Gambar situs.buntu |
Negeri Dibalik
Tirai
Yang jujur akan hancur, yang tidak
berani jujur tambah makmur.
Buah jatuh tidak jauh
dari pohonnya, namun jadilah buah yang jatuh jauh dari pohonnya lantaran dibawa
kalilawar yang membawa buah hingga jauh. Analoginya jadilah orang yang tidak
selalu mengulang sejarah yang telah menjadikan negeri tidak berkembang dan maju,
mengingat dengan kata-kata canda, hal ini menjadi bukti bahwa 1000 orang miskin
di Indonesa tidak akan menjatuhkan
Negara Indonesia, namun 10 orang koruptor yang membuat Indonesia terjatuh.
Bagaimana cara
menghindari dari apa yang menjadikan negeri ini hancur, yang paling mendasar
ketika hidup hanya untuk kepentingan sendiri, tanpa memikirkan kepentingan yang
lain (Rakyat), maka akan menjadi diktator yang ganas, sebab itu pejabat punya
hak menjaga dan merawat anugerah Tuhan di bumi tercinta ini terutama pejabat di
Indonesia jika tidak bisa, sama halnya memakan daging saudara sendiri,
kesadaran adalah penting dalam membaca dan merasakan apa yang menjadi mimpi
rakyat, yaitu pejabat harus berjiwa Pancasila.
Jiwa
yang menjadikan seorang arif dan bijak akan
terbentuk jika selalu memahami arti dan butir-butir Pancasila. Dengan cara
seperti apakah untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya pandai
mengada-ngada, sehingga tidak menjadi pemimpin secara instan, tanpa menikmati proses belajar dan mengenal budaya, dasar
dari esensi negeri sendiri, maka anak bangsa yang hanya pandai merebut
kekuasaan, dan hanya melipat kekayaan-kekayaan bukan haknya, untuk kepentingan
sendiri.
Maka
hal ini yang menjadikan sebuah bukti bahwa negeri ini caruk-maruk dengan sebuah
sistem, bukannya sistem di negeri ini sudah terbaik, namun penerapan dari suatu
sistem itulah yang sangat marak di negeri tercinta ini, yang penuh dengan
kekayaan Alam namun tanpa dinikmati oleh anak bangsa sendiri. Sehingga serasa negeri
ini sudah tidak memiliki Tuhan lagi, masyarakat tak menggap pejabat yang hebat,
karena pejabat hanya harum saat ingin terjun, menghujat untuk mendapatkan uang
yang cepat setelah dapat loncat-loncat. Sehingga kejernihan hati, kebijaksanaan
(Hikmah) hilang kesadaraanya.
Cara
Menciptakan Kesadaraan
Pada usia dini ajarkan
anak-anak bangsa yang berpendidikan, yang berada di dalam pendidikan formal dan non-formal, atau tempat
belajar untuk selalu mengingat dan menganalisis esensi negeri ini, mengenalkan dasar-dasar
negeri ini Pancasila. Diusahakan setiap sekolah SD, SMP dan SMA, Diperkulihaan,
pelajaran Keagamaan, Kebudayaa, Dasar Negeri ini dalam setiap waktu diawali
dengan pelajaran wajib itu, semenjak usia dini, untuk menjadikan insan yang tidak hanya pintar, namun
etika dan kesadaraan dalam menciptakan suatu pemimpin memiliki jiwa yang paham
dengan rillnya revolusi negeri ini.
Dengan realita yang
sekarang tidak wajar dalam negeri tercinta ini banyak hal yang dapat kita
pikirkan dan diperhitungkan benar-benar, untuk menyumbangkan solusi, kepada
meraka yang tidak mampu membaca keadaan negeri ini, apakah kita hidup di negeri ini apatis terhadap
realita, fenomena yang menjadikan energy
untuk menjadikan refleksi peristiwa baru-baru
ini, segar dalam ingatan kita, yaitu penyiraman wajah Novel Baswedan (11/4/17),
setelah sholat shubuh yang mengunakan air keras oleh oknum orang tidak dikenal,
hal ini menunjukan, yang mementingkan rakyat dan jujur harus hati-hati, berwaspada
karena harus hancur, karena kita bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi
pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Suatu ancaman membahayakan
pada orang yang sangat progresif dalam menangani hak-hak orang banyak. Sudah
sangat jelas siapa pun yang serius dalam menangani hal kepentingan yang
merugikan rakyat dan negara, ibarat setangkai bunga yang tak diharapkan tumbuh,
dan tak diharapakan adanya.
Teringat
dengan sejarah yang telah menjadi cerita disepanjang sejarah Indonesia mengenai
ancaman bagi orang jujur, yang dihancurkan, pada Tahun 1945-1959. Indonesia
memiliki Jaksa Agung pertama Gatot Tarunamihardja, yang selama kariernya dia
berusaha membongkar kasus korupsi penyelundupan di Teluk Nibung, Sumatera Utara,
di bawa Panglima Tetorium I Kolonel Maludin Simbolon, dan barter ke Tanjung Priok yang diduga melibatkan Kolonial Ibnu Sutowo
hasil dari penyelundupan dan barter
itu digunakan untuk kepentingan tentara. Melakukan tindakan untuk kemaslahatan
bersama, maka untuk mencegah seorang untuk melakukan kerugian, Ia mendapatkan
ancaman yang sangat mengancamkan jiwa raga dan hidupnya, sehingga pada saat Presiden
pergi keluar negeri, Gatot mendapatkan musibah ditabrak oleh orang tidak
dikenal hingga kakinya buntung, sehingga menanggung hidup tanpa kaki sebelah,
tindakan yang dilakukan untuk transparansi dalam kepentingan orang banyak
masyarakat dan negara, karena menganggap bahwa korupsi sebuah tindakan yang
sangat tidak humanisme. (Historia).
Bukan
cerita namun fakta sangatlah mengerikan negeri ini, entah Tuhan sangat elok
dalam memberikan segala kekuasaanya sehingga banyak fenomena yang harus
dijadikan refleksi diri, untuk regenerasi anak bangsa yang akan datang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar