Seandainya aku bunga;
kau mengira ku akan sempurna
Ketika sempurna kau
mengira ku akan mencipta estetika
Ketika estetika tercipa
kau tak menerima:
Lantaran akulah bunga
yang kau tak harapkan tumbuh
#
Saat kau mencium harum
bunga, kau bercita-cita memilikinya
Ketika sudah disertai-Nya,
kau membiarkan tak mau tau keberadaannya
Aku tak tahu harus bagaimana dan harus apa?
Apa betul harum dan
bentukku tidak kau cintai.
#
Ketika ku bangun cinta
padamu, kau tak memberitahu; kemana dirimu
Apakah kau lupa pada
saat ada dalam dirimu bersatu dengan segumpal darah yang dingin menjadikan aku
Ku tiba, tanpa sadar
kau tiada saat ku butuh bersandar.
Ketika aku antarkan
Suara tangisku kau
masih hafal betul tangisan pertamaku, kau yang kurasa aroma lemak air susu itu,
ketika hari ini kutemui wanita cantik dengan anaknya; kau biarkan aku tak ada
di sampingnya lagi
23 purnama: aku masih
sering bertanya tentang ciri dan tanda mengenai raut wajahnya
Bahwa mengenalmu adalah
cita-citaku; untuk kumiiki membangun prasasti surga di meja makan.
Kau masih saja tak
selembut dulu memaksaku meminum susu
Kau mewariskan tanda
tanya dalam jiwaku
Keberadaanmu adalah
keberadaanku
#
Katika cinta telah
tiba, kau berangkat tanpa perangkat dan iktikad tanda.
Dan apa masih membuka
rasa bangga “baginya” yang diharapkan
Apakah cita-cita
manusia hanya ada dalam angan
Serta naluri tanpa mencari
sebab:
Bahwa hilangmu adalah
hadirmu yang bersanding dengan rindu:
Yang ada dalam
sanubariku
Kau yang tak pernah
diharapkan tapi kau yang selalu datang saat fajar dan senja tiba
Malang
2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar