Senin, 23 Mei 2022

Kado Hardiknas Seolah-Olah Merdeka Belajar

Hari pendidikan selalu dirayakan oleh kita sebagai orang yang berada di ruang pendidikan. Karena orang-orang yang mengerti serta memahami akan  pentingnya pendidikan perlu menyadari secara esensi dan eksistensinya. Kemungkinan terlalu memberi batasan secara luas serta secara khusus kalau menganggap di luar pendidikan merayakannya. Namun kini perlu pemahaman lebih luas lagi untuk dunia pendidikan kita hari ini, karena ada namanya merdeka belajar, apa itu merdeka belajar? Ada yang berkata, “merdeka  belajar itu, tidak ada ikatan dengan apapun terpenting bisa belajar.”

Secara pandangan khusus mungkin ada benarnya jika itu dibenarkan, kalau pendidikan tidak perlu berada di naungan instansi atau pendidikan. Terpenting kita bisa mengenyam secara esensial pendidikan kita, kalau belajar tidak butuh ruang, guru, atau buku. Ada benarnya, bagi yang memahami kalau pendidikan itu terletak pada pola pandangan serta pola pikir yang dapat memberikan kehidupan lebih baik dari kehidupan sebelumnya, pola pikir telah terbentuk secara baik tanpa kontaminasi, serta merasa merdeka dalam mengambil keputusan.

Artikel berjudul “Konsep Pendidikan Anak Menurut Jacques Rousseau” (2018), artikel tersebut ditulis Hiasintus Eko Pompang,  Konsep pendidikan menurut Rousseau bersifat negatif yang artinya pendidikan yang bertujuan melindungi kepekaan emosi (hati) dari kebiasaan jahat dan menjaga pikiran dari kesalahan. Seorang anak harus dibiasakan untuk melakukan sendiri sesuatu yang menjadi kebutuhannya bukan karena aturan atau paksaan dari luar. Bahwa konsep pendidikan kepada anak masuk ke dalam diri yang mangacu kepada kesadaran akan memilih, atau sadar berpikir mengenai pentingnya belajar agar mampu mengetahui kebutuhan diri.

Konsep di atas akan menjadi baik jika kesadaran telah  menjadi dasar seorang anak atau seseorang memiliki konsep mengenai dunia pendidikan. Kemungkinan dasar-dasar merdeka belajar mereduksi dari pola pandang yang dilontarkan oleh pemikir dari Prancis tersebut, mengenai konsep pendidikan. Bahwa itu menjadi dasar-dasar pijakan di dunia pendidikan kita hari ini. Walaupun secara luas kita memandang, bahwa merdeka belajar yang hari ini kita rasakan merupakan pandangan asli dari seorang pelopor pendidikan kita, yaitu Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara, adalah seorang pemikir sekaligus orang pelopor di dunia  pendidikan kita, yaitu Indonesia. Konsepnya yang dianggap tetap relevan dari setiap zaman secara konsep serta perspektif. Namun terkadang ada kejanggalan secara praktik-prakti yang dilakukan oleh oknum-oknum kita—khususnya yang berada di ruang-ruang birokrasi. Konsepnya yang menjadi gagasan penting di negeri ini dan menjadi pijakan sepanjang pendidikan kita

“Konsep Pendidikan adalah pendidikan yang memerdekakan. tujuan  dari pendidikan adalah kemerdekaan.Merdeka berarti setiap orang memilih menjadi apa saja, dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki orang lain.”

Pandangan atau konsep di atas akan menjadi turunan pendidikan-pendidikan kita, dunia pendidikan yang memiliki konsep serupa dengan dalil-dalil serta apa yang menjadikan itu baik bisa diterapkan dalam sistem pendidikan kita. Akan tetapi, terkadang kita belum menyadari akan konsep serta pandangan tersebut mampu diterima serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena belum juga ada kesadaran paling baik dalam mengimplementasikan. Padahal berbicara kesadaran, terletak dalam diri atau masuk ke dalam.

Membangun pola pikir tersebut perlu adanya upaya serta usaha sengat ekstra untuk melakukan. Karena masyarakat ini banyak lapisan-lapisan perlu dilalui. Salah satunya yaitu, dunia pendidikan akan menjadi dasar untuk mengetahui sadarnya—serta mampu memberikan dedikasi secara baik dengan baik serta bisa memupuk sejak dini. Minimal kesadaran tersebut mampu menumbuhkan minat dan bakat di dalam diri serta bisa membentuk pola pikirnya. Jika itu bisa terjadi, maka ada kesuksesan dunia pendidikan tersebut.

Adapun lapisan masyarakat perlu dilakukan dunia pendidikan non-formal juga disentuh secara luas serta bijak. Karena masyarakat terkadang lebih cenderung menjalin komunikasi lebih intensif bahkan lebih percaya dengan orang lama berbicara tentang banyak hal. Bisa dilakukan dengan cara meggunakan teknik pendekatan public figur di tempat. Sebab dengan seperti itu cita-cita pendidikan secara luas akan tersampaikan secara luas tidak hanya secara khusus.

Peran tersebut mempu menyisir masalah-masalah di lingkungan sekitar. karena setiap masalah yang terjadi di dunia pendidikan tidak semerta-merta menjadi masalah semua orang dan semua orang membutuhkan apa—yang disolusikan oleh para pemangku kebijakan. Hal tersebut perlu teliti dalam menyisir kebijakan kita hari ini, terutama dalam dunia pendidikan kita—yang menggabungkan merdeka belajar.

Merdeka belajar ini sebenarnya perlu adanya sebuah spesifik lagi untuk lebih khusus. Karena yang dipercayai oleh hemat saya dengan keterbatasan kemampuan serta memahami secar detail dan luas. “Merdeka belajar…” yang dikonsepkan ini merupakan pembentukan pola pikir bukan lagi merancukan  sistem yang telah berlaku. Jika diambil efektif tidaknya suatu pendidikan kita perlu menelisik efektifnya tujuan belajar serta  cara implementasi berlaku di dunia pendidikan kita. Apakah masyarakat kita siap atau  mengetahui cara-cara baik dalam menerapkan konsep pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan serta sesuai dunia pendidikan menjadi fasilitas yang tepat.

Pendidikan yang ideal terkadang hanya indah di konsep, namun belum tentu mampu membuka pola pikir sesuai dengan realitas. Jika konsep mengarah pada ide kita—yang terkadang menjauhkan dari pola pandang ideal dalam dunia realita. Hal ini dapat kita sesuaikan dengan apa yang terjadi dunia keahlian seseorang bisa saja terjun di dunia pekerjaan namun tidak sesuai dengan jurusan, karena hal itu masalah pelik perlu secara kolektif pendidikan perlu secara sinergi bisa membangun relasi serta komunikasi dengan masyarakat luas. Dan masyarakat mampu menerima apa-apa yang telah diberikan serta  memahami tujuan pendidikan: membuka pola pikir, belajar sesuai dengan kebutuhan. Menjadi manusia merdeka dalam memilih dalam hidup.

Sebagai penutup esai ini, mengambil dari kutipan Ki Hajar Dewantara, yang berbunyi  “pendidikan itu seperti menanam, jika kamu menanam padi maka kamu akan memanen padi, tidak panen jagung.” Konsep  tersebut memberikan pandangan bahwa manusia perlu  menemukan potensi dirinya, untuk menemukan potensi itu—yang paling ideal salah satunya dunia pendidikan—yang perlu dilakukan diajarkan pola pandangan mengasah diri. Jangan sampai dunia pendidikan menjadi “Drak Academia” yang tidak memberi jawaban atas potensi seorang pendidik. Selamat  hari pendidikan 2022. Mungkin. 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar