Rabu, 14 Februari 2018

Esensi Dan Eksistensi “Kartu Kuning Pak Jokowi”

inas.com

Esensi hak manusia hidup, bereksistensi. Manusia akan bisa mengikuti hati jika ia bisa membuka mantra dengan bahasa, berbicara dengan cara yang dirasakan oleh manusia dari rasa, sehingga cara bisa dilakukan dengan tindakan serta bisa menuliskan dalam sebuah karya dan menjadikan cara yang dituliskan, untuk bisa dilakukan oleh masa generasi yang akan membaca karya. Untuk bisa menyelesaikan apa yang menjadi keresahan manusia, namun hanya bisa memberikan sebuah pedoman dalam cara, tapi hanya manusia bisa menentukan.
Banyak yang ingin dilakukan oleh manusia dengan membebaskan dirinya dari cara manusia untuk bisa seperti manusia berharga. Dari tindakan yang dilakukan oleh manusia yang mengerti tentang kebebasan, sehingga tindakan kritik sebagai bentuk manusia menunjukkan bahwa ada hal harus dilakukan, cara itu (kritik). Sebagai bentuk kebebasan manusia yang dibawa sejak dilahirkan. Serta akan sadar dengan kebebesan manusia yang telah Allah Swt berikan, rasa itu, bisa diimplementasikan dari norma, sesuai dengan fenomena sehingga eksistensi yang lakukan melihat keadaan bahwa dirinya bisa menjadi sosok utama.
Pada saat keberadaban alam, dan keadaan bisa difungsikan untuk bisa menjadikan dirinya sebagai manusia yang berharga, untuk keberadaan manusia, hal ini bisa kita cermati yang dilakukan oleh Zadit, Presma Universitas Indonesia (UI), pada saat mengangkat kartu kuning kepada Bapak Presiden Jokowi Widodo pada saat menjadi tamu undangan sebagai tamu dan memberikan sambutan pada acara yang dilaksanakan di UI, sebagai tamu kebanggaan.
            Dalam satu sisi manusia memiliki hak serta kewajiban untuk saling mengingatkan. Namun cara dan etika dalam mengingatkan perlu perhitungan panjang untuk bisa menghindarkan menjatuhkan dan mempermalukan di depan umum(menjaga perasaan manusia). Manusia bisa mengkritik serta memberikan solusi ketika kita berbicara tentang apa yang harus dibenahi, namun kadang manusia akal nalurinya untuk bisa saling memanusiakan manusia untuk bisa saling menjaga dirinya dari apa yang harus dijaga, untuk bisa menjaga perasaannya orang lain. Filsuf Yunani pernah menuliskan, manusia yang bijaksana adalah manusia yang memahami budaya orang lain. Jika manusia paham bahwa ada etika dalam diri manusia mengingatkan bukan untuk menjatuhkan akan tetapi dengan halus untuk mengingatkan.
        Ada pribahasa dalam Bahasa Indonesia yang memberikan cara etika bermoral, berbunyi “ketika ada manusia sedikit membaca maka manusia akan banyak memberikan keritikan, ketika manusia banyak membaca akan sedikit mengkrtik, tapi akan senantiasa memberikan masukan dan solusi”. Karena memberi bisa diterima bisa tidak, apalagi memberikan di tempat umum, dengan rasa kasian pada yang diberi, maka harus kita perhitungkan siapa yang akan diberikan, apakah itu akan layak untuk dikasihiani, jika layak maka berikan pada saat di tempat umum, namun dengan pantas, namun jika tidak pantas diberikan pada saat keramaian seharus diberikan pada saat yang pantas dan pas.
         Namun kadang manusia bisa membenarkan sesuatu hal dengan caranya yang dianggap itu benar sesuai dengan niatnya. Terfatal manusia melakukan sesuatu dengan cara yang salah ketika menempatkan kebenaran dari niat, untuk bisa dijadikan sebuah kebenaran, yang terlahir dari niat baik. Sesuatu yang baik akan memberikan dampak baik ketika diniatkan baik dan dilakukan dengan cara baik pula, tanpa ada unsur-unsur untuk menjadikan dirinya seperti apa. Karena eksistensi manusia baik ketika esensi manusia memiliki niat baik, jiwa yang sehat akan menjadikan raga yang kuat. Jika dari dalam dibuat dengan memperkuat sebuah cara, maka di luar akan mengikuti apa yang dari dalam. Refleksi kita jika ingat pada perang Geriliya Jendral Soedirman hanya mempercayai bahwa dan pada saatnya mengatakan pada ibunya, pamit berangkat perang dengan bahasa yang diucapkan bahwa “niat baik, pasti baik, niat selamat pasti selamat”. Karena semuanya terlahir dari jiwa yang baik, perang geriliya pun memberikan hasil positif, dengan kemenangan sesuai harapan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar