Catatan ini saya
rangkum; dalam satu tahun, jika terdapat cerita atau puisi bahkan keadaan
sosial masuk dalam coretan-coretan ini; tidak lain itu salah satu dari
fragmen, yang ingin mencoba menangkapnya setiap peristiwa.
Di tahun 2019 biasa setiap awal tahun memiliki konsep, mencoba untuk menjadi orang rapi dalam berpikir. Namun tidak pernah memikirkan terlalu berat, sebab kehidupan kadang penuh mesteri. Dalam catatan ini setiap mesteri biasanya saya sering bergegas mengambil bolpen dan buku catatan di tas, kalau tidak ada terpaksa menuliskan di note Hp. Menunda ke kamar mandi untuk menunda buang air, kadang ketika ke Wc-pun tidak menjadi prioritas. Daripada korban ide hilang. Bersyukur bisa kembali lagi.
Di tahun 2019 biasa setiap awal tahun memiliki konsep, mencoba untuk menjadi orang rapi dalam berpikir. Namun tidak pernah memikirkan terlalu berat, sebab kehidupan kadang penuh mesteri. Dalam catatan ini setiap mesteri biasanya saya sering bergegas mengambil bolpen dan buku catatan di tas, kalau tidak ada terpaksa menuliskan di note Hp. Menunda ke kamar mandi untuk menunda buang air, kadang ketika ke Wc-pun tidak menjadi prioritas. Daripada korban ide hilang. Bersyukur bisa kembali lagi.
Fragmen sosial,
pribadi, dan cinta. Catatan ini saya berharap memberikan dorongan pada diri
sendiri, dan orang lain. Tidak harus ada nilai perubahan, melainkan sebuah
keindahan sebagai dasar revolusi 2020.
#1
01 Januari 2019
Pada awal bulan dan
awal tahun biasa mengambil kalender. Melihat angka-angka di kalender dan menata
banyak keinginan. Bagiku itu hal biasa dalam kehidupan, impian tidak ada yang
bayar, akan tetapi akan menjadi ukuran diri sendiri. Walau hanya berniat. Bahkan,
terlalu banyak otak menanggung beban begitu rapi, sedangkan perbulan tidak
pernah kembali, yang berlalu akan menjadi kenangan ketika bersama denngannya
kembali. Namun biarkanlah.
Pada tahun 2019 saya
hanya menghabiskan waktu. Pada saat malam tahun baru, biasa mengambil buku lalu
menulisnnya. Dalam setiap moment sudah biasa menangkap lalu memahaminya. Syukur mengimplemintasikannya. Mengambil buka
sambil bekerja bekerja karena begitu banyak hal yang dijadikan harapan besar di
awal tahun, hingga lupa dengan hal-hal kecil.
Target menghatamkan
buku di rak buku, menulis dan bisa tembus ke media Kompas, Jawapos, dan Tempo. Semua
keinginan itu, dituliskan ke meja belajar dengan isi beberapa banyak agenda dan
kegiatan apa terdekat. Kalau bukan itu, terkadang impian menyeselesaikan buku
sendiri. Alhamdulih semua berjalan secara maksimal inginannya, pencapaiannya
tidak terasa.
#2
25 Februari 2019
Keelisahan mulai
terbentur lahir dari keadaan. Keadaan yang kalau kita bandaning masih sangat
beruntung dengan teman-teman dan saudara di pinggir jalan. Ketika harus mau
makan nasi tapi masih belum jelas apa yang harus di makan, hal yang dilakukan
biasanya dengan mengemis dan bekerja secukupnya. Dan aku pernah berpikir lebih
baik tidak ada Tol Pandaan, Bangunan tinggi di kota, dan tidak ada Jatim Park
III. Jika semua kesadaran hanya terletak dalam pikirannya mereka yang berkuasa
masing-masing. Lagi-lagi kesadaran manusia menjadi pilihan terakhir dengan
narasi “kita kembalikan kepada orang masing-masing.” Hal itu tidak akan pernah
terjadi apa-apa dan tidak akan keindahan dalam kehidupan.
Gerliya Literasi lapak
baca gratis yan terletak di depan gedung FKIP-Unisma, dikenal pula dengan
sebutan gedung C. Di gazebo tersebut menjadi saksi pada bulan Februari tanggal
25 2019. Saya dan teman saya namanya Rudi, M.Charis, dan teman-teman yang lain
telah diajak diskusi. Ingin sekali ada hal baru di kampus tercinta ini, agar
dalam dinamika sosial tidak hanya ada sebuah kehidupan seperti itu saja. Berorator
bisa tapi tidak memiliki dasar kuat di literatur. Maka saya mengajak
teman-temanku itu untuk membuat wadah sederhana. Alhamdulilah dengan memulai
menata niat bisa berjalan dengan baik. Walau hanya awal saja teman-teman itu
ikut serat ngelapak baca gratis
#torehmaos 2019.
Berjalannya waktu
banyak teman-teman mahasiswa ikut serta. Ada yang mengajak kolaborasi dalam
melakukan kegiatan. Bahkan ada yang ingin pula datang lalu ingin membukannya di
fakultasnya. Setidaknya virus menebarkan hal sederhana dalam menyukai membaca
terlebih dulu. Maka pengenalan literasi tidak hanya ada dalam benak sendiri
namun membagi bagi tugas kita. Kita yang diberikan kesadaran. Tidak ada yang
akan berat kalau tidak hanya dipikirkan karena hidup bukan hanya mengandalkan
ideas kita namun rialitas menjadi keseimbangan, maka ada hal perlu
diperjuangkan dengan tetap tersenyum.
#3
6 Maret 2019
Teman-teman satu
angkatan sudah ada yang sudah selesai siding skripsi. Namun tidak dapat saya
iri kepadanya karena mereka kuliah normal. Sedangkan saya pada saat bersamaan
pada semeseter IV pernah cuti. Sedikit teringat dengan masa depan akademikku. Pernah
berpikir enak jadi mereka yang sangat tidak bingung denan bulan-perbulan hanya
menunggu, dan nilai yang diperhatikan, bahkan ada yang diberikan target segera
lulus tepat waktu. Inilah itulah, ya gitulah. Tidak harus di irikan tentang itu
semua.
Saya dianggap egois
oleh keluarga. Karena harus menerobos batas-batas yang tidak terbatas. Bagiku itu
anugerahku hanya diberikan kebenarian lalu tidak ada resiko dipikirkan
terpenting menjalankan. Dan kegelisahan hanya boleh dikeluhkan namun jangan
sampai menyerahkan diri pada keadaan, paling merasa kalau dirinya orang paling
tidak beruntung (amor fati). Dan saya hanya terus menjalani sambil tersenyum
dan sambil menulsikan puisi kalau ada inspirasi, walau banyak di notes tidak
jadi puisi.
#4
14 April 2019
Selamat ulang tahun
untuk yang lahir dibulan april. Ucapan itu selalu ku ingat karena ada yang
pernah mengatakan ketika dalam kondisi sepi. Dan ingatan itu selalu menjadi
recorder dan menjadi lonceng. Ada cahaya di bulan april, bukan cinta atau
peristiwa bunga dan buku menyatu. Tiba-tiba semua seperti dewasa dalam beberapa
peristiwa dan berbangga dengan apa yang dipunya.
#5
16, Mei 2019
Ketika bunga dan surga
diciptakan saya sempat berpikir; lebih dulu mana bunga dan surge oleh Tuhan
dicipta?, pertanyaan itu masih menjadi perbandingan dengan kindahan dan
kenyamanan lebih enak mana dalam pilihan manusia? dan yang terakhir bertemu
lalu makan bersama dengan keluarga, setelah seharian berpuasa dan bapak dan
mamak serta adek bisa duduk bersama. Lalu ada bunyi kucapan mulut dari mereka
menjadi irama menyejukan.
Dalam ijazah saya
dituliskan pada tanggal ini dilahirkan. Padahal kata bapak kelahiranku bukan
yang tertera di ijazah sekarang itu, melainkan terlalu jauh denganku. Dan itu
tidak menjadi masalah, namun ada yang
mengucapkan kalau saya ulang tahun dan saya hanya aminin doa baik-baiknya;
padahal harapannya sederhana disetiap 16, Mei ada yang beda di keluarga.
Need you mom
#6
12, Juni 2019
Mengapa menjual buku,
karena dengan menjual buku itu bisa membeli buku. Dan paling sederhana bisa
tahu judul buku. Pertanyaan itu pernah dilontarkan kepada saya, bahkan pada
saat bersamaan beranggapan kalau saya itu enak usaha buku, dan menganggap kalau
punya modal besar. Ternyata yang dilakukan sederhana harus ngekor (ikut) kepada
komunitas penjual buku, karena di Malang ada saya rasa itu tepat yaitu; Pelangi
Sastra Malang ikut, dan bahkan disuruh kemana-mana mau asalkan diberi peluang
bawa buku dan membacanya.
Pada suatu ketika saya
disuruh jaga di perpustakaan kota Malang. Pada saat itu sepulang dari kerja di
Kedai Elele langsung ke tempat. Disuruh menjaga buku dan menata lalu menunggunya.
Tidak ada yang membeli dalam menjual sudah biasa, karena buku bukan makanan ringan
bagi sebagian mungkin iya beranggapan seperti itu.
Waktu sudah siang
ternyata ada ibu-ibu atau mbak-mbak menitipkan makan ke saya untuk dimakan. Dan
ibu kantin di belakang mengantarkan ke saya, lalu berkata kalau nasi ini dari
mbak tadi. Saya tidak tahu dengan mbak itu. Dan saya langsung ke kamar mandi
lalu langsung berkaca, wajahku ini mellas apa tidak ya. Hehe
#7
18 Juli 2019
Pada saat semua
membosankan. Menulis membosankan dan kerja sudah tidak merasa menemukan hal
yang tidak biasa. Saya diajak Mas Alif ke Bedengan untuk ngecamp dia hanya berkata kalau saya ini perlu naik gunung dan
hidup di kehidupan lepas karena dalam hidup perlu katanya. Berangkatlah ke
Bedengan bertiga-pada saat hari senin sore, pada saat orang-orang pada pulang
kami bertiga tiba.
#8
17, Agustus 2019
Tidak ada yang
dibanggakan di agustus ini. Semua perayaan hanya ada di dalam perayaan biasa. Namun
bagiku bulan ini menjadi bulan, bulan yang sangat baik, karena dalam nilai PPL
sudah mendapatkan nilai. Padahal saya tidak mengikutinya. Hal itu membuatku
berpikir bahwa, apa-apa yang terjadi seharusnya menjadi hal paling berarti.
Begitupun rasa cinta,
sosial, dan bahkan sebuah perubahan. Kuncinya dalam mencapai semuanya yaitu
dengan membuka kesadaran akan diri ini, dan tidak memiliki rasa kwatir apa-apa
yang belum terjadi. Iktiar dan cara pandang positif sebagai alatnya.
Ketika saya diminta
jadi pembicara di UMM, UM, dan UB. Semua itu serasa merupakan tantangan. Tantangan
untuk lebih giat dalam belajar tentang apa yang akan dibicarakan. Bagiku pembicaraan
atau bahasa yang diucapkan merupakan representasi dari rasa, namun dengan rasa
itu manusia akan bisa membohongi dan juga menyiksanya tanpa ada keluasan
kepadanya sebelum tiba pada dirinya tentang rasa. Semua yang dibicarakan
sebenaranya langkah awal karena masih hanya dalam bentuk wacana.
#9
24 September 2019
Tiada perang hari ini. Keramaian
menjadi
jalan paling pantas dan tepat tuk mengubah perubahan. Hari ini
sauara-suara mahasiswa terdengar kembali; lantaran pemerintah seperti
mengingkari sistem demokrasi dan seperti reformasi hidup kembali. KPK yang
ibarat bunga tapi tidak diharapkan tumbuh, oleh DPR yang dikeluarkan sistem
kurang sehat, membuat cidera pemberantasan kosrupsi.
Kalau dalam
benakku disuruh memilih lebih baik warga Negara Indonesia menghormati
atas meninggalnya BJ.Habibie dan pemberantasan lahan di Jawa Tengah Blora, dan
semua media dan masyarakat seharusnya mengacu ke sana, tapi semua seperti
tertutupi oleh kebijakan kurang tepat. Namun
mahasiswa (i) hari semangat turun ke jalan menjadi sejarah tersendiri.
Kota di depan kantor
DPR di depan tertuliskan cacian kotor; bahkan yang dispanduk tertulis “Dewan
Mending Jualan Pecel” di tembo tertulis seperti itu. Di Keramaian membuatku
merasakan kegegelisahan berkepanjanga, lantaran semua permasalahan tidak bisa
diselesaikan secara tuntas; sebagai orang kecil aksi hanya ikut partisipasi
tentang kepentingan berasama.
Tanggal 29 September
2019.
Di sini menemukan keyakinan yang terus menjadikan semua pertanyaan. Semua rasa sebuah peritiwa besar, dan harus dirayakan bersama apa harus menanggung sendiri. Sholat magrib berjemaah dengannya di hutan pertama kali dan itu seperti puncak rasa berkecamuk.
Setelah aksi sudah selesai keramaian sudah pindah ke central ibu kota, mengasingkan diri bagiku perlu. Bergegaslah mengajak Deri, Iqbal pada awalnya, tanpa sengaja ternyata banyak pula yang mau ikut;
Di sini menemukan keyakinan yang terus menjadikan semua pertanyaan. Semua rasa sebuah peritiwa besar, dan harus dirayakan bersama apa harus menanggung sendiri. Sholat magrib berjemaah dengannya di hutan pertama kali dan itu seperti puncak rasa berkecamuk.
Setelah aksi sudah selesai keramaian sudah pindah ke central ibu kota, mengasingkan diri bagiku perlu. Bergegaslah mengajak Deri, Iqbal pada awalnya, tanpa sengaja ternyata banyak pula yang mau ikut;
Saya sebelum aksi
berlangsung memang ada niat ingin ngecamp
tepat tanggal segitu saya tidak kerja. Saya Deri, Hanif, Dicky, Ifa, dan Lia. Bersamaan pergi ke
Bedengan untuk bermalan, tujuannya menghilangkan kepenatan di area kota.
#10
23 Oktober 2019
Hari ini saya diminta
untuk membedah buku. Buku yang dibedah bukunya kak Ali Mas’ud. Buku sastra
berjudul “Jelajah Tubuh” saya sebagai orang dekat, ketika disuruh membedahnya,
membedah pada narasi diperbincangan
proses kreativitas sebenarnya sederhana, bukan tentang apa namun terlalu
berat narasi yang gunakan. Membedah bukan sekedar menemukan dan selesai membaca
bukunya. Membedah harus ada anasisa kuat dengan sebuah arah pemikiran pengulas.
Dalam kesepian manusia
akan memiliki prisip bukan tidak mungkin anti cinta. Namun tentang rasa manusia
akan selalu memiliki hak memuliakan rasanya, dengan seperti itu tidak ada nafsu
padanya melainkan sebuah melindunginya dan memuliakannya.
Selamat kepada kak Ali
telah menerbitkan buku ke-4
#11
9, November 2019
Saya belajar menulis
apa saja yang ingin ditulis dicatat sementara keadaan kemumetan, akademik,
masalah diri sendiri. Menulis kadang membosankan dan bahkan ketika semua itu
tidak ada rasa ingin melanjutkan menulis. Saya harus mengambil buku lalu
membacanya, semua ada ketenangan namun semua ketenagan ada dalam pemikiran;
ketika itu membaca buku karya Ahmad Tohari, Mario.F Lawi, dan Faisal Oddang. Dengan seperti itu ada hal yang diingat dan
bahkan motivasi menulis datang kembali.
#12
24, Desember 2019
Desember telah tiba
bahkan sudah hampir tiada lagi desember. Banyak hal belum selesai di tahun 2019,
hanya separuh dari buku-buku di meja dan di tas belum diselesaikan. Keinginan besar
ingin menyelesaikan, namun tidka mugkin agar; tahun 2020 doaku lancar dan bisa
membawa keberkahan atas diri sendiri, teman, orang lain, dan orang-orang yang
saya sayang.
Selamat berakhir
desember dan tahun baru akan segera
tiba; dengan berharap kalau nanti bisa lebih baik dan bisa berbiak.
Akhmad Mustaqim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar