Sabtu, 16 Februari 2019

Catatan Kecil



[17:49, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Ia yang menolak bukan karena hatinya mungkin karena keadaanya.
Kegelisahanmu membuatku berpikir, berpikir tentang cinta yang belum bisa ditentukan pada objeknya, lantaran masih saja dalam kerumitan hati yang berdamai dengan diri. Untuk hari ini yang lagi patah hati bahasa romatisnya. Namun itu bukam keseriusan dalam hidup bahkan bukan ke fatalan dalam hidupnya. Cinta masih saja berada dalam sela di mana kita masih bernyawa dan akan selalu memberikan kesempatan tatkala kita masih berada dalam paling sunyi dan sepi.
Jangan jadikan hari ini terakhir dari sebuah persoalanya apalagi mengenai cinta. Jika Buya Hamka pernah menuliskan hanya orang-orang besar yang mengalah dalam percintaan, dan orang itu akan lari ke politik, menulis sair, dan mengarang buku. Apakah kita akan berada dalam keadaan paling kejam menganggap semua ialah akhir.
[17:50, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Dek nitip tulisan hp ini mau dikembalikan ke orangnya. Jangan dihapus ya.
[17:50, 1/18/2019] Komariyah: Ok ok kak
[17:50, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Yang telah pecah mencoba merampungkan kembali, tapi tak mungkin kembali sempurna:apalagi harus mengembalikan kesucian diri yang telah dicemari kebejatan mereka yang ganasan nafsu tak beradap dan bersahadat.
Paling panas dan ganas pada mereka yang punya hak memecahkan deritaku, tapi narasiku dipenggal tanpa berpikir pangkal cikal bakal masalah, ditanyakan.
Aku pergi mencari jaksa bijaksana tak memukan, padahal di rumah sendiri: hanya pandai membuat sistem bagi pelanggar kesalahan, namun enggan mau tau persoalan yang akan diselsaikan.
Bahkan ada yang berkata akan menjadi citra rumah kita.
Aku merasa harus Membenci, mencaci yang tau tapi membisu. Dan aku coba cari pensuci diri, dari mereka kuli tinta pers mahasiswa.
Dengan kata yang tak mampu menyelesaikan, namun membuka mata hati manusia tentang fenomena.
Hingga pada akhirnya semua berdiskusi berpuisi, sebagai bukti, bahwa dirimu masih suci pada haknya sebagaimana manusia, kata-kata tenaga akan selalu berpihak padamu yang disandra biang pendosa.
[17:50, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Kesempurnaan sejati bukan ada dalam bentuk diri. Banyak dari diri sempurna masih merasa jauh dari kata paling bahagia dengan apa yang dimilikinya. Tapi, semua manusia bisa melihat apa yang dimiliki dan dipunya secara material.
Ril bukan tentang akan dirinya yang menganggap begitu ada pada manusia.
Kesempurnaan hidup ada dalam setiap rasa paling sederhana memaknai sebuah perjuangan. Perjalanan ialah cara terbaik setelah hasil yang dianggap paling baik, pertanyaannya akan ada diantara mereka hasil sebuah perjalannya.
Bukan Stefen Hawking, keadaan nyaris sama dan kesempurnaannya ada pada dirinya yang semangat ketika menjalani hidup. Ketika membayar kopi dengan saku yang terbuka dan dompet miliki sendiri, diriku merasa bahwa aku masih jauh dari sempurna dalam bentuk, namun semangat dan pikirannya jauh sepertinya ia lebih sempurna.
Lebih baik belajar dari orang-orang yang sepertinya kekurang kaki, serta fisik, dan cara berbicara. Karena mereka yang begitu bebih sempurna dari pada kehidupan manusia normal.
Anggapan dan cara pandangnya sangat tajam merasuk dalam relung palling dalam, bagi manusia yang begitu menggap tidak seperti manusia lainnya.
[17:51, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Saat jalan sudah ditemukan dikala telah melewati rimba, lahirlah bayi baru dalam rasa paling dalam. Kekejaman mereka sebagai manusia merasa bahwa tersial berumur tua.
Hari dianggap paling keji, aliran air telah tak dianggap lagi kehabsahan arti.
[17:51, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Akhir-akhir ini saya Milankolis dan sejenak berpikir tentang fenomena yang dibuat manusia, Ada artis yang terkena kasus porstitusi, ada pula pilpres tahun ini tidak kalah hebohnya. Ada pula yang paling menyedihkan, pembantaian atas buku-buku yang dianggap bahaya.

Ada daerah ingin cerdas anak mudanya, namun cara menghormati sumber tak bijak: buku baru disita, apakah ada rasa phobia pada buku, kwatiranku belum membaca satu pun dan tidak tau isinya, menghakimi bahwa sumber buku itu adalah aliran keras dan bahaya, membahayakan pikiran dan negara.

Bahaya?, yang tak tau arti dari bahaya buku, bahaya tidak baca, apakah bahaya dalam ketakutan berpikir, apakah tidak suka membaca sehingga menyandra. Milan Kundera seorang novelis Rusia pernah menuliskan "Mudah ketika menghancurkan negara, cukup hancurkan buku-bukunya, maka negara tersebut perlahan akan hancur"

Bahaya ada dalam diri terbentuk dari dalam, ketika buku dibaca akan tidak menjadi bahaya, sebab manusia akan membawa dirinya pada taraf IQ yang tinggi menyaring setiap yang dibaca: bukan dihanguskan bukunya dan mempersempit baca, lebih kejam ketakutan manusia yang belum baca.

Selamat kepada pecinta buku, mungkin akan tidak pernah mati muda dikala buku yang dibaca nilai guna dirasa manusia dan membangkitkan rasa cinta lebih tajam terhadap pencipta, manusia, dan lingkungan sekitar kita.
[17:51, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Tetangga pulang dari Jakarta tatkala bertemu berkata yang pernah menyusuimu sudah tiada, kau tak perlu menuliskan puisi padanya tiada dan berharga, kau di sini aja bersama yang membesarkanmu.

Otak dan Naluriku pecah bukan hanya puisi yang ku tulis menjadi sakti dalam karya tulis: azimat dalam kata suci yang menembus langit tujuh merayu Tuhan itu membuatku tak tahu arah.

Perasaan cinta dikala seorang laki-laki hebat tiada kalah, namun kata-katanya yang mampu menembus langit tujuh arsy dalam jiwa dipertanyaan menuntut. Masih bisakah tanpanya berjaya dan bagaimana membalasnya.
Bukan tentang cinta tapi mengenai jasa
[17:51, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Anak kecil berkerudung pink, lucu
Berbahasa Inggris dengan ibunya: membauat ketinggian diri dan iri anak muda yang menggenggam buku Ziarah Karya Iwan Simatupang terbakar ketinggianya, terlalu kerdil menganggap dirinya.

Perpustakaan 12/01/2019

Menunggu cara terbaik, menguji kesabaran dan menjadikan kita belajar kesukarelaan: tersial yang ditunggu hilang dan tak ada kabar yang datang, Yang paling menyakitkan berjanji tuk datang setelah dzuhur malah hilang. Perpustakaan obat paling mujarab saat berharap menunggu janji.

Dari lamanya menunggu banyak pengetahuan baru, pengetahuan karakter yang ditunggu dan berartinya waktu.
Menunggu ialah pilihan bagi yang selalu toleran, meminta maaf dengan mudah sebenarnya membuat dirinya celakah.

Lama-lama akan menyesal dan akan melahirkan pilihan.
[17:52, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Diskusi banser di pinggir jalan pecah lantaran otak dan jalannya itu satu arah.
Dedaduanan hijau tak berbunga, air mengalir bersinyalir dengan perjalanan anak muda yang berjuang bagaimana, belajar di kelasnya segera berakhir.

Kucing menatap tajam, pikiran mulai suram jalan aspal berwarna pelangi bukan estetika terpancar melainkan percikan nostalgia bunyi kucing merengek "Kau manusia tak pantas putus asa"
[17:52, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Berlari alang kepalang bagaikan dikejar-kerja anjing dikala sakit, tapi akan lebih kencang berlari, walau rasa sakit serasa mati rasa lupa akan semua: pada akhirnya umurnya luka dikala tanpa tanda tanya, dan sementara akan sia-sia dengan dusta berdamai dengan suasana.

Teman-teman masih berkata dengan bahasa kau masih muda tertawamu lebih banyak dari deritamu, dan tidurmu masih lebih banyak dari kerjanya.

Siang lupakan umurnya ingatlah kerjanya
Malam lupakan tidurnya ingatlah kekejaman malam sebab bukan dalam mata gelap saja malam bisa dirasa: tatkala masa muda kita banyak mencerna buku sebagai sumber pendewasaan akan tua lebih awal kita, dikala berlari walau masih penuh tanda tanya tapi rasa akan selalu ditagih pada ia yang menunggu.
[17:52, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Lari-lari dikira ada yang mengejar, bunga-bunga di pinggir jalan banyak. Namun tak ada yang seharum di otak manusia.
Jalan Dinoyo macet jarum jam tangan menunjukkan pukul 14:35 mahasiswa semuanya masih harum,

Ada janji di perpustakaan hari ini, sepertinya tak ada usaha karena dianggap tak penting, jalan terlalu ramai dan semua budek. Mending ku lari pergi ke danau menyelamkan diri agar tidak tau ombak di atas sana dengan keramaian tanpa arahnya.

Bukan ku apatis atau egois tapi hanya dengan seperti ini umurku terasa
[17:53, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Aku menyapa alam dengan kata
Aku menyapa laut dengan kata
Aku menyapa bumi dengan puisi
Menyapamu dengan isi hati yang dikemas dengan puisi
[17:53, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Bung Hatta pernah berkata merdeka itu tengang rasa ketika sudah merasa dengan rasa paling nyata maka itulah merdeka
[17:54, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Bahagia tidak sederhana karena tidak ada parameternya
Yang paling sederhana suasana dan rasanya
Saat getaran hati merasa tenang itu puncak manusia menemukan arti dan makna dalam hidup
Bukannya yang redup selalu tak pernah diaanggap
Yang tanggap itu sesuatu
[17:54, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Membaca teks memperluas pengetahuan
Membaca konteks mempertajam perasaan
Membaca persoalan memperdalam pengalaman
Membaca kebijaksanaan mempertajam perasaan.
[17:54, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Sepi adalah kebahagiaan bagi yang mencinatai kemerdekaan
[17:54, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Pada pelajaran memahaki warna hanya biru yang aku tau. Jika hijau menjadi menjadi biru daun sedangkan hijau berapa lama kala menghijau?, berapa lama kau bertahan diinjak tetap menghijau, warnamu akan memudar saat keadaan yang dipandang. burung pipit menyapa dengan bahasa dingin dikala matahari menutnjukkan kudrot dirinya: dengan rasa sempurnanya. berapa lama rasa cinta bertahan dengan warnanya  yang penuh tanda tanya.

Mengahdapi kriput yang tak istimewa lagi
Mengahdapi keramaian anak yang ramai merisaukan lantaran bapak belum bekerja yang cukup
Menghadapi, Menghadapi, Menghadapi. yang menyedihkan
Ada yang berutung saat menghadapi.

Kala itu pula warna hanya menjadi pelengkap nama yang utama seberapa warna itu berada
[17:55, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Saat aku bersabda melalui puisi; akan menanti sebuah arti yang lahir dari puisi
Kata dan diksi yang dibacakan dengan rima yang diterima pembaca,  memanjakan aku yang menulisnya.

Saat aku bersaksi Allah Tuhanku; akan menanti anugerah apa yang Tuhan beri.
Saat aku bersaksi Nabi Muhammad nabiku sebagai panutanku; akan menerima kelembutanmu, namun tak sama dengan kelembutanku.

Saat sabda-sabda nabi dibaca aku hanya mampu menerima bahwa kata indah itu mampu membawa pada suasana tenang.
Layaknya embun pagi yang menanti kami masih sibuk dengan menunggunya estetika

Sedangkan pagi masih saja belum dinikmati, telat dalam menyambut surga di saat pagi.
Menanti itu hal yang dengki bagi yang membenci, mempermainkan sepi dengan kerja tak berarti
Ibu; masih saja ada dalam sanubari bekerja dengan doa berkasih dengan kisah berbuah dengan tumbuh
[17:55, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Mendidik generasi dengan literasi
Maka negeri tidak akan mudah mencacimaki
[17:55, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Saat pagi datang seperti ada yang kurang bahwa matahari belum tepat waktu datang.
Saat koran datang tak ada kabar ada yang kurang dalam pagiku
Kala pagi telah dapat dinikmati maka akan ada pelengkap yang ddiharap: mengenai kopi yang mampu aku nikmati.

Dengan kata saat pagi berharap akan ada kata yang estetika dari yang paling ditunggu disaat pagi bahwa yang paling di nanti dalam hati ia yang selalu menyimpan rindu padanya.

Zikirku terganggu oleh namamu
Tuhanku terganggu oleh serpihan tatapan matamu
Nabiku aku saksikan ada dalam etikamu padaku

Namun tiada Cinta selain Engkau
Tiada yang menggantikan Engkau
Sebab Cintaku melampaui batas manusia yang bukan hanya pagi yang bisa dirasa; namun sore dan petang dirasa Cinta karena substansi dari Cinta.
[17:55, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Kau masih saja seperti halnya puisi:
Setiap yang aku tulis berbunyi tentang hati
Bersedu mengadu pada kertas kosong bagaikan ayah darinya
Seandai manusia paling bisa adil cinta akan menjadi bijaksana

Kau masih saja seperti hati yang suci membahasuhi kekurangan diri memiliki rasa saling melengkapi
Untuk bersikap lembut dengan objek

Setiap pagi kau masih saja bersigema dengan angan bersama secangkir kopi
Dan berharap kau: akan seperti cangkir kopi tanpa disadari akan selalu menerima pahit, manisnya kopi yang  murni

Kombinasi kopi dan gula sudah hal biasa yang luar biasa kopi tanpa gula kau masih seperti halnya cangkir menampung setiap ampas sisa kopi yang rasanya tanda tanya; namun masih saja ada dari makna ampas kopi
[17:56, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Sore ini menggoreskan hati
Detik akan menyambut mega setelah fajar
Badai akan berlalu berdamai dengan persoalan
Mengenai rasa dan suasana
[17:56, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Sunyi itu perlu terkadang buntu
Sunyi itu sama halnya rindu kadang kelabu
Sunyi itu keadaan cinta harus memaksa
Sunyi itu rasa harus menerima
Ketika sunyi dipahami hati yang ada bahagia.
[17:56, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Bahagia itu sederhana memaknaimu dalam rasa dan cipta dalam cara itu luar biasa
Bahasa sederhana paling bahagia mengetahui keadaanmu keabrabanku seperti hujan dan airnya
Seperti cinta dan caranya

Berbeda menjadi sama
Bersama menjadi lama
Jauh tersingkuh
Kau datang dalam keringat cinta yang dibanggakan saat usahaku kau akui
Atas dasar cinta
[17:56, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Ketika aku cinta denganmu aku menitip rasa padamu
Ketika aku titipkan rasa padamu aku mengutip cita namamu dalam puisiku
Ketika aku melingkarimu dengan rantai cinta aku menitip ketidak bebasan atas cintaku lagi kecuali sang ilahi.
[17:57, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Ada di antara kita ingin hidup berapa lama dengan cita-cita bahagia
Ada di antara kita ingin berharga dengan cara beragama
Ada di antara kita bernostalgia dengan cinta hingga lupa esensi bahagia
Pertama yang berharga, kedua berestetika, ketika beretika
[17:57, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Aliran air dalam tubuh saksi dalam langkah
Mengalah untuk melawan keadaan
Memperjuangkan tanpa mempersoalkan
Langkah kaki yang berbeda akan selalu kedapan dalam kepastian.
Keringat makna dari semangat
[17:57, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Hidup bukan tentang bagaimana tapi bisa merasa: cinta adalah cara yang paling mulia.
Diriku lemah dan sombong atas bahasa itu.
Semoga Tuhan akan menghapus rasa itu padaku: apa memang itu dicipta untukku
[17:57, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Tempat yang nyaman yang mampu memberi kenangan
Ketenangan pucak tawa manusia bersama dengan goyangan rumput serta desir angin yang berangkat dari ingin lahir dari angan.

Suasana adalah cara belajar: belajar mencintai dan dicintai
Keadaan adalah perjalanan yang selalu hadir dalam waktu yang terkadang tidak setuju bahwa masa lalu keadaan tentang masa lalu yang menjadikan aku tanpa menjadi kau:
Kini hanya kenyaataan yang selalu ada bersama cinta tanpa derita atas nama cinta yang selalu bernostalgia dengan elegi bersamamu
[17:58, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Butuh satu malam untuk jatuh cinta
Butuh sepertiga malam untuk memahami cinta
Memahami sunyi malam yang berarti
Perlu pengasingan dari orang-orang: meleebur dengan yang dicinta pencapaian terakhir: setelah cara
[17:58, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Kau datang tanpa kabar
Kau mengisi tanpa arti
Kau ada tanpa sebab
Dirimu berarti aku disini menyendiri
Mendekte hati telah berapa banyak kau telah kusebut "nyaris" setiap aku lihat wanita aku baca wajahmu.
[17:58, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Saat ku mesra dengan alam
Aku lupa dengan hilir air mengalir

Keindahan alam menjadi seram
Keindahan perjalanan terobsesi pada kekejaman Tuhan

Aku yang harus disalahkan
Apa aku yang harus membelah hati: memeriksa jiwa memaknai arti menjiwai apa yang dicari

Apa lantaran hati terlalu busuk hingga sayang, cinta dan nikmat tak terjawa jawab oleh hati
[18:00, 1/18/2019] Kak Ahmad Feno: Wajahmu masih suci untuk menyerap ilmu yang pasti
Rengean kesahmu membuka tabir kecemasan dalam jalan hidupku
Ku masih beruntung bersyukrlur atas yang dimiliki
Pendidikanku masih kah dibutuhkan saat keadaan ia sangat memiriskan
Dengan keadaan: sekolah seolah hanya mengisi kekosongan

Wonokoyo 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar