Selasa, 27 Desember 2022

MENYONGSONG SATU ABAD NU

Gong besar cita-cita para tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di acara satu abad NU ini seperti ada kado untuk para generasi masa depan. Dilihat dari topik besar di acara NUTech: Final Day, sekurang-kurangnya secara tersirat mengangkat masalah begitu kontekstual topiknya, yaitu bagaimana era sekarang kita bisa menguasai technology. Sehingga gong besar mengenai teknologi ini dapat berhikmah kalau bisa jadi media bagi agama serta berjalan beriringan.

NU tidak muda lagi. Sepertinya kini kita tidak hanya membahas fiqih dan tauhid saja, atau urusan vertikal manusia. Satu abad ini seperti sudah waktunya membuka dada tidak hanya berlarut-larut mempermasalahkan hal yang sudah ada sanadnya jelas. Biarkan itu, selesaikan dulu dengan diri sendiri sebagai generasi NU antara hubungan manusia dengan Tuhan. Namun ada yang lebih penting untuk membuka dada selebar-lebarnya hubungan horizontal mengenai technology—yang dirasa masyarakat secara material dan intelektual mahir.

Era modern punya anak kandung teknologi ini diharapkan bisa menjawab secara baik masalah-masalah hidup di sekitar kita. Bagaimana agama tidak menolak dan apatis terhadap teknologi, akan tapi technology dapat jadi jalan baik bagi agama Islam khususnya. Sehingga technology di tubuh agama menjadi salah satu sarana dan prasarana penting untuk dimanfaatkan sebagai syiar agama secara kontekstual dekat dengan kehidupan.

Adapun peran penting ini terletak kepada siapa? Jika memandang dari beberapa pandangan para tokoh yang menjadi opening space di kegiatan satu abad NU terletak pada para tokoh agama Islam. Khususnya, karena ini kegiatan NU, maka peran tokoh-tokoh NU dalam melakukan syiar-syiar agama sesuai dengan yang ada di tubuh NU tersiarkan secara luas dan bijak. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada dengan tujuan seluruh masyarakat mampu menerima dengan mudah menerima akses-akses platform telah tersedia seperti; youtube, spotify, instagram, dan facebook dan yang lainnya—dengan tokoh-tokoh agama terlibat peran aktif sebagai tugas syiar secara moderat.

Adanya teknologi sebagai wadah sangat efektif di era sekarang. NU perlu memiliki kesadaran atas masalah-masalah yang perlu diatasi. Masalah paling akut di masyarakat kita terhadap kecakapan literasi. Sebagaimana cakap literasi menjadi salah satu point penting untuk menggunakan technology dan manfaatkan dengan sebaiknya. Tentu akan membantu lebih kritis terhadap temuan-temuan di sekitar tanpa disengaja secara baik dan buruk bertebaran. Untuk mengatasi perlu pandai tidak mudah menonton dan menyukai atau mencari-cari tidak sesuai kebutuhan kita di sosial media, agar algoritma di akun sosial media positif.

\Perhatian penting bagi generasi NU: Penggunaan Bahasa

Tak mudah menyederhanakan hal baik di masyarakat, kecuali melibatkan bahasa. Peran bahasa begitu penting di era technology ini, serta wajib menjadi salah satu keterampilan dikuasai. Terkhusus para tokoh NU, menyederhanakan bahasa mudah diterima. Salah satu contoh alm. Gus Dur dengan anekdot dan humor tidak hanya menawarkan hal lucu, tapi juga menawarkan kita berpikir. Itu peran bahasa, bahwa tokoh NU mampu menggunakan bahasa secara heterogen ‘semua orang tahu dengan mudah memahami;kata, frasa, dan kalimat’, jangan menggunakan bahasa homogen (hanya orang khusus tahu, sebab bahasa digunakan ilmiah/akademis, kadang rumit dipahami kecuali orang-orang akademis sendiri memahami.  

Topik kontekstual ini, diambil bahkan dibahas oleh para generasi. Terkhusus para tokoh NU kini memiliki fungsional aktif. Topik menarik karena masalah-masalahnya begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.  Perlu punya strategi karena sukar. Bagaimana tanggung jawab intelektual untuk mencerdaskan di bidang pendidikan, politik, ekonomi, kesehatan, dan budaya bisa di atasi tidak hanya dari sektor atas, melainkan masyarakat di bawah bisa secara mandiri mengatasinya. Peran tersebut terletak ke tokoh-tokoh untuk penyebarluasan terhadap kesadaran secara rasional dengan tujuan kemajuan ber-NU.

Jika sebuah usaha secara ideal kontekstual ini mampu dijawab dengan baik oleh masyarakat NU atau non-Nu. Tentu ini salah satu kado ideal begitu spesial. Akan jelas senang para pendiri, jika penggunaan technology sebagai wadah ini berhasil digunakan secara baik. Sehingga sesuai dengan dawuh Kh. Cholil Staquf “agama untuk menemukan solusi, bukan menjadi masalah.” 

Tantangan NU I Abad: Disrupsi, Ekologi, dan Emosi

Tantangan berkembangnya teknologi tidak lepas  dengan adanya disrupsi. Bahwa perubahan manusia hidup akan seperti ada gangguan atau bahkan menjadi hal baru. Kebaruan tentu akan menawarkan banyak hal, sebutkan saja salah satunya adalah sebuah kebiasaan kita kalau sebelum tidur orang dulu, pergi cuci muka lalu tidur, sekarang berbeda, mengecek sosial media terdahulu, email lalu tidur. Karena hal tersebut seperti menjadi bagian hidup dan dunia baru kita.

Menurut Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadi pembicara di acara NUTech: Final. Ada dua cara begitu efektif masyarakat mengatasi disrupsi yaitu: 1) memiliki pola pikir Ground mindset atau keep learning without stopping, 2) memiliki critical thinking bahwa dua modal dasar ini perlu dimiliki di era disrupsi ini. Dilanjutkan oleh pandangan Gita Wirjawan masyarakat sekarang jangan amnesia historis, lupa terhadap masa lalu.

Sedangkan tanggapan dari kedua materi Yeni Wahid, ada tiga pandangan isu besar dihadapi manusia sekarang, yaitu: disrupsi, ekologi, dan emosi, lalu bagaimana masyarakat kita sekarang sadar tiga isu tersebut. Sedangkan ia paling menekannya pada emosi (menjadi masyarakat berakhlak, tidak hanya menerima perubahan, dan memahami urusan hutan/lingkungan, namun masyarakat bisa mengontrol emosi secara baik dengan belajar pada tokoh-tokoh NU tidak ngawur).

Gong persembahan satu abad NU ini, berisyarat ke generasi tuk menyuarakan diri di dalam hatinya berwarga NU. Bahwa ini merupakan kado kontekstual yaitu technology untuk dimanfaatkan  dan dikembangkan sebagai salah satu media syiar-syiar agama Islam—dan NU mampu menjawab setiap masalah di masa depan, bahwa agama dan technology mampu mengatasi masalah besar: disrupsi, ekologi, dan emosi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar