Selasa, 16 Oktober 2018

Pertanyaan Bunga “Tak Diharapkan”





Seandainya aku bunga; kau mengira ku akan sempurna
Ketika sempurna kau mengira ku akan mencipta estetika
Ketika estetika tercipa kau tak menerima:
Lantaran akulah bunga yang kau tak harapkan tumbuh
#
Saat kau mencium harum bunga, kau bercita-cita memilikinya
Ketika sudah disertai-Nya, kau membiarkan tak mau tau keberadaannya
Aku tak  tahu harus bagaimana dan harus apa?
Apa betul harum dan bentukku tidak kau cintai.
#
Ketika ku bangun cinta padamu, kau tak memberitahu; kemana dirimu
Apakah kau lupa pada saat ada dalam dirimu bersatu dengan segumpal darah yang dingin menjadikan aku
Ku tiba, tanpa sadar kau tiada saat ku butuh bersandar.
Ketika aku antarkan
Suara tangisku kau masih hafal betul tangisan pertamaku, kau yang kurasa aroma lemak air susu itu, ketika hari ini kutemui wanita cantik dengan anaknya; kau biarkan aku tak ada di sampingnya lagi
23 purnama: aku masih sering bertanya tentang ciri dan tanda mengenai raut wajahnya
Bahwa mengenalmu adalah cita-citaku; untuk kumiiki membangun prasasti surga di meja makan.
Kau masih saja tak selembut dulu memaksaku meminum susu
Kau mewariskan tanda tanya dalam jiwaku
Keberadaanmu adalah keberadaanku
#
Katika cinta telah tiba, kau berangkat tanpa perangkat dan iktikad tanda.
Dan apa masih membuka rasa bangga “baginya” yang diharapkan
Apakah cita-cita manusia hanya ada dalam angan
Serta naluri tanpa mencari sebab:
Bahwa hilangmu adalah hadirmu yang bersanding dengan rindu:
Yang ada dalam sanubariku
Kau yang tak pernah diharapkan tapi kau yang selalu datang saat fajar dan senja tiba

Malang 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar