Terang
yang Mendung
Hari
ini adalah kehampaanku dalam hari yang sepi
Aku
tak merasakan kematian adalah kecelakaanku, yang aku temukan kematian-kematianku
Nyaris
dalam keberadaanku.
Langit
terasa terang benderang bukan hanya aku, kamu yang ada, dan merasa hari ini.
Semuanya
terkombinasi pada satu bahasa semuanya ketidak pastian.
Di
meja dan di kamar,
Buku-buku
bertubrukan, dihapanku, akan tetapi tiada guna aku masih merana akan semua.
Aku
mencoba memecahkan isi buku tuk menebus kegelisahanku
Yang
aku temukan hanya rasa Hermeniutika dan estetika dalam realita.
Membuka
dan membaca rasanya membosankan dan sangat memalaskan,
Namun
sebuah tuntutan isvestasi dan cinta adalah prestasi.
Ketika
aku melihat alam yang sangat suram, muram dalam sunyi, tiada estetika yang
bermakna.
Aku
datang dengan dusta yang lebih bahagia.
Setelah
aku telusuri setiap jalan, kebahagiannya lebih berharga, dariku yang mampu
berkarya dengan keadaan yang lebih ada.
Aku
rasuki dirinya, akan aku samakan dirinya, dalam keseharian ini, yang hakiki
kita sama, akan kudrod dalam kematian kita.
Jika
tirakat hari ini bisa adalah bahasa dalam pendirian pondasi untuk nanti, yang
tak kita ketahui, akan seperti apa nanti.
Hidup
adalah mesteri tentang siapa yang akan menanti dan apa yang terjadi, tentang
tirakat hati dalam keberanian hidup.
Hari
ini berbahagialah yang mati muda
Celakalah
yang berumur tua
Tanpa
merasa mereka yang diderita.
Hari
ini terasa suram dan gelap, sunyi.
Hanya
keberanian bermimpi yang akan mati di dunia yang tiada, akan kembali pada
ketiadaan.
Aku
hanya melihat mereka menderita dihari ini
Yang
meresahkan, dalam ketidak harapan, bahwa akan selalu ada penderitaan hari ini di
sepanjang masa.
Makhuk
kecil mati dengan raga yang kecil, dikenang akan manusia besar, tentang hidup.
Malang, 24 September 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar