Sabtu, 12 September 2020

KUMANDANG YANG MALANG


“Mariyam, kamu mau kemana?”

“Saya mau ke kolam ingin redam, agar sedikit tenang, masak keluar jauh sekali-sekali tidak boleh bu”.

“Boleh nak, tapi jangan sendiri bahaya, apalagi ke kolam umum itu”.

“Iya bu, Iyam ajak Isa ya Bu”.

“Iya bawa adekmu itu”.

“Saya berangkat bu”.

Pagi yang cerah membuat Mariyam berangkat untuk berendam, anak jaman sekarang untuk menghilangkan penat redam ke kolam. “Padahal kolam itu tempat sangat berbahaya, apalagi anak jarang keluar seperti Iyam. Permintaan harus sedikit diberikan lantaran anak itu jarang meminta apa-apa, aku turuti saja”. Percapan hati seorang ibu setelah anak keduanya pergi ke kolam, dengan membawa motor peninggalan ayahnya. Coba saja Pak Yanto sebagai kepala keluarga masih ada akan ada liburan bersama dengannya dalam mengisi kekosongan. 

Berangkat dengan kekawatiran orang tua seorang ibu menjadikan sebuah gambaran akan ada apa, dan akan seperti apa?. Semua pada dasarnya berangkat dari mana manusia tidak hanya bertahan dengan sebuah ketidak berkembang ketika manusia selalu berada dalam genggaman orang tua. Jika mampu membawa akan senantiasa menjawab akan menjadinya anak sholeh dan sholehah diharapakan setiap orang tua. Jika tidak biarakan Tuhan menjawabnya. 

Berajalan tidak tahu kalau tempat kolam itu di mana terpenting kolam, katanya anak jaman sekarang nekad, Iyam dan Isa tanpa ada petunjuk sampai di tempat, perjalanan 7km dari rumahnya. Hanya mengandalkan Hp dan paketan tidak ada yang tidak mungkin dalam perjalanan, sudah sampai di kolam umum itu, sebagai mana Iyam jarang keluar rumah baru pertama kali ingin tahu mandi di kolam lantaran melihat teman-temannya di story gedged-nya ada di kolam, berangkat dari jaman sekarang bukan karena sebuah keinginan hati. Semua seperti ada stimulasi dari sebab moderniasasi. 

Isa sebagai anak cowok penurut tidak keluaran, tidak pernah tahu bahwa kolam itu seperti yang ada dalam bayangan ternyata hidup itu luas, sebagaimana ini salah satu ciptaan Tuhan dan salah satu kehendak-Nya. Malu-malu untuk menyewa baju renang, karena harus pake baju renang jika ingin mandi, bagaimana mau mandi kaum wanita dan laki-laki campur. 

Sebagai anak santri yang pulang karena liburan, mengingatkan Isa pada kehidupan di pesanteren, menemui hanya hamparan sungai menggunakan sarung atau tidak gunakan polosan pada saat mandi tidak masalah. Paling beda air yang mengalir hilir, bukan hanya seperti kolam diam tapi diombak-ombak oleh manusia, akan membahayakan badan serta kulit.

“Hmm Ini bagaimana mbak?” dengan malu-malu menyampaikan.

“Ahh tak usahlah malu ayo mandi”, 

“Terlalu rame mbak”.

“Sepi itu kali di pesantrenmu adanya lab-balap1 hehe”.

“Mbak dapat ide dari mana mandi di tempat seperti ini?”

“Sudah, ayo foto dulu mbak!”, setelah itu foto bareng dek”.

Jika hari libur menguntungkan bagi pemilik kolam, suasana gembira senang bersama anaknya ada juga, ada yang senang bersama kekasihnya, ada yang gembira dengan pacarnya, semua searasa dalam keindahan dalam kesat mata. Isa dengan kecemasannya. Ada yang bergelombol orang laki-laki kaum muda. Tidak tahu apa yang dilakukan banyaknya manusia di dalam kolam sebesar 21 m x 25 m x 5cm khusus dewasa. Semuanya mandi dengan gembira.

Setelah beberapa jam sudahlah bergegas untuk kembali dan pulang ke rumahnya, Iyam dan Isa langsung ke rumahnya. Setelah sampai di rumah seorang ibu menyiapkan makanan dengan lauk telur, tiram, dan pisang. Makanan itu seperti biasanya ibu siapkan oleh kepada anak-anaknya. Setelah makan langsung bergegas semuanya untuk beristirahat. 

(***)

Siang dan malam telah menjadi hukum dunia dalam merasakan disetiap kehidupan manusia untuk bisa, menikmati setiap karya-karya dari manusia, ada yang menderita dengan caranya serta menderita dengan keadaanya, serta berbahagia dengan fungsinya. Semuanya ada dalam siang dan malam. Gelap dan terang tempat manusia, membaca, mengarang, menuliskan bahkan menunjukkan. Suasana mengajarkan sebuah karya yang dikerjakan. 

Hidup itu sebuah penyesalan ketika paham akan sebuah keadaan, akan tetapi itu pilihan bagaimana manusia, akan tetap bertahan? apa akan menyerah dalam kehampaan, mengengai hidupnya, bahkan mengeluh untuk memperhalus perasaan menyerah akan memperkeruh keadaan maka itulah kehidupan dan keduanya sebuah pilihan. 

Mariyam kini menemukan kematian dalam kehidupan, merasakan penyeselan dalam kehidupan, yang pernah terpikirkan namun tak pernah merasakan, bahkan tak disangka akan merasakan segalanya dengan penyesalan sangat dalam. Menanggung malu keluarga, warga desa, hingga tahta seorang wanita, bahkan pada agama, ternyata kewajaran seorang wanita hamil muda itu hal biasa akan tetapi bukan biasa ketika hamil tanpa siapa yang mendzolimi, menyetubuhi, bahkan tak mengetahui kapan bisa terjadi proses sel opum perempuan dengan sperma laki-laki bersatu, proses fertilisasi, proses pembelahan sehingga terbentuk menjadi bayi. 

Hanya terasa pada saat Mariyam mual dan merasakan apa yang dirasakan orang hamil. Seorang ibu yang merasa hancur, terpukul, bahkan merasakan hal tak berharga namun itu bermakna, malu terasa ada di atas benalu yang tak tahu siapa yang mengkui dirinya dan anaknya. Merasakan kematian dalam kehidupan Si Mariyam. 

Setelah mendatangi ke dokter, dokter menjelaskan bahwa anak Ibu Warni hamil, bukan hal yang bahagia karunia itu sebagai bencana, bagi keluarga, desa, bahkan seluruh dunia dengan agama yang dibawanya. Ketika ibu harus mempenjarakan seorang Mariyam dari penjara suci, padahal penjara suci selalu menjadi tamingnya, sebagai pondasi selain agama, cara, serta pelarangan pacaran sebelum waktunya. Pada siapa akan menyalahkan, Tuhan hanya menciptakan bahkan segala kehidupan sudah dipasrahkan bagaimana manusia bisa membawa dunia dan kehidupannya, surat-surat berupa cara Tuhan sudah menjelaskan 

Tuhan tidak akan merubah nasibnya suatu kaum kalau tidak mengubah sendirinya.

  Masihkah menyalahkan dan membeci Tuhan sebagai mana telah diberikan sebuah ketidak wajaran dalam hidupnya. Ternyata manusia selalu hidup dan bisa berkembang sesuai dengan keadaanya. Sebagaimana manusia berada pada zaman sekarang. Bahwa modrnisasi sebagai kebanggan dan sebagai kewaspadaan, karena pada zaman 1980-an masih belum ada orang hamil tanpa suamianya. Kecuali zaman Bunda Mariyam Ibu Nabi Isa AS.

(***)

Setelah diproses dalam kandungan Mariyam, karena isu warga sudah sampai ke desa sebelah, serta warga sekelilingnya sudah tahu kalau Mariyam belum menikah, tapi hamil. Pergilah salah satu warga paman dari Mariyam untuk mendatangi kepala desa, melaporkan kejadian ini kepada kepala desa. Pak lurah itu kaget setelah dengar fenomena itu, bahwa ada yang hamil di luar nikah. Bapak lurah sebagai kepala desa bergegas untuk segera mengurus siapa yang menghamili Mariyam. “Bukannya sosok dia orang bisu dan tuli sebagai perempuan baik1”, sambil gelengkan kepala desa Jamal itu. Masalah itu dilaporkan ke polisi sebagai pihak berwajib untuk segera menuntaskan masalah ini, segera menelfon pak polisi.

“Selamat siang Pak, saya kepala Desa Alasrajah, Kampung Konyik, di sini ada masalah, minta bantuannya pak”.

“Siang, iya, masalah apa pak?

“Ada orang hamil tapi suaminya tidak bertanggungjawab”.

“Saya catatat segera menuju ke desa bapak. Kronologi itu diperkosa dan yang pasanganya tidak bertanggungjawab atau melarikan diri?”

“Saya tunggu, nanti akan dijelaskan di desa saja pak”.

Bergegaslah menuju ke desa itu, untuk menemui si korban. Perkumpulan desa itu membuat gaduh desa itu, serta seorang ibu dan Mariyam tidak henti-hentinya mengalirkan air matanya, bahwa kandungan sudah berumur 3-4 bulan, Tuhan telah menitipkan nafas pada janin seorang yang hamil. Seharusnya menjadi kebanggan, Namun tangis itu bukan kebahagian. Menangis tidak akan menyelesaikan masalah, bahwa dalam hamilnya itu, Mariyam menjadi bahan olok-olok setiap hari ramai datng ke rumahnya. Wajah dari orang yang datang memiliki paras beraneka ragam dalam perasaan ibu, Ada yang menjenguk dengan rasa iba, ada pula dengan rasa empati, ada pula dengan rasa malu dengan rasa percaya dirinya paling benar, sehingga menghina pun sudah akan menjadi terimaan oleh batin Mariyam dan keluarganya. 

Karena walau bagaiaman pun, penyelesaian tidak akan menyelesaikan masalah, sehingga dosa berzina sedikit pun tidak dirasakan oleh Mariyam, sebagai mana katanya zina itu nikmat, karena diberi bumbu oleh setan. 

Sebagai mana datang kembali ke rumah Mariyam seorang polisi bersama kepala desa itu. Bahkan isu itu terdengar oleh media sehingga wartawan dan warga yang suka dengan menyebar luaskan berita tanpa verifikasi datang untuk mendatangi, serta menggali informasi untuk mejadi citizen jurnalism atau dikenal jurnalisme warga, tanpa memikirkan praktik jurnalistik oleh warga masuk pada karya jurnalistik. 

Pertanyaan yang dilontarkan menguyak-ngoyak batin Mariyam, seperti halnya wawancara dengan narasumber yang tidak ingin bicara karena kebingunan dan tekanan. Sebagai orang periang polos dan jarang keluar dari rumah ternyata hamil di luar nikah. Setelah ditanya dan seorang Mariyam dengan deraian tangisan dengan menyumpah akan dirinya bahwa tidak berdosa atas terjadi menimpa dirinya yang hamil. Warga ada yang percaya akan apa yang dibicarakan oleh Mariyam karena jawaban yang histeris dengan tangisan. 

Warga serta kepala desa saling mencari cara bagaimana bisa, jika tidak terjadi persetubuhan bisa hamil. Pertanyaan di lontarkan kembali mengenai yang terjadi pada Mariyam apa pernah bermimpi aneh, seperti halnya cerita-cerita Bunda Mariyam bermimpi ada bulan masuk keperutnya.

“Sebelumnya pernah bermimpi apa Mariyam ada yang aneh kah?”

“Jawabannya tidak pernah bermimpi apa-apa”. 

Semua pikiran sudah dikerakkan, bahwa dengan apa lagi ini bisa dipecahkan isu semakin luas, perkembangan media massa. Menjadi trending topik di sosmed-sosmed, kehidupan sekarang tidak bisa menyimpan aib sedikit, semua warga serta aparatur negara bisa mengkomsumsi apa yang menjadi informasi, banyak yang memposting ke Ig, youtube, twiter dll. Semua orang dengan mudah menerima informasi. 

Salah satu warga pergi ke dukun untuk menanyakan tentang permasalahan yang menimpa pada Mariyam. Jawaban seorang dukun agar tenang dan ditemukan siapa yang menghamili Mariyam, seorang dukun ternyata sama saja dengan dukung yang lain, suruh mandikan dengan kembang tujuh rupa, maka akan ketemu siapa yang menghamili, resep itu resep umum dilakukan dukun. 

Semua serasa menjadi usaha sia-sia yang nyata. Bagi batin yang tidak kuat akan melakukan bunuh diri ditimpa seperti ini. Harus dipenjarakan jika si pelaku ditemukan lalu mempertanggungjawabkan. Semua orang memberikan pendapat seperti itu.

(***)

Setelah sampai beberapa hari, mendatangi dokter kandungan untuk memastikan kehamilannya, tidak diragukan ternya 100% sudah berbentuk bayi. Sebuah karunia dan keajaban Tuhan dalam memberikan sebuah keajaiban anugerah. Karena yang baik tidak akan memikirkan kejelekan akan sennatiasa mengembalikan bahwa setiap kejadian bukan keberuntungan bisa terjadi kalau tidak ada campur tangan Ilahi. 

Polisi serta warga setiap hari meramaikan rumah kediaman Mariyam, ketiga kali datang polisi mendatangi ibu dari seorang Mariyam, menanyakan mengenai aktivitas kesibukan Mariyam, serta kesehariannya, 

“Mariyam pernah keluar ke mana saja bu?”

“Sebagai anak rumahan dan selain keluar ke langgar3 sebelah rumahnya, jika keluar hanya ke warung semenjak lulus SMA tahun lalu, setelah itu Mariyam masih dalam pingitan4”.

“Terakhir kemana ibu dia keluar?”.

“Lima bulan yang lalu dia terakhir keluar jauh, ke kolam umum bersama adeknya Isa”.

“Isa selama keluar mbaknya pergi kemana saja?”

“Tidak, kemana-mana pak kami berdua pada waktu itu kita hanya pergi mandi di kolam umum 5km dari sini, di sana kami hanya 2jam aja, setelah itu pulang pak”.

“Benaran itu?...

“Benar berani bersumpah pak”.

Sebagaiman mana ketidak wajaran akan senantiasa menjadi manusia selalu berusaha akan menemukan sebuah tanda tanya itu, menyesuaikan apa yang terjadi dalam hidup manusia dari hari-hari bukan saja memberi dan menerima saja, namun manusia bisa dituntut untuk mencari yang menjadi tanda tanya, siapa tahu akan berharga dan menjadikan manusia lebih bijaksana atas apa yang diketahuinya. 

(***)

Penyelidikan dimulai dari itu tempat kolam umum itu, tidak ada tanda apa-apa sebagai kesat mata. Setelah mendatangi staf penjaga kolam itu, Isa ikut karena sabagai saksi, setelah memulai dari bukti kedatangan ke tempat itu, pertama seorang polisi mengecek pada tanggal berapa, pada di tanya Mariyam dan Isa lupa, namun polisi menanyakan apa ada foto pada saat di kolam itu, ternyata ada Isa memberikan foto dan polisi cek pada tanggal berapa berfoto, di pengaturan foto program tanggal aktiv, setelah itu polisi menemukan tercatat tanggal 25, Februari 2018, setelah mendapatkan foto pada waktu berselfie bersama Isa, setelah jelas tercantum seperti di atas. Polisi mendatangi tempat kolam tersebut. 

Setelah sampai di tempat mendatangi staf penjaga kolam itu, dan menanyakan pada tanggal 25, Februari 2018. Proses pencarian itu untuk membuktikan bahwa kekuasaan Tuhan samapi di mana, masih Tuhan berikan dalam kehidupan modernisasi, masih saja di zaman sekarang ada hamil tanpa ada suaminya. Fenomena itu mengingatkan pada terjadinya Lahirnya Yesus Kritus tanpa memiliki ayah, dan menjadi sebutan anak Tuhan karena karunia dilimpahkan. Jika bukan kehendak Tuhan siapa lagi sebagai manusia sadar akan terus berusaha mencari ada apa kok bisa?. Sebagai tugas manusia sadar akan keadaan dan ciptaan.

“Permsisi mau tanya pak.”

“Iya pak mau tanya mengenai apa?”

“Menegai tergedi ibu hamil tanpa suami tanpa berhubunga intim.”

“Pada tanggl 25, Fenruari 2018 yang lalu ada kejadian aneh di kolam bapak?”

“Aneh bagaimana pak?, tidak ada apa-apa seingat saya pak, karena pada waktu siang kebetulan shif itu yang menjaga saya. 

“Aneh ada hal yang tidak dapat kita jangka dalam pikiran.”

“Tidak ada pak, seingat saya!”.

“Ada pak masalah pada saat itu!” ada salah satu kariyawan teman pak Rudi.

“Silahkan jelaskan Pak”, saut pak polisi memberi kesempatan.

“Waktu itu, saya dan Pak Rudi menemukan pemuda mandi di kolam ini melakukan hal yang tidak senonoh. sebelum pukul 9:00, sekitar pukul 7:45WIB, kami meringkus dan mengusir pengunjung muda itu”.

“Lantaran apa diusir membuat onar kah?” saut paman Mariyam.

“Tidak buat onar. Tapi anak muda itu melakukan hal yang tidak senonok di kolam kami, waktu itu ternyata pemuda itu melakukan onani di kolam kami, kita berdua mempergoki tingkah laku orang itu, dengan gerakannya yang aneh kami pantau dengan petugas yang lain, jika tidak percaya bapak bisa melihat di CCTV kolam ini. Maka dari itu kami melakukan pengusiran pada pemuda itu, hanya kejadian itu yang menurut kami masalah pada tanggal itu”.

“Ohh iya terima kasih atas penjelasannya”.

(***)

Setelah mendapatkan informasi itu bergegaslah kembali, menemui dokter untuk meminta penjelasan bahwa, bukti konkrit tidak ditemukan, tapi seorang paman dan polisi yang terus mengurus kasus hamilnya Mariyam. Namun dari hasil itu memeberikan tanda tanya dari data yang dipadapat, walaupun itu hanya bukti ambigu tapi sebagai dokter spesialis akan paham prosesnya sel opum dan sperma berkembang pada janin perempuan. 

“Dok, apa bisa orang yang tidak berhubungan intim manusia bisa hamil?”

“Tidak bisa pak, akan tetapi bisa seorang perempuan sehat akan bisa hamil jika sperma aktiv subur menyatu dengan sel telur perempuan dengan proses yang ringan, ketika sperma itu bisa masuk ke dalam varji’5 maka akan menjadi bayi dan menjadi seorang perempuan itu hamil, hal itu tidak lepas atas keajaiban Tuhan, Kenapa memanganya pak?”

“Bisa jadi Mariyam korban dari apa yang dikatakan dokter ini”.

“Iya bisa jadi pak”, karena sapi di tetangga saya bisa hamil dan punya anak tanpa dikawinkan, lantaran sapi tetangga disuntik.

“Hukum apa yang akan diberikan pada pemuda itu, kesalahan apa memang karena sebuah kekuasaan Tuhan yang Maha Esa, apa-apa yang tidak nyata akan menjadi fakta dan nyata. Polisi dengan menggelengkan kepala atas kuasa dan bagaimana hukum ditendakan pada pemuda itu.

“Manusia pun bisa melakukan suntik kehamilan tanpa harus berhubungan intim, terpenting sperma sehat bertemu dengan sel opum sehat, akan terjadi kehamilan.

Fenomena yang ada pada modernisasi tidak lepas campur tangan yang Ilahi apapun yang tak mungkin menjadi mungkin, karena dunia adalah campur tangan. Modernisasi tidak akan mematikan Sang Ilahi6, sebagaimana Tuhan dan perkembagan tidak diam, alam bergerak manusia pun ikut bergerak serta Tuhan akan juga ikut, kekawatiran seorang Ibu akan bahaya pergi ke kolan memberi bukti, kekawatiran seorang ibu memiliki campur tangan Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar