Selasa, 13 Juni 2017

Puisi Malam yang Tajam


habis gelap terbitlah terang
MALAM YANG TAJAM 
 
Malam yang tak direncanakan dalam gelap,tidak pernah terlintas dalam pikiran, kecuali rencana Tuhan, untuk bertemu bercerita tentang gelap gulita malam-malam panjang yang lampau. Ada anak tiga, mendenrkan dan berdialektika, si anak yang berparas dan sikap berbeda. Dalam gedung putih dan lampu-lampu kuning, dengan suasana membingungkan degan tugas-tugas, merenungkan dengan refeksi dari si mereka si anak bertiga. Untuk belajar "pemulange sensarani sesami". Di kehidupan yang telah dijelajahi, dalam masa lampau yang gelap tiada sekat cahaya. Tiada harapan jelas dalam ketas kosong untuk menuliskan kebenaran, semuanya tertulis rapi tanpa indikasi yang mendistorsi diri sendiri, semuanya seperti api membakar kayu, tersisa hanya abu. Pertanyaannya apakah telat dalam melangkah dalam suatu kegelapan untuk suatu yang terang, tiada yang telat selagi kita masih dalam hembusan yang jelas. Ketika gunung tak berpihak untuk menghadang, dalam jeruji kehidupan, hati, rasa dan jiwa, diuji untuk menerjang badai, tumbang dalam terjangan badai. Akan ada masa terindah dalam lukisan masa lalu dengan ukiran-ukiran masa yang akan datang, yang akan lebih bercahaya, dengan "Usaha". Kata telat itu tak ada, dalam dunia, selagi ada kesempatan dalam bertindak berkehendak untuk tidak mati dalam keadaan mengerikan, setidaknya akan ada masa emas untuk masa yang akan datang dari tindakan yang memastikan di masa lebih panjang, dengan apa yang diperjuangkan hari ini. Setidak akan ada awan dengan pelangi indah setelah badai melukai arah suci langkah yang tak pernah direncanakan oleh hujan.
Tidak pernah tau dengan harapan apa, namun hanya usaha dari mata-mata para mereka bertiga, segala hal dalam suatu yang tak pasti, dengan mimpi-mimpi para pujangga dengan menyusun kata-kata yang menjadikan sesuatu yang bermakna, bertindak yang nyata. Manusia tiga ini tak hanya mampu, mengubah dirinya namun dengan tindakan radikal dan visioner, akan membawa kegelapan dalam setiap malam akan terang, dengan sepotong lilin ditangan. Mereka tak hanya ingin mengulangi sejarahnya, gelap masa itu adalah sebuah cermin untuk menoleh sejenak kebelakang, untuk menerjang masa yang lebih seram dan mengerikan.Orang hanya berpikir kalau mereka duduk dengan kikir dalam berpikir, mereka terus mengalir untuk selalu berpikir, untuk hidup tidak hanya untuk dirinya. Mereka terus bergerak untuk mengikuti siklus alam karena merasa makhluk kecil dan jika tak mampu bergerak akan mendekatkan pada dirinya kematian yang sia-sia. Malam mereka terbangun dari tidurnya, dari mimpinya yang hanya indah dalam halusinasinya, yang kadang semunya melupakan apa arti dari masa depan yang mapan, bukan hanya manusia yang mapan mendapatkan kemegahan, mendeskripsikan jika dalam ruang kecil ini masih mendapatkan kenyamanan ketenangan saat mendengarkan irama bicara dari sensarani sesami. Sehingga tak ada kata getir dalam menjelajahi dunia, karena gelap gulita telah pernah dilalui, terlalu mudah dalam terang benderang, untuk mengarang dan merangcang untuk ke mana tujuan hidup ini. manusia kecil yang hanya mampu berusaha bekerja untuk dua dunia, hari ini dan kematian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar