www.indoices.com |
Akhmad
Sumpah Pemuda 28, Oktober 1928
Pertama. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia.
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia.
Kedua. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,
Bangsa Indonesia.
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,
Bangsa Indonesia.
Ketika. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia.
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia.
Beberapa hari lalu telah terlewati oleh kita tanggal 28, Oktober 2017.
Di mana hari itu kita dikenal dengan hari Sumpah Pemuda dan lahirnya Bahasa
Indonesia, yang mana para
pemuda-pemuda yang merasa dirinya harus mengenang sejarah dan tidak enggan
melupan sejarah. Status dalam sosial media ramai dengan mendengungkan hari
sumpah pemuda, diantara dalam status pemuda Indonesia di Sosmed WA, IG, FB,
BBM, Twiter, sbg. Itu sebuah bukti cinta pada
sejarah secara eksistensi.
Kaum muda menghafal dan mengerti dengan Sumpah
Pemuda, kaum tua rasa-rasanya
sudah tidak begitu mengerti, entah apa mereka enggan mau memahami, itu karena tidak mementingkan eksistensi. Dalam hal
ini penulis mengamati dari Sosial Media (Sosmed), hasil kaum tua itu lebih sedikit, dari yang menyuarakan tentang Sumpah Pemuda. Akan
tetapi semua itu dianggap tidak penting yang terpenting adalah esensi dari
sumpah pemuda.
Bagaimana
manusia menemukan cara,
dalam logika membangun
cita-cita tidak lupa dengan apa yang nyata dalam sejarah, yang ada pada masa lampau terjadi, yang harus
ditunaikan secara signifikan pada diri pemuda sekarang semangat 28/10/1928, untuk
mengambil refleksi dari apa yang telah terjadi. Jika tempo dulu kaum
intelektual mencita-citakan semangat muda untuk melawan kolonial Belanda, era
ini berbeda semangat melawan diri sendiri yang menjerumuskan pada kebobrokan
yang merisaukan, tanpa penajajahan mengenaskan. Tujuannya untuk menghindari apa
yang telah terjadi di masa yang tidak baik, sehingga hal yang baik akan
menjadikan sesuatu yang terjadi, sebagai evaluasi diri, dalam sejarah memiliki cara melalui perjalanan
lebih baik. Serta untuk mencapai
cita-cita, serta masa cara manusia yang telah ada dalam metarialis historis.
Untuk melalui segala hal yang terjadi
dengan menghadapi apa yang akan terjadi, melalui cara
manusia pada kudrotnya, dengan mengambil
cara, dari apa yang ada atau yang telah terjadi, karena keterbatasan manusia dalam menciptakan ide
fundamental yang dapat difungsikan dengan
cara baru. Disebabakan lemahnya kaum muda Indoensia membaca.
Menurut data UNESCO,
minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya,
dari 1000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Riset berbeda bertajuk "Most Littered Nation In the World" Sehingga ide pemuda era milenial tak memiliki kekuatan dalam merumuskan segala hal, maka seorang dewasa tidak akan dapat melogikakan apa yang akan dilakukannya, dengan kebebasan yang baik serta kreatif.
Riset berbeda bertajuk "Most Littered Nation In the World" Sehingga ide pemuda era milenial tak memiliki kekuatan dalam merumuskan segala hal, maka seorang dewasa tidak akan dapat melogikakan apa yang akan dilakukannya, dengan kebebasan yang baik serta kreatif.
Sumpah pemuda yang dingungkankan dalam
acara-acara mahasiswa di kampus-kampus dalam diri mahasiswa khususnya dalam
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, bahkan ada reflelksi yang sangat
menyimpang dari apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa, dalam melakukan sebuah perayaan atau ajang
eksistensi mahasiswa. Maka mereka melakukan konsolidasi dengan melakukan
aksi-aksi di pinggir jalan dalam memperingati “Sumpah Pemuda”. Dengan
embel-embel untuk melakukan rekfleksi Sumpah Pemuda serta mengkrtisi para birokrasi negeri untuk malakukan aksi.
Banyak cara untuk memperingati seorang pemimpin kita, dengan
menggunakan kekreatifan diri dengan menggunakan kebebasan yang kreatif, entah
itu yang di namakan esensi atau eksistensi sumpah pemuda di era milenial miris
dalam merefleksikan cara yang diharapkan oleh Muhammad Yamin sangat tidak
selaras yang dicita-citakan, bahwa di dalam
diri kaum muda sekarang semangat kebersamaan dalam menciptakan semangat
visioner untuk melawan kegersangan hati yang dijajah oleh diri sendiri, dalam
mengaplikasikan semangat sumpah puda bagi pemuda kaum Z ini .
Sehingga mahasiswa dalam era melineal
hanya pemuda berbaris untuk memeratakan barisan untuk sebuah ancaman bagi para
pemerintahan, dalam memiliki pemikiran kaum muda khususnya para mahasiswa yang
memerdekakan dirinya dari istilah kebebasan manusia/mahasiswa, mengaktualisasikan sebuah ispirasi yang berisi
untuk menyadarkan dan menginngatkan, para manusia
yang ada di atas dengan apa yang dikerjakan olehnya. untuk menyampaikan
kebutuhan rakyat, atau menyuarakan harapan rakyat.
Namun
kadang enggan mahasiswa untuk
mendengarkan suara rakyat terlebih dahulu untuk menemukan problekamatika di
masyrakat, bukan hanya tanpa kurang jelas dan aksi mereka hanya bicara
kepentingan. Maka kearifan
mahasiswa dituntut dalam tindakan yang solutif, sehingga tidak
hanya objektif mengharamkan sebuah dogma dengan stigma tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Seharusnya ada beberapa tahapan terlebih dahulu dalam
mensiasati apa yang terjadi dan melakukan refleksi serta renungan terlebih dahulu
dalam diri pemuda.
Dalam Indoprogres.com
tulisan Linda Cristianty Pada suatu hari, di tahun 1994, di tengah aksi buruh
dan mahasiswa, mendengar seseorang mengucapkan “Sumpah Rakyat”. Bunyinya
seperti ini:
Satu, Kami putra-putri Indonesia, mengaku
bertanah air satu,
tanah air tanpa penindasan.
tanah air tanpa penindasan.
Dua, Kami putra-putri Indonesia, mengaku
berbangsa satu,
bangsa yang gandrung pada keadilan.
bangsa yang gandrung pada keadilan.
Tiga, Kami putra-putri Indonesia, berbahasa
satu,
bahasa kebenaran.
bahasa kebenaran.
Banyak
cara untuk mencintai Indonesia dan memikirkan rakyat jelata, apa yang dibawa
dengan cita-cita bangsa keharmonisan dari Gotong Royong para generasi bangsa
untuk membentuk melestarikan apa yang ada di Indonesia dengan cara para pemuda
yang memberla dan bercita-cita revolusioner, asalkan jangan sampai melalui
radikal, apalagi extreme revolusi, yang ada merugikan, karena evolusi diri
lebih efektif untuk membantu Indonesia lebih baik.
Kitika ada eksistensi maka tidak lepas
dari esensi, sehingga eksistensi adalah wujud substansi dari esensi, sehingga
esensi apa yang ada dalam
kehidupan yang nyata, jelas oleh kesat mata
manusia. Esensi ada di dalam keberadaan yang
nyata, dari apa yang terjadi dalam dunia yang nyata, serta bentuk dari sebuah cita-cita dengan cara yang
berada di dunia, di dalam apa yang ada
untuk
memanusiakan manusia (Dehumanisme).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar