Bung Hatta bapak demokrasi kita, yang memberikan cara
memikirkan kemerdekaan yang lahir dari diri sendiri. Memberikan cara menjalani
koprasi kita Negara Ripublik Indonesia yang kata Najwa Shihab masih merindukan
sosok Bung Hatta yang tertata dalam menangangi bangsa. Sepatu yang
dicita-citakan menjadi hal yang berharga sampai tidak sampai pada menikmati apa
yang sudah di depan mata dengan harta yang ada, pada saat menjadi presiden,
sepatu tidak sempat dibeli hingga nadinya berhenti. Namun Hatta tetap memilki
jasa melaupaui batas itu.
Semua apa yang ada di dunia kebutuhan dalam
kelangasungan hidup sangat memiliki kebutuhan yang sangat familiar yaitu
materi. Karena pasrah dalam kehidupan tidak semunya akan diberikan kepada
Tuhan, kita hidup sudah diberikan pola pikir yang sangat sempurna dibandingkan
dengan mahkluk hidup yang lainnya, kesempurnaan yang dimiliki akan membuat pola pikir dan
menerapkan kehidupan yang berbeda kadang manusia hidup berpikir harus bahagia
dengan harta, sesungguhnya pada dasar bahagia, dapat diciptakan oleh manusia dengan keadaan setiap
individu
dengan bagaimana memerdekakan dirinya,
dengan caranya sendiri dan sangatlah relative dalam perspektif kebahagiaan, biarlah kita
berpikir untuk kita dan kata-kata yang memberikan makana pada pembaca.
Impian mendapatkan segala sesuatu yang nyaman aka
ada disetiap insan yang ada di bumi, kaum tani,
buruh, pengangguran, dan sebagimana. Tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seperti apa yang ia dipandang orang
lain, pekerjaan yang dilakukan adalah rendahan namun itu sebuah
cara kebahagian mereka. Perspektif
itulah yang menjadikan dasar seorang pemimpi untuk mengubah dan bermimpi jika
hidup adalah kebahagian tersendiri yang memiliki dorongan untuk mempertahankan
kehidupan yang mereka jalani, jika senang dan bahagia bersama apa yang dianggap
tidak bahagia hilangkan rasa yang ada dalam kebahagian yang dimiliki manusia itu.
Maka tidaklah terlalu fokus
dengan apa yang dikatakan namun fokuslah apa yang dikerjakan, mereka menganggap bahagia tentunya akan memiliki perpekstif
berbeda dengan apa yang diucapkan mereka, karena kemerdekaan sesungguhnya ada
dalam diri manusia setiap individu, tetapi kemerdekaan tidak hanyalah ada dalam
pikiran, melainkan dalam perjuangan yang konkrit, jika seorang dokter bisa
memberikan sebuah cara bagaimana ia bisa memberikan keringan dalam kesakitannya
manusia. jika kita petani membenahi tanaman dan bibit, bubut kita dengan cara
kita. Maka kemampuan manusia
tercipta dengan sesuai cara-caranya yang dibawanya, namun bisa menirukan
cara-cara terbaik orang lain, untuk membenahi apa yang sudah terjadi yang belum
bisa menghiasi diri pribadi, cara itu bisa membenahi diri yang lebih mandiri
dengan cara yang diberikan Tuhan pada kita namun tidak mengetahuinya, maka
dengan manusia yang lain dapat menciptakan cara dan bisa memberikan cara baru
dengan tujuan manusia yang sama, konsperasi manusia memberikan cara apa yang di
derita dengan bahagia yang ada pada manusia lainnya.
Jika mimpi kita
berkiblat pada satu tujuan maka kita akan memaksakan diri kita sebagai kudrot
manusia, bahwa kebebasan kita tidak digunakan secara signfikan. Maka bumi
manusia yang mengarahkan akan dikemanakan, akan dijadikan bahan apa? Maka
manusia hanya bisa melakukan bukan hanya memimpikan dalam kehidupan nyata. Jika
keinginan manusia belum pernah tercapai dalam kehidupan kita, maka jangan takut
sebagai manusia karena itu masih belum diberikan kepastian kapan, namun pasti
diberikan jika itu suatu cita-cita yang memberikan keutamaan untuk dirinya yang
mencita-citakan. Karena yang ada dalam di dunia akan selalu ada dalam usaha
kita sebagai manusia jika kita masih bisa berusaha dengan cara-cara yang ingin
dapatkannya. Maka Tuhan dan proses pasti memperhitungkan.
Masa muda masa di
mana bercita-cita dengan sebuah paragraf panjang dan akan banyak kaitan dengan
kalimat majemuk bertingkat, untuk bisa menemukan apa yang akan ditemukan.
Merasakan setiap perjalanan menemukan kalimat majemuk bertingkat. Analoginya
dalam kehidupan mengulang-ngulang kesalahan di dalam merenungkan akan mampu
mengembalikan pada arah jalan yang menyelaraskan. Jika pada masa lalu pernah
melakukan kejahatan setiap malam direnungkan dengan cara sebelum tidur, memikirkan
kebaikan dalam tindakan seharian yang telah dilewati, serta memberikan hal
positif khusus dirinya, bersyukurlah jika masih bisa berpikir untuk orang lain.
Maka itu sebuah keberasilan dalam hidup menemukan siapa dan apa yang akan
terjadi di masa akan datang, karena masa muda bukan hanya memikirkan masa
depan, namun mengerjakan apa yang sekarang ada dihadapan kita.
Jika kita kaitkan
dengan sebuah cita-cita para generasi bangsa yang lalu telah berjumpa dengan
Sang Pencipta lebih awal, maka kita sebagai masyarakat Indonesia mengingat dan
mengambil hikmah dari sejarah yang dilakukan oleh Moh. Hatta, atau dikenal Bung
Hatta. Masa muda yang berintelektual, sebagai mahasiswa berkuliah di Belanda
yang memiliki cita-cita akan nantinya bisa memerdekakan Indonesia dengan cara pemikiran
anak muda Indonesia. Kita apresiasi pemikirannya yang sangat visioner. Bukan
hanya cita-cita yang hanya ada dalam keinginan namun Ia berusaha bagaimana
Indonesia merdeka dengang dedikasi yang signifikan.
Dalam kisah
hidupnya yang harus kita cermati kita teladani dari pemikirannya, serta
tindakannya, dalam perkataanya yang menjadi doa Bung Hatta berkata “saya tidak
akan menikah sebelum Indonesia merdeka”. Dalam hal itu banyak kekayaan dedikasi
dalam pemikirannya yang mencakup kecintaan terhadap manusia, jiwa nasionalisme,
kekokohan regelius, serta kekokohan pendiriannnya. Memberikan inspirasi dalam
kehidupan sosial, moral, cara hidup. Untuk bisa menjadikan sebuah pelajaran
berharga.
Yang menjadikan
sejarah yang tak pernah terlupakan dalam sejarah jika kita melek terhadap
sejarah dalam kehidupan Bung Hatta, Ia pernah menginginkan memiliki Sepatu
Bally, yang diinginkan dari mulai sebelum menjadi Wapres hingga mengakhiri
hidupnya tidak tercapai. Jika memerdekakan Indonesia bisa kenapa? hal yang
kecil untuk memiliki sepatu tidak bisa, karena hal itu menunjukkan bahwa hal
yang terbesar dicita-citakan bersama dengan melakukan bersama (gotong royong). Sedangkan
Sepatu itu sebuah kepentingan pribadi yang harus menguji diri sendiri bagaimana
nanti untuk mendapatkan sepatu itu, dan bisa menikmati sendiri. Untuk bisa
berdiri tegap dengan caranya sendiri dengan mengabdikan dirinya pada dirinya
sendiri, karena itu sebuah kepentingan pribadi yang tidak akan dikaitkan dengan
kepentingan negeri.
Biarkanlah bapak
demokrasi kita memberikan inspirasi kita, dalam pandangan hidup, serta dalam kehidupan
politik, ataupun kehidupan manusia sederhana, serta bagaiamana bisa manusia
menguasai apa yang tidak nyata yang ada dalam diri seperti Bung Hatta yang
bukan hanya harta yang dibela. Membiasakan manusia berbahasa dengan cara
memanusiakan manusia, yang tidak hanya memerdekakan dirinya. Keinginan yang
terbaik ketika kita memperhatikan apa yang baik untuk orang lain. Dan kita
memperjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar