Minggu, 24 September 2017

Catatan Pemuda Terang yang Mendung

Terang yang Mendung
sumber:besyukur.com


Hari ini adalah kehampaanku dalam hari yang sepi
Aku tak merasakan kematian adalah kecelakaanku, yang aku temukan kematian-kematianku
Nyaris dalam keberadaanku.
Langit terasa terang benderang bukan hanya aku, kamu yang ada, dan merasa hari ini.
Semuanya terkombinasi pada satu bahasa semuanya ketidak pastian.
Di meja dan di kamar,
Buku-buku bertubrukan, dihapanku, akan tetapi tiada guna aku masih merana akan semua.
Aku mencoba memecahkan isi buku tuk menebus kegelisahanku
Yang aku temukan hanya rasa Hermeniutika dan estetika dalam realita.
Membuka dan membaca rasanya membosankan dan sangat memalaskan,
Namun sebuah tuntutan isvestasi dan cinta adalah prestasi.
Ketika aku melihat alam yang sangat suram, muram dalam sunyi, tiada estetika yang bermakna.
Aku datang dengan dusta yang lebih bahagia.
Setelah aku telusuri setiap jalan, kebahagiannya lebih berharga, dariku yang mampu berkarya dengan keadaan yang lebih ada.
Aku rasuki dirinya, akan aku samakan dirinya, dalam keseharian ini, yang hakiki kita sama, akan kudrod dalam kematian kita.
Jika tirakat hari ini bisa adalah bahasa dalam pendirian pondasi untuk nanti, yang tak kita ketahui, akan seperti apa nanti.
Hidup adalah mesteri tentang siapa yang akan menanti dan apa yang terjadi, tentang tirakat hati dalam keberanian hidup.
Hari ini berbahagialah yang mati muda
Celakalah yang berumur tua
Tanpa merasa mereka yang diderita.
Hari ini terasa suram dan gelap, sunyi.
Hanya keberanian bermimpi yang akan mati di dunia yang tiada, akan kembali pada ketiadaan.
Aku hanya melihat mereka menderita dihari ini
Yang meresahkan, dalam ketidak harapan, bahwa akan selalu ada penderitaan hari ini di sepanjang masa.
Makhuk kecil mati dengan raga yang kecil, dikenang akan manusia besar, tentang hidup.


Malang, 24 September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar