Minggu, 31 Desember 2017

PANCASILA SEBAGAI AKHLAK NKRI


PANCASILA SEBAGAI AKHLAK NKRI
Pemimpin atau pejabat jangan hanya memikirkan perut saja dan di bawahnya perut, semakin tinggi posisi manusia di atas semakin kencang pula angin menggoyangnya, ujian terhebat manusia harta, tahta dan wanita, ketika tiga ini tidak bisa diatasi maka bersiaplah keyakinan dan ketulusan berubah menjadi kemunafikan, kuncinya nafsu caranya mengatasinya adalah kuasai nafsu jangan sampai nafsu yang menguasai. Maka alternatifnya adalah sebelum ada di atas kuatkanlah podasi di bawah sekuat mungkin, rumah yang kuat karena pondasinya kuat, pemimpin yang hebat karena kepribadiannya spiritual  yang hebat.
Jika ingin pondasi diri kuat maka ideologi Pancasila harus di amalkan, dengan melakukan hal ini dapat dibuktikan bahwa ediologi bangsa yang memiliki beberapa kebudayaan, etnis, dan suku yang beranekaragam, dengan hal ini Pancasila yang harus menjadi pondasi untuk membangun jiwa pemimpin dan kepada generasi bangsa. Bahwa bangsa ini mebutuhkan generasi emas yang mengamalkan ideologi pancasila yang menjadi roh progresif nasionalisme Indonesia, dengan menginat dan merawat Pancasila sebagai ediologi bangsa Indonesia yang sangat menjungjung tinggi Agama power human spritual. Sudah dijelaskan di UUD 1945 pasal 29 tentang kebebasan beragama,  bahwa setiap warga Indonesia harus memiliki keyakinan atau Agama yang sudah menjadi sila pertama dalam ediologi bangsa Indonesia, dan tidak memandang Agama itu Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik. Bentuk Benika Tunggal Ika yang melambangkan bahwa Garuda merangkul kata-kata yang bertulis Bhineka Tunggal Ika, suatu simbolis berbeda-beda tapi tetap satu, namun beragama dan menjungjung tinggi keyakinan masing-masing hal ini yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki relasi spiritual dengan Agama atau keyakinan, karena pada dasarnya Agama itu adalah pemersatu bangsa. Bahwa sudah diperjelas oleh Ir. Soekarno, “Menemukan fakta nyata bahwa pada dasarnya orang Indonesia wajib beragama dan bertuhan, entah bertuhan kepada siapaun terpenting mempunyai keyakinan terhadap apa yang diyakini”.
Menurut Emile Durkheim, dalam bukunya sejarah Agama, the elementary forms of the religious life. Dalam butir keempat bahwa “Agama hanya dilihat dari segi fungsinya demi mengukuhkan dan menegaskan kembali solidaritas kelompok, sebagai hal yang memiliki seignifikiani simbolik, bagi suatu kelompok atau masyarakat (Sosiologi Agama)”. Bahwa pada dasarnya tujuan yang sangat sederhana jika beragama maka hendaklah berpikir sederhana terlebih dahulu, kepentingnya dengan memikirkan bahwa beragama apapun memiliki paradigma yang mementingkan sosial terdahulu, untuk menjalin keharmonisan terlebih dulu antara manusia yang satu dengan yang lain, kalau mengingat riwayat Nabi Muhammad Saw, “sesungguhnya aku diutus Tuhan untuk menyempurnakan memuliakan (keshalihan) akhlak (Abu Hurairah dan Anas Bin Malik)”. Memperjuangkan Agama bukannya sudah jelas Agama yang dianjurkan terlebih dahulu tiada lain jiwa Sosial Agama, yang baik, dan menunjukkan bahwa inilah Agama dan kepercayaan dan keinginan Tuhan, setiap Agama dan Tuhan yang dianut, menjunjung tinggi rasa kemanusian dan mengutamakan Akhlaqul Karimah,  terhadap manusia beragama, jika hubunganmu dengan manusia baik maka Tuhan akan menjemu dengan baik pula, jika bicara keyakinan kepada yang menciptakan ini, maka kembalikan kepada setiap induvidual setiap penganutnya. Dengan ini sudah sangat jelas negara yang memiliki ideologi Pancasila yang berbutir lima sesuai dengan rukun islam dan dalam sholatnya orang islam juga ada lima waktu bahwa tujuan berbangsa Indonesia, mempunyai jiwa yang seperti halnya sudah direnungkan para pejuang yang telah mendahuli kita, bahwa saya sangat sepakat bahwa filosofi pancasila yang memiki arti dan sifat imanen dan subjektif sesuatu ideologi yang memiliki sikap batin yang sopan, rendah hati, dan memiliki sifat toleran. Kata “Pancasila” jika dipisahkan menjadi Pan-Ca-Sila lihatlah makna dan artinya.
Pan: yang telah larut dalam kelemah lembutan dalam bersikap.
Ca: tetap, tauhid murni kepada tuhan yang maha ESA.
Sila: orang yang beriman.
Sehingga jika dipadukan menjadi PANCASILA, sehingga keimanan kepada Tuhan jika mengamalkan dengan baik isi butir-butir dalam PANCASILA yang memiliki lima Butir, yang dulu sering dilontarkan setiap hari Senin, kadang hanya indah ditelinga saja sulit untuk mengamalkan diterapkan dalam kehidupan, ediologi Indonesia seharusnya generasi bangsa yang ada di Indonensia harus diamalkan dalam kehidupan lima sendi Pancasila yang berbunyi. 1. Ketuhanan yang Maha Esa, 2. Kemanusian yang adil dan Beradap, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, 5. Keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari kelima sendi yang ada di atas jangan hanya indah dingar maka dirawat dan di amalkan sebaik mungkin maka kehidupan yang sebenarnya, dalam kehidupan di dunia akan memiliki kenyaman dan akan merasakan cinta damai, tanpa membuang rasa yang apatisme terhadap rakyat sehingga terbentuklah jiwa-jiwa yang tulus dalam menjalani hidup di Dunia menjadi seorang pemimpin terutama di bumi Hindia Belanda yang sekarang menjadi Indonesia. Maka jika ada pertanyaan yang mendasar pada pemimpin di negeri ini, “akan menjadi negara yang seperti apa Indonesia ini? Maka pertanyaan ini jangan dijawab dengan secara detail, biarkan yang bertanya memikirkan, dan mau dibawa ke mana apakah kejurang perpecahan apa ke arah kesatuan, mau di kemanakan negara Indonesia ini, maka jawabannya ada di diri yang bertanya, ini era reformasi indonesia sudah ada di jalur aman hanya bagaimana caranya menjadikan Indonesia ini menjadi lebih baik, maka jawabanya adalah cintai, pahami, amalkan Pancasila itulah jiwa pemimpin dulu yang sukses membawa Indonesia merdeka.

Seorang pemimpin yang hebat tidak akan pernah hidup untuk selamanya, membentuk negara ini menjadi negara yang merdeka dari penjajahan itu sebuah perjuangan yang tidak dapat dilupakan begitu saja, maka belajarlah dari sejarah karena pelajaran yang terhebat adalah belajar dari apa yang telah terjadi. Mengingat apa yang ada di dalam buku Jean Paul Sartre seorang filsuf Peramcis, “Eksistensi itu lebih dulu daripada esensi, manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya akan muncul ketika ia mati, dengan kata lain manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya, dilihat dari hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya, pada masa lalu satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia dalam memperjuangkan kepentingan bersama”. Maka lakukanlah terlebih dahulu yang terbaik, maka esensi akan mengikuti eksistensi yang dilakukan. Apa yang telah terjadi di masa lalu maka itu kita berbanggalah Indonesia generasi bangsa harus mengamalkan ediologi bangsa ini yang rill dengan jalannya revolusi negeri ini, bahwa demokrasi ada pada negeri ini. Pancasila adalah ediologi negeri ini, Indonesia adalah kecintaanku, jadilah kita orang yang cinta dan rasa ingin memiliki kepada negeri ini dengan mengamalkan Idelogi pancasila dengan memulainya dari sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar