Minggu, 06 Oktober 2019

Mengasingkan dari Demonstrasi Mahasiswa; Bedengan

Foto:LV.A

Minggu- minggu ini memang suasana paling rumit dalam hidup. Bekerja sudah merasa bosan kadang melelahkan. Menulis rasanya sudah seperti menemukan kegagalan. Maka saya awalnya ingat dengan Mas Alif teman yang sudah lulus mengajarkan saya mengenai kehidupan bebas, makanya beberapa hari lalu seperti menggebu segera berangkat ke Bedengan tempat yang pernah saya singgahi bersamanya, dan kini merasakan aroma Itu kembali merindukan, mau mengajaknya sekarang ia Umroh. Dan pada saat itu saya mengajak Deri dan Iqbal, ternyata Dek Lia mau ikut juga. Pada saat itu serasa kurang etis kita berangkat bertiga sedangkan akan ada perempuan. Namun ketika ada Hamif dan ia datang mengajak Ifa pacarnya, dan bersyukur ada temannya, agak tenang.

Saya memang ada rencana untuk pergi ke tempat sunyi. Mencari tempat sunyi untuk bisa memahami diri. Tepat bersama dengan kemaraian Kota Malang dan seluruh kota lainnya, Semua Mahasiswa (i) turun ke jalan. Menuntut kebijakan DPR RI yang membuat undang-undnag baru, RUU KPK dan RUKUHP dsg. Sudah satu minggu ini mulai dari tgl 23-26 bahkan ada tambahan dengan tgl 27 aksi Kamisan. Dalam pikiranku begitu sangat kacau melihatnya, dan pada masa itu saya ikut serta juga walau secara signifikan tidak akan memberikan fungsi. Tapi sebagai Mahasiswa sepertinya saya tidak akan rela dengan keputusan berdamai denhan diri sendiri, tanpa ada partisipasi. Walau pada saat datang itu hanya memilih sampah dikala demonstrasi sudah selesai, membersihkan potongan rokok, karena aku sadar kalau Itu bagian dari demonstrasi damai dan bersih.

Kala itu tgl 29 September 2019. Saya, Deri, Lia, Mbak Iva, Diky, dan Hanif. Akan segera berangkat. Bedengan menjadi opsi pertama kali, lalu tepat setelah Asar kita berangkat. Bermalam di sana.

Semalannya kita bicara tentang banyak hal. Ada yang direncanakan ada yang tidak rencanakan, hanya kondisional. Tujuannya tidak lain, dan tidak bukan, bahwa dari beberapa itu melebur jadi satu. Meminum kopi bersama berbicara tentang banyak hal, mengenai pengalaman sendiri, dan pengenalan orang lain.

Kala pagi sudah tiba memasak kopi dan menyalahkan api, mencari kayu ke dekat tenda yang telah kami buat. Setelah melakukan perjalanan ke arah dataratan tinggi melakukanlah, setelah selesai bergegaslah pulang.
_________________________________

Perempuan Yang bergonceng kepada saya itu memang membuatku ringkuh dan bingung bicara apa kepadanya. Lalu berapa kepadanya ia mengajak berbicara tentang semuanya.
"Aku seorang pemikir dan waktu itu aku terkontaminasi dari pemikirannya Kiran seorang tokoh dari salah satu novel Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur Karya Muhidin M. Dahlan."
Pada saat berboncengan, di atas sepeda motor sepulang dari salah satu tempat yang sedikit hutan, dan pas berangkat pada tgl 29 September 2019.Waktu itu saya Mahasiswa semester akhir. Dan perempuan Itu masih semester VI. Masih teringat dengan pembicaraannya, dan berkata.
"Mas anak itu asik ya." ucapnya perempuan itu.
"Iya asik!, Tapi ya gitu urakan agak ngawur." jawabku padanya.
"Tidak masalah Mas, lebih suka dengan orang seperti itu, lebih jujur dan apa adanya, terpenting anak seperti itu tidak munafik, kalau memang gak suka dia bilang gak suka." Dengan nada tidak terima menjawabnya.
"Iya memang Dek, anak seperti itu akan lebih memahami mengenai perempuan mana yang baik dan mana yang tidak, dan akan lebih teliti Pada perempuan, biasanya anak seperti itu akan senantiasa melindungi." dengan nada keras karena ada desir angin di atas motor untuk bisa terdengar.
"Iya Mas, saya malah senang dengan berteman dengan anak seperti mereka. Saya Ini tidak suka pada teman-teman yang klim anak seperti mereka itu tidak memiliki kebaikan sama sekali. Padahal saya ini menjadi saksi dari anak-anak seperti mereka, mereka itu pernah mabuk dihadapanku sendiri di dalam kontraknya, tapi aku tidak mempermasalahkan dengan hal itu, saya hanya menjawab kalau berteman bukan dari segi kebaikan dan keburukannya. Tapi memang karena ingin berteman dengan seseorang." ujar kepadanya kepadaku.
Angin berdesir mengikuti hati yang menanti pertanyaan-pertanyaan darinya. Dari malam sudah banyak menimpan jawaban yang ingin ditunggu. Dan mengenai pemikiran dan pendiriannya dalam berteman. Hatiku berkata, perempuan ini hebat dan tidak disangka pemikirannya seperti ini. Lalu berhentilah motor yang kutunggangi ini bersamanya, lantaran teman-teman yang pada ingin makan. Berhentilah, di penjual bakso. Makanlah mereka semua kecuali aku yang tidak makan.



Akhmad 2019
Cerita pada saat di Bedengan ngecamp bersama; Lia L, Deri, Hanif, Ifa, dan Dikky.

1 komentar: