Senin, 11 Desember 2017

Kau Lari Dari Hari Yang Menganggap Itu Memberi


gambar:sombong.com

Kau Lari Dari Hari Yang Menganggap Itu Memberi

Alam telah mendung kau yang telah menghilang dari gelapnya malam mencari terang diluar dunia, di mana pun kau berada akan menemukan kegelapan dalam rasa yang sama, jika kau hanya berbahagia dengan cahaya-cahaya bintang-bintang yang menghiasi langit serta malam, kau enggan bermalam merenungkan yang mana kau bahagiakan dari jalan yang kau jalankan, kau lari dari hari-hari yang menjenuhkan, tambah jauh akan menemukan hari yang pasti dengan apa yang kau cari, tanpa kau cakari buku dan bumi untuk kau tanami dengan benih-benih hafalan untuk mencerdaskan dan memperhaluskan perasaan serta teman dan kerabat seperjuangan.
Manusia ketika mencari selalu ingin menemukan kenyamanan dengan apa yang dicarinya, kebosanan yang mereka benci tiada syukur yang diberi, sesuatu yang telah dipilih itu kadang dijadikan masalah banyak sudah manusia belum mengenali siapa dirinya, lari dari dirinya apa yang dirinya harus banggakan, bahkan kadang tak merasakan potensi dirinya, mencari meninggalkan apa yang menjadi dirinya berbeda dengan manusia lain. Lari dari zona yang pada awalnya penuh keindahan saat tak menemukan keindahan itu menganggap perbedaan itu bukan ciptaan Tuhan yang indah. Cara menyikapi yang salah bahwa tidak ada yang lebih indah dari apa yang diperbuat untuk bisa lebih bermakna dengan apa yang dipilihnya.
Mereka mahasiswa yang dipandang hanya ketenaran dan kenyamanan dari organisasi yang digeluti, tanpa ada apa yang ingin mereka perbuat, entah itu karena tugas kuliah yang sangat banyak apa karena faktor diri yang kurang minat gara-gara sudah menjadi mahasiswa yang sudah banyak mengetahui tentang antropologi kampus, atau juga sudah mempunyai banyak baca buku sehingga ingin sekali lari dari kebosanan dalam organisasi di pilih. Mereka hanya lari dari apa yang belum mereka geluti secara serius, sehingga mereka hanya memikirkan apa yang didapatkan dari apa yang telah dijalani disebuah oraganisasi dalam kampus. Sesungguhnya kita beruntung dalam mimbar akademik diajarakan bagaimana kita mempelajari hal yang belum terjadi pada yang akan terjadi nanti. Mahasiswa bukan ahanya sekedar dirinya dapat belajar menemukan sesuatau pelajaran dalam kelas, harus memberanikan diri untuk keluar kelas. Karena sebuah cita-cita dan kebutuhan hidup kita sebagai manusia bukan hanya ada pada satu arah (kelas), jika mau menjadi Idealis jadilah idealis yang memperahlus diri untuk kepentingan keluarga dan kerabat bukan hanya bisa menuikmati dirinya sendiri dengan menemukan apa yang dicari.
Rasa-rasanya sesuatu hal yang dicari tidak akan lebih dengan dengan kita, hukum alam banyak membuktikan hal itu, maka lari dari zona nyaman teman-teman seperjuangan itu salah ketika mereka hanya bisa berdalih dengan ketenangan, hanya merasakan ketidak nyamanan karena tidak merasakan apa yang didapatkan. Bahwa dalam oraganisasi itu mahasiswa bukan hanya menjadi taming pada oraganisasi yang digeluti. Jika bisa menggeluti dan menjadi taming oraganisasi sehingga apresiasi bukan hanya dibicarakan oleh kelompok diir kita sendiri, terutama bukan hanya diri kita sendiri merasa bangga dengan apa yang ada (materialisme). Maka solusi dari kita sebagai mahasiswa di civitas akademika dan fasilitas yang ada dengan sederhana di kampus-kampus dapat dimanfaatkan dengan baik untuk bisa menajdi sebuah lumbung yang akan menghasilkan madu yang manis dan murni, melalui sebuah proses bukan hanya mengeluh dan mersakan apa yang dirasakan dan mendapatkan apa, padahal dalam melakukan banyak hal manusia harus bisa membedakan mana yang memperjuangkan dengan sebuah niat, apakah eksistensi yang menjadikan dirinya menganggap dirinya akan menjadi idealis yang tak egosi. Menurut saya mereka egois dalam melepaskan tanggungjawab sebagai tanggung jawab terkecil dalam media pembelajaran yang berada dalam kampus.
Jika kalian merasakan ketidak nyamanan apa yang ada dalam kepemimpinan saya bahwa diri saya serta merasakan bahasa yang tidak tenang bahwa saya sebagai pimpinan kurang bertanggung jawab hal itu saya memang merasakan bahwa segala perjalanan memiliki problematika semua, entah itu karena kita hanya menggap beruntung akan tetapi ketika saya mengambil keputusan untuk cuti kuliah pada waktu itu sesuatu yang tidak direncanakan bahwa segala keadaan yang memaksa untuk berhenti balajar di mimbar akademik dalam kampus, dan harus dicekoki oleh kehidupan yang ralistis dalam dunia di mana dunia pendidikan hanya sedikit diimplementasikan dalam dunia karja, ruang kelas yang kita belajar bersama dengan dosen yang harum dan mahaiswa yang wangi bagaikan bunga yang berseri-seri, tak memberi banyak hal yang baik ketika keuletan dan keseriusan dalam dunia pekerjaan itu menjadi tolok ukur manusia/saya sebagai mahaiswa. Kelas hanya 25% pembelajaran dalam kelas hanya kepintaran manusia dicita-citakan, kecerdasan kita difungsikan ketika manusia itu bisa memikirkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Bahwa belajar dalam bangku kuliah itu dikarenakan dirinya merasakan ketidak merdekaan dalam dirinya sehingga masih membuhkan mempelajari kehidupan di luar kehidupan yang hari ini dialami, sehingga mempelajari apa yang akan terjadi dihari nanti. Ini sekedar pembahasan yang diberikan untuk kalian yang hanya mampu menyalahkan saya bahwa saya egois dan tidak bertanggungjawab. Bahwa kuliah dengan memikirkan sesuatu hal yang semua akan terjadi itu saya rasakan sangat berat, adalagi bagaimana setiap UAS, pembayaran uang kuliah untuk bisa bersama dengan kalian belajar menjadikan saya harus istirahat sejenak pada masa itu.
Jika kau dapat memahami silahkan kalian interpretasikan sendiri dan mengambil sikap untuk menjelekkan saya, pada semester IV, sebuah kegagalan sebuah misi saya sebagai manusia yang datang ke-Malang bertujuan belajar malah keluar sebentar untuk melakukan cuti. Maka saya rasa jika kau ingin menyalahkan semua pemimpin kau boleh. Serta kaalian sangat bebas dalam memberikan presepsi tentang keadaan yanga ada. Akan tetapi korelasi dari apa yang harus kita koreksi ketika wadah kita dan kita sudah kembali menjadi mahasiswa, kesalahan dan apa yang telah bolong itu ditambal kembali untuk membenahi apa yang terjadi. Hingga nanti tidak hanya menjadi manusia yang hanya mampu memberikan distorsi diri dalam sebuah kebenaran subjektif, untuk melepaskan dari tidak mau membenahi kembali apa yang terjadi. Saya rasa segala yang terjadi ketika manusia masih bisa kembali pada masa di mana yang terjadi itu dapat dibenahi kemabali, untuk bisa membenahi diri. Manusia beruntung ketika kita masih bisa kembali menjejaki arah kaki yang dijalani pada di mana masa itu terjadi ketidak jelasan dalam pejalanan khususnya dalam oragnisasi yang pernah kita tinggali, di luar itu manusia atau mahasisawa, atau kita hal yang beruntung mengembalikan apa yang telah terjadi untuk dibenahi, bukan yang terjadi kita kembali apatis dengan apa yang terjadi karena menganggap bahwa yang terjadi biarlah tanpa gagasan untuk membenahi. Mengaharap sudah terjadi dan yang peduli agar nanti genarasi yang akan membenahi bolong-bolong yang menjadikan kita sukar dalam oraganisasi itu. Yang tersial yang masih ada dalam lumbung akan tetapi mereka tidak dapat menyikapi apa yang terjadi malah mejahui jangan sampai energi baru ini dapat mempengaruhi yang akan terjadi nanti, tidak memahami apa yang harus dilakukan nanti.
Ketika datang kembali bukan membicarakan posisi sebagai apa dalam oragangisasi ini di LPM-Fenomena, jabatan saya sebagai Pimpinan Umum telah tidak ada, namun saya kembali dengan fungsi yang saya bawa sebagai fungsi mahasiswa yang memiliki tujuan belajar, dan kita tidak menutup kemungkinan semuanya datang karena fungsinya untuk belajar. Namun yang salah ketika mahasiswa itu tidak bisa memperhitungkan dan memanfaatkan fungsi sebagai diri awak belajar di perguruan tinggi, sebuah kebobrokan niat mahasiswa yang tak mau mereka menemukan fungsi dan esensi memposisikan mahasiswa. Jika masih ada kesempatan maka ayo berjalan bersama membawa misi yang sama, belajar bersama-sama. Maka agendakan kegiatan kita kembali yang pernah disusun dalam struktural rapat kerja, untuk bisa memanfaatkan wadah belajar kita di Lembaga Pers Mahasiswa. Dengan mengadakan pelatihan, diskusi, serta kegiatan kunjungan.
Sehingga kegiatan yang akan dilakukan adalah cita-cita ketiga Lpm yang ada di kampus kita Unisma untuk melakukan pelatihan bersama, dengan tujuan memberikan stimulus serta membangun rasa keharmonisan antara mahasiswa dan Lpm yang ada di perguruan tinggi di Unisma dan khusus di Lpm Malang Raya. Serta bisa berjejaring dengan PPMI-Kota Malang mencari yang tidak ada dalam kelas, serta yang belum ditemukan dalam Universitas kita semua. Keharmonisan Untuk Merajut Lembaga Pers Mahasiswa Dengan Kemerdekaan Menulis.  Tujuan utama kita sebagai mahasiswa bisa memiliki skill dalam keterampilan menulis terutama dalam bidang kejurnalistik. Namun hal yang diambil dalam apa yang terjadi di masa 2017, telah berlalu, maka pada generasi yang akan datang mampu mebenahi apa yang telah buruk terjadi, untuk kita benahi bersama, sehingga bagi mahasiswa yang ada di luar oraganisasi ini, bisa beroraganisasi dalam kampus dengan proses bisa serius bukan hanya ambisus. Jangan hanya lari dari apa yang telah terjadi jika kau ingin menjadi apa yang dihati untuk menjadi sesuatu yang berarti sehingga oraganisasi yang pilih memberikan apa yang diharapkan dengan serius menjalankan, bukan berharap apa yang terjadi untuk bisa terjadi dengan ambisius yang dibawanya, mereka bisa karena mereka terbiasa dengan keadaan yang tidak meneyenagkan tak nyaman, namun bertahan dengan meraskaan kemerdekaan dalam memberikan tindakan secara signifikan. Jangan hanya lari untuk dapat menemukan, mampukah mengambil hikmah dari keadaan yang terjadi untuk menyikapi dan tidak berhenti menjalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar