Sabtu, 12 September 2020

Cerita Kolektif Ganjil Masa Pandemi



Membaca buku ini, seperti memakan camilan kacang tanah “sekali memulai makan serasa tidak mau berhenti, sebelum habis”, Kalau bicara pengetahuan, pasti buku ini memberi sebuah pandangan, bahwa cerita kolektif ini menurut hematku. Mengingatkanku pada salah satu cerita pendek, yang terkumpul dalam satu buku kumpulan cerpen Martabat Kematian ditulis oleh Muna Masyari. Penulis asal Madura Pamekasan. Karangan Agus Noor berjudul Kisah-kisah Kecil & Ganjil, berisikan kisah 1001 pandemi, memiliki kisah gelisah bersama. Yang setiap tokoh atau naratornya memberikan sebuah pandangan akan hal pandemi yang menyelimuti negeri ini.

Sebagai pembaca memberikan pandangan paling sederhana; mulai dari bentuk buku minimalis serta cover yang begitu cerah namun tidak membosankan kala dipandang. Ketika dilihat bisa enak dipandang dikarenakan sebuah kombinasi warna merah dan abu-abu dan biru. Buku yang diterbitkan oleh Diva Press di tahun 2020. Agus Noor dalam pengantarnya menyebutkan bahwa bentuk kreatif menulis bukan hanya ingin memberikan sebuah ceramah akan hal kepenulisan semata, yang biasa dilakukan oleh sebagian banyak orang memberikan sebuah pemahaman kreativitas kepenulisan. 

Namun beliau memberikan sebuah cara bahwa memberikan pelatihan penulisan bukan hanya mengenai sebuah teori namun dengan cara memberikan sebuah objek dalam menulis dengan suasana kota, dan menawarkan kepada orang yang ingin mengikuti menulis bersama dengannya. Hasil dari semua tersebut dikembangkan kembali olehnya dijadikan cerita utuh dalam satu novel. Proses tersebut dilakukan oleh beliau bagi yang mengikuti menulis bersamanya tersebut; yaitu menulis di akun instagram. 

Aku duduk bermalas-malasan, selama beberapa bulan, kebosanan dilewati. Kepala ini, dan rasa ingin keluar tuk mengarungi dunia bebas, sebebasnya pikiran (bebas yang dikodratkan), terbendungkan, dengan narasi tunggal covid 19 menggegerkan dan gegarkan dunia, kondisi dunia baru seperti tercipta. Setelah terbit novel berjudul Kisah-Kisah Kecil & Ganjil karya @agusnoor_ isinya kumpulan fragmen menggugah naluri. Setelah saya pergi ke meja belajar membuka buku dan memulai mengarunginya. Kepala digedor-gedor dengan pemanis buatan malam 1001 pandemi, tuk menemukan kisah seolah-olah dunia ganjil yang membuat tanya. 

Kepalangan dan kepalangan; seperti halnya kisah seorang anak yang ingin sekali mencapai semua harapan-harapan besar. Namun, ketika berkaca di atas air yang bening, tapi sepertinya angin membuatnya bergoyang, kejelasan dari bentuknya wajahnya tidak jelas. Kota dan desa seperti sudah tidak indah lagi, kecuali rongga hati dan isinya menjadi kunci. Kisah-Kisah Kecil & Ganjil merepresentasikan jiwa zaman (zeitgeist), yang tidak dapat dipungkiri kegelisahan bersama dirasa, dalam buku mungil dan memukau ini. 

Sebuah masyarakat urban atau pedesaan, merasakan hal serupa; derita, lara, dan gegar. Bahkan, dalam per bab novel tersebut memberikan sebuah fragmen luka tergambar dalam narasi kolektif di dalamnya. Dan pada akhirnya ketunggalan akan tinggal seperti menjadi manunggaling gusti; ada yang gagal, ada pula yang berhasil mencapainya.Sebuah kisah yang akan memiliki nafas panjang nantinya; di masa akan datang peradaban dan menjadi kronik di masa mendatang, bahwa ada kalanya semua merasakan bahwa pandemi menjadikan dunia seakan ganjil menyimpan pertanyaan mengerikan atau membahagiakan. Kepala berbeda akan memiliki nostalgia berbeda; bukannya nostalgia sebuah derita paling mulia di kehidupan nyata. Pun, dengan pandemi ini menjadikan manusia jauh dari raga, padahal kegagalan tujuan dari Pencipta bahwa kembali pada Yang Tunggal, untuk merenungkan keramaian hidup yang seperti ganjal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar