupan nanti akan memberikan sebuah gambaran hidup pada kehidupan terbesar (universal) nanti. Dalam proses anak-anak, remaja, serta dewasa. Dalam artikel Dessy Rabiyah Pradhita dalam buku Psikologi Umum 1 (dktat) yang berbunyi Adapun bagaimna terjadinya proses prilaku. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
2)    Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3)   Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Hal ini brarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4)    Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5)    Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Tahapan itu menjadi perbandingan dalam membentuk perilaku kehidupan manusia dari sebuah lingkungan dan tempat hidup interaksi, dalam setiap saat tanpa disadari terbentuk dengan sendirinya, karena sudah terbiasa dengan hal yang tidak biasa dan menjadi karakter, tercipta watak yang terbentuk dari banyaknya membenturkan diri, serta terbentur.

Dampak dan Siklus Manusia
            Manusia akan hidup seperti halnya roda berputar tanpa henti selagi nafasnya belum berhenti, maka akan selalu menikmati. Sehingga akan merasakan apa yang akan terjadi dari setiap perjalanan hidup, serta tidak ada pemahaman tentang masalah dalam hidup, padahal dalam sebuah dasar-dasar dalam hidup telah dilalui, dikarenakan ada sebuah permasalahan yang terjadi dari dalam kesadaran akan semua itu tidak dianggap masalah. menganggap semuanya baik-baik saja serta semuanya adalah hittah/kutdrot dari Allah Swt. Padahal dalam kehidupan manusia sudah dilimpahkan kelebihan oleh-Nya. Pada hakikat manusia diciptakan agar bisa hidup serta bisa mencari kehidupan yang merdeka, dengan memperhatikan mereka pula.
Padahal Tuhan sudah memberikan sebuah cara-cara, petujuk, yang Islam karuniai sebuah kitab dan hadist sebagai elmen-elmen kehidupan, sebagai pondasi, dan kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil yang ditunjukan kepada Kaum Bani Israil. Sedangkan Al-qur’an sebagai dasar-dasar kehidupan seluruh ummat manusia yang ada dimuka bumi, sehingga Tuhan sudah memberikan himbauan untuk “Iqro” (Bacalah). Dalam tulisan Frederick Douglass, sekali manusia membaca, maka kau akan merdeka untuk selamanya. Jika tidak melalukan hal itu maka manusia jangan harap bisa menemukan kemerdekaan yang hakiki yang mampu bisa mengubah segala kehidupan lebih bermakna serta berguna.  
Maka, akan hanya melahirkan sebuah problematika berkelanjutan jika enggan membaca, menafsirkan, menjalankan apa yang telah diberikan Tuhan, serta kedewasaan manusia akan semua itu, harus dilahirkan dari sebuah lingkungan serta dukungan, dengan keadaan yang bisa memberikan inspirasi, untuk membawa dirinya bisa belajar dan menentukan. Membaca dianggap sebuah masalah kerisauan tanpa disadari ia menyia-nyaiakan hidup, untuk bisa memahami segala hal serta merelakan segala hak-haknya dari diri untuk tidak dinikmati, karena dengan ketidak tahuan (dangkalnya ilmu pengetahuan manusia) “primitif”, tidak memiliki cara bagaimana bisa mengatasinya dengan sebuah cara yang sesuai dengan jalan hidupnya.

Penyebab Wilayah Bisu Pengetahuan

            Ketidak tahuannya “bisu” pentingnya membaca serta alokasi fasilitas tidak bisa dinikmati di daerah-daerah terpencil khususnya, serta sosialisasi tentang pentinnya pendidikan. Belum terisolasi, jika penulis berpendapat serta bagaimana pemerintah atau birokrasi dibidang pengembangan khususnya pendidikan sebagai hal yang sentral, setiap warga Negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke, setiap rumah diberikan buku-buku wajib dipahami oleh warga yang memiliki relevansi dengan dasar-dasar Pancasila, minimal setiap kartu keluarga ada 3 buku setiap tahun diditribusikan. Namun kadang disuatu daerah pembelian buku di Indonesia susah, perpustakaan setiap daerah belum ada, walaupun ada belum merata, terkendala dengan sulitnya buku membaca akan sulit, maka akan lambat manusia untuk terbentuk.
            Hasil survie yang dilakukukan  meida Rapper yang dilakukan oleh Dosen dan Penulis serta akitivis nama Febriana Firdaus, Jakarta Indonesia-Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mencatat 90 persen penduduk usia di atas 10 tahun gemar menonton televisi, tetapi tidak suka membaca buku. Dibandingkan dengan negara maju, minat membaca penduduk Indonesia rendah. Di negara maju setiap penduduknya membaca 20 hingga 30 judul buku setiap tahun. Sebaliknya di Indonesia, penduduk hanya membaca paling banyak 3 judul buku dan itu pun masyarakat usia 0-10 tahun.
Padahal kata Kepala Kantor Perpustakaan Nasional RI Sri Sularsih dalam acara Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menjadi negara yang maju, kunci utamanya adalah kualitas sumber daya manusia yang gemar membaca. Salah satu oknum yang diberikan tugas dalam mengatasi masalah tersebut alokasi dana yang kemana dialirkan sehingga masyrakat tidak bisa merasakan. Serta bagaimana masyrakat bisa mengimbangi dengan perkembangan globalisasi yang sudah masuk pada dunia globalisasi indutri internet mengajarkan manusia pintar tapi manusia diperbudak oleh perkembangan dunia indutri sehingga kesadaran manusia akan kemampuan dirinya luntur dengan tidak disadari, sudah tidak percaya diri bahwa kita lebih bisa daripada mesin, karena mesin hanya bisa bekerja sesuai perintah manusia. Jangan sampai manusia kalah dengan produk manusia itu sendiri. Dikarenakan dangkalnya bacaan manusia serta tidak merasakan bahwa telah diberikan kelebihan manusia dengan naluri berpikir, dan cara-cara terbaik Allah yang telah ciptakan dimuka bumi dengan membaca akan membuka ruang bagaimana manusia bisa mencapai sebuah arti dari kemerdekaan hakiki.

Ala-alat Perubahan Diri  

            Ketidak sadaran manusia dalam masalah dirinya, manusia memiliki masalah namun tidak percaya akan bisa mengatasi masalahnya. Karena tidak memahami bagaimana melalui segala tahapan-tahapan, serta melupakan. Ada yang telah diberikan kepada manusia, bahwa Allah sudah menciptakan manusia untuk hidup di bumi dengan sempurna beserta dengan landasan-landasan bagaiaman untuk bisa hidup. Ketika sudah memahai bagaimana landasan Tuhan telah menciptakan maka teringat dengan intruksi Tuhan dengan “bacalah”, karena dengan membaca, manusia itu bisa hidup lebih bermakna dan berguna serta membawa akan kemana dunia dibawa, ketika nanti sudah tidak bisa merakan kehidupan di dunia.
            Untuk menemukan kemerdekaan yang melahirkan sebuah perubahan maka melalui tahapan yang ada dalam tahapan perkakas perubahan dengan membaca, beraksi, berdaulat, adil, serta makmur. Maka akan sampai di mana manusia bisa hidup dalam setiap perjalanan yang bisa membawa dirinya pada dunia yang berputar dengan arus sebuah hasil belajar dan membaca dan Tuhan akan berada dalam setiap perjuangan perubahan itu sendiri.

Daftar Rujukan:
Dessy Rabiyah Paradhita. Tugas : Psikologi Lingkungan, Sumber Refrensi : PSIKOLOGI UMUM 1 (diktat), www. infodiknas.com, www. infoskripsi.com 23, Februari 2011.

Febrina Firdaus, Penulis, dosen, dan aktivis bicara soal alasan-alasan yang membuat pembaca di Indonesia tak menikmati buku, Media Rapper, dipublikasikan 05, November 2015.