Sabtu, 07 Juli 2018

Dingin Itu Pesan Tuhan

sahabatinisia.com


Kota Malang yang dingin kini menjadi bukti, bahwa manusia tak mungkin tahu sebab kecuali itu rasa.
Ada yang berkata bahwa hari ini sangat dingin, bahkan suhu sudah memberi bukti menunjukkan 14celsius.
Ada yang berkata dengan bahasa Kota Malang tak seperti biasanya, hanya rasa yang ada selalu sama ketika rasa cinta berbicara kepada apa yang ada dalam lubuk hatinya.
Dingin kudrot dari angin ketika kita masih ada rasa sebagai manusia. Rasa dingin kota ini menyelimuti naluri, dan berkata rindu.
Di mana, keduanya tak berbentuk, lantaran rindu dan dingin metafisik yang mengusik kadang mengerikan, kadang menjadikan. Bahwa aku masih saja tak bermakna dari apa yang ada pada manusia.
Angin mengutuk, bahwa dingin menitip salam dari pencipta agar dirasa ciptaannya
Salam itu aku terjemahkan sepatah kata bahasa kita Indonesia “rindu”. Mengapa rindu?, rasa itu aku nukil dari rasa bahwa setiap pencipta mampu mambaca dan memahami bahwa setiap hembusan nafas bukan saja sekedar malam dan siang, ada gelap dan terang dipahami, namun ada dingin yang memiliki makna jika diterjemahkan melalui naluri.
Dingin pun bagian dari-Nya yang dirindu saat ku rindu dan benci, dingin pun masih saja berada pada dada penciptaNya berbahagia jika tak dirasa, akan bangga ketika ada manusia mampu membahasakan dingin berkeliaran.
Mungkin saja itu bahasa Tuhan, bahwa dingin 14celsius, kita merasa bahwa itu bukan apa-apa dari pencipta.
Muskil Tuhan mencipta tan sebab.
Rindu mungkin saja bahasa bahasa, yang lahir dari kata menjadi frasa, bahkan kalimat. Dan bertkata. Bahwa..
Rindu hanya cerita dari diri sendiri, yang dimengerti oleh hati bahwa..
Rindu, rasa yang pernah tahu namun lama tak bertemu, mungkin saja, itulah kata rindu.
Apakah Tuhan salah menciptakan rindu itu sendiri agar rasa manusia yang tak pernah bertemu menemukan substansi dari rindu yang lagi pilu.
Menerjemahkan bahwa kata dingin itu bagian dari rasa ingin yang dicipta dari angan, bahwa manusia menjadi terlahir dari apa yang menjadikan.
Sungguh aku sangat dusta merindukan apa yang tak pernah kau pahami dari sebuah salam itu.
Dingin 14 celsius, aku patenkan bahwa aku masih saja tidak tahu bahasa itu, hanya aku hakimkan itu adalah salam rindu bukan hanya untuk aku, namun mereka yang ada di bangunan tinggi, dalam roda dua dan empat, sampai mereka yang berada di kolong jembatan, atau mereka yang tidur pulas di atas becak di pinggir jalan dekat basar besar kota Malang.
Rasa dan kata lebih dulu rasa
Sebab dan akibat lebih dulu akibat
Dingin dan angin lebih dulu dingin.

Malang, 07, Juli 2018



Tidak ada komentar:

Posting Komentar