Minggu, 03 Desember 2017

Opini Idealisme Mahasiswa Tanpa Batas




gambar: Ummi.com
Idealis Mahasiswa Tanpa Batas


Idealisme tanpa batas untuk mempertahankan sampai kapan menjadi kekuatan hati tentang apa yang ada di dalam diri yang fundemental membangun diri untuk membangun jiwa-jiwa dengan pembelaan, memperhatikan mendengarkan orang-orang yang berada di penggir jalan, setidaknya memberikan saran, tersyukur bisa memberikan jalan atas mereka yang banyak berjuang untuk dirinya, dan untuk negerinya, filsuf Yunani pernah menuliskan nasib terbaik tidak pernah dilahirkan, dilahirkan tapi mati muda, yang tersial berumur tua, ide manusia yang berharga, bertindak yang diharapkan oleh manusia yang disnggap lebih tinggi darinya.
Idealisme dari bahasa Yunani “idea”yang miliki arti hadir dalam jiwa, setiap pemikiran yang hadir dalam diri manusia akan memberikan sebuah dampak dalam tindakan aksi dalam kehidupan sehari-harinya, dalam pengambilan sikap bahwa dirinya akan dibawa kemana, lalu apa yang ada untuk melakukannya. Dalam kehidupan perbedaan idealis dan idealisme dalam filsafat, lawan dari idealis ialah realis, realitas dalam kehidupan, hidup berdasarkan kenyatan, sedangkang idealisme berdasarkan mimpi.
Dalam kehidupan manusia tidak hanya mempertahankan bahwa kenyataan adalah hakiki dalam kehidupan, karena potensi manusia dalam hidup Allah Swt, telah memberikan kudrot dalam diri manusia, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki manusia sangat sempurna, sehingga cara dan tindakan yang akan dilakukan manusia telah sandingkan untuk bisa hidup lebih bermakna. Begitupun sebaliknya idealis tidak hanya ada dalam mimpi dalam kehidupan manusia, karena kehidupan di dunia nyata, sehingga ide sebuah pemikiran yang datang dalam diri manusia yang memiliki sebuah cara yang berbeda sehingga memberikan sebuah cara baru untuk melakukan dan menentukan bagaimana membawa dirinya dan orang lain untuk selalu bisa lebih berharga dari kehidupannya. Cara dari keduanya dalam hidup harus berkesenambungan dalam menjalaninya, dan dalam Al-Qur’an Allah telah memberikan ruang bagi manusia untuk bermimpi sehingga manusia senantiasa berusaha untuk bisa menjadi manusia yang hijrah.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasibnya suatu kaum, jika kaum itu tidak mau mengubah dirinya sendiri”, (Ar-Ra’d/13:11).
Dalam fenomena manusia hidup bukan hanya ada dalam dunia yang sangat sempit sehingga tidak menemukan ruang dan rumus untuk memperhatikan manusia yang lain, untuk menggunakan Ide untuk memperluas kepekaan manusia dalam melakukan tindakan yang lebih bermakna, ketika kaum muda berada dibarisan depan mempertahankan segala keinginan mereka membela rakyat kecil khususnya, dalam diri mudanya seseorang harus mampu mempertahankan segala idealis yang dibawanya, jika di Indonesia ini berkaca pada ke-dua tokoh idealis pandangan penulis yaitu: Tan Malaka dan Soe Hok Gie, keduanya memiliki idealis yang tinggi yang memiliki sebuah pemikiran yang berbeda akan tetapi memiliki tujuan sama dalam ide-ide yang mereka tuliskan dalam karya-karyanya, bahwa pemikiran yang visioner terhadap Indonesia, memberikan sebuah inspirasi untuk menjadikan keduanya sebagai manusia yang biasa diberikan karunia fundemental dalam pemikirannya, sehingga banyak rujukan-rujukan dalam bukunya yang dikutip untuk membantu segala menyelaraskan diskripsi penulis untuk bisa menjadi kuat dalam argumen-argumen mahasiswa khusunya.
Jika maha paling tinggi dari siswa yang berada diperguruan tinggi tidak memiliki sebuah pemikiran dan tindakan yang signifikan, dan hanya mampu mempercerdas otak, memperharum gaya, sedangkan perasaan apatis masih berada dalam kantong-kantong kaum muda yang memiliki kualitas intelektual yang sangat arif, akan tetapi tidak arif dalam membentuk perasaan, memperhalus tindakan dalam melihat keadaan, sehingga tidak ada masanya dalam kehidupan idealisme manusia akan terbawa hingga nanti pada masanya setalah menyandang gelar nama manusia yang dianggap memiliki kualitas, akan tetapi masih saja ketika memasak makan yang sedap tetangga mencium masakannya, membiarkan hanya mencium keharumannya tanpa membagikan masakannya.
Idealisme adalah kemenangan terakhir yang dimiliki oleh pemuda (Tan Malaka).
Dalam diri manusia yang di Eropa, Amerika Latin, Asia dan negara-negara lainnya, esensi manusianya memiliki kecenderungan hampir memiliki kesamaan dalam ide untuk bisa menjadi manusia yang lebih bermakna dan memberikan keindahan pada manusia yang lain, apakah akan apatis dengan keadaan, apakah akan idealis dengan perasaaan yang membiarkan. Jika manusia apatis akan segala keadaan tidak akan merasakan sebuah keindahan dalam kehidupnnya, begitupun dengan idelis, jika idealis manusia memperhalus perasaannya tanpa menyalurkan segala inspirasi dan keahlian berpikirnya hanya dinikmati sendiri apa boleh buat dirinya akan bisa mencapai akan tetapi melupakan esensi dari kehidupan manusia, bahwa manusia makhluk sosial, saling membutuhkan sebuah hal yang kudroti, jika tidak memberikan sebuah sumbangsih terhadap kehidupan manusia yang lain, keahlian manusia hanya bisa untuk dirinya tidak untuk kepentingan bersama, mengingat dengan Indonesia bahwa dalam bukunya catatan seorang demonstran.
Di Indonesia ini hanya ada dua pilihan dalam hidup apakah menjadi manusia yang apati, apakah akan menjadi manusia yang idealis (Soe Hok Gie).
Jadi manusia bisa belajar hari ini harus bersyukur untuk bisa menikmati perguruan tinggi yang memiliki wadah belajar tentang hidup lebih luas, ruang lebih luas untuk mempelajari apa yang belum pernah terjadi dari hari-hari sebelumnya mengalami, manusia muda yang memiliki sebutan mahasiswa yang memiliki lebih tinggi dari tinggi dari siswa, seharusnya mahasiswa harus selalu bisa mengubah segalanya dan menciptkan segala yang ada untuk membuat dunia lebih berkmna dan menjadi obat bagi para-para penderita kemiskinan, hak-hak kewajibannya, mencerdaskan anak-anaknya untuk bisa memberikan ruang belajar dan memahami manusia yang artinya tak memiliki kepastian dengan pandangan tentang hidup yang visioner.
Dalam realita yang ada kita refleksi bahwa Papua Merdeka yang ingin memisahkan diri dari Indonesia bukan hanya semerta-merta karena mereka tidak hidup nyaman di wilayah letak georafis yang setrategis, atau ada kepeningan politik, atau intervenisi dari negara lain, kita sebagai manusia yang diberikan kelebihan kepekaan atas keadaan, membaca dengan cermat mengambil dari sisi di mana sisi itu adalah sisi yang humanis, kesetaraan, keberagaman, kelas, mereka ingin merasakan apa yang akan dicita-citakan oleh para pendidiri bangsa, sama rata sama rasa, tanpa memikirkan kasta. Akan tetapi mereka mengharapkan bahwa cita-cita yang dulunya menjadikan Papua bagian dari Indonesia, sehingga hak-hak semua warga bisa dijadikan landasan untuk bisa menikmatinya, bukan hanya ada dalam wacananya.
Pemerhatian keseluruhan dalam sektor pemerintah harus membangun relasi yang melakukan tugas negara dari hati, untuk bisa mengimbangi segala tatanan sosial selaras dengan cita-cita bersma para pendiri bangsa. Dengan pendidikan yang tinggi tidak hanya menjadikan dirinya yang memiliki apa, akan tetapi pendidikan mampu memberikan sebuah gedoran baru pada wilayah-wilayah yang sangat jauh dari jangkaun, sehingga tidak merasakan herarkis delam suatu wilayah, sehingga masyrakat bisa merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya, dan keadalian yang selaras dengan cita-cita Pancasila yang ada pada sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Keberhasilan pendidikan di Indonesia memberikan dan mempersembahkan dirinya sebagai penerus atau penebus segala dosa-dosa yang telah terjadi di negeri ini.
Cahaya Idealisme Diri Manusia
Manusia lahir dari kodrotnya Sang Pencipta diberi kelebihan untuk bisa membaca, diberikan otak untuk bisa berkata, berbahasa untuk memberikan asa pada manusia yang ada disekitar dan yang jauh di sana, ketika membaca mereka akan dijadikan orang yang berbangsa, memahami apa yang di derita, manusia hanya bisa bercerita berbahasa untuk bisa mengulang apa yang ada dan bagaimana dirinya mengadakan yang tiada dengan ide. Kehebatan manusia akan dilihat dari ide yang lahir dari diri manusia dan memberikan kaitan pada kehidupan-kehidupan manusia yang lain, untuk bisa mengambil dari apa yang akan diberikan pada manusia lai, dan dicerna untuk bisa dirinya menjadi makhluk yang berarti dari apa yang dibicarakan manusia itu sendiri. Masyrakat yang berada dalam ruang lingkup kecil tidak akan memperluas dari apa yang pernah dipelajari kita sebagai manusia berinteraksi dalam kehidupan pendidikan yang mempelajari apa yang akan terjadi, menghindari apa yang tidak kita cari, menjalani cara apa yang akan memberikan sebuah arti jelas dalam cita-cita manusia, bukan semata-mata manusia bisa mengadakan apa yang belum pernah ada, dengan proses membaca sesuatu yang berharga didapatkan dari apa yang dirasa, bercita-cita untuk menjujung asa dari sebagian maha yang diartikan paling, dan siswa kelompok manusia belajar pedagogi, sehingga mahasiswa yang belajar dari dewasa dari apa yang telah ada, menglogika apa yang tiada di depan, menjadikan apa yang ada sebuah arti yang fundemental.
Fundemetal Idealisme Mahasiswa
Apakah manusia itu berbeda dengan cara dan bagaimana dirinya mencapai sesuatu dengan sebuah proses bersama dan proses sendiri, akan terlihat dari pandangan dan tindakan seorang yang memperjuangkan apa yang diperjuangkan pada kehidupan atau perayaan kehidupan, dengan capaian yang menyambangi disekeliling manusia yang membutuhkan kita, untuk memberikan ide cara untuk bisa lebih memanusiakan manusia pada dasar-dasar Agama yang diyakini. Jika manusia besar dengan pemikirannya yang mempengaruhi segalanya, akan ada manusia yang lebih berharga ketika tiada, jika idealisme manusia memberikan fungsi untuk manusia yang lain, akan ada orang-orang besar terlahir dari orang yang idealis, jika ada idealis itu hanya untuk memperindah diri, itu yang dipertanyakan untuk kita, akan ke manakah manusia itu membawa idenya, sedangkan sebaik-baiknya manusia dapat berguna bagi manusia lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar