Kamis, 21 September 2017

Catatan Pemuda Lunturnya Roh Ensensi Mahasiswa

Gambar: Ilmuan Rusia Konstantin Korotkov
LUNTURNYA ROH ESENSI MAHASISWA
 Jangan sampai keberadaanmu sama halnya dengan ketiadaanmu
Mahasiswa sebagai orang yang memiliki pendidikan tertinggi, yang berada di Universitas tempat berekpresi, mengeluarkan ide kreatif, menggali potensi, dan menggapai pengetahuan yang belum dikatahui, akan dipahami dan dipelajari di dalam namanya Kampus, kemerdekaan yang sangat terasa kaumlah muda pada saat menggapai pendidikan ketika menjadi mahasiswa, impian semua pemuda di luar sana banyak yang ingin menjadi mahasiswa namun problematika dalam kehidupan beranekaragam. Kita sebagai mahasiswa bersyukur masih bisa melangkah dan jelajahi dunia pendidikan lebih jauh yang dikenal dengan dunia perkulihaan yang leberal kemerdekaan kaum muda. Ketika berkulih akan bertemu juga dengan banyak pilihan dalam membangun karakter dan emosi diri sehingga konsep diri terbuka dan menjadi mahasiswa yang seperti apa, Idelais kah, Akademis kah, Organisatoris kah, Apatis kah hanya ingin kuliah, Hedonis kah, hanya individual yang akan menentukkan pilihan itu.
Idealis wajib dimiliki oleh mahasiswa, walaupun perspektif idealis dalam lingkup mahasiswa jelek, esensi dari idealis bercita-cita tinggi melampaui batas dari pikiran orang lain, idealis itu akan menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang lain sehingga menciptakan hal yang menekjubkan jika idealisme tersebut dikembangkan dalam suatu serikat, yang salah ketika idealis itu hanya berdikari tanpa mengiplemintasikan opsinya kepada kepentingan manusia banyak. Hal tersebut harus dipahami betul oleh mahasiwa yang harum dan akademis, esensi mahasiswa idealis tentu sudah akademis, namun akademis belum tentu idealis karena mahasiswa yang hanya memikirkan cita-citanya sendiri untuk mencapai suatu tujuan tanpa memikirkan yang ada disekelilingnya. Sebagai mahasiswa hanya wangi dan berpakaian bagus dan apatis terhadap esensi mahasiswa, (mahasiswa Hedonis), sehingga lupa standarisasi Tri Darma perguruan tingginya, dan lupa akan kewajiban sebagai mahasiswa di mana mahasiswa yang hanya memperhitungkan pencapaian nilai IPK tinggi. Di mana mahasiswa yang memiliki suatu sebutan agent of change dan social control, perubahan apa yang akan diberikan oleh mahasiswa yang hanya memikirkan dirinya sendiri (akademisi), Roh Tri Darma perguruan tinggi yang seakan-akan luntur dari peradapan mahasiswa, budaya mahasiswa, yang sejatinya mahasiswa paham arti tanggungjawab, bukan hanya memikirkan nilai, idealisme mahasiswa yang hanya menjadi tolok ukur mahasiswa untuk perubahan diri sendiri dan dapat memberikan kontribusi pada orang lain dan kepada masyarakat, yang menjadi tanggungjawab bersama sebagai mahasiswa dan standarisasi Tri Darma perguruan tinggi, yang harus diresapi, renungi, pahami, dan implementasikan, apakah kita menghinati, jika hanya sibuk dengan penelitian untuk memperoleh nilai bagus, dan Hidonis tanpa melihat apa yang ada disekeliling kita banyak hal fenomena yang dapat gugurkan esensi roh mahasiswa yang sejati.
Berdialektika bahwa mahasiswa yang memiliki tingkatan paling tinggi pendidikannya dari siswa, yang mendapatkan afiks Maha menjadi mahasiswa yang memiliki arti paling tinggi. Apa yang menjadikan kebanggan dalam diri mahasiswa yang hanya harum dan bagus bajunya, apakah akan memberikan penampilan yang akan berbeda dengan yang lain, yang bukan mahasiswa, ketika sudah berada di masyarakat akan miris dan menyedihkan untuk direnungkan. Mahasiswa yang hedonis, akan munafik dengan pencapaiannya karena mahasiswa tersebut melupakan apa yang menjadi kewajibanya seharusnya dibanggakan dengan suatu sebutan agent of change dan sebagai social control, dan tidak lupa dengan Tri Darma perguruan tinggi yang terdiri dari 3 butir, yaitu: 1. Pendidikan dan Pengajaran 2. Penelitian dan pengembangan 3. Pengabdian kepada Masyarakat. Jika yang butir satu dan dua sudah menjadi aktivitas sehari-hari dalam civitas akademika, sudah sangat familiar dengan hal dua tersebut, apakah yang butir ke tiga telah dilakukan oleh mahasiswa yang hanya hedonis dan akademis, tentunya masih jauh dari kata pernah melakukan pengabdian kepada masyarakat ketika masih belum melakukan aksi (tindakan), yang bermanfaat pada masyrakat. Apa yang ingin kita aksikan sikap kita pada masyarakat, Harus digaris bawahi dalam menafsirkan arti aksi dalam bahasa inggris tersebut diartikan dalam bahasa indonesia “suatu tindakan”, bagaimana tindakan yang positif dalam menafsirkan itu, kontribusi turun ke jalan sebuah sikap yang kadang menimbulkan keanarkisan dan mengganggu ketentraman lalu lintas, namun hal itu harus kita tinggalakan ketika hal itu tidak menjadikan orang lain tidak nyaman,banyak cara dalam memberikan kontribusi pada masyarakat, dengan menyadarkan masyarakat dengan sosialisasi pentingnya pendidikan, bakti sosial, membangun tempat belajar, perpustakaan, membagikan buku-buku di tempat mereka senang berinteraksi, sosialisasikan tentang beasiswa dari pemerintah fasilitas pemerintah, dan menyadarkan masyrakat hak-haknya yang harus dinikmatinya, kecemasan tentang pendidikan masyrakat awam akan membinasakan anak-anak bangsa untuk tidak bersekolah, maka regenerasi anak bangsa akan pupus, karena menggap pendidikan sangatlah mengerikan soal dana untuk sekolah. bahwa bahwa dalam UUD 1945 yang berbunyi, mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi pokok dan sumber utamma dalam mencapai diri perguruan tinggi.
Kepada siapakah tugas ini disuarakan kepada mahasiswa sebagai agent of change dan social control, setidaknya dapat melakukan hal yang sederhana namun berguna, Salam Mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar