Senin, 03 Januari 2022

TUA, DEWASA, ITU PILIHAN: HIDUP ABSURD KATA ALBERT CAMUS

 Kebebasanku hanya ada dalam pikiran

Kebebasan bertindak untuk hak

Dan semua butuh pertanggungjawaban  

 2021


Bukan sekedar ngopi 28 Desember 2021. Kini merekam pertemuan yang diambil dari pembahasan akhir tahun 2021—yang sangat jarang kita melakukan pertemuan secara intensif. Karena dari teman-teman ada—yang sakit. Doa baik bagi kita semua haturkan kepadanya, semoga hal baik menyertai. Begitulah sepertinya dirasakan kita yang masih diberi nikmat sehat doa baik ke Deri sudah sembuh serta Ayu, dan Liya sakit.

…”kita memang bersyukur sudah pernah sakit tapi sembuh!”

“iya syukurlah mas, sudah pernah sakit dan sembuh juga…”

Percakapan siang menjelang sore karena sudah lama tidak bertemu denganya, dan Umi baru pulang dari rumahnya, sedangkan Deri baru sembuh dari sakitnya. Dan Arif, ternyata masih selalu sehat, walaupun sakit sembuhnya cepat, sedangkan saya alhamdulillah sudah menikmati sembuh. Sedangkan Liya dan Ayu—yang masih belum sembuh total. Sebagai teman ya, tetap berharap terbaik.

Bukan sekedar ngopi 28, Desember 2021 Om Kopi pertemuan membincangkan hal-hal lain dari ruang akademik dan juga hal-hal tua dan dewasa itu, pilihan!

Akhir-akhir ini  memang kita jarang berkumpul secara lengkap. Sebab masih banyak batas  yang akan kita lewati setiap individu, mulai dari kesibukan yang memang  tidak pernah selesai yaitu mengatur waktu bersama serta bisa meluangkan waktu untuk ngumpul sambil ‘ngopi.’ Hal itu seperti terjadi kepada kita semua kini di bulan ini. Mungkin saja karena di antara kita sudah ada yang merasakan kenyamanan bertaman dan kebosanan. Tidak tahu, karena begitulah dalam  pertemanan yang memang beragam dari latar belakang.

Namun, ada yang paling terasa saat seperti ini ketika ada di antara kita yang sedang sakit. Hal tersebut sangat merasa simpati serta empati.  Karena kita sadar sama-sama perantau yang tujuannya sama menimba ilmu—tujuan tidak lain dan tidak bukan yaitu belajar—sehingga, kita semua seringkali melakukan sesuatu secara bersama mengerjakan tugas kuliah, dan ini salah dua sebagai bentuk rasa syukur dalam pertemanan.

Dalam hal ini dampak yang signifikan kita yaitu saat melakukan melakukan kerja tugas kuliah. Di antara kita lagi-lagi memiliki masalah berbeda-beda. Selain memang waktunya di kuliah sangat padat dengan melakukan  aktivitas di kampus selalu merasa waktu yang ada sangat kurang. Adapun yang memang banyak waktu namun saat itu mungkin belum ada uang—sehingga tak bisa berkumpul—itulah sering kali ditemukan di antara kita semua, dengan latar hidup berbeda-beda.

Akan tetapi, saat kita merasakan kesibukan positif—yang sering dilakukan secara bersama—tapi kita masih memiliki tanggung jawab lain selain ‘ngopi’. Adapun itu, tidak mengurangi rasa kebersamaan yang diatur sedemikian rupa untuk saling merasa bahagia secara bersama tanpa melupakan tujuan utama. Waktu memang menjadi masalah kita selain juga finansial untuk tidak terlalu boros untuk diatur. Apalagi perlu adanya tabungan di masa akan datang.

Kita semua punya tujuan berbeda-beda,  selain tujuan study ini. Kalau study sudah jelas  kita ingin selesai secara baik serta tepat waktu. Tepat waktu yang perlu dilakukan yaitu melakukan tugas mahasiswa sebagaimana mestinya:  tugas, ujian, dan mengabdi. Lalu mampu mengembangkan  apa yang telah dipelajari agar menjadi manfaat dalam hidup.

Mungkin di antara kita tidak pernah berpikir jauh  kedepan setelah selesai kuliah ini,  akan kemana dan akan mengerjakan apa. Pertanyaan  tersebut sepertinya menjadi refleksi bagi kita sendiri-sendiri. Tentu teman-teman punya cara serta punya langkah lebih jauh lebih serius ada dalam hatinya. Walaupun terkadang kita tidak akan merasakan bahkan akan kemana, nanti untuk niat baik akan sesuai atau tidak, itu sudah pasti ada. Ya, pada intinya kita berharap kita semua bisa sukses dalam jalan baik kita dengan cara sendiri-sendiri sesuai dengan harapan dan kebutuhan.

“…Bagaimana nanti kalau memang sudah jauh, apakah kita akan tetap produktif?” ujar salah satu teman yang mungkin sudah merasa dan memikirkan masa depan akan dijalani nanti.

“Bagiku kita tetap jaga komunikasi dengan baik, serta saling menjaga apa yang perlu kita jaga!”

Begitulah pembicaran waktu sore yang bisu serta suasana senja berwarna merah keemasan, di situ seperti saja dewasa membuka seketika. Walaupun secara tidak langsung dewasa sudah dibentuk dari dulu, tanpa kita sadari, saat bicara tentang apa yang telah dipilih dan bisa mempertanggungjawabkan, kurang lebih itulah dewasa.

Hal tersebut sesuai dengan yang kita ambil hari ini, yaitu memutuskan untuk melanjutkan studi yang mungkin sudah tidak pernah kita bayangkan kalau bekerja serta bersama dengan teman-teman sepantaran S1 dulu sudah mapan dan berkeluarga. Bahkan  beruntungnya sudah punya keturunan. Namun hidup bukan perlombaan tuk dipersamakan, bisa saja kita lebih beruntung di mata mereka. Ad hominem pravelace individual human.

Namun,  hal ini seperti punya cara serta dasar berbeda-beda di  antara kita. Mungkin saja seseorang melanjutkan studi ini untuk melakukan pelarian diri sebagai bentuk merasa masih gagal dulu belajar. Adapun juga ada yang bisa ditemukan dengan jalan tersebut kita bisa lebih nyaman belajar serta akan menjadi langkah baik lagi untuk kedepannya. Ada pula, mungkin akan melakukan study ini karena masih saja senang belajar serta bisa mengembangkan apa yang telah diberikan kesempatan oleh orang tua untuk belajar, lalu mengembangkan ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini semua akan punya dasar sendiri-sendiri dalam memilih tujuan akhirnya. Tidak mungkin akan sama, bahkan bisa kita tirukan apa yang telah diambil serta menjadi pilihannya. Setidaknya dari apa yang dilakukan oleh teman seperjuangan semangat mengenai menggapai apa yang menjadi pilihan dapat ditiru atau dijadikan referensi.

Tua dan dewasa itu pilihan. Banyak di antara kita tidak akan memahami tentang apa yang akan diambil bahkan kita masih merasakan hal paling rumit dalam hidup. Akan tetapi, kita menyadari kalau segala pilihan dari hidup kita itu, merupakan absurd atau kosong. Hal ini dilakukan oleh pandangan Albert Camus, yang tergambar jelas dalam esai Mythe Sisyphus, bagaimana seorang tokoh metafora dikutuk untuk mendorong batu ketika jatuh ke bawah didorong lagi ke atas secara berulang-ulang begitu. Namun manusia lain yang sibuk memberikan komentar  atas hidupnya, padahal ia menganggap hidup seperti itu bukan sia-sia. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar