Rabu, 15 November 2017

REFLEKSI SUMPAH PEMUDA ERA MILENIAL



www.indoices.com


Akhmad

Sumpah Pemuda 28, Oktober 1928
Pertama. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia.
Kedua. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,
Bangsa Indonesia.
Ketika. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia.
Beberapa hari lalu telah terlewati oleh kita tanggal 28, Oktober 2017. Di mana hari itu kita dikenal dengan hari Sumpah Pemuda dan lahirnya Bahasa Indonesia, yang mana para pemuda-pemuda yang merasa dirinya harus mengenang sejarah dan tidak enggan melupan sejarah. Status dalam sosial media ramai dengan mendengungkan hari sumpah pemuda, diantara dalam status pemuda Indonesia di Sosmed WA, IG, FB, BBM, Twiter, sbg. Itu sebuah bukti cinta pada sejarah secara eksistensi.
Kaum muda menghafal dan mengerti dengan Sumpah Pemuda, kaum tua rasa-rasanya sudah tidak begitu mengerti, entah apa mereka enggan mau memahami, itu karena tidak mementingkan eksistensi. Dalam hal ini penulis mengamati dari Sosial Media (Sosmed), hasil kaum tua itu lebih sedikit, dari yang menyuarakan tentang Sumpah Pemuda. Akan tetapi semua itu dianggap tidak penting yang terpenting adalah esensi dari sumpah pemuda.  
Bagaimana manusia menemukan cara, dalam logika membangun cita-cita tidak lupa dengan apa yang nyata dalam sejarah, yang ada pada masa lampau terjadi, yang harus ditunaikan secara signifikan pada diri pemuda sekarang semangat 28/10/1928, untuk mengambil refleksi dari apa yang telah terjadi. Jika tempo dulu kaum intelektual mencita-citakan semangat muda untuk melawan kolonial Belanda, era ini berbeda semangat melawan diri sendiri yang menjerumuskan pada kebobrokan yang merisaukan, tanpa penajajahan mengenaskan. Tujuannya untuk menghindari apa yang telah terjadi di masa yang tidak baik, sehingga hal yang baik akan menjadikan sesuatu yang terjadi, sebagai evaluasi diri, dalam sejarah memiliki cara melalui perjalanan lebih baik. Serta untuk mencapai cita-cita, serta masa cara manusia yang telah ada dalam metarialis historis.
Untuk melalui segala hal yang terjadi dengan menghadapi apa yang akan terjadi, melalui cara manusia pada kudrotnya, dengan mengambil cara, dari apa yang ada atau yang telah terjadi, karena keterbatasan manusia dalam menciptakan ide fundamental yang dapat difungsikan dengan cara baru. Disebabakan lemahnya kaum muda Indoensia membaca.
 Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Riset berbeda bertajuk "Most Littered Nation In the World"
Sehingga ide pemuda era milenial tak memiliki kekuatan dalam merumuskan segala hal, maka seorang dewasa tidak akan dapat melogikakan apa yang akan dilakukannya, dengan kebebasan yang baik serta kreatif.
Sumpah pemuda yang dingungkankan dalam acara-acara mahasiswa di kampus-kampus dalam diri mahasiswa khususnya dalam Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, bahkan ada reflelksi yang sangat menyimpang dari apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa, dalam melakukan sebuah perayaan atau ajang eksistensi mahasiswa. Maka mereka melakukan konsolidasi dengan melakukan aksi-aksi di pinggir jalan dalam memperingati “Sumpah Pemuda”. Dengan embel-embel untuk melakukan rekfleksi Sumpah Pemuda serta mengkrtisi para birokrasi negeri untuk malakukan aksi.
 Banyak cara untuk memperingati seorang pemimpin kita, dengan menggunakan kekreatifan diri dengan menggunakan kebebasan yang kreatif, entah itu yang di namakan esensi atau eksistensi sumpah pemuda di era milenial miris dalam merefleksikan cara yang diharapkan oleh Muhammad Yamin sangat tidak selaras yang dicita-citakan, bahwa di dalam diri kaum muda sekarang semangat kebersamaan dalam menciptakan semangat visioner untuk melawan kegersangan hati yang dijajah oleh diri sendiri, dalam mengaplikasikan semangat sumpah puda bagi pemuda kaum Z ini .
Sehingga mahasiswa dalam era melineal hanya pemuda berbaris untuk memeratakan barisan untuk sebuah ancaman bagi para pemerintahan, dalam memiliki pemikiran kaum muda khususnya para mahasiswa yang memerdekakan dirinya dari istilah kebebasan manusia/mahasiswa, mengaktualisasikan sebuah ispirasi yang berisi untuk menyadarkan dan menginngatkan, para manusia yang ada di atas dengan apa yang dikerjakan olehnya. untuk menyampaikan kebutuhan rakyat, atau menyuarakan harapan rakyat.
Namun kadang enggan mahasiswa untuk mendengarkan suara rakyat terlebih dahulu untuk menemukan problekamatika di masyrakat, bukan hanya tanpa kurang jelas dan aksi mereka hanya bicara kepentingan. Maka kearifan mahasiswa dituntut dalam tindakan yang solutif, sehingga tidak hanya objektif mengharamkan sebuah dogma dengan stigma tidak dapat dipertanggungjawabkan. Seharusnya ada beberapa tahapan terlebih dahulu dalam mensiasati apa yang terjadi dan melakukan refleksi serta renungan terlebih dahulu dalam diri pemuda.
Dalam Indoprogres.com tulisan Linda Cristianty Pada suatu hari, di tahun 1994, di tengah aksi buruh dan mahasiswa, mendengar seseorang mengucapkan “Sumpah Rakyat”. Bunyinya seperti ini:
Satu, Kami putra-putri Indonesia, mengaku bertanah air satu,
tanah air tanpa penindasan.
Dua, Kami putra-putri Indonesia, mengaku berbangsa satu,
bangsa yang gandrung pada keadilan.
Tiga, Kami putra-putri Indonesia, berbahasa satu,
bahasa kebenaran.
Banyak cara untuk mencintai Indonesia dan memikirkan rakyat jelata, apa yang dibawa dengan cita-cita bangsa keharmonisan dari Gotong Royong para generasi bangsa untuk membentuk melestarikan apa yang ada di Indonesia dengan cara para pemuda yang memberla dan bercita-cita revolusioner, asalkan jangan sampai melalui radikal, apalagi extreme revolusi, yang ada merugikan, karena evolusi diri lebih efektif untuk membantu Indonesia lebih baik.
Kitika ada eksistensi maka tidak lepas dari esensi, sehingga eksistensi adalah wujud substansi dari esensi, sehingga esensi apa yang ada dalam kehidupan yang nyata, jelas oleh kesat mata manusia. Esensi ada di dalam keberadaan yang nyata, dari apa yang terjadi dalam dunia yang nyata, serta bentuk dari sebuah cita-cita dengan cara yang berada di dunia, di dalam apa yang ada untuk memanusiakan manusia (Dehumanisme). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar