Senin, 07 Oktober 2019

Literasi dan Evolusi




Semakin tinggi bacaan manusia semakin rendah pula termakan profokasi manusia.  Hal ini menjadi bukti bahwa literasi sebagai alternatif dalam menerima informasi, yang tidak mudah teprofokasi. Ketika ingat dengan metamorfosisnya seorang Filsuf Jerman Friedich Nietzsche dalam buku Zarathustra (Nietszche, 2017:1) bahwa yang terberat adalah merendahkan dirimu sendiri agar melukai kesombonganmu dan membiarkan kegilaanmu keluar agar mengejek kearifanmu.
Hal itu menunjukkan bahwa setiap kearifan manusia akan melahirkan sebuah kerendahan diri dan tidak akan meninggikan dirinya. Sehingga dalam keadaan seperti itu manusia memerlukan kontrol yang dapat mengatur dirinya agar tidak terjerumus akan jurang-jurang kehancuran. Dan tugas dari apa yang telah dilakukan bagaimana bisa mengontrolnya dan mengembangkan agar terus berkembang. Literasi dan manusia bagaimana terus berkembang dalam kehidupan kita dari lingkungan hidup kita.
Saat hujan menyapa dengan sebuah tanya, tanpa maksud apa-apa pada saat itu  sebagai manusia bertannya pada diirinya “apa hari ini sebuah cita-cita masa depanku?”. Sebuah perjalanan akan menyisakan kesan pada setiap peralanan, alam selalu mempersembahkan  apa yang telah dititahkan ketika memaksakan untuk mengikuti perputaran alam. Suasana pertemuan dalam sebuah perjemuan pada sebuah ilmu pengetahuan sangat banyak jalan untuk menempuh.
            Pada saat kuliah aktiv sebagai mahasiswa akan mengemban beberapa banyak tanggung jawab “katanya”, ketika kita yang lain sibuk dengan tugas tanggungjawab laporan, yang akan diserahakan kepihak sekolah, suasana kos sudah tidak kondusif. Banyak dari antara buku dalam rak hanya menjadi instalasi pemandangan yang menuai estetika pencitraan ketika mengmbil buku hanya berdebu dalam rak buku yang telah terkumulkan.
Rasa-rasanya kemaraian itu menunda kegelisahan serta menguji bahwa literasi sebagai pondasi sudah tidak dihiraukan kembali, dengan  keadaan manusia dalam menciptakan sebuah karya ketika sudah menjadikan kita untuk lebih bermakna dalam membaca. Ketika Unisco melakukan penelitian pada 2016  mengenai tingkat literasi di Indonesia dikategorikan rendah dan lemah, karena hasil dari data bahwa rata-rata dari 1.000 orang Indonesia yang suka pada literasi hanya 1 orang. Proses penelitian itu dilakukan dengan peringkat baca; Koran, majalah, dan buku sangat rendah dalam hasil dan pembelian atau koleksi buku orang Indondesia.
            Sifat malas adalah kudrot dalam diri manusia, jika nyaman dengan sebuah keadaan bersiaplah untuk digilas oleh peradapan. Peradapan  lebih kejam dari kejahatan para kriminalisasi ketika perjalanan tidak pernah memberikan sebuah marwah terhadap kisah tuk masa akan datang. Dengan proses membacalah manusia bisa Berjaya serta bisa berkarya, berbuuat baik manusia akan bisa dicipta namun sebuah cara terbaik yang mampu memberikan hak cipta pada kehidupan manusia. Kemalasan itu hanya bisa dilawan dengan sebuah keinginan, dengan seperti itu maka akan meruntuhkan sebuah kemalasan.
            Pada suatu hari yang lalu saya mendapatkan pesan watshap, berbunyi permintaan untuk menjadi pemateri 19, September 2018 di Fakultas Kedokteran Unversitas Brawijaya (FK-UB), kala itu saya sangat kaget karena merasa belum siap, dikarenakan  saya sendiri masih semester VII, karena itu adalah pilihan untuk bisa belajar dengan apa yang berkan kepada saya mungkin saja itu amanah. Dan saya rasa itu sebuah titahan dari Allah Swt diberikan agar saya bisa belajar lebih giat mengenai teori serta tetantang kehidupan. Setelah itu saya putuskan untuk menerima apa yang sudah menjadi pilihan yang penting niatkan untuk belajar.
            Banyak hikmah yang dapat saya ambil dari apa yang dapat saya bagikan nantinya. Langkah awal saya mengambil data-data peringkat literasi yang ada di Indonesia, karena materi yang diminta yaitu mengenai literasi “Budaya baca, Diskusi dan Menulis”, sebuah keresasahan dan kebahagian lantaran ini menjadi tantanangan kepada kompetensi pada diri sendiri serta bagaimana mental bisa memberikan pandangan pada mahasiswa FKUB yang dalam klasifikasi disiplin ilmu tergolong pada disiplin ilmu eksaskta. Sehingga tugas saya sebagai orang yang nantinya bisa memberikan stimulus dan peserta bisa merespon apa yang bisa saya sampaikan, harus lebih siap dengan persiapan mateng. Setelah mencari serta mendapatkan data dari apa yang ditemukan sangat memiriskan karena peringkat negara palinng rendah Negara Indonesia berada diposisi paling bawah nomor 2 di atasnya Bostwana. Ini permasalahan sangat memilukan dari tahun ketahun 63 tahun yang lalu kata Taufik Ismail negara kita.
            Paling menarik dalam literatur menemukan data mengenai pentingnya literasi. Tulisan itu ada di dalam risetnya media tirto.id bahwa Francis Bacon sorang filsuf Inggris mengatakan bahwa “Pengetahuan adalah kekuatan, siapapun pelakukanya”. Kalau kita mennjau lebih dalam mengenai sejarah, pada saat berjayanya seorang Fir’un Berjaya bukan semata-mata dengan kekuatan militernya, Fir’un memiliki perpustakaan sendiri yang mengoleksi buku 20.0000 buku. Hal itu menjadi refleksi dalam kehidupan dalam pentingnya literasi baca. Membaca adalah kekuatan manusia ketika mampu menguasai apa yang telah dibaca. Dengan seperti itu pula saya bisa sadar atau kritis atas pentingnya membaca bukan hanya memberikan dampak pada diri sendiri namun akan memberikan dampak pada kehidupan kemaslahatan ummat serta membantu atas kemajuan perkembangan sains sebagai sumbangsih mengenai pentingnya perkembangan zaman, dengan pengetahuan yang dimiiki akan memberikan dampak terhadap fungsi orang lain serta punya nilai estetik.
            Setelah mendapatkan di sini saya mempersiapkan diri mengenai teknis bagaiamana nanti bisa menyampaiakan mengenai budaya literasi, dengan keadaan yang jarang istirahat secara teratur. Ketika sudah sudah siang pergi ke Perpustakaan Pascasarjana untuk baca-baca literatur yang berkaitan dengan kesehatan literasi, setalah menemukan sangat menarik, karena kesehatan literasi sangat penting pada kehidupan dalam membangun kognitifitas serta psikomotorik dalam perkembangan hidunya. Otak akan selalu sehat ketika keterampilan membaca, diskusi, serta diskusi (dunia literasi) diintensifkan dengan serius. Ketika masyarakat cerdas bersiaplah negara akan berkelas.
            Ketika semua bisa dilakukan dengan baik dalam mengelola sebuah wadah baca maka akan  ada dampak positif yang mampu diterima oleh mahasiswa khususnya. Sehingga literasi akan menjadi sebuah kebutuhan bagi calon kaum intelektual. Membaca sebagai tugas manusia yang telah menjadi anjuran kita dalam hidup. Dan itu sudah menjadi anjuran Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-allaq ayat 1 artinya “Bacalah dengan menyebutkan nama Tuhanmu”. Hal itu menjadi bukti bahwa kita hidup anjurannya yaitu membaca, dan menulis bentuk bonus.



Biografi
Akhmad, Mahasiwa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (FKIP-UNISMA), Aktiv di LPM Fenomena, HMJ PBSI, dan Komunitas Gerilya Literasi.

1 komentar: