Senin, 31 Januari 2022

CATATAN MEDAN PEMBATJA

 CATATAN MEDAN PEMBATJA 

Minggu 30 Januari 2022 

foto: amd/merjosari



Kali ini kita memang tidak terlalu formal. Diskusi langsung saja dibuka tanpa ada salam, sebab salam masih memberi batas antara beragama atau tidak, ya walaupun kita tetap ingin hidup bertahan untuk ber-Tuhan. Begitulah kita secara fleksibel bincang buku dimulai. Seperti biasa musim hujan selalu menjadi kejutan, tiba-tiba hujan turun dan diskusi masih terus kita lakukan. Begitulah mungkin untuk tetap menjalani diskusi. 


Moderator: Tidak ada 

Pengulas buku: Cak Pendek, Sam Putih, Mutmainah Qolbi, Mas Aan, dan Akhmad Mustaqim 

foto: amd/merjosari

Seperti biasa diskusi akan dimulai awal pembuka yaitu kepala suku Cak Pendek: 


Judul buku: Involusi Pertanian 

Penulis: Clifford Geertz 

Pengulas: Cak Pendek 


Buku ini bicara kemunduran pertanian atau berjalan di tempat yang ada di Nusantara pada zaman Belanda/saat Belanda menjajah ada kaitannya dengan hasil tanaman Pribumi di Indonesia. Paling penting buku tersebut bicara tentang sistem pertanian. Pada saat itu, tanaman tebu menjadi tanaman komoditas di Pulau Jawa. Melalui Culturstelsel, Belanda bekerja sama dengan kepala desa/bupati untuk menanam tebu. Hal ini ditandai dengan munculnya pabrik pengolahan tebu seperti di Solo, Kediri, dan kota-kota lainnya. 


Masyarakat pada saat itu dipaksa untuk menyerahkan sebagian tanahnya untuk ditanami tebu. Hal ini menyebabkan ketidak seimbangan akan kebutuhan pangan keluarga dengan semakinenyempitnya lahan yang digarap. Untuk itu petani memanipulasi lahannya yg sempit untuk ditanami berbagai tanaman pangan lainnya. Tanah yang semestinya hanya untuk padi harus bersanding dengan tanaman lain, seperti kacang-kacangan, ketimun, lombok, dan lain sebagainya. Sehingga lahan yang semestinya subur ternyata tidak. Hal ini dikarenakan unsur hara pada tanah terganggu. 


Untuk mempercepat kesuburan tanah agar bisa ditanami kembali, petani melakukan pembakaran lahan. Seperti yang terjadi di Kalimantan, yang dilakukan oleh salah satu suku di pulau tersebut. Tetapi, apa yang dilakukan itu tidak bagus. Cara paling baik dalam pengelolaan tanah agar subur kembali, yaitu dibiarkan atau di istirahatkan untuk pemulihan. 


Apa yang diteliti oleh penulis dalam buku tersebut, Clifford Geertz, terjadi di masa kolonial, dan masih dilakukan sampai hari ini. Di sinilah fokus buku tersebut. 


Dan lebih menarik lagi, di buku tersebut menyinggung sedikit tentang hasil pertanian dengan berubahnya kepercayaan petani Jawa. Seperti kita ketahui, bahwa di Jawa adanya kepercayaan terhadap Dewi Sri, dewi kesuburan di bidang pertanian. Sedikit demi sesikit kepercayaan itu pudar. Hal ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan di lahan pertanian.


Sistem pertanian yang ternyata ada kaitannya dengan masa kolonial ini masih berlaku hingga sekarang. Sistem pertanian yang tidak baik masih dilakukan sampai hari ini. Seperti menanam di lahan yang sama, yang biasanya kita sebut tumpang sari. Petani tidak mengikuti sistem pertanian lama. Hal ini juga disebabkan oleh semakin menyempitnya lahan pertanian dan masifnya pembangunan.


Clifford Geertz juga membedakan dua wilayah antara Sumatera dan Jawa. Sumatera tidak mengenal cultuurstelsel dan lebih kapitalis karena beberapa masyarakatnya masih menguasai lahan pertanian. Mereka lebih mengenal perdagangan. Sementara di Jawa perdagangan dikuasi oleh pemodal Belanda yang bekerja sama dengan kepala daerah seperti kepala Residen atau Bupati dan rakyatnya yang mengerjakan. 


Di akhir buku, penulis membandingkan petani Indonesia dan Jepang. Di saat Indonesia mengalami cultuurstelsel, di Jepang petani dipaksa membayar pajak yang tinggi. Mereka merasakan penderitaan yang sama pada jamannya. Namun setelah kemerdekaan Indonesia dan Jepang kalah dalam Perang Dunia II, perbedaan di lahan pertanian sangat berbeda. Jepang mulai fokus pada kesejahteraan petani. Jepang secara bertahap menciptakan teknologi-teknologi pertanian. Sementara Indonenesia masih sibuk dengan konflik-konflik internal pada pemerintahan. Hal tersebut membuat pemerintah "lupa" akan kesejahteraan petani, yang sampai hari ini pun masih "dilupakan". Inilah yang membuat semakin hari lahan pertanian banyak beralih fungsi.



Judul buku: Sastra dan Pendidikan 

Penulis: Sapardi Djoko Damono 

Pengulas: Mas Aan 


Buku ini sebenarnya sebelum meninggal akan diterbitkan tapi nasib tidak berpihak, dia meninggal terdahulu. Sehingga buku ini dijahit-jahit oleh teman-temannya, salah duanya Joko Pinurbo dan Dorothea Rosa dkk. Sehingga buku terbit setelah meninggalnya Alm. Sapardi Djoko Damono. 


Dalam buku ini mengaitkan pendidikan di dalam sastra yaitu kenal saat TK. Sastra dikenal sebagai dongeng serta permainan yang menghibur. Sehingga karya sastra sastra tidak begitu rumit dan ad hominem. Pentingnya sastra yaitu apresiasi yaitu membaca itulah apresiasi. Sehingga tidak rumit sastra itu. 


Dalam buku ini juga menjelaskan peran pendidikan dalam sastra seorang pendidik Bahasa Indonesia jangan memvonis pancaran di ruang akademik. Siswa kalau membaca terus didukung, tanpa perlu membaca buku yang dikhususkan, tapi sifatnya untuk diapresiasi, yakni membaca. 


Dalam buku ini kanonisasi sastra beliau setuju akan hal tersebut, asalkan patokan-patokan yang perlu didikotoni. Seperti halnya Sekolah Dasar (SD), butuh bacaan apa yang perlu diberikan, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ditentukan untuk bacaan sastra kondisi apa yang akan diberikannya. Sehingga kanonisasi sastra itu akan berlaku di dunia pendidikan. Sehingga menentukan bacaan yang sesuai dengan apa yang diharapkan siswa sesuai awal dan pantas baiknya bacaanya. 


Dalam buku juga menjadi seorang sastrawan diapresiasi, di luar guru sangat dihormati. Dalam dunia sastra disejajarkan dengan sastrawan. Tingkat sosial ini akan jadi tolok ukur yang berada di dalam pandangan masyarakat yang berbeda di Indonesia. Sehingga sejajar guru dan sastrawan kalau di luar negeri sangat terasa dan penting. 


Dalam buku ini sastra mendidik dan sastra tidak mendidik mendidik. Buku yang dibaca yaitu mendidik. Buku sastra itu semestinya semua mendidik, semua karya sastra punya nilai pendidik sehingga karya sastra itu memiliki nilai dedikasi. Sapardi tidak ingin membedakan karya suatu kelompok yang tidak baik dan buruk, semua karya sastra mendidik. 


Buku ini juga bicara tentang sastra dan pendidikan. Zaman Plato, sastra tidak penting dalam pendidikan. Karena dalam sastra hanya bicara ide yang tidak dikaitkan dalam pandangannya Plato. Sehingga pada saat itu sastra punya peran penting karena mempermudah kalau bahasa indah diberikan ke orang-orang disana, mengenal pengetahuan dengan mudah. 



Topik: Absudutars 

Pembicara: Mas Putih 


Karena tidak membaca buku akhir-akhir ini, ia hanya melemparkan ide mengenai dunia absurditas.Sehingga ada kejanggalan dan sangat banyak terjadi kehidupan masa pandemi ini dunia absurd (kosong). Diantaranya: Absurditas di Indonesia mengenai epidemi. Absurditas yang dilakukan oleh seorang siswa Kondisi pandemi yaitu masa pandemi mengenakan masker.  Absurditas menggunakan komunitas yang sering digunakan oleh orang.  Panggilan gaes, untuk laki-laki. 


Pernyataan di ata sebenarnya  merupakan hal-hal yang absurd dan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam logika. Namun ini dapat dikatakan analitik, selalu mengaitkan hidup kalau semua bisa dianalisis dan bisa direflektifkan. Sehingga akhir-akhir ini banyak di sekitar kita berperilaku absurd. 


Absurditas adalah kehidupan, tidak bisa kita tolok, namun tetap manusia bisa menjalani kekosongan itu dengan bahagia. Seperti apa yang dilakukan Sisifus, dalam gubahan Albert Camus.  


Buku : Kata dan pengalaman 

Penulis: Gunawan Muhammad 

Pengulas : Akhmad Mustaqim 


Buku kecil ini bentuk esai cerita seorang tokoh penyair Indonesia, yang memang tidak suka disebut seorang penyair karena semasa hidupnya, ia lebih banyak hidup di dunia pendidikan yaitu Sapardi Djoko Damono. Senang lebih disebut seorang akademis daripada sastrawan. Pengalaman ini ditulis oleh Gunawan Muhammad dengan esai panjang yang terdiri dari dua esai; 1) Kata dan Pengalaman, 2) Nyanyi Sunyi Kedua. Terangkum dalam buku yang diterbitkan oleh penerbit Circa. 


Secara garis besar buku bicara tentang Interteks teks dan interteks. Pengalaman latar belakang Alm. Sapardi merupakan akademisi. Sapardi lebih senang dibilang sebagai pendidik karena sebagai pengabdian bahasa, Sastra dan kebudayaan.  Yang mengalir dalam Sapardi adalah pengabdian atau seorang pendidik yang hidup lebih banyak dari dunia pendidikan. 


Buku berupa esai panjang, mengulas karya-karya Sapardi di tahun 1960-1970. Sapardi berkata jangan sampai meninggalkan sastra. Gunawan Muhammad. Sapardi lebih menonjol kan puisi liris salah satu puisi yang dianalisis adalah 'pada suatu malam' bentuk reflektif bisa dikatakan puisi kamar. Bunyi puisi nya 'barangkali…’


Puisi puisi renungan 

Bentuk2 sapardi didalam angkatan menggunakan aligori jika puisi menghandirlam puisi yang liris Secara tidak langsung GM mengamankan puisi sapardi. GM membedakan puisi sapardi puisi liris.  Puisinya mirip dengan kafka harus merefleksikan metamorfosa pun dengan puisinya sapardi. Kehidupan di dalam puisi Sapardi dalam merajut puisi. 


Sapardi menulis 1945 surat gelanggang. Sapardi menggunakan kuatrin yaitu berisi 4 baris. Sehingga itu tetap konsisten dengan bentuk itu, walaupun secara substansi isi puisi tetap berbeda semangatnya bukan hanya bicara cinta dan hidup. Namun juga perjuangan. 


Membuat pola untuk minta/ Orang yang konsisten dalam bentuk adalah Sapardi. Sapardi berkontribusi dalam dunia puisi perjuangan. Contoh puisi nya Marsinah dengan gaya puitis dan mengiris. Dan itu muncul dengan gaya berbeda dan sudutnya. 


Secara pribadi GM sapardi dianggap sebagai orang yang berpengaruh dalam dunia sastra. Karyanya sapardi diakui secara akademik dan non akademik. Sapardi pandai melebur. Sehingga sangat banyak orang merasa kalau hidup bisa memposisikan dirinya sebagai pendidik dan sastrawan.


Judul buku: Life and Divorce 

Penulis: Virly. K.A  

Pengulas: Mutmainah Qolbi 


Buku yang ditulis seorang single parent, berkisah tentang buku ini bercerita tentang kehidupan  sebelum menikah. Kehidupan seorang ketika untuk menikah mempersiapkan untuk pernikahan. Lebih tepatnya juga berfokus dengan seorang perempuan yang mendapat perlakuan tidak adil dalam rumah tangga. 


Kesepakatan  kedua belah pihak dalam berkeluarga. Maka yang dilakukan oleh seorang dalam berkeluarga bisa dilakukan oleh seorang perempuan dan laki-laki. Sehingga kesepakatan tersebut. Seorang bisa melakukan hubungan harmoni ketika merasakan hidup lebih menarik dan kesepakatan bersama: istri dan seuami. 


Perempuan yang sering mendapatkan kekerasan fisik dalam berkeluarga. Sehingga buku ini ingin memberikan solusi dalam kehidupan berkeluarga. Bagaimana seorang berdampak itu ke kehidupan dalam keluarga di dalam itu, yaitu anak dan lingkungan. 


Buku ini juga bicara sebelum menikah menyelesaikan utang dan piutang sebelum menikah perlu diselesaikan. Sehingga itu akan menyebabkan pernikahan berantakan. Hal ini memang sangat penting karena kalau belum ada transparansi akan berdampak ke pernikahan. 


Buku ini bicara tentang perempuan yang pendapat kekerasan di keluarga, sehingga memberi solusi dari penulis. Penulis mencantumkan nomor yang ada di Indonesia di setiap wilayah. Maka buku ini dapat dikatakan untuk panduan dalam berkeluarga agar tidak terjadi kekerasan keluarganya.  Jadi, buku ini juga bicara tentang kehidupan rumah tangga untuk tetap menjalin harmonis. Hidup yang punya kehidupan di dalamnya. Sehingga dalam kehidupan kekeluargaan memiliki dampak terhadap hidupnya, yaitu anak akan jadi korbannya. 


Pengalaman interaksi ini terjadi di lingkungan kita sehari-hari. Anak akan memiliki interaksi baik karena lingkungan akan mempengaruhi hidup si anak. Seorang anak punya psikologis yang akan punya interaksi di kehidupan sehari-hari, sehingga sikap individu muncul jika seorang pandai sosial karena karena faktor keluarga yang memang punya masalah dan menimpa kepada si anak.


Buku ini memang secara luas membicarakan tentang hidup seorang perempuan yang memberikan dedikasi kepada semua orang ketika ingin berkeluarga. Pasangan seorang untuk bisa menjalin hidup lebih stambil, menariknya lagi ternyata menyediakan nomor-nomor yang dapat dihubungi ketika seorang perempuan mendapatkan kekerasaan di setiap wilayah. 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar