gambar:sombong.com |
Kau Lari Dari Hari
Yang Menganggap Itu Memberi
Alam telah
mendung kau yang telah menghilang dari gelapnya malam mencari terang diluar
dunia, di mana pun kau berada akan menemukan kegelapan dalam rasa yang sama,
jika kau hanya berbahagia dengan cahaya-cahaya bintang-bintang yang menghiasi
langit serta malam, kau enggan bermalam merenungkan yang mana kau bahagiakan
dari jalan yang kau jalankan, kau lari dari hari-hari yang menjenuhkan, tambah
jauh akan menemukan hari yang pasti dengan apa yang kau cari, tanpa kau cakari
buku dan bumi untuk kau tanami dengan benih-benih hafalan untuk mencerdaskan
dan memperhaluskan perasaan serta teman dan kerabat seperjuangan.
Manusia ketika mencari selalu ingin
menemukan kenyamanan dengan apa yang dicarinya, kebosanan yang mereka benci
tiada syukur yang diberi, sesuatu yang telah dipilih itu kadang dijadikan
masalah banyak sudah manusia belum mengenali siapa dirinya, lari dari dirinya
apa yang dirinya harus banggakan, bahkan kadang tak merasakan potensi dirinya,
mencari meninggalkan apa yang menjadi dirinya berbeda dengan manusia lain. Lari
dari zona yang pada awalnya penuh keindahan saat tak menemukan keindahan itu
menganggap perbedaan itu bukan ciptaan Tuhan yang indah. Cara menyikapi yang
salah bahwa tidak ada yang lebih indah dari apa yang diperbuat untuk bisa lebih
bermakna dengan apa yang dipilihnya.
Mereka mahasiswa yang dipandang hanya
ketenaran dan kenyamanan dari organisasi yang digeluti, tanpa ada apa yang
ingin mereka perbuat, entah itu karena tugas kuliah yang sangat banyak apa
karena faktor diri yang kurang minat gara-gara sudah menjadi mahasiswa yang
sudah banyak mengetahui tentang antropologi kampus, atau juga sudah mempunyai
banyak baca buku sehingga ingin sekali lari dari kebosanan dalam organisasi di
pilih. Mereka hanya lari dari apa yang belum mereka geluti secara serius,
sehingga mereka hanya memikirkan apa yang didapatkan dari apa yang telah
dijalani disebuah oraganisasi dalam kampus. Sesungguhnya kita beruntung dalam
mimbar akademik diajarakan bagaimana kita mempelajari hal yang belum terjadi
pada yang akan terjadi nanti. Mahasiswa bukan ahanya sekedar dirinya dapat
belajar menemukan sesuatau pelajaran dalam kelas, harus memberanikan diri untuk
keluar kelas. Karena sebuah cita-cita dan kebutuhan hidup kita sebagai manusia
bukan hanya ada pada satu arah (kelas), jika mau menjadi Idealis jadilah
idealis yang memperahlus diri untuk kepentingan keluarga dan kerabat bukan
hanya bisa menuikmati dirinya sendiri dengan menemukan apa yang dicari.
Rasa-rasanya sesuatu hal yang dicari
tidak akan lebih dengan dengan kita, hukum alam banyak membuktikan hal itu,
maka lari dari zona nyaman teman-teman seperjuangan itu salah ketika mereka
hanya bisa berdalih dengan ketenangan, hanya merasakan ketidak nyamanan karena
tidak merasakan apa yang didapatkan. Bahwa dalam oraganisasi itu mahasiswa
bukan hanya menjadi taming pada oraganisasi yang digeluti. Jika bisa menggeluti
dan menjadi taming oraganisasi sehingga apresiasi bukan hanya dibicarakan oleh
kelompok diir kita sendiri, terutama bukan hanya diri kita sendiri merasa
bangga dengan apa yang ada (materialisme). Maka solusi dari kita sebagai
mahasiswa di civitas akademika dan fasilitas yang ada dengan sederhana di
kampus-kampus dapat dimanfaatkan dengan baik untuk bisa menajdi sebuah lumbung
yang akan menghasilkan madu yang manis dan murni, melalui sebuah proses bukan
hanya mengeluh dan mersakan apa yang dirasakan dan mendapatkan apa, padahal
dalam melakukan banyak hal manusia harus bisa membedakan mana yang memperjuangkan
dengan sebuah niat, apakah eksistensi yang menjadikan dirinya menganggap
dirinya akan menjadi idealis yang tak egosi. Menurut saya mereka egois dalam
melepaskan tanggungjawab sebagai tanggung jawab terkecil dalam media
pembelajaran yang berada dalam kampus.
Jika kalian merasakan ketidak nyamanan
apa yang ada dalam kepemimpinan saya bahwa diri saya serta merasakan bahasa
yang tidak tenang bahwa saya sebagai pimpinan kurang bertanggung jawab hal itu
saya memang merasakan bahwa segala perjalanan memiliki problematika semua,
entah itu karena kita hanya menggap beruntung akan tetapi ketika saya mengambil
keputusan untuk cuti kuliah pada waktu itu sesuatu yang tidak direncanakan
bahwa segala keadaan yang memaksa untuk berhenti balajar di mimbar akademik dalam
kampus, dan harus dicekoki oleh kehidupan yang ralistis dalam dunia di mana
dunia pendidikan hanya sedikit diimplementasikan dalam dunia karja, ruang kelas
yang kita belajar bersama dengan dosen yang harum dan mahaiswa yang wangi
bagaikan bunga yang berseri-seri, tak memberi banyak hal yang baik ketika
keuletan dan keseriusan dalam dunia pekerjaan itu menjadi tolok ukur
manusia/saya sebagai mahaiswa. Kelas hanya 25% pembelajaran dalam kelas hanya
kepintaran manusia dicita-citakan, kecerdasan kita difungsikan ketika manusia
itu bisa memikirkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Bahwa
belajar dalam bangku kuliah itu dikarenakan dirinya merasakan ketidak merdekaan
dalam dirinya sehingga masih membuhkan mempelajari kehidupan di luar kehidupan
yang hari ini dialami, sehingga mempelajari apa yang akan terjadi dihari nanti.
Ini sekedar pembahasan yang diberikan untuk kalian yang hanya mampu menyalahkan
saya bahwa saya egois dan tidak bertanggungjawab. Bahwa kuliah dengan
memikirkan sesuatu hal yang semua akan terjadi itu saya rasakan sangat berat,
adalagi bagaimana setiap UAS, pembayaran uang kuliah untuk bisa bersama dengan
kalian belajar menjadikan saya harus istirahat sejenak pada masa itu.
Jika kau dapat memahami silahkan kalian
interpretasikan sendiri dan mengambil sikap untuk menjelekkan saya, pada
semester IV, sebuah kegagalan sebuah misi saya sebagai manusia yang datang
ke-Malang bertujuan belajar malah keluar sebentar untuk melakukan cuti. Maka
saya rasa jika kau ingin menyalahkan semua pemimpin kau boleh. Serta kaalian
sangat bebas dalam memberikan presepsi tentang keadaan yanga ada. Akan tetapi
korelasi dari apa yang harus kita koreksi ketika wadah kita dan kita sudah
kembali menjadi mahasiswa, kesalahan dan apa yang telah bolong itu ditambal
kembali untuk membenahi apa yang terjadi. Hingga nanti tidak hanya menjadi
manusia yang hanya mampu memberikan distorsi diri dalam sebuah kebenaran
subjektif, untuk melepaskan dari tidak mau membenahi kembali apa yang terjadi.
Saya rasa segala yang terjadi ketika manusia masih bisa kembali pada masa di
mana yang terjadi itu dapat dibenahi kemabali, untuk bisa membenahi diri.
Manusia beruntung ketika kita masih bisa kembali menjejaki arah kaki yang
dijalani pada di mana masa itu terjadi ketidak jelasan dalam pejalanan
khususnya dalam oragnisasi yang pernah kita tinggali, di luar itu manusia atau
mahasisawa, atau kita hal yang beruntung mengembalikan apa yang telah terjadi
untuk dibenahi, bukan yang terjadi kita kembali apatis dengan apa yang terjadi
karena menganggap bahwa yang terjadi biarlah tanpa gagasan untuk membenahi.
Mengaharap sudah terjadi dan yang peduli agar nanti genarasi yang akan
membenahi bolong-bolong yang menjadikan kita sukar dalam oraganisasi itu. Yang
tersial yang masih ada dalam lumbung akan tetapi mereka tidak dapat menyikapi
apa yang terjadi malah mejahui jangan sampai energi baru ini dapat mempengaruhi
yang akan terjadi nanti, tidak memahami apa yang harus dilakukan nanti.
Ketika datang kembali bukan membicarakan
posisi sebagai apa dalam oragangisasi ini di LPM-Fenomena, jabatan saya sebagai
Pimpinan Umum telah tidak ada, namun saya kembali dengan fungsi yang saya bawa
sebagai fungsi mahasiswa yang memiliki tujuan belajar, dan kita tidak menutup
kemungkinan semuanya datang karena fungsinya untuk belajar. Namun yang salah
ketika mahasiswa itu tidak bisa memperhitungkan dan memanfaatkan fungsi sebagai
diri awak belajar di perguruan tinggi, sebuah kebobrokan niat mahasiswa yang
tak mau mereka menemukan fungsi dan esensi memposisikan mahasiswa. Jika masih
ada kesempatan maka ayo berjalan bersama membawa misi yang sama, belajar
bersama-sama. Maka agendakan kegiatan kita kembali yang pernah disusun dalam
struktural rapat kerja, untuk bisa memanfaatkan wadah belajar kita di Lembaga
Pers Mahasiswa. Dengan mengadakan pelatihan, diskusi, serta kegiatan kunjungan.
Sehingga kegiatan yang akan dilakukan
adalah cita-cita ketiga Lpm yang ada di kampus kita Unisma untuk melakukan
pelatihan bersama, dengan tujuan memberikan stimulus serta membangun rasa keharmonisan
antara mahasiswa dan Lpm yang ada di perguruan tinggi di Unisma dan khusus di
Lpm Malang Raya. Serta bisa berjejaring dengan PPMI-Kota Malang mencari yang
tidak ada dalam kelas, serta yang belum ditemukan dalam Universitas kita semua.
Keharmonisan
Untuk Merajut Lembaga Pers Mahasiswa Dengan Kemerdekaan Menulis. Tujuan utama kita sebagai mahasiswa bisa
memiliki skill dalam keterampilan menulis terutama dalam bidang kejurnalistik.
Namun hal yang diambil dalam apa yang terjadi di masa 2017, telah berlalu, maka
pada generasi yang akan datang mampu mebenahi apa yang telah buruk terjadi,
untuk kita benahi bersama, sehingga bagi mahasiswa yang ada di luar oraganisasi
ini, bisa beroraganisasi dalam kampus dengan proses bisa serius bukan hanya
ambisus. Jangan hanya lari dari apa yang telah terjadi jika kau ingin menjadi
apa yang dihati untuk menjadi sesuatu yang berarti sehingga oraganisasi yang pilih
memberikan apa yang diharapkan dengan serius menjalankan, bukan berharap apa
yang terjadi untuk bisa terjadi dengan ambisius yang dibawanya, mereka bisa
karena mereka terbiasa dengan keadaan yang tidak meneyenagkan tak nyaman, namun
bertahan dengan meraskaan kemerdekaan dalam memberikan tindakan secara
signifikan. Jangan hanya lari untuk dapat menemukan, mampukah mengambil hikmah
dari keadaan yang terjadi untuk menyikapi dan tidak berhenti menjalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar