Kamis, 26 Mei 2022

CERITA PERTEMUAN ANAK PERANTAU YANG DIUNTUNGKAN

Mula-mula duduk sambil merasa sedih sebab pergantian hari siang ke malam. Memang akhir-akhir ini merasakan hal aneh. Sambil ngopi di Warung Cak Agus, yang harganya tiga ribuan, makanya sering tempat ini jadi langganan. Seperti biasa saat pulang dari kampus, di saku Hp saya bergetar menerima pesan. 

Salah satu adik tingkat menghubungi saya, mengajak ngobrol atau ngo-pis (ngopi pintar inspiratif sebentar). Saat itu, memang tidak bisa bertemu di luar di tempat kopian 'tahu sendiri seorang perantau dengan hidup yang perlu ekstra bertahan, kalau tanggal tua harus hati-hati keluar kos apalagi ngopi, perlu pertimbangan ekonomis yang sangat dipertimbangkan. Kalau tidak tidak sampai akhir bulan harus minta tolong untuk meminjam beras dan mie untuk makan...' dan saya memutuskan bertemu di kos saja. Selain lebih bebas dan juga lebih hemat: bebasnya sambil tiduran atau selonjoran, hematnya hanya butuh masak air sebab ada kopi diberi teman dari Lampung kopi belum habis. 


Kita seperti biasa saat bertemu. Ngobrol akan banyak hal mulai dari kesibukan atau sekedar membuka dengan guyonan "wah rambutnya sudah panjang saja, dan ternyata kamu sudah kumisan tipis-tipis hehe." Seperti itulah pembuka obrolan agar tak kaki-kaki amat, katanya salah satu teman. Obrolan yang disengaja akan mengalir seperti air hujan lebat, masuk ke selokan-selokan, terus saja kita bicarakan. Pembuka seperti biasa kabar ditanya dulu, sebab kwatir bertamu ke kos tidak keadaan sehat, atau sakit malah brabe ke saya secara pribadi. Dia bilang "alhamdulillah sehat kak hehe" menjawab dengan senyum yang enak didengar dangan menggunakan bahasa ibunya yang madura bagian timur yaitu, Sumenep. 


Diulang kembali pernyataan. Sebelum kopi diserut dan sedikit camilan--yang sengaja beli yang berisi kandungan karbohidrat; 'biskuit roma disandingkan dengan kopi manis,' karena agar hemat saja sih kepengeluaran anak kos, agar tidak perlu beli makan. Lumayan kalau berdua menghabiskan biskuit roma harga 10k yang isinya lumayan banyak, pulang-pulang akan kenyang dan gak perlu beli makan. Sebenarnya ini rahasia anak kos irit. "Inilah dedikasi buatmu Mas, agar bisa bertahan hidup secara baik dan tidak merepotkan teman dan aibmu terjaga 'tidak perlu pinjam-pinjam uang ke teman kalau bisa heh'--begitulah mungkin caraku bisa ditiru kalau baik..." sambil tertawa lepas bersama, dan menggelengkan kepala. 


"Kos saya sempit, maaf beginilah. Tapi ya senang saja kalau bisa berdiskusi dengan beragam teman, silahkan duduk di bawah saja." Ujarnya kepada dia yang plonga-plongo dengan wajah malu dan lesu lantaran... baru selesai bersih-bersih kosnya. 

"Iya kak hehe, tapi bagus kak, dingin dan bukunya banyak. Sering baca buku apa kak. Sampyan sastra ya jurusannya, dari kapan di Malang, telah banyak ku dengar cerita tentang sampyan dari senior..." dengan bahasa ibu yang baik Dia berkata. 

"Sepertinya seniormu cerita aneh-aneh tentangku; hiperbola dan juga hanya mendengar juga mungkin, kalau namanya yang disebutkan belum pernah ketemu di warung kopi denganku. Tak dipercaya ya, hehe. Beginilah saya, tak ada yang perlu dibanggakan dari hidup ini, semuanya bonus apa yang selama kita proses. Toh yang lebih menarik bagi wanita dan mertua bukan buku, tapi adalah uang dan kehidupan kita yang dianggap mapan secara finansial. Ya kan...! Kita berproses terus hingga harapan itu menimpa kepada kita dengan sendirinya tanpa ambisi, karena saya masih percaya akan pesimistis, kalau hidup kita tidak baik-baik ini perlu diperbaiki secara baik sesuaikan pada tolok ukur diri hehe." Serunya dengan senyum dan bahasa rendah dikatakan.

"Hehe iya Kak, sampyan seperti teman SMA-ku dulu persis dari cara dan bersikap, memang benar kalau perihal dibanggakan atau tidak itu orang lain menilainya." 

"Dari segi apanya yang mirip, terlalu banyak di bumi ini orang mirip, hanya kadang nasib seringkali berbeda kalau muka memang wajarlah sama, sebab kita tahu semua manusia itu punya bagian-bagian organ sama, gak sama persis beruntung, kalau saya gigi rapi mungkin temanmu yang bolong hehe." Saling tertawalah kita bersamaan sambil sruput kopi. 


Pertemuan kita sebenarnya sederhana. Saat itu membicarakan tentang proses di Kota Malang sebagai sama-sama perantau. Awal mula tiba di perantau ketika berproses ikut kegiatan apa saja selama di kampus. Dia sebagai mahasiswa baru bertanya banyak akan proses jauh ke depannya. Kesadaran itu menurutku sebuah keuntungan bagi kita, hal tersebut perlu disyukuri. Karena dengan mudah menemukan teman sesama punya semangat proses di kampus sebagai mahasiswa. 


Singkatnya, saya menjawab dengan jawaban kalau dunia pendidikanku berbeda proses dengan teman-teman yang lain. Pendidikanku kurang stabil serta tidak cepat lulus atau tepat lulus, melainkan saya semester tiga harus cuti kuliah. Sehingga saya harus lulus 10 semester. Jadi, kalau berpijak dunia pendidikan belajarlah dengan Dani. Dia pekerja keras dalam banyak hal untuk serius dalam harapan yang diinginkan, itu baik dan perlu ditiru. 


Adapun dalam perjuanganmu sekarang masih panjang, berproseslah terus niat belajar didahulukan ketika mengambil keputusan mau berproses. Proses dimanapun sama kalau bisa memberikan nilai baik ke setiap tempat di mana terus berproses. Organisasi di dalam kampus maupun di luar kampus, sama saja. Karena setiap hal yang organisasi punya dasar pijakan baik dan benar sesuai dasar--yang tak kosong dari referensi oleh para pendiri--hanya kita sebagai orang yang ingin menjadi estafet, menajdi estafet yang benar-benar mengasah diri lebih baik sesuai porsi diyakini serta diyakini. 


Kita sebenarnya diuntungkan ketika bertemu dengan orang-orang yang sama-sama ingin belajar. Bahkan dibidang yang sama ingin kita gapai. Sastra dan literasi selalu jadi wadah paling sama-sama kita gemari "mari kita saling berbagi, minimal. Saat bertemu dengan orang yang mau membimbing dan mau membaca tulisan kita, bersyukur. Sebab dulu mentor pertamaku di sini mencarinya sangat sulit, maka manfaatkan selagi ada banyak di antara kita punya semangat sama dalam tujuan..." memang sebagai laki-laki kita diuntungkan, belajar dengan orang tidak terbawa perasaaan. Berbeda dengan salah seorang teman perempuan saat belajar dan ternyata Dia tidak beruntung--yang awalnya niat belajar bertemu dengan orang yang mau benar-benar membimbing ternyata tidak beruntung tidak mendapat dukungan, sebaliknya malah dimanfaatkan secara paras dan bahkan malah ingin dipacari... dan merasa iri-irian satu sama lain. Saya kadang berpikir apa memang terlalu terbawa perasaan mereka, dan mereka memang sadar akan hal itu. Kita diuntungkan dari hal tersebut tidak mungkin terjadi kepada kita sebagai laki-laki yang memang betul-betul mau belajar 'tak ada abang-abangan memanfaatkan seorang teman saat belajar' semua memang berproses. Malang ini memang sulit menemukan ruang yang tepat kalau kita tak pandai mencari secara baik. Saya diuntungkan karena bisa berkomunikasi dengan baik dan mau merasa sakit dulu, serta mau disuruh-suruh asalkan dapat membaca buku mereka, serta dapat uang walaupun sedikit. Intinya bisa mengasah diri serta tak perlu keluarkan beli buku, karena jatah sudah disediakan untuk dibaca. 


Jarum jam telah menunjukkan angka 23.00, jalan-jalan telah sepi dari bunyi motor yang berseliweran. Ibu kos telah mendorong pagar dengan gesekan bunyi akan ditutup waktu, lalu bunyi gembok tak hanya dicantolkan. Lalu Dia bertanya mengenai rekomendasi buku bacaa. Jika, rekomendasi bacaan buku Indonesia khusus puisi: Subagio Sastrowardoyo, Sitor Situmorang, Dea Anugrah, Sapardi, Jokpin, Chairil, dan Avianti Armand, Adhimas Immanuel, Wahyu Prasetya, dan Goenawan Mohamad. Sedangkan kalau luar Indonesia; Wislawa Symborzka, Octavio Pas, dan Pablo Neruda. Kalau dibidang prosa coba baca; Pramoedya Ananta Toer, Eka Kurniawan, Dea Anugrah, As. Laksana, Umar Kayam, Budi Darma, dan banyak lagi. Kalau luar negeri; Borges, Gabriel Garcia Marquez, Victor Hugo, Jean Paul Sartre, Albert Camus, Ernest Hemingway, Haruki Murakami. Mungkin masih banyak lagi, saya juga hanya masih belajar baca yang baik. Kalau saya jadi pembaca mengumpulkan buku dulu baru dibaca, bukan yang membaca lalu dikumpulkan bukunya. 


Namun nanti kalau tidak punya uang untuk beli buku, manfaatkan HP untuk unduh aplikasi Ipusnas. Jika kita pandai manfaatkan itu, banyak buku bagus-bagus. Baca saja di situ bagus-bagus. Itulah caraku saat tidak punya uang, walaupun tak suka baca buku e-books, karena saya masuk suka dengan aroma buku, apalagi buku terbitan Marjin Kiri, sangat beda dan suka aroma terbitan buku terbitan buku. 


Saat kita sudah diujung waktu mau keluar Dia. Lalu ayo bubarkan saja, sampai jumpa lain waktu, lain waktu diskusi lagi. Semangat belajar. Mungkin itu dulu. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar