Senin, 11 Desember 2017

Esay Pernyataan dan Pertanyaan Diri Manusia di Generasi Milenial Perbudakan diri Tak Disadari


gambar: abovitito.com


Pernyataan dan Pertanyaan Diri Manusia di Generasi Milenial Perbudakan diri Tak Disadari
Abstrak:
Kebobrokan manusia pada kemewahan kadang dapat memperbudak diri tanpa disadari, diri ini dikontrol oleh teknologi, bukan manusia mengontrol teknologi tanpa disadari, kita diperbudak diri walaupun itu sebagai bukti kebebasan. Abrams Maslow menuliskan bahwa kebebasan hak paten diri manusia. Tapi kebebasan apa yang dapat dipertanggung jawabkan.
Segala pemikiran manusia yang memiliki batasan sehingga manusia hanya bisa merencanakan dan melakukan apa yang telah menajadikan dirinya sebagai kewajiban. Ketika manusia bergerak mengikuti siklus alam tanpa melawan arus dengan maraknya perkembangan zaman. Bahwa hari ini jiwa  dan raga dijajah oleh diri sendiri, jika ada goo foud telah memanjakan diri kita, serta banyak lagi virus lain menejerumuskan pada kebobrokan dalam perkembangan. Manusia telah merdeka akan tetapi kemerdekaannya dipenjarakan sendiri oleh arus siklus perkembangannya, merasakan kecilnya manusia yang hanya bisa mampu beradaptasi dengan sebuah kebaruan serta misi pemuda membenahi diri, untuk bisa menemukan arti dari setiap langkah perjalanan manusia yang pasti dalam diri sangat suci, akan tetapi enggan beradaptasi perkembangan. Memenjarakan diri bahwa dirinya telah diwarisi  merdeka oleh Sang Ilahi.
Penjajah telah tak menjajah manusia lagi merdeka dengan memaksakan dirinya, untuk membatasinya dengan apa yang dilahirkannya, bahkan dalam dunia khususnya di Indonesia mengamini segala yang ada dalam kehidupan nyata ini. Serta melakukan tanpa melupakan akan yang dikerjakan oleh kesadaran diri manusia, hingga lupa akan dijajah keboborakan dirinya, serta tidak pernah menanyakan pada dirinya bahwa dirinya adalah sempurna tapi tak menyangka karena dirinya tak merasakannya, enggan merenungkan dirinya.
Dialog-dialog dengan dirinya yang telah dilupakan untuk menemukan apa yang akan dikerjakan oleh manusia, tak sadar bahwa ada teman dalam diri manusia ketika manusia mau berpikir dan menanyakan dirinya pada dirinya. Akan tetapi kadang manusia serta  memenjarakan pada penjara yang tak berjeruji besi, tapi tentang kenyamanan hati, yang tak diliputi oleh hati untuk menemukan arti, yang pasti untuk mengertikan diri dalam ber-negeri. Dalam diri manusia ada yang bermakna akan tetapi manusia enggan menemukannya, yaitu hati yang sangat nyaman dan tenang ketika kerisauan manusia menyentuhnya dengan hati, maka lahirlah rasa cinta dalam cita-cita manusia, ketika terbentuk cinta maka akan melahirkan keindahan dalam kehidupan manusia.
Bahaya yang paling ditakuti dalam dunia ini, hanya ada dua mati karena menemukan kematian pada diri sendiri, mencintai sesuatu tanpa menekuni apa yang dicari tanpa rasa cinta yang disepakati oleh hati. Yang tersial manusia mencari arti untuk tidak menyadari apa yang terjadi apa yang akan harus dicari, dan menyadari berdiri dengan berkaca pada air bahwa gelombang air akan menunjukkan arti yang tak pasti dengan diri manusia yang sangat tergoncang oleh hati, namun air akan menjadi salah satu sumber kehidupan manusia dan alam.
Sesungguhnya penjajahan yang paling ditakuti oleh manusia seharusnya, yang ditemukan dalam kehidupan akan menemukan kematian dalam hidup, serta yang tersial tidak merasakan kematian dalam hidup.
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda bahwa perang terbesar bukanlah perang badar, akan tetapi persang terbesar sesungguhnya adalah perang melawan dirinya. Sesuai juga jika kita kaitkan dengan republik kita bahwa Bapak Proklamator kita pernah berkata bahwa dalam pidatonya bahwa mengusir dan berperang penjajahan Belanda lebih mudah, yang lebih sulit adalah melawan bangsa sendiri. Kedua istilah kata-kata bijak ini memberikan interpretasi sangat dalam jika kita kaitkan dengan kehidupan sekarang. 
Hari ini telah sampai di mana awan mendung serta angin menghembus tak tertata dalam jiwa, melawan arus sangat menentang membiarkan arus akan terjerumuskan, membenturkan diri untuk menyadari bahwa berdiri diatas arus dengan bertahan melawan bersama awan yang selalu statnan, berada dalam dataran yang rentan aman, hanya hujan yang kadang tidak dapat menyesuaikan. Kabut tipispun turun  terselimuti angin, kerisauan manusia pada dunia sangat kacau, yang tersial diriku yang hanya memikirkan dunia dengan perjuangan kematian dalam perkembangan ini, tak tembul dan tak jarang datang kembali, untuk menjaga diri dan menemukan arti menjaga apa yang harus dijaga telah tak disadari bahwa dunia nanti sepi. Keadaan kadang mengajarkan merasakan kematian, kadang pula mengajarkan kebencian dalam kehidupan, bahwa manusia yang berjalan terus diberikan kerisauan manusia tak menjanjikan ketulusan saat terombang-ambing kegalauan perayaan dunia yang sifatnya fana dan tiada pada saatnya. Hanya dengan bunga-bunga yang dipersembahkan dengan rasa cinta manusia akan senantiasa hidup dalam jiwa-jiwa manusia yang senantiasa berkelana dalam rimba dunia yang penuh makna dalam kematiannya.
Serta kuburannya manusia akan selalu dikenang dalam masanya yang menanmkan segala mimpi-mimpi dalam kehidupan nyata dengan rasa cinta, saat kau bosan dengan hidup maka ingatlah pada kematian setelah hidup, maka kau akan menemukan cinta dan keindahan dalam keberadaan manusia yang tiada. Hanya ada dua dalam kerisauan hidup setelah menemukan jalan yang telah dicita-citakan. Yang pertama mengeluh untuk memperhalus perasaan, yang kedua menyerah akan membuat memperkeruh keadaan. Bertahan adalah jalan untuk mengeluh tanpa menyerah, karena titik akhir tidak akan berhenti dengan direncanakan seorang penulis ilmuan eksakta, ketika mereka saat berada di tengahpun akan melanjutkan sebuah pembahasaan dari perjalanan, hingga sampai pada penulisan titik akhir tanpa batas, bukan segalanya dari cahaya, kita bagaimana sastra dengan estetikanya, serta teologi cara menyelami anugerah yang dijalani dengan pencipta. Berkaitan dalam keadaan kita sebagai manusia, sehingga lahirlah revolusioner, kemerdekaan manusia, tiada dengan ketidak sia-siaan, maka akan senatiasa hidup dalam ketiadaan, mati dalam kepastian cita-cita para pengabdi-NYA sehingga cerita akan selalu memaksakan untuk menghidupkan para penjuang sesungguhnya dari apa yang ditarekatkan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar