Kehidupan, Kemerdekaan, Tindakan, Ketiadaan.
Kehidupan akan melahirkan sebuah kudrot kemerdekaan
berlabu dengan sebuah tindakan, setelah tindakan maka akan tiba pada suatu hal
yang biasa, dari yang tiada akan berkudrot ketiadaannya.
Manusia
akan tidak sadar dengan sebuah persiapan dirinya dalam menjalani hidup.
Terkadang manusia lupa akan dirinya bahwa ada kesempurnaan terpatri dalam
naluri berpikir, dengan modal itu kesempurnaan tidak disadari ter-arus dengan
dinamika hidup yang melewati tanpa
disadari. Karena banyak hal dalam hidup tanpa disadari bahwa kesalahan
terbangun dari sebuah kebiasaan sehingga kebiasaan tanpa disadari itu sebuah
kebenaran, maka perubahan akan dimulai dari kerangka perpikir dan kerangka
berpikir akan memualai dari sebuah buku/kitab/Al-qur’an sbg (kebiasaan yang
dibaca) oleh manusia. Karena membaca termasuk syarat utama dalam proses
membentuk dan pemahaman-pahaman sebuah perubahan hakiki.
Masyarakat
ialah kumpulan manusia hidup dalam sebuah wilaiaya, rakyat adalah isinya, maka
disebut kehidupan kalangan terpencil, namun sangat beranekaragam, kehidupannya
serta memiliki perbedaan dalam menjalani hidup, salah satunya: ada kehidupan
yang menerima apa adanya “nerima ing
pangdum”, menerima apa adanya sebagai rasa puji syukur dalam kesadaran
manusia atas karunia Allah, yang sejak kecil hidup, dalam lingkungan bertani. Maka
meneruskan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang terdekat dan merasakan
cara berpikir manusia terbentuk dari sebuah kehidupan, keadaan (itulah
pembelajaran), sehingga melakukan segala pekerjaan sesuai dengan lingkungannya.
Sehingga
dalam dinamika dan fenomena, ada, pula bertahan dengan sebuah keadaan tanpa
ingin berkembang ibarat bunga akan selalu merasakan keidahan bunga saja yang
memberikan keindahan, tanpa ingin berbuah, walalupun bunga memberikan nilai
estetik pada kehidupan, namun buah juga akan memberikan manfaat pada kehidupan,
khususnya kepada manusia dan isi alam di sekitar. Serta banyak kehidupan lainya
yang bisa dirasakan sendiri oleh kita, dari cara dan sikap menanggapi dengan
ketajaman menganalisa setiap realita dan fenomena pada lingkungan hidup.
Lingkungan
hidup dengan sejarah hidup yang apriori, akan melahirkan kekuatan maka generasi
akan menjadi petarung pekerja keras yang berkelas. Seorang bayi akan mengikuti
apa yang pertama ditemukan, dari proses kehidupan, asupannya, dari segi bahasa,
etika, moral, ketiga hal dimualai dari dalam keluarga maka cermin kehidupan
nanti akan memberikan sebuah gambaran hidup pada kehidupan terbesar (universal)
nanti. Dalam proses anak-anak, remaja, serta dewasa. Dalam artikel Dessy
Rabiyah Pradhita dalam buku Psikologi Umum 1 (dktat) yang berbunyi Adapun
bagaimna terjadinya proses prilaku. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness
(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus
(objek) terlebih dahulu.
2) Interest,
yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3)
Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Hal ini brarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, orang
telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption,
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Tahapan itu menjadi perbandingan dalam
membentuk perilaku kehidupan manusia dari sebuah lingkungan dan tempat hidup
interaksi, dalam setiap saat tanpa disadari terbentuk dengan sendirinya, karena
sudah terbiasa dengan hal yang tidak biasa dan menjadi karakter, tercipta watak
yang terbentuk dari banyaknya membenturkan diri, serta terbentur.
Dampak dan Siklus
Manusia
Manusia akan
hidup seperti halnya roda berputar tanpa henti selagi nafasnya belum berhenti,
maka akan selalu menikmati. Sehingga akan merasakan apa yang akan terjadi dari
setiap perjalanan hidup, serta tidak ada pemahaman tentang masalah dalam hidup,
padahal dalam sebuah dasar-dasar dalam hidup telah dilalui, dikarenakan ada
sebuah permasalahan yang terjadi dari dalam kesadaran akan semua itu tidak
dianggap masalah. menganggap semuanya baik-baik saja serta semuanya adalah
hittah/kutdrot dari Allah Swt. Padahal dalam kehidupan manusia sudah
dilimpahkan kelebihan oleh-Nya. Pada hakikat manusia diciptakan agar bisa hidup
serta bisa mencari kehidupan yang merdeka, dengan memperhatikan mereka pula.
Padahal Tuhan sudah memberikan sebuah cara-cara,
petujuk, yang Islam karuniai sebuah kitab dan hadist sebagai elmen-elmen
kehidupan, sebagai pondasi, dan kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil yang
ditunjukan kepada Kaum Bani Israil. Sedangkan Al-qur’an sebagai dasar-dasar
kehidupan seluruh ummat manusia yang ada dimuka bumi, sehingga Tuhan sudah
memberikan himbauan untuk “Iqro”
(Bacalah). Dalam tulisan Frederick Douglass, sekali manusia membaca, maka kau
akan merdeka untuk selamanya. Jika tidak melalukan hal itu maka manusia jangan
harap bisa menemukan kemerdekaan yang hakiki yang mampu bisa mengubah segala
kehidupan lebih bermakna serta berguna.
Maka, akan hanya melahirkan sebuah
problematika berkelanjutan jika enggan membaca, menafsirkan, menjalankan apa yang
telah diberikan Tuhan, serta kedewasaan manusia akan semua itu, harus
dilahirkan dari sebuah lingkungan serta dukungan, dengan keadaan yang bisa
memberikan inspirasi, untuk membawa dirinya bisa belajar dan menentukan. Membaca
dianggap sebuah masalah kerisauan tanpa disadari ia menyia-nyaiakan hidup,
untuk bisa memahami segala hal serta merelakan segala hak-haknya dari diri
untuk tidak dinikmati, karena dengan ketidak tahuan (dangkalnya ilmu
pengetahuan manusia) “primitif”, tidak memiliki cara bagaimana bisa mengatasinya
dengan sebuah cara yang sesuai dengan jalan hidupnya.
Penyebab Wilayah Bisu
Pengetahuan
Ketidak
tahuannya “bisu” pentingnya membaca serta alokasi fasilitas tidak bisa
dinikmati di daerah-daerah terpencil khususnya, serta sosialisasi tentang
pentinnya pendidikan. Belum terisolasi, jika penulis berpendapat serta
bagaimana pemerintah atau birokrasi dibidang pengembangan khususnya pendidikan
sebagai hal yang sentral, setiap warga Negara Indonesia dari Sabang sampai
Merauke, setiap rumah diberikan buku-buku wajib dipahami oleh warga yang
memiliki relevansi dengan dasar-dasar Pancasila, minimal setiap kartu keluarga
ada 3 buku setiap tahun diditribusikan. Namun kadang disuatu daerah pembelian
buku di Indonesia susah, perpustakaan setiap daerah belum ada, walaupun ada
belum merata, terkendala dengan sulitnya buku membaca akan sulit, maka akan
lambat manusia untuk terbentuk.
Hasil survie yang dilakukukan meida Rapper yang dilakukan oleh Dosen dan
Penulis serta akitivis nama Febriana Firdaus, Jakarta Indonesia-Kantor
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mencatat 90 persen penduduk usia di
atas 10 tahun gemar menonton televisi, tetapi tidak suka membaca buku. Dibandingkan
dengan negara maju, minat membaca penduduk Indonesia rendah. Di negara maju
setiap penduduknya membaca 20 hingga 30 judul buku setiap tahun. Sebaliknya di
Indonesia, penduduk hanya membaca paling banyak 3 judul buku dan itu pun
masyarakat usia 0-10 tahun.
Padahal
kata Kepala Kantor Perpustakaan Nasional RI Sri Sularsih dalam
acara Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta, untuk menjadi negara yang maju, kunci utamanya adalah kualitas
sumber daya manusia yang gemar membaca. Salah
satu oknum yang diberikan tugas dalam mengatasi masalah tersebut alokasi dana
yang kemana dialirkan sehingga masyrakat tidak bisa merasakan. Serta bagaimana
masyrakat bisa mengimbangi dengan perkembangan globalisasi yang sudah masuk
pada dunia globalisasi indutri internet mengajarkan manusia pintar tapi manusia
diperbudak oleh perkembangan dunia indutri sehingga kesadaran manusia akan
kemampuan dirinya luntur dengan tidak disadari, sudah tidak percaya diri bahwa
kita lebih bisa daripada mesin, karena mesin hanya bisa bekerja sesuai perintah
manusia. Jangan sampai manusia kalah dengan produk manusia itu sendiri.
Dikarenakan dangkalnya bacaan manusia serta tidak merasakan bahwa telah
diberikan kelebihan manusia dengan naluri berpikir, dan cara-cara terbaik Allah
yang telah ciptakan dimuka bumi dengan membaca akan membuka ruang bagaimana
manusia bisa mencapai sebuah arti dari kemerdekaan hakiki.
Ala-alat Perubahan
Diri
Ketidak
sadaran manusia dalam masalah dirinya, manusia memiliki masalah namun tidak percaya
akan bisa mengatasi masalahnya. Karena tidak memahami bagaimana melalui segala
tahapan-tahapan, serta melupakan. Ada yang telah diberikan kepada manusia,
bahwa Allah sudah menciptakan manusia untuk hidup di bumi dengan sempurna
beserta dengan landasan-landasan bagaiaman untuk bisa hidup. Ketika sudah
memahai bagaimana landasan Tuhan telah menciptakan maka teringat dengan
intruksi Tuhan dengan “bacalah”, karena dengan membaca, manusia itu bisa hidup
lebih bermakna dan berguna serta membawa akan kemana dunia dibawa, ketika nanti
sudah tidak bisa merakan kehidupan di dunia.
Untuk
menemukan kemerdekaan yang melahirkan sebuah perubahan maka melalui tahapan
yang ada dalam tahapan perkakas perubahan dengan membaca, beraksi, berdaulat,
adil, serta makmur. Maka akan sampai di mana manusia bisa hidup dalam setiap
perjalanan yang bisa membawa dirinya pada dunia yang berputar dengan arus
sebuah hasil belajar dan membaca dan Tuhan akan berada dalam setiap perjuangan
perubahan itu sendiri.
Daftar
Rujukan:
Dessy Rabiyah Paradhita. Tugas : Psikologi Lingkungan, Sumber
Refrensi : PSIKOLOGI UMUM 1 (diktat), www. infodiknas.com, www. infoskripsi.com 23, Februari 2011.
Febrina Firdaus, Penulis, dosen, dan aktivis bicara soal alasan-alasan
yang membuat pembaca di Indonesia tak menikmati buku, Media Rapper, dipublikasikan 05, November 2015.