news.ditik.com |
Angin kencang mengancam setiap bangunan, bangsa yang besar memiliki pengaruh besar pada negara-negara, manusia membaca akan sedikit berbicara akan segala yang menjatuh, sedikit baca maka akan lebih banyak mendapatkan hal tak pantas di dengar bukan membangun tapi menidurkan manusia dalam ketidak sadaran akan kesalahaan, ngorok dengan tanggungjawabnya, tersnyum dengan ketidak pahamannya. Rasa-rasanya semua akan tiba pada suatu masa hal yang tidak bisa akan dirasa.
Rasa-rasanya hari ini telah tiba pada
suatu masa di mana dalam cerpen Ki Pandji Kusmin dengan judul “Langit Makin
Mendung”. Di mana negara ini sudah menjadi sebuah kota kecil yang menjadi
lelucon dialog nabi dan malaikat di sana. Gelisah dan tertawa dengan apa yang
ada di kota terkecil itu, malaikat dan nabi melihat dari surga, bahwa yang
tidak memiliki nafsu bisa saja marah dan berontak, si malaikat Jibril saat nabi
di dzolimi oleh orang kafir akan “aku kembalikan batu itu ke orang yang
menyakitimu”, ucap Jibril, “jangan Jibril, mereka seperti itu mungkin saja
memang tidak tahu betapa sakitnya jika batu itu bisa mengenaiku, saya hanya
berharap keturanannya dia akan tahu apa yang diperjuangkan ini adalah agama
yang benar yang membawa dirinya nanti pada kehidupan yang sebenarnya”, dalam
dialog Nabi dan malaikat. Kau tak usah marah, Allah itu sudah menggariskan apa
yang terjadi hari ini tak perlu disesali dan disegani keadaan ini harus
diketahui bahwa yang terjadi itu semua karena keinginan Tuhan agar yang sadar
lebih dalam, yang tidak agar bisa belajar.
Bagaimana negara terkecil yang memiliki
keanekaragaman sangat banyak dari budaya, etnis, suku, agama, kekayaan itu
bukan menjadi sebuah kebanggan oleh kita, maka menjadi ancaman sebuah
perpecahan yang kadang terlahir dari sebuah kepentingan. Banyak fenomena-fenomena
di negeri ini dibilang lucu, “tidak”, namun kadang menggelitikkan membuat
tersenyum. Ada yang mendoakan untuk kemaslahan ummah, ada yang mendoakan
bagaimana kesalamatan akan dirinya bersalah atas apa yang dijalani.
Hari-hari
semakin hari semakin lucu dengan puisi Sukmawati serta Tsamara Amany, serta
banyak lagi yang membela akan dirinya sebagai manusia berakhlak menurut dirinya. Serta kehebohan
mengundang saya harus menuliskan untuk memulai dari mana, serta bagaimana. Sedangkan
banyak yang harus dituliskan namun keterbatasan pengetahuan serta dituliskan
belum tentu bisa menyelesaikan. Tulisan ini hanya berharap bisa membuka
pandagan baru tentang arti hidup kebhinekaan serta Negara Kesatuan Republik
Indonesia NKRI. Seandainya Negara Usbekistanz di timur tengah memiliki dominasi
banyak suku serta budaya, seperti Indonesia. maka dunia akan cepat musnah,
bukan kiamat karena kiamat manusia kadang sudah sering menemukan dalam
kehidupan jika manusia belajar tassawwuf. Namun kita akan membicarakan sebuah
mayoritas dalam sebuah negara terkecil besar oleh Sumber Daya Alam SDA, serta
kekayaan bahasa serta perbedaan sbg.
Kita
akan menjadi menusia yang seperti apa di dalam negara terkcil yang kaya raya
dalam pandangan terkecil manusia cara berpikir dengan ketidak kepercayaan
dengan apa yang dipunyainya. Banyak yang terjadi kesalah pahaman tentang kaum
minoritas serta kaum mayoritas itu keniscahayaan sudah menjadi hal biasa
walaupun itu tidak biasa. Namun menjadi langit mendung lagi dengan segala
nuansa yang dibuat oleh keragaman manusia dengan adanya perbedaan yang selalu
menjadi pertikaian padahal dalam perbedaan itu negara ini memiliki kelebihan
yang sangat jauh dari kehidupan manusia di negara-negara lain. Bahwa akan ada
perbedaan sangat signifikan ketika mendatangi negara Amirika, Inggris, Jepang,
Brazil yang sangat Individualis dalam kehidupannya tanpa kesolidaritasan untuk
menciptakan “sikap gotong royong” tidak akan di temukan oleh mereka di sana.
Jane mahasiswi Amirika belajar bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang
mengatakan “sangat jauh berbeda kehidupan di Amirika dengan di Indonesia bahwa
orang Indonesia sangat ramah”, pertanyaan itu menjadi pembuka pada saat pertama
kali datang ke negara Indonesia yang sebelumnya pernah pergi ke Inggris dan Jepang.
Negara
sepertinya akan mengalami hujan deras yang bukan hanya hujan air namun hujan
politik yang membicarakan kepentingan, bahwa dalam dinamika sosial banyak hal
yang harus direnungkan serta di doakan, mungkin saja masih tidak hujan yang
mengancam negara kita karena masih banyak doa-doa dari orang-orang mulia untuk
masih bisa mengharapkan negara kita masih hujan air biasa, masih bisa dinikmati
manusia serta merasakan ketenangan. Bukan saja akan apatis akan keadaan namun
banyak cara mencintai negara. Mencintai negara dengan mendoakan agar tetap
mendapat rahamat Alloh Swt. Sehingga mencintai negara bagian dari iman (Kh.
Hasyim Ashary).
Mengapa
perpecahan di ancam dan manusia mudah terprofokasi karena pengetahuan manusia
orang manusia rendah, sehingga kedangkalan berpikir manusia sangat pendek. Jikalau
dilihat dari letak georafis Indonesia ini berada di negara katulistiwa sehingga
jiwa dalam psikologisnya memiliki kekuatan hanya dua pandangan sehingga akan
mudah dimasukan hal-hal baru apalagi berbaur negatif berkaitan dengan sebuah
keimanan. Dengan cara apa manusia di Indonesia bisa memperluas paradigma untuk
memperhalus perasaan dan pandangan hanya dengan membaca meraka akan bisa
mengubah segalanya. Yang lemah menjadi lembut yang kusut merajut membenahi
cangkul, arit digenggaman menjadikan sebuah permata dengan luasnya paradigma
dari apa yang dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar