gambar: Ummi.com |
Idealis
Mahasiswa Tanpa Batas
Idealisme tanpa
batas untuk mempertahankan sampai kapan menjadi kekuatan hati tentang apa yang
ada di dalam diri yang fundemental membangun diri untuk membangun jiwa-jiwa
dengan pembelaan, memperhatikan mendengarkan orang-orang yang berada di penggir
jalan, setidaknya memberikan saran, tersyukur bisa memberikan jalan atas mereka
yang banyak berjuang untuk dirinya, dan untuk negerinya, filsuf Yunani pernah
menuliskan nasib terbaik tidak pernah dilahirkan, dilahirkan tapi mati muda,
yang tersial berumur tua, ide manusia yang berharga, bertindak yang diharapkan
oleh manusia yang disnggap lebih tinggi darinya.
Idealisme dari bahasa Yunani “idea”yang
miliki arti hadir dalam jiwa, setiap pemikiran yang hadir dalam diri manusia
akan memberikan sebuah dampak dalam tindakan aksi dalam kehidupan sehari-harinya, dalam pengambilan sikap bahwa
dirinya akan dibawa kemana, lalu apa yang ada untuk melakukannya. Dalam
kehidupan perbedaan idealis dan idealisme dalam filsafat, lawan dari idealis
ialah realis, realitas dalam kehidupan, hidup berdasarkan kenyatan, sedangkang
idealisme berdasarkan mimpi.
Dalam kehidupan manusia
tidak hanya mempertahankan bahwa kenyataan adalah hakiki dalam kehidupan,
karena potensi manusia dalam hidup Allah Swt, telah memberikan kudrot dalam
diri manusia, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki manusia sangat sempurna,
sehingga cara dan tindakan yang akan dilakukan manusia telah sandingkan untuk
bisa hidup lebih bermakna. Begitupun sebaliknya idealis tidak hanya ada dalam
mimpi dalam kehidupan manusia, karena kehidupan di dunia nyata, sehingga ide
sebuah pemikiran yang datang dalam diri manusia yang memiliki sebuah cara yang
berbeda sehingga memberikan sebuah cara baru untuk melakukan dan menentukan
bagaimana membawa dirinya dan orang lain untuk selalu bisa lebih berharga dari
kehidupannya. Cara dari keduanya dalam hidup harus berkesenambungan dalam
menjalaninya, dan dalam Al-Qur’an Allah telah memberikan ruang bagi manusia
untuk bermimpi sehingga manusia senantiasa berusaha untuk bisa menjadi manusia
yang hijrah.
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasibnya suatu kaum, jika kaum itu tidak mau mengubah
dirinya sendiri”, (Ar-Ra’d/13:11).
Dalam fenomena manusia hidup bukan hanya
ada dalam dunia yang sangat sempit sehingga tidak menemukan ruang dan rumus
untuk memperhatikan manusia yang lain, untuk menggunakan Ide untuk memperluas
kepekaan manusia dalam melakukan tindakan yang lebih bermakna, ketika kaum muda
berada dibarisan depan mempertahankan segala keinginan mereka membela rakyat
kecil khususnya, dalam diri mudanya seseorang harus mampu mempertahankan segala
idealis yang dibawanya, jika di Indonesia ini berkaca pada ke-dua tokoh idealis
pandangan penulis yaitu: Tan Malaka dan Soe Hok Gie, keduanya memiliki idealis
yang tinggi yang memiliki sebuah pemikiran yang berbeda akan tetapi memiliki
tujuan sama dalam ide-ide yang mereka tuliskan dalam karya-karyanya, bahwa
pemikiran yang visioner terhadap Indonesia, memberikan sebuah inspirasi untuk
menjadikan keduanya sebagai manusia yang biasa diberikan karunia fundemental
dalam pemikirannya, sehingga banyak rujukan-rujukan dalam bukunya yang dikutip
untuk membantu segala menyelaraskan diskripsi penulis untuk bisa menjadi kuat
dalam argumen-argumen mahasiswa khusunya.
Jika maha paling tinggi
dari siswa yang berada diperguruan tinggi tidak memiliki sebuah pemikiran dan
tindakan yang signifikan, dan hanya mampu mempercerdas otak, memperharum gaya,
sedangkan perasaan apatis masih berada dalam kantong-kantong kaum muda yang
memiliki kualitas intelektual yang sangat arif, akan tetapi tidak arif dalam
membentuk perasaan, memperhalus tindakan dalam melihat keadaan, sehingga tidak
ada masanya dalam kehidupan idealisme manusia akan terbawa hingga nanti pada
masanya setalah menyandang gelar nama manusia yang dianggap memiliki kualitas,
akan tetapi masih saja ketika memasak makan yang sedap tetangga mencium
masakannya, membiarkan hanya mencium keharumannya tanpa membagikan masakannya.
Idealisme
adalah kemenangan terakhir yang dimiliki oleh pemuda (Tan Malaka).
Dalam diri manusia yang
di Eropa, Amerika Latin, Asia dan negara-negara lainnya, esensi manusianya
memiliki kecenderungan hampir memiliki kesamaan dalam ide untuk bisa menjadi
manusia yang lebih bermakna dan memberikan keindahan pada manusia yang lain,
apakah akan apatis dengan keadaan, apakah akan idealis dengan perasaaan yang
membiarkan. Jika manusia apatis akan segala keadaan tidak akan merasakan sebuah
keindahan dalam kehidupnnya, begitupun dengan idelis, jika idealis manusia
memperhalus perasaannya tanpa menyalurkan segala inspirasi dan keahlian
berpikirnya hanya dinikmati sendiri apa boleh buat dirinya akan bisa mencapai
akan tetapi melupakan esensi dari kehidupan manusia, bahwa manusia makhluk
sosial, saling membutuhkan sebuah hal yang kudroti, jika tidak memberikan
sebuah sumbangsih terhadap kehidupan manusia yang lain, keahlian manusia hanya
bisa untuk dirinya tidak untuk kepentingan bersama, mengingat dengan Indonesia
bahwa dalam bukunya catatan seorang demonstran.
Di
Indonesia ini hanya ada dua pilihan dalam hidup apakah menjadi manusia yang
apati, apakah akan menjadi manusia yang idealis (Soe Hok Gie).
Jadi manusia bisa
belajar hari ini harus bersyukur untuk bisa menikmati perguruan tinggi yang
memiliki wadah belajar tentang hidup lebih luas, ruang lebih luas untuk
mempelajari apa yang belum pernah terjadi dari hari-hari sebelumnya mengalami,
manusia muda yang memiliki sebutan mahasiswa yang memiliki lebih tinggi dari
tinggi dari siswa, seharusnya mahasiswa harus selalu bisa mengubah segalanya
dan menciptkan segala yang ada untuk membuat dunia lebih berkmna dan menjadi
obat bagi para-para penderita kemiskinan, hak-hak kewajibannya, mencerdaskan
anak-anaknya untuk bisa memberikan ruang belajar dan memahami manusia yang
artinya tak memiliki kepastian dengan pandangan tentang hidup yang visioner.
Dalam realita yang ada
kita refleksi bahwa Papua Merdeka yang ingin memisahkan diri dari Indonesia
bukan hanya semerta-merta karena mereka tidak hidup nyaman di wilayah letak
georafis yang setrategis, atau ada kepeningan politik, atau intervenisi dari
negara lain, kita sebagai manusia yang diberikan kelebihan kepekaan atas
keadaan, membaca dengan cermat mengambil dari sisi di mana sisi itu adalah sisi
yang humanis, kesetaraan, keberagaman, kelas, mereka ingin merasakan apa yang
akan dicita-citakan oleh para pendidiri bangsa, sama rata sama rasa, tanpa
memikirkan kasta. Akan tetapi mereka mengharapkan bahwa cita-cita yang dulunya
menjadikan Papua bagian dari Indonesia, sehingga hak-hak semua warga bisa
dijadikan landasan untuk bisa menikmatinya, bukan hanya ada dalam wacananya.
Pemerhatian keseluruhan
dalam sektor pemerintah harus membangun relasi yang melakukan tugas negara dari
hati, untuk bisa mengimbangi segala tatanan sosial selaras dengan cita-cita
bersma para pendiri bangsa. Dengan pendidikan yang tinggi tidak hanya
menjadikan dirinya yang memiliki apa, akan tetapi pendidikan mampu memberikan
sebuah gedoran baru pada wilayah-wilayah yang sangat jauh dari jangkaun,
sehingga tidak merasakan herarkis delam suatu wilayah, sehingga masyrakat bisa
merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya, dan keadalian yang selaras dengan
cita-cita Pancasila yang ada pada sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia. Keberhasilan pendidikan di Indonesia memberikan dan
mempersembahkan dirinya sebagai penerus atau penebus segala dosa-dosa yang
telah terjadi di negeri ini.
Cahaya
Idealisme Diri Manusia
Manusia lahir dari
kodrotnya Sang Pencipta diberi kelebihan untuk bisa membaca, diberikan otak
untuk bisa berkata, berbahasa untuk memberikan asa pada manusia yang ada
disekitar dan yang jauh di sana, ketika membaca mereka akan dijadikan orang
yang berbangsa, memahami apa yang di derita, manusia hanya bisa bercerita
berbahasa untuk bisa mengulang apa yang ada dan bagaimana dirinya mengadakan
yang tiada dengan ide. Kehebatan manusia akan dilihat dari ide yang lahir dari
diri manusia dan memberikan kaitan pada kehidupan-kehidupan manusia yang lain,
untuk bisa mengambil dari apa yang akan diberikan pada manusia lai, dan dicerna
untuk bisa dirinya menjadi makhluk yang berarti dari apa yang dibicarakan
manusia itu sendiri. Masyrakat yang berada dalam ruang lingkup kecil tidak akan
memperluas dari apa yang pernah dipelajari kita sebagai manusia berinteraksi
dalam kehidupan pendidikan yang mempelajari apa yang akan terjadi, menghindari
apa yang tidak kita cari, menjalani cara apa yang akan memberikan sebuah arti
jelas dalam cita-cita manusia, bukan semata-mata manusia bisa mengadakan apa
yang belum pernah ada, dengan proses membaca sesuatu yang berharga didapatkan
dari apa yang dirasa, bercita-cita untuk menjujung asa dari sebagian maha yang
diartikan paling, dan siswa kelompok manusia belajar pedagogi, sehingga
mahasiswa yang belajar dari dewasa dari apa yang telah ada, menglogika apa yang
tiada di depan, menjadikan apa yang ada sebuah arti yang fundemental.
Fundemetal
Idealisme Mahasiswa
Apakah manusia itu
berbeda dengan cara dan bagaimana dirinya mencapai sesuatu dengan sebuah proses
bersama dan proses sendiri, akan terlihat dari pandangan dan tindakan seorang
yang memperjuangkan apa yang diperjuangkan pada kehidupan atau perayaan
kehidupan, dengan capaian yang menyambangi disekeliling manusia yang
membutuhkan kita, untuk memberikan ide cara untuk bisa lebih memanusiakan
manusia pada dasar-dasar Agama yang diyakini. Jika manusia besar dengan
pemikirannya yang mempengaruhi segalanya, akan ada manusia yang lebih berharga
ketika tiada, jika idealisme manusia memberikan fungsi untuk manusia yang lain,
akan ada orang-orang besar terlahir dari orang yang idealis, jika ada idealis
itu hanya untuk memperindah diri, itu yang dipertanyakan untuk kita, akan ke
manakah manusia itu membawa idenya, sedangkan sebaik-baiknya manusia dapat
berguna bagi manusia lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar