Sabtu, 11 November 2017

Artikel Dunia Dalam Lipatan



DUNIA DALAM LIPATAN
gambar: Jurnalkita

Hidup di bumi sebenarnya ketika semakin tau dan semakin pintar, tidak ada apa-apanya seharusnya merasa semakin kerdil, tidak harus dengan sombong karena yang diketahui belum tentu betul, senyampang dunia masih berputar tak akan ada kebenaran yang tetap, hari ini benar belum tentu esok, itulah kebenaran dunia hanya paradigma setiap individu yang berhak memberikan sebuah kebenaran. “mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran dari pada indra pengelihatan (Jalaluddin Rumi penyair sufi 1207-1273)
            Semudah apa ketika melangkah, sangat mudah menjalani hidup, bukan sulitnya untuk mengubah namun sulitnya untuk melakukan suatu tindakan ketika dunia telah memberikan arah hidup yang meyakinkan, maka manusialah yang bisa memanfaatkan. Namun hal ini kadang yang menjadi tidak sadaranya, sejauh mana mata memandang maka seluas itulah dunia di zaman yang semakin sekarang ini semakin sempit, mengubah paradigma kehidupan abtrak semua itu kembali kepada diri setiap individu. Hal ini yang menjadi pertanyaan mampukah ketika dunia ada di dalam lipatan.
Sehingga hal yang sulit menjadi mudah sebagai manusia intelektual mampu memanfaatkan dalam mengaplikasikan di dunia yang sudah ada ditangan kiri, ketika sudah bisa mengendalikan maka sejarah-sejarah baru akan segera dirasakan, semua itu ada pada tangan orang mampu berpikir yang kritis terhap lingkungan sosialistis, dan mampu membaca keadaan dunia. Bahwa pada nyatanya ada yang mengatakan dunia sekarang tanpa batas borderless world. Sehingga semuanya telah sadar bergerak tanpa mesin terasa dunia sempit katanya, sangat fatal ketika menutup mata untuk tidak membuka pancaindra yang telah digenggam. Bukan hanya menikmati sebagai fasilitas hanya menjadi eksistensi, dunia bukan tempat berkopetisi, namun untuk hidup berkolaborasi jika manusia dahulu hanya butuh sandang, pangan, gedong, akan tetapi sangat berbeda dengan sekarang bahwa mesin bagian dari kebutuhan hidup manusia yang sangat sentral.
            Diera modernisation ini sangat mudah untuk mengubah hidup yang akan meyakinkan  fasilitas kehidupan sudah lengkap tanpa mencari telah ada dan merasa kalau hidup di zaman ini ada dua dunia. Pertama dunia nyata yang kedua dunia maya, ketika diamati terjadi ketika bangun dari tidur tidak menutup kemungkinan yang ditengok dunia satunya (Gaway), di situlah kadang menggap ada dunia lain, selain dunia nyata yang ada di kehidupanya, dan itu di anggap bagian dari kehidupannya. ada di dalamnya yang selalu menjadi perhatiaan setiap yang pengguna gaway. Bahkan ada yang mengatakan kehidupan ini tanpa gaway dunia sempit sempit. Hal ini yang menjadi bukti terutama di Indonesia, jumlah sambungan Internet Indonesia saat ini memiliki 47 juta pengguna, dan bagi pengguna ponsel, ada 270 juta pengguna, terutama di DKI paling banyak 1,8 Gaway perorang, ( Riset Menkominfo,2014).
Dengan mengamati apa yang telah ada disekitar sangat pesat dalam pengguna gaway terutama di Indonesia, ini sebuah bukti dari kemajuan zaman dan menjadi ancaman kepada regenerasi bangsa yang hanya bisa menikmati tanpa memanfaatkan. Kadang juga menjadikan regenerasi yang manja tanpa untuk mencintai sebuah proses perjalanan hidup, karena dengan gaway yang memudahkan gaya hidupnya. Kadang juga dengan perkembangan zaman yang hampir kecangihan di era ini melupakan leluhur yang harus di lestarikan seperti budaya pemuda sekarang hanya memikirkan perkembangan zaman yang ingin akan membantu untuk memperbaiki hidupnya. Bagaimana ingin melestarikan budaya terlalu banyak kesibukan dan tanpa disadari kalau kebutuhan hidupnya ada di dalam genggamannya, dalam genggamnya yang selalu menjadi surga dunianya, kalau di surga ketika dalam hati hanya berkenginan maka langsunglah datang, karena setiap keinginangan bisa di akses melalui gaway yang digenggamnya .
Bagaimana dapat mengubah hidupnya kalau gaya hidup yang enak tidak diubah. Sesuatu yang nihil keti dengan sebaik mungkin.  lama mengecek dunia yang satunya, karena menggap kalau hidup telah memiliki dua dunia, yang pertama digaway, ketika tidak pernah membaca dan menganalisis apa yang ada dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Menurut Filsuf Eropa Basel Friedrich Wilhelm Nietzsche dalam buku filsafatnya “bahwa jangan biarkan Tuhan mati di zaman modern”. Bahwa zaman yang canggih ini tidak lepas dari campur tangan Tuhan. dalam hati pembaca mungkin akan bertanya dengan kutipakan kata-kata di atas. Pikiran logika saja tidak mudah menganalisis, maka renungkanlah. Beberapa lama untuk menumakan makna tersebut dalam kehidupan yang sangat luas Tuhan berperan tidak lepas, bahkan tidak menutup kemungkinan semua yang ada untuk manusia, agar dapat mensyukuri bahwa semua yang ada itu ada yang mengadakan.
Akan tetapi paradigma kita dalam mendalami semua itu buta untuk memandang semua yang ada, bahkan kecanggihan yang ada digenggaman kita kadang hanya menjerumuskan, bahkan menganggap Tuhan sudah tiada dizaman modern.
            Kemudahan dalam hidup sekarang memberikan dua bersyukur ketika diberikan sebuah Berbicara dunia yang ada di dalam lipatan seharusnya pikiran kita semua refleksi kepada diri sendiri karena itu semua tidak jauh dari kehidupan sekarang, menjadi orang lebih peka dan kritis dengan keadaan, lingkungan, maka berpikirlah sejenak dengan apa yang ada dibenak kita yang konkrit, bukalah naluri untuk merasakan apa yang didekat kita tapi kadang menyombongkan diri untuk tidak merasakan, dalam KUHP kesalahan yang fatal ketika orang salah masih tidak merasakan kesalahan, maka renngkan pada bangun tidur kita tidak menutup kemungkinan kalau yang pertama dicari saat bangun tidur mencari yaitu dunia keduanya, yang dianggap lebih jelas dan banga dengan apa yang ada di dunia yang satunya (gaway, sebagian hidupnya ada di dunia yang penuh menjanjikan katanya, bukan hal itu ibarat dua mata pisau, ketika pisau yang satu ini ada ditangan dapur (koki), maka pisau itu akan sangat berpengaruh besar manfaatnya, namun mata pisau yang satunya ketika ada ditangan orang yang tidak tepat (penjahat), maka pisau itu menjadi yang paling berbahaya. Hal inilah yang menjadi refleksi kita untuk menghadapi hukum dunia bagaimana dunia itu hanya satu, dan “gaway”, bukanlah dunia, itu hanya bagian dari dunia (fasilitas) dan juga bukan tuhan kedua yang dapat menjawab setiap pertanyaan yang kadang semua kesulitan dipertanyakan gaway kita.
            Hal ini Akan lebih mudah menjelajahi dunia, hanya dengan genggaman tangan kiri, tanpa berjalan, maka dunia sudah ada di dalam lipatan tangan kiri, akan dapat menelusuri dengan luas, sangat mudah dan instan  menjani hidup sekarang, berbeda dengan zaman yang masih jauh dari dunia yang ada di dalam lipatan, era yang di mana tahun 1987, yang masih gila dalam memipikan sebuah menjelajahi dunia.  Renungan kembali apa yang telah ada pada di depan kita, yang sangat miris apakah akan bertindak untuk menjelahi dunia dengan apa yang sudah ada yaitu fasilitas yang ada ditangan kita semua, untuk berjalan merangkak sehingga berdiri sendiri akan lebih mudah di zaman sekarang ini, melangkah jauh ke seluruh dunia tidak ada yang tidak mungkin bila yakin dan akan berusaha untuk meluangkan waktunya untuk masuk dalam dunia dalam lipatan yang kadang kita pandang sangat sempit, rengungan ini membuka ketika kerugian terbesar ketika kita tidak mau untuk masuk dalam dunia yang telah dapat kita jelajahi semudah mungkin, untuk memperluas kompetensi dengan fasilitas yang ada gaway.
            Fakta yang sangat ril dunia yang mudah ini menjadikan musibah terbesar ketika yang ada itu masih belum dapat difungsikan dengan baik dan menjauhkan langkah dari yang nyata, nyata dalam menysukuri jika Tuhan telah banyak memberikan banyak fasilitas kepada manusia, sehingga tidak menutup kemungkinan Tuhan itu mati dalam zaman modernisation ini, bagi yang lupa dengan dasar-dasarnya hidup. Ketika sudah merasa nyaman dengan keadaan yang nyaman, maka lupa dengan apa yang menjadi kewajiban, sehingga jiwa yang menjauhkan dengan jiwa yang mandiri, bahkan jiwa yang seharusnya tidak keluar diri manusia (akan manja dengan yang harus bisa sendiri), mangapa mengatakan “manja”, ketika semua kepentingan hidup ada di dalam genggaman, maka sudah tidak lagi memiliki jiwa mandiri dan berusaha untuk mensyukuri sebuah proses, karena sebagian manusia sekarang lebih banyak suka dengan yang siap jadi (instan), dalam melakukan aktivitas gaway salah satu andalan manusia zaman sekarang contoh kecilnya, belanja daring, dan setiap pembelian yang semua sangat lengkap sudah tersedia di dalam lipatan, sehingga ketidak sadaran doktrine menjadi seorang yang ingin selalu mudah dalam menjalani hidup, sedangkan kemudahan itu akan lebih menjerumus pada ke zona yang mencelakakan karena akan lebih mudah menjalani hidup di dunia, sedangkang dunia tidak semudah yang ada dibenak, sedangkan tidak ada di dunia manapun, sebuah pencapaian yang berkelas itu akan dicapai dengan secara instan, sehingga harus melewati kudrot Tuhan yang paling berkesan di dalam sebuah pencapaian itu adalah sebuah prosesnya.

            Dunia dalam lipatan, mengingat dengan kata-kata yang pernah diucapkan orang tua kuno bahwa akan ada dunia sauatu saat dizaman akhir nantinya akan ada masa yaitu masa yang paling mudah dan gampang, tidak ada masa sulit pada semuanya mudah, dan sempat megatakan tahun 2000 dan selanjutnya adalah tahun harapan kaum manusia, yang mana sekarng tibalah tahun yang telah ditunggu bahwa pekerjaan yang dilakukan bertumpu pada mesin, sampai-sampai ada perkataan tidak akan bisa hidup tanpa mesin itu telah menjadi bagian hidup di era manusia, manusia zaman sekarang, namun hal ini bukanlah tumpuhan semua kembalikan pada kita apa yang menjadi manfaat jangan sampai kudrot manusia dirubah oleh perkembangan zaman, jiwa mandiri dengan proses yang pasti tanpa meninggalkan pola pikir orang kuno, mesin dan gaway jangan samapai jiwa kita dikuasai, manusia yang harus mampu menguasi, marilah mulai dari sekarang renungkan pikirkanlah masa yang akan datang dari sekarang, untuk mengontrol pola hidup yang manja, tanpa memikirkan yang ada sebelah kita, kadang jiwa sosial kita terkikis ketika kehidupannya terbelah menjadi dua. (*)


Penulis: 
Akhmad 
Penulis Buku Antologi Geriliya Deraian Sajak-sajak 
Mahasiswa Universitas Islam Malang 
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia 
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar