Selasa, 03 April 2018

Perkakas Berevolusi




Kehidupan, Kemerdekaan, Tindakan, Ketiadaan.
Kehidupan akan melahirkan sebuah kudrot kemerdekaan berlabu dengan sebuah tindakan, setelah tindakan maka akan tiba pada suatu hal yang biasa, dari yang tiada akan berkudrot ketiadaannya.
Manusia akan tidak sadar dengan sebuah persiapan dirinya dalam menjalani hidup. Terkadang manusia lupa akan dirinya bahwa ada kesempurnaan terpatri dalam naluri berpikir, dengan modal itu kesempurnaan tidak disadari ter-arus dengan dinamika hidup yang  melewati tanpa disadari. Karena banyak hal dalam hidup tanpa disadari bahwa kesalahan terbangun dari sebuah kebiasaan sehingga kebiasaan tanpa disadari itu sebuah kebenaran, maka perubahan akan dimulai dari kerangka perpikir dan kerangka berpikir akan memualai dari sebuah buku/kitab/Al-qur’an sbg (kebiasaan yang dibaca) oleh manusia. Karena membaca termasuk syarat utama dalam proses membentuk dan pemahaman-pahaman sebuah perubahan hakiki.
Masyarakat ialah kumpulan manusia hidup dalam sebuah wilaiaya, rakyat adalah isinya, maka disebut kehidupan kalangan terpencil, namun sangat beranekaragam, kehidupannya serta memiliki perbedaan dalam menjalani hidup, salah satunya: ada kehidupan yang menerima apa adanya “nerima ing pangdum”, menerima apa adanya sebagai rasa puji syukur dalam kesadaran manusia atas karunia Allah, yang sejak kecil hidup, dalam lingkungan bertani. Maka meneruskan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang terdekat dan merasakan cara berpikir manusia terbentuk dari sebuah kehidupan, keadaan (itulah pembelajaran), sehingga melakukan segala pekerjaan sesuai dengan lingkungannya.
Sehingga dalam dinamika dan fenomena, ada, pula bertahan dengan sebuah keadaan tanpa ingin berkembang ibarat bunga akan selalu merasakan keidahan bunga saja yang memberikan keindahan, tanpa ingin berbuah, walalupun bunga memberikan nilai estetik pada kehidupan, namun buah juga akan memberikan manfaat pada kehidupan, khususnya kepada manusia dan isi alam di sekitar. Serta banyak kehidupan lainya yang bisa dirasakan sendiri oleh kita, dari cara dan sikap menanggapi dengan ketajaman menganalisa setiap realita dan fenomena pada lingkungan hidup.
            Lingkungan hidup dengan sejarah hidup yang apriori, akan melahirkan kekuatan maka generasi akan menjadi petarung pekerja keras yang berkelas. Seorang bayi akan mengikuti apa yang pertama ditemukan, dari proses kehidupan, asupannya, dari segi bahasa, etika, moral, ketiga hal dimualai dari dalam keluarga maka cermin kehidupan nanti akan memberikan sebuah gambaran hidup pada kehidupan terbesar (universal) nanti. Dalam proses anak-anak, remaja, serta dewasa. Dalam artikel Dessy Rabiyah Pradhita dalam buku Psikologi Umum 1 (dktat) yang berbunyi Adapun bagaimna terjadinya proses prilaku. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
2)    Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3)   Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Hal ini brarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4)    Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5)    Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Tahapan itu menjadi perbandingan dalam membentuk perilaku kehidupan manusia dari sebuah lingkungan dan tempat hidup interaksi, dalam setiap saat tanpa disadari terbentuk dengan sendirinya, karena sudah terbiasa dengan hal yang tidak biasa dan menjadi karakter, tercipta watak yang terbentuk dari banyaknya membenturkan diri, serta terbentur.

Dampak dan Siklus Manusia
            Manusia akan hidup seperti halnya roda berputar tanpa henti selagi nafasnya belum berhenti, maka akan selalu menikmati. Sehingga akan merasakan apa yang akan terjadi dari setiap perjalanan hidup, serta tidak ada pemahaman tentang masalah dalam hidup, padahal dalam sebuah dasar-dasar dalam hidup telah dilalui, dikarenakan ada sebuah permasalahan yang terjadi dari dalam kesadaran akan semua itu tidak dianggap masalah. menganggap semuanya baik-baik saja serta semuanya adalah hittah/kutdrot dari Allah Swt. Padahal dalam kehidupan manusia sudah dilimpahkan kelebihan oleh-Nya. Pada hakikat manusia diciptakan agar bisa hidup serta bisa mencari kehidupan yang merdeka, dengan memperhatikan mereka pula.
Padahal Tuhan sudah memberikan sebuah cara-cara, petujuk, yang Islam karuniai sebuah kitab dan hadist sebagai elmen-elmen kehidupan, sebagai pondasi, dan kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil yang ditunjukan kepada Kaum Bani Israil. Sedangkan Al-qur’an sebagai dasar-dasar kehidupan seluruh ummat manusia yang ada dimuka bumi, sehingga Tuhan sudah memberikan himbauan untuk “Iqro” (Bacalah). Dalam tulisan Frederick Douglass, sekali manusia membaca, maka kau akan merdeka untuk selamanya. Jika tidak melalukan hal itu maka manusia jangan harap bisa menemukan kemerdekaan yang hakiki yang mampu bisa mengubah segala kehidupan lebih bermakna serta berguna.  
Maka, akan hanya melahirkan sebuah problematika berkelanjutan jika enggan membaca, menafsirkan, menjalankan apa yang telah diberikan Tuhan, serta kedewasaan manusia akan semua itu, harus dilahirkan dari sebuah lingkungan serta dukungan, dengan keadaan yang bisa memberikan inspirasi, untuk membawa dirinya bisa belajar dan menentukan. Membaca dianggap sebuah masalah kerisauan tanpa disadari ia menyia-nyaiakan hidup, untuk bisa memahami segala hal serta merelakan segala hak-haknya dari diri untuk tidak dinikmati, karena dengan ketidak tahuan (dangkalnya ilmu pengetahuan manusia) “primitif”, tidak memiliki cara bagaimana bisa mengatasinya dengan sebuah cara yang sesuai dengan jalan hidupnya.

Penyebab Wilayah Bisu Pengetahuan

            Ketidak tahuannya “bisu” pentingnya membaca serta alokasi fasilitas tidak bisa dinikmati di daerah-daerah terpencil khususnya, serta sosialisasi tentang pentinnya pendidikan. Belum terisolasi, jika penulis berpendapat serta bagaimana pemerintah atau birokrasi dibidang pengembangan khususnya pendidikan sebagai hal yang sentral, setiap warga Negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke, setiap rumah diberikan buku-buku wajib dipahami oleh warga yang memiliki relevansi dengan dasar-dasar Pancasila, minimal setiap kartu keluarga ada 3 buku setiap tahun diditribusikan. Namun kadang disuatu daerah pembelian buku di Indonesia susah, perpustakaan setiap daerah belum ada, walaupun ada belum merata, terkendala dengan sulitnya buku membaca akan sulit, maka akan lambat manusia untuk terbentuk.
            Hasil survie yang dilakukukan  meida Rapper yang dilakukan oleh Dosen dan Penulis serta akitivis nama Febriana Firdaus, Jakarta Indonesia-Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mencatat 90 persen penduduk usia di atas 10 tahun gemar menonton televisi, tetapi tidak suka membaca buku. Dibandingkan dengan negara maju, minat membaca penduduk Indonesia rendah. Di negara maju setiap penduduknya membaca 20 hingga 30 judul buku setiap tahun. Sebaliknya di Indonesia, penduduk hanya membaca paling banyak 3 judul buku dan itu pun masyarakat usia 0-10 tahun.
Padahal kata Kepala Kantor Perpustakaan Nasional RI Sri Sularsih dalam acara Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menjadi negara yang maju, kunci utamanya adalah kualitas sumber daya manusia yang gemar membaca. Salah satu oknum yang diberikan tugas dalam mengatasi masalah tersebut alokasi dana yang kemana dialirkan sehingga masyrakat tidak bisa merasakan. Serta bagaimana masyrakat bisa mengimbangi dengan perkembangan globalisasi yang sudah masuk pada dunia globalisasi indutri internet mengajarkan manusia pintar tapi manusia diperbudak oleh perkembangan dunia indutri sehingga kesadaran manusia akan kemampuan dirinya luntur dengan tidak disadari, sudah tidak percaya diri bahwa kita lebih bisa daripada mesin, karena mesin hanya bisa bekerja sesuai perintah manusia. Jangan sampai manusia kalah dengan produk manusia itu sendiri. Dikarenakan dangkalnya bacaan manusia serta tidak merasakan bahwa telah diberikan kelebihan manusia dengan naluri berpikir, dan cara-cara terbaik Allah yang telah ciptakan dimuka bumi dengan membaca akan membuka ruang bagaimana manusia bisa mencapai sebuah arti dari kemerdekaan hakiki.

Ala-alat Perubahan Diri  

            Ketidak sadaran manusia dalam masalah dirinya, manusia memiliki masalah namun tidak percaya akan bisa mengatasi masalahnya. Karena tidak memahami bagaimana melalui segala tahapan-tahapan, serta melupakan. Ada yang telah diberikan kepada manusia, bahwa Allah sudah menciptakan manusia untuk hidup di bumi dengan sempurna beserta dengan landasan-landasan bagaiaman untuk bisa hidup. Ketika sudah memahai bagaimana landasan Tuhan telah menciptakan maka teringat dengan intruksi Tuhan dengan “bacalah”, karena dengan membaca, manusia itu bisa hidup lebih bermakna dan berguna serta membawa akan kemana dunia dibawa, ketika nanti sudah tidak bisa merakan kehidupan di dunia.
            Untuk menemukan kemerdekaan yang melahirkan sebuah perubahan maka melalui tahapan yang ada dalam tahapan perkakas perubahan dengan membaca, beraksi, berdaulat, adil, serta makmur. Maka akan sampai di mana manusia bisa hidup dalam setiap perjalanan yang bisa membawa dirinya pada dunia yang berputar dengan arus sebuah hasil belajar dan membaca dan Tuhan akan berada dalam setiap perjuangan perubahan itu sendiri.

Daftar Rujukan:
Dessy Rabiyah Paradhita. Tugas : Psikologi Lingkungan, Sumber Refrensi : PSIKOLOGI UMUM 1 (diktat), www. infodiknas.com, www. infoskripsi.com 23, Februari 2011.

Febrina Firdaus, Penulis, dosen, dan aktivis bicara soal alasan-alasan yang membuat pembaca di Indonesia tak menikmati buku, Media Rapper, dipublikasikan 05, November 2015.
                                                                                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar