Rabu, 14 Juni 2017

Arikel Negeri Dibalik Tirai

Gambar situs.buntu


Negeri Dibalik Tirai

Yang jujur akan hancur, yang tidak berani jujur tambah makmur.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, namun jadilah buah yang jatuh jauh dari pohonnya lantaran dibawa kalilawar yang membawa buah hingga jauh. Analoginya jadilah orang yang tidak selalu mengulang sejarah yang telah menjadikan negeri tidak berkembang dan maju, mengingat dengan kata-kata canda, hal ini menjadi bukti bahwa 1000 orang miskin di Indonesa  tidak akan menjatuhkan Negara Indonesia, namun 10 orang koruptor yang membuat Indonesia terjatuh.
Bagaimana cara menghindari dari apa yang menjadikan negeri ini hancur, yang paling mendasar ketika hidup hanya untuk kepentingan sendiri, tanpa memikirkan kepentingan yang lain (Rakyat), maka akan menjadi diktator yang ganas, sebab itu pejabat punya hak menjaga dan merawat anugerah Tuhan di bumi tercinta ini terutama pejabat di Indonesia jika tidak bisa, sama halnya memakan daging saudara sendiri, kesadaran adalah penting dalam membaca dan merasakan apa yang menjadi mimpi rakyat, yaitu pejabat harus berjiwa Pancasila. 
            Jiwa yang menjadikan seorang arif dan bijak akan terbentuk jika selalu memahami arti dan butir-butir Pancasila. Dengan cara seperti apakah untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya pandai mengada-ngada, sehingga tidak menjadi pemimpin secara instan, tanpa menikmati proses belajar dan mengenal budaya, dasar dari esensi negeri sendiri, maka anak bangsa yang hanya pandai merebut kekuasaan, dan hanya melipat kekayaan-kekayaan bukan haknya, untuk kepentingan sendiri.
            Maka hal ini yang menjadikan sebuah bukti bahwa negeri ini caruk-maruk dengan sebuah sistem, bukannya sistem di negeri ini sudah terbaik, namun penerapan dari suatu sistem itulah yang sangat marak di negeri tercinta ini, yang penuh dengan kekayaan Alam namun tanpa dinikmati oleh anak bangsa sendiri. Sehingga serasa negeri ini sudah tidak memiliki Tuhan lagi, masyarakat tak menggap pejabat yang hebat, karena pejabat hanya harum saat ingin terjun, menghujat untuk mendapatkan uang yang cepat setelah dapat loncat-loncat. Sehingga kejernihan hati, kebijaksanaan (Hikmah) hilang kesadaraanya.

Cara Menciptakan Kesadaraan                                                          

Pada usia dini ajarkan anak-anak bangsa yang berpendidikan, yang berada di dalam pendidikan formal dan non-formal, atau tempat belajar untuk selalu mengingat dan menganalisis esensi negeri ini, mengenalkan dasar-dasar negeri ini Pancasila. Diusahakan setiap sekolah SD, SMP dan SMA, Diperkulihaan, pelajaran Keagamaan, Kebudayaa, Dasar Negeri ini dalam setiap waktu diawali dengan pelajaran wajib itu, semenjak usia dini, untuk menjadikan insan yang tidak hanya pintar, namun etika dan kesadaraan dalam menciptakan suatu pemimpin memiliki jiwa yang paham dengan rillnya revolusi negeri ini.
Dengan realita yang sekarang tidak wajar dalam negeri tercinta ini banyak hal yang dapat kita pikirkan dan diperhitungkan benar-benar, untuk menyumbangkan solusi, kepada meraka yang tidak mampu membaca keadaan negeri ini,  apakah kita hidup di negeri ini apatis terhadap realita, fenomena yang menjadikan energy untuk menjadikan refleksi peristiwa baru-baru ini, segar dalam ingatan kita, yaitu penyiraman wajah Novel Baswedan (11/4/17), setelah sholat shubuh yang mengunakan air keras oleh oknum orang tidak dikenal, hal ini menunjukan, yang mementingkan rakyat dan jujur harus hati-hati, berwaspada karena harus hancur, karena kita bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Suatu ancaman membahayakan pada orang yang sangat progresif dalam menangani hak-hak orang banyak. Sudah sangat jelas siapa pun yang serius dalam menangani hal kepentingan yang merugikan rakyat dan negara, ibarat setangkai bunga yang tak diharapkan tumbuh, dan tak diharapakan adanya.
            Teringat dengan sejarah yang telah menjadi cerita disepanjang sejarah Indonesia mengenai ancaman bagi orang jujur, yang dihancurkan, pada Tahun 1945-1959. Indonesia memiliki Jaksa Agung pertama Gatot Tarunamihardja, yang selama kariernya dia berusaha membongkar kasus korupsi penyelundupan di Teluk Nibung, Sumatera Utara, di bawa Panglima Tetorium I Kolonel Maludin Simbolon, dan barter ke Tanjung Priok yang diduga melibatkan Kolonial Ibnu Sutowo hasil dari penyelundupan dan barter itu digunakan untuk kepentingan tentara. Melakukan tindakan untuk kemaslahatan bersama, maka untuk mencegah seorang untuk melakukan kerugian, Ia mendapatkan ancaman yang sangat mengancamkan jiwa raga  dan hidupnya, sehingga pada saat Presiden pergi keluar negeri, Gatot mendapatkan musibah ditabrak oleh orang tidak dikenal hingga kakinya buntung, sehingga menanggung hidup tanpa kaki sebelah, tindakan yang dilakukan untuk transparansi dalam kepentingan orang banyak masyarakat dan negara, karena menganggap bahwa korupsi sebuah tindakan yang sangat tidak humanisme. (Historia).
            Bukan cerita namun fakta sangatlah mengerikan negeri ini, entah Tuhan sangat elok dalam memberikan segala kekuasaanya sehingga banyak fenomena yang harus dijadikan refleksi diri, untuk regenerasi anak bangsa yang akan datang. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar