Selasa, 04 Oktober 2022

YANG TERSISA DI BULAN JULI, AGUSTUS, DAN SEPTEMBER



Mula-mula saya duduk di pelataran tempat tinggal di perantauan, di kos sederhana, tempat di mana setiap lelah atau suka duka, serta  senang tertampung. Jika dianggap sebagai saksi bisu, memang benar  sebab banyak hal dirasa selama lima tahun menempati tempat ini. Selain itu, ruang paling  bisa mengantarkanku ke dalam banyak hal pemikiran. Entah itu baik dan juga buruk terpikirkan.

Tiga bulan ini memang ada hal paling berkesan. Salah dua kesan paling terasa, ketika orang-orang bahkan teman dekat memberikan kepercayaan kepada saya untuk berbicara. Berbicara tentang apapun kadang diberikan saja terus kesempatan itu. Tanpa berpikir bisa atau tidak, menguasai atau tidak. Mereka hanya menyuruh saja tanpa berpikir menguasai.

Dari kejadian tersebut, saya berpikir. Kalau memang asumsi di luar kepala itu beragam. Ternyata tidak hanya hitam dan putih saja, melainkan juga ada warna coklat. Dan bahkan abu-abu, sangat liar dan begitu liar pola pikir manusia. Keliaran berpikir itu mungkin sangat dianggap benad di kepala mereka tentangku. Padahal tak ada paling benar anggapan berlebihan tersebut, kecuali bagiku ini masih terus belajar. Belajar apapun akan hal sesuai kebutuhan sendiri atau berkaitan dengan orang lain.

Saat itu, ketika  tidak mengatahui arah perjalanan hidup di perantauan. Sepertinya butuh sendiri untuk menemukan sesuatu hal pasti menentukan langkah baik dalam versi sediri. Terkadang kalau masih belum menemukan cara atau langkah baik ke depannya, menemui seorang mentor atau guru untuk meminta solusi. Langkah baik apa dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini saja seperti dulu.

Ternyata jawaban tersebut membuat diri sendiri memahami kalau semua kepercayaan perlu ditampung lalu mengambil keputusan, jika segala itu  niatkan untuk belajar. Sebab  hanya dengan seperti itu kita tak punya beban apapun tentang penyampaian diharapkan seorang pembicara. Setidaknya tawaran ketika bicara memperhatikan sebuah kondisi serta konteks sesuai kebutuhan entah secara praktikal dan esensial sesuai. Sisa dari penyampaian mampu diterima  serta direduksi oleh setiap pendengar.

Ketika menyampaikan tentu kita perlu memberikan sebuah pandangan. Hal ini perlu dilakukan dua pandangan secara esensial atau secara praktikal. Secara esensial sesuai dengan kebutuhan atau permintaan. Secara praktikal akan menyesuaikan dengan kemampuan pribadi serta improvisasi pengalaman serta pengetahuan secara pribadi.

Tiga bulan ini mendapat pengalaman luar biasa dari perantauan. Saat melakukan proses kadang juga diberikan sebuah posisi berbicara. Pada dasarnya ini bagian dari hal tak pernah diharapkan, tapi sepertinya fungsi ini berjalan tidak sesuai pikiran sendiri. Ada hal di luar kendali menimpa dan itu baik serta menjadi pengalan tersendiri dalam hidupku.

Terkadang beribicara dengan banyak orang di luar sana membuat kita lebih mudah menerima dan melemparkan ide. Entah terkadang dilema dengan ucapan sendiri, apakah memang pantas bicara seperti itu, atau sesuai tidak dengan pengalaman pribadi. Hal itu krap kali muncul bertubi-tubi ketikan bicara di depan. Bahkan terkadang merasa gemetar berbicara di depan hingga struktur penyampaiaannya tidak sesuai  dengan isi kepala. Jika semua orang menganggap, kalau ada pembicara di depan kita itu benar. Tidak dengan diriku sebagai posisi pribadi bicara, atau pada saat mendengarkan. Selalu skeptis.

Dari pengalaman secara pribadi belum tentu dapat diterima, kalau tidak pandai mereduksi setiap kejadian. Bisa saja setiap persoalan mampu diatasi dengan cara-cara sederhana virsi kita, akan tetapi tidak dengan orang lain. Dan itu bisa selesai dengan cara-cara kita.

Kira-kira cara kita mampu menjadi umum atau hanya menjadi khusus? Tiga bulan ini seperti membuat eksperimen dari banyak diketahui oleh kehidupan sehari-hari kita dan bisa membuat tambah dewasa secara biasa menemukan sesuatu dari banyak kepala mereka-mereka. Hal tersebut menjadi salah satu cara untuk bisa menemukan perbedaan pola setiap peristiwa, dan menemukan cara terbaik diri sendiri sendiri, tanpa  intervensi.

Jika ada hal mengesankan di setiap perjalanan, tentu bersyukur dengan cara melakukan sesuatu hal wajar dilakukan. Bentuk syukur salah satu seorang bisa memaknai bahasa  sekaligus menyesuaikan kebutuhan manusia. tidak dapat kita memperlakukan sesuatu tanpa suatu tanggung jawab. Mungkin.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar