Sabtu, 23 September 2017

Artikel Agama Nusantara, Bukan Arabisasi



gambar: nusantara.com
Agama Nusantara, Bukan Arabisasi

Agama suatu kontrol dan pondasi jiwa raga manusia untuk hidup untuk mengukur dirinya untuk hidup, budaya sebuah kesempurnaa dalam beragama. Menurut Emile Durkhiem salah satu pencetus sosiologi medern, Agama sebagai hasil dari Budaya jika Budaya tidak ada maka Agama pun tiada.   
Indonesia ialah negara yang mewajibkan setiap warga negaranya, harus beragama, karena agama menjadi dasar untuk hidup di Indonesia. Dengan beragama manusia akan memiliki kontrol diri, jika hukum tak mempunyai kekuatan yang segnifikan maka Agama akan menjadikan kontrol. Namun Agama bukan tempat mencapai kekuasaan, yang berkuasa untuk mencapai seasuatu kebanggaan dirinya. Agama harus dipisahkan dengan kepentingan-kepentingan pribadi, terkecuali kepentingan kepada Sang Khalik. Dalam melangkah esensial untuk mencapai kehidupan bernegara di indonesia memiliki Agama, di tanah meraah putih yang dari berbagai kultur ras, suku, dan budaya yang di kenal dengan Bhinika Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu dalam negeri tercinta Indonesia.
Memiliki agama apa yang diyakini, seharusnya memahami esensi darar-dasar agama setiap keyakinan dalam beragama dalam teologi keimanan dalam menjalani, seharusnya visioner dalam bernegara dengan landasan Agama yang melekat dalam jiwa raga, bukan hanya sekedar beragama dengan eksestensi untuk memberantas segala hal yang menggap orang lain yang berbeda Agama melanggar norma dan menghadirkan radikalisme dalam negeri sendiri. Mengapa ada budaya dalam kehidupan beragama, dengan budaya akan memperindah dan menyempurnakan Agama kita dengan Agama apapun yang diyakini, yang Islam akan menyempurnakan keislamannya, yang Hindu menyempurnakan kehiduannya, yang Kristen akan menyempurnakan Kristenya, dan Agama-agama lainya. Karena budayalah yang akan menjadikan kita menjadi bersatu, budaya Nusantara yang kaya raya, akan membuktikan bahwa negeri ini tempatnya keindahan dan kedaimaian. Karena budaya dan Agama Nusantara ini memiliki kekuatan besar dalam kehidupan manusia Indonesia. Dalam filsafat Yunani sepakat bahwa orang yang berfilsafat ialah cinta terhadap kebudayaan atau kebijaksaan.
   Agama bukan hanya bertujuan untuk mengkafirkan orang lain. Namun Agama menajadikan kontrol pola pikir dan senantiasa berpikir setiap kejadian akan bepikir sebab dan akibat. Agamamu, Agamamu. Agamaku, Agamaku, kita hidup di negara berbangsa yang memiliki suku-suku, dan budaya yang kaya raya. Maka hal yang modernisasi senantiasa memberikan satu kesatuan denga suatu perbedaan yang selalu, menyatukan suatu perbedaan dengan suatu tujuan bersama hidup di negara Indonesia, yang bertujuan aman dan sejahtera yang hidup di Indonesia.
  Negera Indonesia memiliki lambang, dua warna merah dan putih, yang dapat saya filosofikan merah adalah aliran kehidupan di dalam tubuh yang mempu membangkat semangat yang kuat dan berani, dengan menyatukan satu kesatuan suatu budaya degan budaya yang lain, Putih memliki kekuatan untuk bangun dari segala hal, yang akan menjadikan semua yang terjadi yang dialami, dengan keyakinan Agama yang diyakini, dengan mengumpulkan semua  ,dapat berdiri tegap sehingga dua-duanya tidak dapat dipisahkan atau dilunturkan dari perpaduan antara merah dan putih. Filosofi yang kedua bisa direnungkan sejenak kombinasi dari marah dan putih bahwa dalam negara indonesia ini tidak ada sekat antara suku yang putih dan suku yang hitam, ataupun yang menggukan peci saat beribadah atau yang tidak menggukan peci, esensial dalam negeri ini tidak harus diberikan sekat-sekat terutama dalam Agama, mengngat dengan istilah HOS Cokroaminoto dalam buku Islam dan Sosialisme manusia boleh mempunyai prinsip, namun dilarang keras fanatik. perbedaan dari kombinasi bendera itu sebuah bentuk perbedaan yang sangat memberkikan warna yang indah secara kokrit. Sehingg tercipta suatu kekuatan yang sangat kuat tanpa ada yang bisa membinasakan, terkecuali bangsa sendiri.
Jika indonesia ini adalah hidup dari beberapa suku dan beberapa Agama. Maka bermakna dalam hidup di negeri yang sangat memiliki perbedaan kaya raya, daripada negera-negara lain, maka perbedaan indonesia ciptakan dan jadikan perbedaan yang menabjubkan dari apa yang ada dalam bangsa Indonesia, jangan hanya mempermasalahkan dengan suatu permasalahan perbedaan yang menjadikan perpecahan dalam mencapai segala keinginan leluhur untuk Indonesia yang sangat kita harus bangga. Menghargai menempati di mana negeri kita mengabdi, kontribusi yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru, bukan berseteru dengan sesama sedarah merah putih, bersenada dengan jiwa raga lagu Indonesia bersatu dari perbedaan yang satu dengan yang lain, dalam satu rumah Indonesia.
Manusia diciptakan dengan perbedaan yang memberikan keindahan dalam satu dunia, warna yang memberikan rasa humanis, agama yang tidak hanya fanatik terhadap agama lain, jika memiliki prinsip kita bisa menempatkan di mana kita berada, bukan sekat perbedaan yang menjadikan keruh perpecahan, dengan dasar-dasar Agama yang memiliki norma yang tidak mudah mengkafirkan orang lain. Nabi Muhammad Saw. Tidak pernah membangun negara Islam semasa hidupnya, beliau membangun negara yang berbangsa. jika kita Islam jadilah Islam nusantara, bukan Islam arabisasi, jika menjadi hindu janganlah jadi india, kalau jadi orang kristen janganlah jadi yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat yang beradap dan budaya yang kaya raya (Soekarno)***.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar