Di akhir tahun 2022 ini, Indonesia indah dengan cuaca yang dingin terkadang panas. Keadaan cuaca tidak menjadi urgensi dalam kehidupan sehari-hari, cukup tubuh sehat akan memiliki daya kuat. Akan tetapi akhir-akhir ini mengejutkan pada hasil penelitian kompos mengenai gizi masyarakat Indonesia sangat rendah bahkan memiriskan.
Koran Kompas
pada tgl 9-10 Desember 2022, memaparkan hasil riset tim jurnalisme data
terhadap gizi pangan masyarakat Indonesia, yang hasilnya mengejutkan. Karena
dari 183,7jt orang, atau 68% populasi, ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan
gizi harian mereka.
Data
tersebut menunjukkan kalau masyarakat kita memang tidak begitu sehat-sehat
begitu. Hal tersebut tentu sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat. Ada
dikarenakan memang masyarakat tidak begitu memahami pentingnya gizi, biaya
hidup yang tidak begitu terjamin perihal ekonomi, ada pula lantaran kurangnya
kecakapan mempraktikkan pentingnya pangan. Bagian di atas menjadi salah tiga
dari masalah rasa peduli terhadap pangan.
Adapun paling
memuaskan dalam hal gizi adalah perihal kemiskinan masyarakat. Jangankan ingin
memakan makanan yang bergizi, ingin memakan makanan yang biasa saja masih belum
bisa terpenuhi atau sejahtera. Karena defisi miskin adalah sebuah ketidak
mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sendiri. Misalnya seperti
makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, hingga pakaian. Kemiskinan
sendiri dapat disebabkan oleh adanya kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
atau sulitnya mendapat akses pendidikan dan pekerjaan yang layak.
Makanan
merupakan bagian dari identitas masyarakat. Dapat dikatakan pola hidup kita
dapat disebabkan dari pola makan, bagaimana seorang makan dengan sesuai
kebutuhan atau sekedar mengikuti trend kekinian yang hanya mementingkan keinginan.
Hal tersebut yang tidak dapat diamati secara baik. Lantaran citra makanan
menjadi memunculkan identitas kehidupan sehari-hari; mulai dari sikap
kesederhanaan, bersyukur, dan menjaga kedekatan kita dengan alam.
Lalu
bagaimana kita mampu mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Ada banyak
pilihan di negara Indonesia yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Ketika
kita pergi ke hutan banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan sayur serta
lauk. Tentu tumbuhan-tumbuhan sejenis daun singkong, glandingan¸
bayam, dan kelor dsb. Makanan tersebut tergolong sangat lokal yang dengan mudah
didapat serta dimasak secara baik di kehidupan sehari-hari.
Peran
Pemerintah
Pidato
Presiden Soekarno waktu di IPB (Institut Pertanian Bogor) pada April 1952, yang
mengatakan “Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan sawah padi.” Secara
tersirat, kalau masyarakat Indonesia bisa menggunakan makanan lokal jagung dan
jawa wut.
Peran
pemerintah dalam hal ini yang perlu dilakukan paling sederhana yaitu
sosialisasi. Selain tanggung jawab lain dengan perlu memenuhi serta memberikan
solusi terhadap krisis gizi masyarakat. Karena begitu sedikit
masyarakat sadar serta memahami mengenai pentingnya pangan gizi kehidupan
sehari-hari. Hal ini perlu adanya kesadaran kolektif digaungkan secara seksama.
Karena dengan kesadaran tersebut akan ada solusi paling ideal yang mampu
disesuaikan oleh masyarakat sesuai dengan lingkungannya yang dapat dikonsumsi
sebagai meningkatkan gizi.
Stakeholder
yang memiliki peran perlu melakukan penanganan serius. Karena kalau tidak akan
tidak mungkin masyarakat memiliki kesadaran kalau lingkungan kita pada dasarnya
kaya dengan sayur serta apa yang dapat dikonsumsi dengan baik, bahkan sehat.
Walaupun pada intinya pemerintah punya tanggung jawab, sekurang-kurangnya memberikan
kesadaran kepada masyarakat serta berjuang secara kreatif diri, yang dibantu
dengan sosialisasi. Sehingga rasa sadar serta keyakinan untuk menjadi
masyarakat yang sehat tidak hanya menunggu dana atau bantuan dari pemerintah.
Ketika
masyarakat sadar kalau kejadian ini tidak semerta merta mengandalkan
pemerintah. Akan tetapi membangun sebuah kesadaran secara kolektif serta
bersyukur mampu membangun ekonomi kreatif secara baik. Salah satunya yaitu
memanfaatkan sebuah alam sekitar untuk kepentingan pribadi dan kepentingan
orang banyak. Sehingga masyarakat kreatif tidak menggantungkan segala hal pada
bantuan pemerintah. Hemat saya kesadaran akan ekonomi kreatif tersebut bentuk
kesuksesan pemerintah memimpin—yang tidak sekedar memimpin melainkan memberikan
arahan serta memberi solusi mengenai apa yang urgensi.
Menurut
hemat kecil saya, pemerintah yang tidak hanya sibuk memikirkan gizi, tapi juga
memikirkan mengenai pengesahan RKUHP. Ada tugas paling penting yang sangat
sentral serta begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yang tidak lain
mengenai peningkatan gizi untuk menemukan solusi, jika tidak khawatir
masyarakat secara mandiri tidak percaya dengan adanya pemerintah (distras).
Lantaran akan terjadi penurunan kesehatan.
Menurut
survei Healthy Diet Basket (HDB) tahun 2021 menyebutkan penduduk tidak
menjangkau makanan yang bergizi serta seimbang. Indonesia memiliki nilai
rata-rata 68% yang belum mampu memenuhi gizi harian mereka. Pemahaman data di
atas tentu menjadi salah satu memunculkan kesadaran secara pribadi serta secara
kolektif mampu mengatasi terjadinya krisis gizi. Karena kebutuhan sendiri untuk
sehat.
Wilayah
Jawa Timur berada di presentase 20%-24% dapat digolongkan standar. Wilayah
secara statistik relatif rendah. Maka dapat dikatakan dalam hal ini ada
faktor-faktor yang terjadi, mulai dari ekonomi masyarakat masih begitu
rata-rata, pendidikan, serta kesehatan mudah diakses. Tentu hal ini sebuah
usaha dilakukan secara bersama untuk mencapai tersebut—yang tidak baik-baik
saja, tentu perlu peningkatan lebih intens.
Wilayah
Paling Rendah Gizi di Indonesia
Provinsi
paling yang menyedihkan masyarakatnya yang tak mampu membeli makan, makanan
bergizi seimbang terbesar di Indonesia , dengan perpresentase 78% ini, yaitu
wilayah NTT. Wilayah yang begitu getir dengan populasi penduduk tidak mampu
membeli pangan bergizi seimbang di Indonesia. Data yang diperoleh dari Studi
Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang tertinggi di Indonesia dengan angka
37,8%.
Pada masalah
tersebut perlu adanya sebuah peninjauan secara ekonomi. Bagaimana masyarakat
ekonomi rendah akan menjadi masalah, maka hal ini tidak lain peran pemerintah
melakukan penanganan lebih serius. Hal ini tentu sudah dijelaskan oleh
koordinator Pangan Koalisi Rakyat Indonesia untuk kedaulatan, Ayip Said
Abdullah mengatakan untuk mengatasi keterjangkauan makanan bergizi bisa
menggunakan konsep Locality (lokalitas) dan diversity (keragaman)
karena setiap wilayah ada sistem pangan yang bisa dikembangkan.
Kecakapan
literasi memiliki nilai penting memahami serta menemukan solusi rendahnya gizi
disebabkan pangan yang sehari-hari dilakukan sendiri. Bahwa gizi merupakan
faktor penting dalam hidup yang perlu diatasi. Sehingga masyarakat akan
menyesuaikan dengan kebutuhan gizi dalam kehidupan sehari-harinya dan mampu
menjaganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar